Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEMASAN FARMASI

KEMASAN PRIMER SEKUNDER DAN TERSIER UNTUK PRODUK


SEDIAAN OBAT FITOFARMAKA

Dosen : Prof. Dr. Teti Indrawati, M.Si.,Apt.

DISUSUN OLEH :
Kelompok 5

1. Silmi Kaffah 16334059


2. Radita Choirunnisa 16334050

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah kemasan Farmasi yang berjudul “Kemasan
Primer Sekunder dan Tersier Untuk Produk Sediaan Obat Fitofarmaka” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
Prof. Dr. Teti Indrawati, M.Si.,Apt. pada mata kuliah kemasan farmasi. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kemasan primer produk sediaan obat setengah
padat non steril bagi para pembaca juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Prof. Teti Indrawati, M.Si.,Apt, selaku dosen
kemasan farmasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Kemasan 3
2.2 Kemasan Sediaan Farmasi Obat Fitofarmaka........................................3
2.3 Klasifikasi Kemasan Farmasi.................................................................4
2.4 Fungsi Kemasan.....................................................................................5
2.5 Label.......................................................................................................5
2.6 Pengertian Kemasan Sediaan Obat Fitofarmaka....................................6
2.5 Jenis- Jenis Kemasan Obat Fitofarmaka................................................6

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................9


3.1 Wadah Kemasan Obat Fitofarmaka.......................................................9
3.2 Jenis Kemasan Obat Fitofarmaka...........................................................9
3.3 Penandaan Obat Fitofarmaka...............................................................11
3.4 Contoh Kemasan Obat Fitofarmaka.....................................................12

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................14


4.1 Kesimpulan..........................................................................................14
4.2 Saran 14
DAFTAR PUSRAKA...........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat moderen. Proses
pembuatan fitofarmaka telah terstandarisasi yang didukung oleh bukti ilmiah sampai uji klinis pada
manusia. Pembuatannya diperlukan peralatan berteknologi moderen, tenaga ahli dan biaya yang
tidak sedikit (Sinaga, 2008).
Kemasan adalah wadah, tutup dan selubung sebelah luar. Kemasan dapat mempengaruhi
stabilitas dan mutu produk akhir. Untuk menjamin stabilitas dari produk ada syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh bahan kemas primer karena kontak langsung dengan produk baik cair, padat,
semi padat. Bahan kemas primer adalah bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang
dikemas-produk antara lain: strip/ blister, botol, ampul, vial, plastik dan lain-lain. Bahan kemas
sekunder adalah pembungkus selanjutnya, biasanya dikenal dengan inner box. Bahan kemasan
primer adalah pembungkus setelah sekunder biasanya berupa outer box. Untuk menjamin stabilitas
produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali
menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas
sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas (Kurniawan, 2012)Kemasan primer
sediaan fitofarmaka Proses pengemasan merupakan salah satu tahapan penting dalam pembuatan
sediaan farmasi. Tahapan ini juga ikut mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Bahkan
belakangan ini, faktor kemasan dapat menjadi gambaran ukuran bonafiditas suatu
produk/perusahaan farmasi (Kurniawan, 2012). Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan
syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh
bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya
tidak berpengaruh terhadap stabilitas (Voigt, 1995). Menurut undang- undang pasal 24 menyatakan
bahwa Pengemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan bahan
kemasan yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan/atau dapat mempengaruhi berubahnya
persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Kemasan Sekunder sediaan fitofarmaka adalah wadah yang tidak bersentuhan langsung
dengan isi produk obat fitofarmaka.
Kemasan tersier sediaan fitofarmaka adalah kemasan yang digunakan untuk mengemas
kemasan primer dan sekunder.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan wadah sediaan farmasi obat fitofarmaka?
2. Apa jenis kemasan primer, sekunder dan tersier yang digunakan untuk sediaan farmasi
obat fitofarmaka?
3. Apa yang harus tertera pada kemasan primer, sekunder, dan tersier untuk sediaan
farmasi obat fitofarmaka ?
4. Bagaimana contoh untuk kemasan primer, sekunder dan tersier untuk obat fitofarmaka?

1.3. Tujuan
1. Untuk memahami maksud dari wadah sediaan farmasi obat fitofarmaka
2. Untuk dapat memahami jenis kemasan primer, sekunder dan tersier yang digunakan
untuk sediaan obat fitofarmaka
3. Untuk dapat memahami keterangan apa yang harus tertera pada kemasan primer,
sekunder dan tersier sediaan obat fitofarmaka
4. Untuk dapat memahami contoh produk kemasan primer, sekunder dan tersier sediaan
obat fitofarmaka

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemasan

Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK.00.05.4.1745, wadah adalah kemasan yang bersentuhan langsung dengan isi.
Menurut SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71 peraturan tentang pemb

ungkus dan penandaan wadah, wadah adalah salah satu komponen yang penting untuk
sediaan farmasi, karena ketidaksesuaian wadah akan mempengaruhi obat secara keseluruhan
termasuk kestabilan dan efek terapi obat. Wadah adalah alat untuk menampung suatu obat, atau
mungkin dalam hubungan langsung dengan obat tersebut.
Pengemas adalah salah satu komponen penting dari bentuk sediaa farmasi. Menurut
ketentuan yang berlaku diseluruh dunia, pengujian stabilitas sediaan farmasi harus dilakukan
dalam pengemas akhir yang akan dipasarkan. Pengemas terdiri dari berbagai material (gelas,
logam, plasti, karet) yang tidak selalu inert terhadap obat yang dikemas, karena secara sederhana
dapat menyebabkan terjadinya adsorpsi dan desorpsi dari pengemas menuju obat disamping
kemungkinan terjadinya interaksi.

Selain daripada itu secara fungsional, pengemas memberikan pula proteksi terhadap
ancaman fisika, iklim, biologi dan kimia. Dan yang tidak kalah pentingnya, adakalanya bentuk
pengemas akan memberikan ciri khusus terhadap bentuk sediaan farmasi yang dihasilkan oleh
suatu industri.

2.2 Kemasan Sediaan Farmasi Obat Fitofarmaka

Pengemasan dapat didefinisikan sebagai sebuah kegiatan merancang dan memproduksi


bungkusan atau kemasan suatu produk” (Stanton, dalam Sunyoto, 2012 : 116). Menurut William
J. Stanton (dalam Sunyoto 2012: 116-117) ada 3 alasan kemasan diperlukan yaitu:

1. Memenuhi sasaran keamanan dan kemanfaatan Maksudnya adalah produk yang diberi
kemasan selain kesan resmi sebuah produk, juga menambah ketertarikan konsumen
untuk melakukan pembelian. Di dalam kemasan produk juga terdapat identitas produk

3
dan identitas perusahaan. Namun apapun bentuk dan warna kemasan produk, tetap
memberikan rasa aman dan ada kemanfaatan tersendiri bagi konsumen yang
mempergunakan produk yang dibelinya.
2. Membantu program pemasaran perusahaan Dengan kemasan yang menarik,
konsumen akan memberikan apresiasi positif walaupun belum tentu membeli
produk tersebut. Namun paling tidak kemasan produk yang menarik telah diterima
oleh konsumen.
3. Meningkatkan volume dan laba perusahaan Konsumen yang mengapresiasi lebih
terhadap suatu kemasan produk hingga membelinya secara langsung akan
berpengaruh terhadap peningkatan penjualan, peningkatan penjualan akan
mempengaruhi laba perusahaan. Semakin tinggi volume penjualan yang diikuti
dengan berkurangnya kegiatan promosi maka keuntungan yang akan didapat oleh
perusahaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. (Stanton, dalam
Sunyoto 2012 : 117).

2.3 Klasifikasi Kemasan Farmasi

Klasifikasi Kemasan Farmasi Menurut Lund 1994

1. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan
pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman.

2. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-


kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng,
kotak karton untuk wadah strip obat dan sebagainya.

3. Kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan


primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama
pengangkutan. Misalnya botol yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus
kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.

4
2.4 Fungsi Kemasan

1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen, agar produk
tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran.
2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet, panas,
kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang
dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada
kemasan.
4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi
10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal
ini penting dalam dunia perdagangan.
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk di
dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau
produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan
warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di
sekitarnya.
6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan sirup
mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastik.
7. Menambah daya tarik calon pembeli.

8. Sarana informasi dan iklan.

9. Memberi kenyamanan bagi pemakai (Julianti dan Mimi, 2006).

2.5 Label

Para produsen produk modern harus memberikan label pada kemasannya.


“Label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata)
tentang barang tersebut atau penjualnya” (Sunyoto, 2012 : 124). Definisi lainnya
tentang label “Label adalah etiket sederhana yang ditempelkan pada produk
tersebut atau grafik yang dirancang dengan rumit yang merupakan bagian dari
kemasan tersebut” (Kotler, 2005 : 103). Dalam kegiatan pemasaran suatu produk
label memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai berikut:
5
a) Mengidentifikasi produk

b) Menunjukkan kelas produk

c) Menjelaskan produk

d) Mempromosikan produk melalui atribut-atribut yang menarik

e) Memnunjukkan kelas produk

2.6 Pengertian Kemasan Sediaan Obat Fitofarmaka


 Kemasan Primer
Kemasan Primer adalah wadah yang bersentuhan langsung dengan isi produk
Obat Tradisional atau Suplemen Kesehatan

 Kemasan Sekunder
Kemasan Sekunder adalah wadah yang tidak bersentuhan langsung dengan isi
produk Obat Tradisional atau Suplemen Kesehatan.

 Kemasan Tersier

kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau tersier.


Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk
yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke
dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas (Julianti dan Nurminah 2006).

2.7 Jenis – Jenis Kemasan Obat Fitofarmaka


2.7.1 Jenis-jenis Kemasan Primer Sediaan Obat Fitofarmaka
1. Logam
Penggunaan logam pada produk sediaan farmasi relatif terbatas karena bersifat
mudah teroksidasi dan korosif. Logam digunakan sebagai material kemasan yang
memiliki bentuk dan sifat yang sukar diganti dengan kemasan lain. Logam yang
paling banyak digunakan sebagai kemasan sediaan farmasi adalah aluminium.
Aluminium foil dapat dibentuk menjadi wadah kaku, wadah semi kaku, atau
laminat.
6
 Tipe logam

1. Alumunium

 Tidak berbau, tidak berasa, non-toksik, dapat disterilkan

 Paling banyak digunakan

 Ringan

 Baik untuk melindungi sediaan dari oksidasi dan kontaminasi


mikroorganisme

 Mungkin terjadinya korosi sehingga dapat mengkontaminasi


sediaan

2. Timah

 Kemasan untuk salep yang tidak mengandung bahan reaktif

 Beberapa bahan salep seperti fenol, benzoat, dan asam salisilat


atau garam merkuri akan merusak timah

 Sediaan yang mengandung air atau bahan reaktif, harus


menggunakan logam yang sudah dilapisi plastik tipis pada bagian
dalam untuk mencegah terjadinya korosi dan perkaratan

3. Stainless steel

 Daya tahan kimia dan pemanasan yang baik

 Harga lebih mahal

 Kekurangan dan kelebihan logam

 Kelebihan

1. dapat mencegah keringnya sediaan dengan mencegah hilangnya bahan


yang mudah menguap

2. tidak pecah

 kekurangan

1. sifatnya yang korosif sehingga dapat mengkontaminasi sediaan,

2. membutuhkan pelapis bahan inert pada bagian dalam untuk mencegah

7
kontak antara logam dengan sediaan yang mengandung air atau bahan
reaktif,

3. harganya cukup mahal

3. Plastik

Kemasan berbahan plastik merupakan kemasan sediaan semisolid yang paling


ekonomis karena harganya yang relatif murah dan dapat disesuaikan menjadi berbagai
bentuk.

4. Gelas atau kaca

Gelas atau kaca merupakan salah satu bahan pengemas yang pada dasarnya
bersifat inert secara kimiawi, tidak permeabel, kuat, keras, dan disetujui oleh FDA. Gelas
tidak menurun mutunya pada penyimpanan dan dengan sistem penutupan yang
secukupnya dapat menjadi suatu penghalang yang sangat baik terhadap hampir semua
unsur kecuali cahaya.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Wadah Kemasan Obat Fitofarmaka

Wadah kemasan Obat fitofarmaka adalah wadah yang bersentuhan langsung dengan isi
obat fitofarmaka. Wadah sediaan obat fitofarmaka harus melindungi isi terhadap pengaruh dari
luar, menjamin mutu, keutuhan dan keaslian isinya. Wadah sebagaimana dimaksud harus dibuat
dengan mempertimbangkan keamanan pemakai dan dibuat dari bahan yang tidak mengeluarkan
atau menghasilkan bahan berbahaya atau suatu bahan yang dapat mengganggu kesehatan dan
tidak mempengaruhi mutu.Untuk melindungi wadah selama di peredaran, wadah sebagaimana
dimaksud dapat diberi pembungkus. Pembungkus sebagaimana dimaksud harus terbuat dari
bahan yang dapat melindungi wadah selama di peredaran.

Wadah yang digunakan untuk obat fitofarmaka dapat berupa kapsul atau tablet yang
dikemas dengan mengunakan kemasan blister atau untuk sediaan cair dapat digunakan botol
yang terbuat dari Gelas atau kaca yang merupakan salah satu bahan pengemas yang pada
dasarnya bersifat inert secara kimiawi, tidak permeabel, kuat, keras, dan disetujui oleh FDA.
Gelas tidak menurun mutunya pada penyimpanan dan dengan sistem penutupan yang
secukupnya dapat menjadi suatu penghalang yang sangat baik terhadap hampir semua unsur
kecuali cahaya.

3.2. Jenis Kemasan Obat Fitofarmaka

3.2.1 Kemasan Primer Obat Fitofarmaka


Kemasan primer produk fitofarmaka yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau
membungkus bahan yang dikemas. Misalnya kaleng plastic (rajangan), botol (untuk minyak
atau jamu), strip/blister (untuk tablet/ kapsul), dan lain-lain.

3.2.2 Kemasan Sekunder Obat Fitofarmaka


Setelah pengemasan primer selesai obat fitofarmaka dikemas lagi dalam suatu dus dari
bahan karton duplex 310 gsm yang sering disebut dengan Folding Box. Kemasan ini tidak
menyentuh langsung dengan produk yang dikemas. kemasan yang fungsi utamanya melindungi
kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah kapsul dalam botol,
9
jamu dalam botol, minyak dalam botol. Pada kemasan sekunder Informasi yang dimuat pada
penandaan harus sesuai dengan yang disetujui dalam surat keputusan persetujuan registrasi.
Menurut PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK.00.05.41.1384 Penandaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d harus dicetak langsung atau melekat erat pada wadah dan/atau
kemasan, tidak mudah lepas, tidak rusak oleh air, gesekan atau pengaruh sinar matahari dan
paling sedikit memuat informasi sebagai berikut:

A. nama produk, dapat berupa nama umum atau nama dagang;

B. nama dan alamat produsen serta nama dan alamat Importir;

C. nama dan alamat pemberi/ penerima lisensi;

D. nama dan alamat pemberi/penerima kontrak;

E. ukuran, isi, berat bersih;

F. komposisi dalam kualitatif dan kuantitatif;

G. bahan tambahan pemanis, pewarna, perisa dan pengawet secara kualitatif;

H. klaim kegunaan, aturan pakai/cara penggunaan;

I. kontra indikasi, efek samping dan peringatan, bila ada;

J. nomor izin edar;

K. nomor bets/kode produksi

3.2.3 Kemasan Tersier Obat Fitofarmaka


Setelah obat fitofarmaka dikemasan secara primer dan sekunder, dus atau folding box
tersebut dikemas lagi dalam karton besar yang umumnya berwarna coklat, yang disebut
Corrugated Box atau box gelombang yang biasanya dicetak dengan menggunakan teknik cetak
flexo dan berfungsi sebagai shipper guna mencegah kerusakan dalam transportasi, pengapalan
dan handling. Lalu ada Leaflet, brosure, catch-cover, label dan lain-lain adalah sebagai
pelengkap dari suatu kemasan untuk farmasi. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama
pengangkutan.

10
3.3 Penandaan Obat Fitofarmaka
Penandaan obat Fitofarmaka terkait degan keterangan pada label yang harus ditulis dan
dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia, angka dan huruf latin, sesuai dengan pasal
15 Peraturan pemerintah nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan dan harus
berdasarkan pada aturan-aturan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.

Kelompok Fitofarmaka harus dicantumkan logo dan tulisan “FITOFARMAKA” yang


ditempatkan dibagian atas sebelkah kiri dari wadah / pembungkus/ brosur. Logo berupa jari
jari daun (yang kemudian membentuk bintang) terletak dalam lingkaran.

Label kemasan obat fitofatmaka terdiri dari:


1. Logo obat fitofarmaka disisi kiri atas
2. Nama produk
3. Bentuk sediaam dan besar kemasan
4. Komposisi/formula
5. Nomor izin edar
6. Nomor bets/kode produksi
7. Tanggal kadaluwarsa
8. Cara penyimpanan
9. Cara penggunaan dan aturan pakai

11
3.4 Contoh Kemasan Obat Fitofarmaka

1. Kemasan Primer

12
2. Kemasan Sekunder

3. Kemasan Tersier

13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

 Wadah produk fitofarmaka bermacam bentuk untuk sediaan serbuk extract dibuat
dalam bentuk kapsul yang dilindungi oleh kemasan primer dalam bentuk
blitser/kemasan strip . dan untuk wadah pada sediaan sirup dibuat dalam bentuk botol
dengan botol kaca gelap , yang dapat melindungi isi dari pengaruh cahaya, suhu, udara,
atau yang lain .
 Pengemasan dimulai dengan pemilihan bahan. Pemilihan bahan mendorong pilihan dan
jenis peralatan pengemasan dan, yang paling penting, kinerja paket akhir . Kinerja
pengemasan adalah kriteria utama yang digunakan untuk menentukan keberhasilan
suatu paket. Pilihan bahan untuk suatu paket mendorong semua pilihan lain tentang
penampilan produk dan atribut konsumen. Itu memengaruhi dan berkali-kali
menentukan bagaimana suatu produk diproduksi, diisi, disteri- lisasi, dilabeli, dibundel,
didistribusikan, dan disajikan kepada pelanggan.
 Pilihan tersulit dan paling sulit yang harus dilakukan oleh seorang pengemasan adalah
pemilihan bahan yang digunakan untuk mengemas produk baru. Produk yang ada atau
produk dari kelas atau jenis yang serupa berkali-kali meniru kemasan yang digunakan
pada produk yang dipasarkan pertama kali, bahkan jika bahan yang lebih baru dan
pembuatan bahan alternatif, pembuatan, atau teknik pengubahan menawarkan
keuntungan yang signifikan. Peluang terbaik untuk meningkatkan dan meningkatkan
bahan-bahan yang digunakan dalam kemasan farmasi terjadi ketika molekul atau
entitas biologis baru diidentifikasi dan kemasan baru dirancang untuk membawa
produk melalui persetujuan peraturan dan pada akhirnya ke pasar. Karena bahan,
kebutuhan pelanggan, mesin pengemasan paket, peralatan pengemasan paket, peralatan
penyegelan, dan metode distribusi berubah, insinyur pengemasan disajikan dengan
peluang unik. Mereka harus mensurvei latar belakang yang kompleks dan berubah dari
pilihan untuk merancang paket dan memilih bahan yang memenuhi berbagai
persyaratan rantai nilai untuk menghasilkan paket yang memenuhi semua persyaratan
perusahaan dan peraturan bersama dengan harapan pengguna akhir dalam sistem

14
DAFTAR PUSTAKA

Julianti, Elisa dan Mimi Nurminah, 2006, Buku Ajar Tekologi Pengemasan, Universitas
Sumatera Utara Press : Sumatera

KEMENKES No.72 Tahun 1998 Pasal 24 Tentang Pengamanan sediaan farmasi dan Alat
Kesehatan : Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 761/MENKES/PER/IX/1992 tentang Pedoman


Fitofarmaka: Jakarta

Lund, Walter, 1994, Pharmaceutical Codex Twelfth Edition, The Pharmaceutical Press :
London Voight, Rudolf, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Universitas Gadjah Mada
Press : Yogyakarta

Anonim. 1973. Modern Packaging Encyclopedia and Planning Guide. Vol. 46. McGraw-Hill.
New York.

Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemahan). UI press. Jakarta.

Kurniawan, Dhadhang W, dan Sulaiman, Teuku NS. 2012. Teknologi Sediaan


Farmasi. Purwokerto: Laboratorium Farmasetika Unsoed.

Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium


Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.

15
Diskusi

1. Suhendar Permana 16334067 kelompok 6

apa aja kriteria yg baik dan aman serta bahan kemasan yang dapat digunakan dalam
pengemasan?

Jawaban :

 mengendalikan uap air

 mengendalikan suhu

 mencegah kontak cahaya

 dan mencegah kontaminasi terhadap produk/ sediaan

2. Imelda Martha Lena 17334043 kelompok 7

apa kelebihan dan kekurangan dari kemasan primer dalam bentuk blitser pada produk
fitofarmaka ?

jawaban :

kelebihan :

 pada saat digunakan dapat dibuka dengan mudah

 terjaga keamanan mutu dari produk

kekurangan :

 produk mudah rusak apabila penyimanan yang melebihi kapasitas dan


kurangnya

3. Zanita Nurcahyani Yahya 18334710 kelompok 8

Apa kriteria khusus penandaan dari kemasan primer pada produk fitofarmaka ?

Jawaban :

Pada kemasan harus meletakan informasi tentang logo dari fitofarmaka, isi kandungan
dan produk, nama obat, nama pabrik pembuatan fitofarmaka, nama kegunaan

16
17

Anda mungkin juga menyukai