DISUSUN OLEH :
PRODI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2018
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
2.1 Wadah Gelas (kaca) ......................................................................................................... 4
2.1.1 Definisi Wadah Gelas (kaca) ......................................................................................... 4
2.1.2 Fungsi Wadah Gelas (kaca) ...................................................................................... 4
2.1.3 Komposisi Wadah Gelas (kaca) ................................................................................ 4
2.1.4 Persyaratan Wadah Gelas (kaca) ................................................................................... 4
2.1.5 Tipe Wadah Gelas (kaca) ............................................................................................... 5
2.1.6 Cara Pembuatan Wadah Gelas (kaca) ............................................................................ 6
2.1.7 Penutup pada Wadah Gelas (kaca) ................................................................................ 7
2.1.8 Pengujian pada Wadah Gelas (kaca)............................................................................ 10
2.1.9 Pencucian Wadah Gelas (kaca) ............................................................................... 15
2.1.10 Contoh Penggunaan Wadah Gelas pada Sediaan Farmasi ......................................... 15
2.1.11 Kelebihan dan Kekurangan Wadah Gelas (kaca) ..................................................... 15
2.1.12 Cara Sterilisasi Wadah Gelas ..................................................................................... 16
1. Cara Sterilisasi Basah ..................................................................................................... 16
2. Cara Sterilisasi Kering ................................................................................................... 18
2.2 Wadah Plastik................................................................................................................. 19
2.2.1 Definisi Wadah Plastik ................................................................................................ 19
2.2.2 Bahan Pembantu .......................................................................................................... 20
2.2.3 Bahan Tambahan ......................................................................................................... 21
2.2.4 Teknologi Pembuatan .................................................................................................. 22
2.2.5Jenis-jenis Plastik .......................................................................................................... 23
2.2.6 Evaluasi dan Uji Plastik untuk LVP ............................................................................ 26
2.2.7 Evaluasi dan Uji Plastik ............................................................................................... 27
2.2.8 Sterilisasi Wadah Plastik.............................................................................................. 30
2.2.9 Kriteria wadah plastik .................................................................................................. 33
2.2.10 Keuntungan & Kerugian Penggunaan Plastik............................................................ 33
ii
2.2.11 Penggunaan Plastik sebagai Bahan Kemas Farmasetik ............................................. 33
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 36
iii
BAB I PENDAHULUAN
Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang tersedia sekarang ini
yang benar – benar tidak reaktif, terutama dengan larutan air. Sifat fisika dan kimia
mempengaruhi kestabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika diberikan pertimbangan utama
dalam pemilihan wadah pelindung (Lachman, 1994).
Kemasan adalah wadah, tutup dan selubung sebelah luar. Kemasan dapat
mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Untuk menjamin stabilitas dari produk ada
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bahan kemas yang kontak langsung dengan produk
baik cair, padat, semipadat. Bahan kemas primer adalah bahan kemas yang kontak langsung
dengan bahan yang dikemas produk antara lain : strip/blister, botol, ampul, vial, plastic, dan
lain-lain. Bahan kemas sekunder adalah pembungkus selanjutnya, biasanya dikenal dengan
inner box. Bahan kemasan primer adalah pembungkus setelah sekunder biasanya berupa
outer box. Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas
terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan
baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak
berpengearuh terhadap stabiltas (Kurniawan,2012)
Material yang digunakan memiliki sifat yang berbeda. Contohnya gelas, porselen,
logam, produk selulosa (kertas, lem, gelas sel). Jenis gom, gabus, bahan sintetis dan lain-lain.
sebagai jenis pengemas khusus adalah kemasan pengaman bagi anak-anal. Jenis ini berfungsi
untuk menghalangi atau menyulitkan pengambilan obat oleh anak kecil, sehingga bahaya
keracunan obat dapat dihindari. Syarat ini direalisasikan misalnya pada larutan tetea melalui
mekanisme penutup ganda. Kemasan sekali pakai diistilahkan dengan kemasan satu dosis.
Bahan pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan steril yaitu gelas, plastic,
elalstik/karet dan metal/logam.
Material yang digunakan memiliki sifat yang berbeda. Contohnya gelas, porselen,
logam, produk selulosa (kertas, lem, gelas sel). Jenis gom, gabus, bahan sintetis dan lain-lain.
sebagai jenis pengemas khusus adalah kemasan pengaman bagi anak-anak. Jenis ini
1
berfungsi untuk menghalangi atau menyulitkan pengambilan obat oleh anak kecil, sehingga
bahaya keracunan obat dapat dihindari. Syarat ini direalisasikan misalnya pada larutan tetes
melalui mekanisme penutup ganda. Kemasan sekali pakai diistilahkan dengan kemasan satu
dosis. Bahan pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan steril yaitu gelas, plastik,
elalstik/karet dan metal/logam. Pembagian wadahuntuk injeksidibagimenjadiduamacamyaitu:
1. Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah
obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang
bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril.
Contoh: ampul.
2. Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya
perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian
yang tertinggal.
Contoh:vial atau botol serum
Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan
suatu produk. Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat fisika dan
kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan pemasarannya. Secara umum,
hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah adalah:
a) Harus cukup kuatuntuk menjaga isi wadah dari kerusakan.
b) Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah
c) Penutup wadah harus bisa mencegah isi:
Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah
Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap
yang akan mempengaruhi penampilan dan bau produk.
d) Untuk sediaan jenis tertentu harus dapa tmelindungi isi wadah dari cahaya
e) Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat
wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui
dinding wadah serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah
f) Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik.
2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa defenisi dan fungsi dari wadah sediaan steril?
2. Bagaimana komposisi serta Persyaratan dari wadah sediaan steril ?
3. Bagaimana penggolongan dari masing-masing tipe sediaan steril ?
4. Bagaimana cara pembuatan wadah tipe sediaan steril ?
5. Penutup wadah apa saja yang digunakan wadah tipe sediaan steril ?
6. Bagaimana pengujian serta pencucian pada wadah tipe sediaan steril ?
7. Apa saja contoh dari penggunaan wadah tipe sediaan steril dalam sediaan farmasi?
8. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari wadah tipe sediaan steril ?
9. Bagaimana cara sterilisasi pada wadah tipe sediaan steril ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mendeksripsikan defenisi dari wadah tipe sediaan steril.
2. Untuk mengetahui Persyaratn dari wadah sediaan steril.
3. Untuk mengetahui penggolongan dari masing-masing wadah sediaan steril.
4. Untuk mengetahui pengujian wadah sediaan steril.
3
BAB II PEMBAHASAN
4
2.1.5 Tipe Wadah Gelas (kaca)
Tipe I – borosilicate glass (gelas borosilikat dengan daya tahan tinggi)
Pada gelas yang paling resisten ini, sebagian besar alkali dan kation tanah diganti
oleh Boron dan/atau aluminium serta zink. Ini lebih inert secara kimiawi daripada gelas
Natrium Karbonat, yang tidak mengandung atau hanya sedikit mengandung kation-kation
ini. Meskipun gelas dianggap sebagai bahan yang inert dan digunakan untuk diisi dengan
asam kuat dan alkali kuat serta untuk semua tipe pelarut, tetapi gelas menunjukkan reaksi
kimia yang jelas dan dapat diukur hasilnya dengan beberapa bahan, terutama dengan air.
Natrium bergabung bebas dengan silicon, dan dilepaskan dari permukaan gelas oleh air.
Air suling yang disimpan selama setahun dalamgelas jernih tidak berwarna dari tipe III
(yang diuraikan) mengambil 10-15 bagian per sejuta dari Natrium hidroksida dengan
sejumlah kecil bahan lain dari gelas. Penambahan kurang lebih 6% boron untuk
membentuk gelas Borosilikat tipe I mengurangi proses pelepasannya sehingga hanya 0,5
bagian per sejuta yang terlarut dalam waktu 1 tahun. Tipe I ini umumnya digunakan
untuk sediaan parenteral.
Tipe II – treated soda lime glass (gelas soda kapu yang diproses)
Bila alat gelas disimpan beberapa bulan, terutama dalam atmosfer yang lembab
atau dengan variasi temperatur yang ekstrem, pembasahan permukaan oleh uap air yang
terkondensasi mengakibatkan terlarutnya garam-garam dari gelas. Hal ini dinamakan
“berbunga” atau “terkena pengaruh”, dan pada tahap awal menampilkan kristal-kristal
halus pada gelas. Pada tahap ini, garam-garam dapat dicuci dengan air atau asam.
Wadah-wadah tipe II dibuat dari gelas Natrium karbonat yang ada dalam
perdagangan dan telah didealkalisasi (dihilangkan alkalinya), atau diolah sehingga alkali
hilang dari permukaan.
Proses dealkalisasi dikenal sebagai “pengolahan dengan sulfur”, dan pada hakikatnya
mencegah “terkena pengaruh” dari botol-botol kosong. Pengolahan yang dianjurkan oleh
beberapa pengusaha gelas yaitu membiarkan gelas terkena atmosfer yang mengandung
uap air dan gas asam, terutama sulfur diosida pada temperatur yang meningkat. Ini
mengakibatkan reaksi antara gas-gas dengan sedikit alkali permukaan, menyebabkan
permukaan cukup tahan terhadap pengaruh air selama jangka waktu tertentu. Alkali yang
dihilangkan dari gelas timbul sebagai bunga sulfat pada permukaan gelas, yang
dihilangkan jika wadah-wadah dicuci sebelum diisi. Pengelolahan dengan sulfur
menetralkan alkali oksida pada permukaan, sehingga menyebabkan gelas lebih tahan
(resisten) terhadap bahan kimia. Pada umumnya digunakan untuk sediaan parenteral
bersifat asam dan netral.
Tipe III – regular soda lime glass (gelas soda kapur biasa)
Adalah gelas soda kapur silica yang memiliki daya tahan kimiawi yang cukup
sehingga tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Wadah-wadah tidak diolah
dulu dan dibuat dari gelas Natrium karbonat yang ada dalam perdagangan dengan
5
ketahanan terhadap bahan kimia yang sedang atau lebih dari sedang. Biasanya tidak
digunakan untuk sediaan parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai
menunjukkan bahwa kaca/gelas tipe III memenuhi untuk sediaan parenteral yang dikemas
didalamnya.
Tipe NP – general purpose soda lime glass (gelas soda kapur untuk penggunaan umum)
Wadah-wadah terbuat dari gelas Natrium karbonat dipasok untuk produk non
parenteral yang dimaksud untuk pemakaian oral atau topikal (Goeswin A, 2009).
Tipe III Kaca sioda kapur Sama dengan tipe II tapi dengan Cairan anhidrat dan
(tidak mengalami pelepasan oksida produk,sediaan
perlakuan) parenteral hanya jika
sesuai
Tipe NP Kaca soda kapur Resistensi hidrolitik sangat Hanya digunakan untuk
penggunaan umum) rendah sediaan non parenteral
(Oral,tipikal,dan
lainnya)
7
berpaut dengan dinding sisi tutup dan menarik tutup ke bawah sampai permukaan segel dari
wadah. Tidak seperti tutup sekrup beruliran, tutup ini hanya memerlukan seperempat putaran.
Tutup yang ditarik ini digunakan untuk tekanan atmosfer yang normal maupun untuk penutupan
dengan tekanan vakum. Tutup ini banyak digunakan dalam industry makanan, Karena
menyebabkan kedap udara dan mudah dikerjakan dalam peralatan sterilisasi dan pada jalur
produksi.
Tutup Kecap. Jenis ini umum digunakan sebagai tutup yang berkerut pada botol minuman, dan
pada pokoknya bertahan tanpa perubahan selama lebih dari 50 tahun.
Penutup yang Dapat Menggelinding. Tutup aluminium yang dapat menggelinding dapat
disegel dengan aman, mudah dibuka, dan dapat disegel kembali dengan efektif. Secara luas
digunakan dalam kemasan untuk makanan, minuman, bahan kimia, dan dalam farmasi. Tutup ini
membutuhkan bahan yang mudah dibentuk, seperti aluminium atau logam ringan lainnya.
Jenis tutup yang dapat disegel kembali, yang tidak dapat disegel kembali, dan yang tahan bocor
dapat diperoleh untuk digunakan pada botol gelas atau plastik dan wadah yang bermulut lebar.
Teknik ini menyediakan berbagai ukuran bagi wadah gelas, tiap tutup pas untuk tiap wadah
tertentu.
Penutup yang Tahan Bocor. Tutup ini setaraf dengan tutup yang menggelinding, kecuali
ukuran tingginya yang lebih besar. Ukuran yang berlebih ini merentang di bawah bagian yang
beruliran untuk membentuk suatu galangan yang mengancing pada bagian dasar tutup oleh suatu
seri “jembatan” logam yang sempit.
Tutup Menggelinding yang Tidak Dapat Digunakan Kembali. Pada beberapa kemasan, suatu
tutup yang dapat digunakan kembali tidak diperlukan. Tutup yang tidak dapat digunakan kembali
memerlukan gelas yang tidak berulir. Tinggi tutup digulung di bawah suatu cincin penahan pada
wadah gelas dan menjaga penekanan pelapis tutup. Tutup semacam ini mempunyai label yang
dapat dirobek, yang membuatnya tahan bocor dan tidak kena sentuhan orang (kontaminasi)
(Depkes RI, 1995).
Pelapis Tutup Suatu pelapis dapat diartikan sebagai bahan yang disisipkan ke dalam tutup untuk
berfungsi sebagai segel antara tutup dan wadah. Biasanya pelapis dibuat dari bahan yang elastic
untuk bagian belakangnya dan bahan untuk bagian mukanya. Bahan untuk bagian belakang harus
cukup halus untuk menyerap setiap ketidakteraturan pada permukaan segel, dan harus cukup
elastis untuk mendapatkan kembali sedikit bentuk semula bila dibuka dan dipindahkan.
8
Karet atau elastomer merupakan bahan yang terbentuk dari zat zat organik, padat,
didominasi oleh polimer tinggi, yang menunjukan sifat seperti karet elastis.
Jenis-jenis karet antara lain :
Penutup dicelupkan dalam aquadest dan diautoclave pada suhu 121oC selama
15 menit
Penutup diletakkan dalam larutan spiritus dilutus dan aquadest (1:1) satu
atau dua kali tergantung pada kejernihan cairan penyelup setelah diautoclave
9
Cara pencucian produk perubahan dari karet alami :
b. Metode Permukaan
Pada metode ini, wadah gelas yang diisikan dengan air bebas CO2, dan mengandung
sejumlah asam hidroklorida atau asam sulfat tertentu (0,01 mol/L) dan merah metil
sebagai indikator. Setelah disterilkan, wadah tertutup dalam autoklaf dan tidak boleh
menghasilkan perubahan warna. Dalam kasus khusus dilakukan pengujian tambahan
setelah gelas diproses dengan Fluor, yang merugikan kompensasi permukaan, digunakan
untuk mengidentifikasi kualitas gelas.
Jika metode yang digunakan farmakope merupakan penentuan nilai batas, maka
kemungkinan pengujian terhadap pelepasan alkali lainnya adalah cara setelah pemanasan
wadah, dimana sejumlah alkali yang masuk kedalam cairan pengikis, dititrasi secara
asidimetri. Harga titrasi diperoleh memungkinkan penyusunan gelas kedalam berbagai kelas
resisten hidrolitik yang berlainan atau kelas yang baik. Untuk menyimpulkan alkalitas dapat
juga dilakukan pengukuran daya hantar (Goeswin A, 2009).
10
1. Uji Transmisi Cahaya
Alat:
Spektrofotometer dengan kepekaan dan ketelitian yang sesuai untuk pengukuran
jumlah cahaya yang ditransmisi oleh wadah sediaan farmasi yang terbuat dari bahan
gelas.
Penyiapan contoh:
Potong wadah kaca dengan gergaji melingkar yang dipasang dengan roda abrasif
basah, seperti suatu roda berlian. Wadah dari kaca tiup dipilih bagian yang mewakili
ketebalan rata-rata dinding dan potong secukupnya hingga dapat sesuai untuk dipasang
dalam spektrofotometer. Wadah gelas tadi dicuci dan dikeringkan dengan hati-hati
untuk menghindari adanya goresan pada permukaan. Gelas contoh kemudian
dibersihkan dengan kertas lensa dan dipasang pegangan contoh dengan bantuan paku
lilin.
Prosedur:
Potongan diletakkan dalam spektrofotometer denagn sumbu silindris sejajar terhadap
bidang celah dan lebih kurang di tengah celah. Jika diletakkan dengan benar, sorotan
cahaya normal terhadap permukaan potongan dan kehilangan pantulan cahaya
minimum. Ukur tranmitans potongan dibandingkan dengan udara pada daerah
spektrum yang diinginkan terus-menerus dengan alat perekam atau pada interval lebih
kurang 20 nm dengan alat manual pada daerah panjang gelombang 290 nm—450nm.
Batas:
Transmisi cahaya yang diukur tidak melewati batas yang tertera pada tabel 1, untuk
wadah sediaan parenterral. Transmisi cahaya wadah kaca atau gelas tipe NP untuk
sediaan oral atau topikal tidak lebih dari 10% pada setiap panjang gelombang dalam
rentang 290nm—450nm.
11
Alat dan pereaksi untuk uji bahan kimia
Alat :
- Autoklaf. Gunakan autoklaf yang mampu mempertahankan suhu 121o kurang
lebih 2o dilengkapi dengan thermometer, pengukur tekanan, pengatur ventilasi,
dan rak yang cukup untuk menampung paling sedikit 12 wadah diatas
permukaan air.
- Lumpang dan Alu. Gunakan lumping dan alu terbuat dari baja- diperkras yang
dibuat menurut spesifikasi.
- Alat Lain. Pengayak terbuat dari bahan baja tahan karat ukuran 20,3 cm yaitu
nomor 20, 40, dan 50. Pengayak disertai panci dan tutup seperti yang tertera
pada pengayak dan derajat halus serbuk <1141>, Labu erlenmayer 250 ml yang
terbuat dari kaca tahan lekang, Palu 900 gram , magnet permanen, desikator,
dan alat volumetric secukupnya.
Pereaksi
Air kemurnian tinggi. Air digunakan pad uji ini mempunyai konduktifitas tidak
lebih dari 0,15 μmho, penetapan dilakukan pada suhu 250 dalam suatu saat sebelum
digunakan, serta memenuhi persyaratan uji logam berat seperti yang tertera pada
monografi air murni dan bebas tembaga. Air ini dapat dibuat melewatkan air suling
melalui tabung deonisasi Yng berisi campuran resin berkualitas nuklir, kemudian
melewati membrane ester selulosa dengan ukuran lubang tidak lebih dari 0,45μm.
Tidak boleh menggunakan pipa tembaga. Bila saluran sebelum air dibagikan ke
dalam benjana uji jika konduktivitas yang rendah tidak dapat dicapai lagi maka
tabung deonisasi harus ganti.
Lumping merah metil. Dilarutkan 24mg natrium merah metil P dalam air murni
hingga 100ml. jika perlu netralkan larutan dengan natrium hidroksida 0,02 N atau
asamkan dengan asam sulfat 0,02 N hingga titrasi dari 100ml air kemurnian yang
mengandung 5 tetes indikator memerlukan tidak lebih dari 0,02 ml Natrium
Hidroksida 0,020 N untuk mengubah warna indikator dan ini terjadi pada PH 5,6.
Prosedur :
Bahan uji ditambahkan 5 tetes indikator dn memerlukan tidak lebih dari 0,020ml
natrium hidroksida 0,020 N LV untuk mengubah warna indikator dan ini terjadi pada
pH 5,6.
12
pecahan kaca diayak dengan ayakan yang menggunakan penggoyang mekanis selama 5
menit. Pindahkan bagian yang tertinggal pada ayakan nomor 50, yang bobotnya harus
lebih dari 10 g ke dalam wadah bertutup dan simpan dalam desikator hingga saat
pengujian.
Penyiapan contoh:
Sebarkan contoh pada sehelai kertas kaca dan lewatkan magnit melalui contoh tersebut
untuk menghilangkan partikel besi yang terikut selama pengahancuran. Masukkan
contoh kedalam labu Erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan kimia dan cuci
6 kali, tiap kali dengan dengan aseton. Keringkan labu dan isi pada suhu 140 selam 20
menit, pindahkan butiran ke dalam botol timbang dan dinginkan dalam desikator.
Contoh uji digunakan dalam waktu 48 jam setelah pengeringan.
Prosedur :
Timbang contoh uji, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml yang diekstraksi
dengan air kemurnian tinggi dalam tangas air pada suhu 90 selama tidak kurang dari
24 jam atau pada suhu 121 selama 1 jam. Tambahkan 50,0 ml air kemurnian tinggi ke
dalam labu dan ke dalam labu lain untuk blanko. Tutup semua labu dengal gelas piala
terbuat dari borosilikat yang sebelumnya telah diperlakukan seperti ditetapkan denagn
ukuran sedemikian hingga dasar gelas piala menyentuh bagian tepi labu. Letakkan
wadah dalam otoklaf dan tutup hati-hati, biarkan lubang ventilassi terbuka. Panaskan
hingga uap keluar dan lanjutkan pemanasan selama 10 menit. Tutup lubang ventilasi
dan atur suhu 121 . Pertahankan suhu pada 121 2 selam 30 menit dihitung saat suhu
tercapai. Kurangi panas hingga otoklaf mendingin dan mencapai tekanan atmosfer
dalam 38 menit hingga 46 menit, jika perlu buka lubang ventilasi untuk mencegah
terjadinya hampa udara. Dinginkan segera labu dalam air mengalir, enaptuangkan air
dalam labu ke dalam bejana sesuai yang bersih dan cuci sisa serbuk kaca 4 kali , tiap
kali dengan 15 ml air kemurnian tinggi.
Prosedur :
Tambahkan 5 tetes larutan merah metil dan titrasi segera dengan asam sulfat 0,020 N
LV. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan untuk menetralkan ekstrak dari
10 g contoh uji, lakukan titrassi blanko. Volume tidak lebih dari yang tertera pada tabel
tipe kaca dan tabel uji untuk tipe gelas yang diuji.
13
Isi setiap wadah dengan air kemurnian tinggi hingga 90% dari kapasitas penuh dan
lakukan prosedur seperti yang tertera pada uji serbuk kaca mulai dengan “Tutup semua
labu…..”, kecuali waktu pemansan dengan otoklaf 60 menit bukan 30 menit dan
diakhiri dengan “untuk mencegah terjadinya hampa udara”. Kosongkan isi dari 1 atau
lebih wadah ke dalam gelas ukur 100 ml. Jika wadah lebih kecil, gabungkan isi dari
beberapa wadah untuk memperoleh voluyme 100 ml. Masukkan kumpulan contoh
dalam labu erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan kimia, tambahkan 5 tetes
larutan metil merah, titrasi dalam keadaan hangat dengan asam sulfat 0,020N LV.
Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit setelah otoklaf dibuka. Catat volume asam
sulfat 0,020 N yang digunakan , lakukan titrasi blanko dengan 100 ml air kemurnian
tinggi pada suhu yang sama dan dengan jumlah indikator yang sama. Volume tidak
lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca dan batas uji untuk tipe kaca yang diuji.
5. Uji Arsen
Arsen tidak lebih dari 0,1 bpj;gunakan sebagai larutam uji 35 ml air dari 1 wadah kaca
tipe I, atau jika wadah lebih kecil , 35 ml dari kumpulan isi dari beberapa wadah kaca
tipe I, yang disiapkan sesuai prosedur seperti yang tertera pada ketahanan terhadap Air
pada suhu 121C (Depkes RI, 2013).
14
2.1.9 Pencucian Wadah Gelas (kaca)
15
Kekurangangelas sebagai wadah untuk menyimpan sediaan semisolid dibandingkan dengan
logam dan plastik adalah lebih rapuh (mudah pecah) dan lebih berat untuk pengiriman. Kemasan
untuk konsumen yang terbuat dari gelas bukan merupakan wadah yang paling higienis karena
wadah akan sering dibuka berulang – ulang oleh konsumen, dimana tangannya tidak selalu
bersih.
Kekurangannya meliputi sterilisasi secara fisik lebih tidak efisien karena hara dari
alat tersebut dan penggunaan listrik yang berlebihan. Sterilisasi dengan cara ini tidak
dapat digunakan untuk segala jenis bahan yaitu bahan yang tidak tahan panas.
Prosedur Sterilisasi menggunakan autoklaf :
1. Periksa air di dalam autoklaf, bila kurang tambah isinya dengan aquadest hingga lebih
kurang bagian pada tanda alat pengontrol
2. Semua air dan uap keran di tutup
3. Wadah gelas yang mau disterilkan di masukkan dalam alat
4. Autoklaf ditutup, listrik di hidupkan
16
5. Bila temperature sudah mencapai 100oC, keran uap dibuka selama 3-5 menit, kemudian
ditutup kembali. Adapun tujuannya untuk mengeluarkan uap air yang ada dalam alat,
karena air bila tidak di keluarkan maka uap air tidak akan mengadakan penetrasi ke
seluruh ruangan, udara lebih rendah daripada uap air, sehingga temperature tidak
mencapai 121oC
6. Setelah temperature mencapai tanda 121oC, tekanan 1,5atm, putar stopwatch selam 20
menit
7. Setelah 20 menit listrik dimatikan, kran uap di buka. Bila tekanan uap sudah
menunjukkan angka Nol , tutup autoklaf baru boleh dibuka
8. Setelah dingin alat-alat sudah siap untuk dipakai
B. Waterbath
17
2. Cara Sterilisasi Kering
Panas Oven
18
2.2 Wadah Plastik
Plastik sering dinyatakan sebagai bahan sintesis yaitu merupakan kelompok besar dari
polimer tinggi yang sifat fisika dan kimianya berlainan. Bahan sintesis adalah material dibuat
secara sintesis melalui perubahan produk alami molekul tinggi atau bahan sintesis penuh dari
reaksi senyawa dasar. Plastik termasuk kedalam bahan sintesis organik. Plastik dapat
dibedakan atas :
19
molekul monomer berlangsung secara kontinyu dengan diikuti pembentukan produk reaksi
molecular rendah (misalnya HCl, NaCl, NH3 dan H2O). Dalam hal ini terbentuk produk
antara secara bertahap yang bisa diisolasi maupun yang berkondensai lebih lanjut. Dengan
makin lamanya reaksi yang terjadi tingkat kondensasi dari senyawa juga meningkat. Produk
yang di hasilkan dari polikondensasi adalah fenoplastik, aminoplastik, poliester dan beberapa
poliamida. Oleh karena itu polimerasi dan polikondensasi harus dibedakan dimana dengan
semakin lamanya reaksi tersebut pertama jumlah makromolekulnya meningkat sedangkan
pada polikondensasi tingkat polimerisasi masing-masing molekulnya yang berkembang.
Secara umum senyawa polikondensasi dan poliadisi lebih cocok digunakan untuk
kepentingan farmasetik dari pada polimerisasi oleh karena hanya sedikit atau bahkan sama
sekali tidak memerlukan bahan tambahan sehingga toksisitas hanya bersumber dari bahan
asalnya.
Pembuat lunak, bahan ini digunakan untuk menghasilkan plastisitas, elastisitas dan
fleksibilitas yang diperlukan. Kedalam bahan ini terbilang gliserol, glikol, alcohol tinggi, ester
dari asam dikarboksilat(asam ftalat, asam adipat, asam sebasinat). Untuk tujuan farmasi,
trikresilfosfat yang dahulu digunakan, tetapi mengingat toksisitasnya saat ini tidak lagi terpakai.
Pembuat lunak menurut atuarannya tidak terikat secara kimia oleh makromolekul. Pembuat
lunak yang mudah terlepas dari plastic mempermudah migrasi bahan pembantu lainnya.
Stabilisator, bahan ini digunakan sebagai pelindung terhadap cahaya, panas, oksigen,
kelembapan, sinar terionisasi, serta perbaikan kemantapan penuaanya. Mereka bekerja sebagai
antioksidan dan bahan penghambat untuk mencegah pemisahan bahan sintesis. Dalam hal ini
digunakan garam alkali anorganik dan alkal tanah, garam dari lemak, senyawa timah
dialkali(stabilisator timah organo terutama digunakan pada hasil pembuatan PVC sejernih gelas),
turunan urea, ester asam beta amino kroton, alkohol alifatik, amin aromatic dan lemak
terepoksidasi.
Bahan pengisi, dalam hal ini digunakan misalnya titanium dioksida dan kalsium
karbonat. Bahan pembantu semacam itu, atas dasar hidrofilinya dapat menyebabkan tekanan
antar rantai makromolekuler akibat penimbunan air sehingga permeabilitasnya terhadap bahan
hidrofil meningkat.
20
Pengapsorbsi UV, bahan ini menurunkan permeabilitas cahaya UV dalam skala daerah
yang luas dan melindungi bahan obat yang peka uv. Untuk maksud tersebut digunakan turunan
benzotriazol, benzofenon, turunan asam salisilat dan akrilnitrit tersubtitusi.
Bahan pewarna, untuk bahan pewarna yang paling penting dalam hal ini adalah pigmen.
Sebagai bahan pembantu selanjutnya adalah katalisator, tensit dan bahan pengeras.
A. Antioksidan
Polimer sering kali terurai dengan adanya panas, cahaya, ozon dan tekanan mekanik
yang menimbulkan udara yang terperangkap selama proses pembuatan dan penggunaan akhir.
Reaksi oksidasi dapat menghasilkan bentuk radikal bebas yang dikontribusikan secara bergiliran
untuk degradasi polimer yang menyebabkan plastik kehilangan fisik penting dan sifat mekanik.
Dengan adanya antioksidan di dalam formulasi plastik akan mengurangi tingkat degradasi secara
significant dan memperpanjang umur penggunaan wadah plastik tersebut.
Ada dua tipe antioksidan, yaitu:
1) Antioksidan primer: merupakan ujung rantai radikal bebas. Pada dasarnya antioksidan
primer merupakan donor hydrogen yang dapat mengakhiri reaksi penggabungan radikal
bebas. Contoh: arilamin sekunder.
2) Antioksidan sekunder: dapat merusak peroksida dan hal ini menyebabkan eliminasi
pembentukan radikal bebas. Contoh: fosfat dan tioester.
Sering kali lebih dari satu antioksidan digunakan dalam suatu polimer untuk mendapatkan efek
yang sinergis dari kombinasi beberapa antioksidan.
B. Stabilizer
Berguna untuk mencegah degragasi polimer oleh panas dan cahaya. Selain itu juga dapa
berguna untuk memperpanjang umur polimer. Contoh: garam asam lemak, oksida anorganik,
organometalik.
C. Lubricant
21
mengalir selam rposes pencetakan. Lubricant juga memodifikasi permukaan polimer yang dibuat
agar polimer tersebut tidak melekat pada mesin pencetak. Lubricant yang paling banyak dipakai
adalalah asam lemak, logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty alcohol, fatty esters, fatty
amides.
D. Plasticizer
22
ditekan ke dinding sebuah bodi berongga melalui peniupan udara bertekanan sehingga
membentuk wadah.
2.2.5Jenis-jenis Plastik
1. Plastik yang digunakan untuk wadah sediaan parenteral volume besar (LVP) :
Polyolefins
1. Polypropylene
Polypropylene adalah polyolefin yang paling banyak digunakan. Polyethylene berbentuk
linear. Struktur kimianya disusun secara komplit oleh carbon dan hidrogen.
-(- CH2 – CH(CH3) – CH2 – CH(CH3) -)-n
Pengulangan dari struktur ini memberikan struktur kristal yang tinggi. Dalam susunan kristal,
gugus-CH3 menambah kekakuan dari polimer. Polypropylene memiliki daya rentang yang tinggi
yang mampu menahan tekanan. Daya rentang yang tinggi, dalam hubungannya dengan titik leleh
yang tinggi pula yaitu 165 C, sangat penting untuk manufaktur LVP karena wadah yang dibuat
dari polypropylene memiliki kemapuan untuk menahan temperatur tinngi pada proses sterilisasi
tanpa terurai.
Polypropylene sangat resisten terhadap hampir semua pelarut organik pada temperatur
kamar, asam dan basa kuat. Polypropylene merupakan barier yang baik terhadap gas dan uap
air. Selain itu juga wadah yang terbuat dari polypropylene memberikan kejernihan yang
memuaskan. Kelemahan yang dimiliki polypropylene adalah rapuh pada temperatur kamar.
2. Polyethylene
Low density atau polyethylene yang bercabang adalah polimer etilen bercabang yang
dikomersialkan pertama kali. Polyethylene tipe ini disebut juga LDPE (Low Density
Polyethylene). Pada penggunaannya LDPE ini digantikan oleh linear low density polyethylene
(LLDPE) yang sedikit lebih mahal dan memiliki properti yang lebih diinginkan.
3. Copolymer
Kopolimer dari ethylene dan propylene telah banyak digunakan sebagai wadah sediaan
LVP. Dalam kenyataannya, polypropylene dan kopolimer dari etilen-propilen merupakan
polyolefins yang paling banyak digunakan sebagai wadah LVP.
Dengan pepaduan sedikit fraksi etilen sebagai kompleks polimer dengan propilen,
sejumlah sifat yang diinginkan dapat diperoleh. Penggabungan etilen mengurangi kekakuan atau
kekerasan dari propilen, memperbaiki pengolahan, dan sedikit mengurangi titik leleh dari
propilen. Titik lelehnya berkisar antara 145 dan 150 C. Hal ini membuat kopolimer ethyl
propylene (EP) cocok untuk digunakan pada sterilisasi uap.
23
Poly (vinyl Chloride)
Poly(vinyl chloride) atau PVC memiliki monomer vinyl dari monokloroetan. PVC
dihasilkan dari polimerisasi gas vinyl klorida (CH2=CHCl) dengan inisiator seperti peroksida
organik atau persufat anorganik. Inisiator bekerja untuk menghasilkan radikal bebas dan
menggabungkan reaksi polimerisasi. Hal ini dapat digambarkan sebagai:
R1OOR2 R1O* + R2O*
Dimana R1OOR2 adalah peroksida organik. Setelah radikal bebas peroksida dibentuk, reaksi
dengan monomer vinyl terjadi dan kemudian digabungkan.
Semua produk yang terbuat dari PVC, 45% brsifat fleksibel. Sifat-sifat dari PVC antara lain
adalah sebagai berikut:
- Rusak pada pemanasan yang berlebihan mulai 280 C
- Barier yang sangat baik terhadap minyak menguap, alkohol dan pelarut petrolatum.
- Menahan odors dan flavors.
- Barier yang baik terhadap oksigen, tidak dipengaruhi oleh asam, basa kecuali beberapa
asam oksidator.
- Memiliki kerapatan yang lebih tinggi (1,16–1,35 g/cm3) dibandingkan dengan polimer
lain seperti polyethylene (0,92–0,96 g/cm3) dan polypropylene (0,90 g/cm3).
Tabel 2. Formulasi komponen PVC
Component Level (phr)a
PVC resin 100
Plastikizer 30 – 40
Stabilizer 0,25 - 7
a
phr = parts per hundred parts of resin by weight
Polystyrene
- Rigid, plastik kristal yang jernih, tidak bermanfaat untuk produk cair.
- Transmisi uap air tinggi dan permeabilitas terhadap oksigen tinggi.
- Wadah mudah tergores dan mudah retak bila jatuh.
- Titik lelh rendah (190 F) tidak dapat untuk bahan panas.
- Tahan terhaadp asam (kecuali asam oksidator kuat) dan basa, dipengaruhi oleh bahan
senyawa kimia dan menyebabkan mudah retak.
Nylon
- Dibuat dari asam dibasa dan diamin (Nylon 6/10 : 6 atom karbon dalam diamin dan 10
dalam asam).
- Nylon dan poliamin tertentu dapat dibuat menjadi wadah dinding tipis.
- Dapat di sterilisasi dengan autoclave, sangat kuat dan cukup sulit dirusak secara mekanik.
- Tahan terhadap berbagai bahan organik dan anorganik.
- Impermiabilitasnya tinggi terhadap oksigen.
- Bukan barier yang baik terhadap uap air.
24
Polycarbonate
- Rigid seperti gelas dan dapat disterilkan berulang.
- Cukup tahan terhadap bahan kimia.
- Barier yang cukup terhadap kelembaban.
- Tahan terhadap asam encer, zat oksidator dan reduktor, garam, minyak, minyak pelumas,
dan hidrokarbon alifatik.
- Dipengaruhi oleh alkali, amin, keton, ester, hidrokarbon aromatik, dan beberapa alkohol.
- Mahal
25
Poliakrilat, Polimetakrilat
Senyawa ini sering digunakan dalam penyembuhan cacat tubuh, pembuatan gigi buatan,
materi pengisi gigi serta sebagai bahan pemantap perban, bahan pelekat plester, lak penyalut dan
penukar ion. Monomernya mampu berpolimerisasi pada jaringan dan dalam pembedahan
digunakan sebagai pelekat jaringan.
Harsa Fenol, Harsa Melamin
Mereka digunakan untuk membuat tutup sekrup gelas-gelas obat.
Harsa Epoksida
Duro harsa ini terbentuk melalui penggantian epiklorhidrin dengan senyawa hidroksi
aromatik disertai penambahan alkali hidroksida. Sebagai harsa atau lak mereka banyak
digunakan dalam bidang teknis antara lain dalam industry farmasi sebagai cat korosi padat yang
mongering di udara atau sebagai komponen dasar pipa tahan tekanan tinggi atau wadah.
Poliuretan
Poliuretan adalah termoplastik yang diperoleh melalui poliadisi dari diisosianat dan
senyawa-senyawa yang mengandung gugus hidroksil. Mereka digunakan sebagai bahan serabut,
lak atau bodi padat dan poliuretan juga dapat digunakan untuk pembuatan elastic.
Silikon
Sebagai makromolekular, senyawa organic silisium dibedakan menjadi harsa
(duroplastik), minyak (fluidoplastik) dan karet silikon. Silikon digunakan sebagai lak, cairan
penghantar panas, bahan pelumas, bahan pengisolasi, penghilang busa serta bahan
penghidrofobisasi gelas (misalnya untik ampul-ampul), serabt dan jaringan (misalnya plester)
dan juga sebagai komponen dari salap dan penghidrofobisasi material pengemas.
26
berarti bahwa gelas dapat digunakan pada aplikasi LVP tanpa deretan uji yang umum. Walaupun
keuntungan bahan gelas melebihi bahan plastik, penggunaan bahan plastik didukung oleh
spesifikasi USP XXI-NF XVI. Secara umum berbagai wadah atau komponen yang kontak
langsung dengan cairan LVP harus diveluasi dengan perhatian yang khusus.
Berbeda dengan bahan plastik, penggunaan gelas sebagai wadah LVP telah diterima sejak
dulu kala karena kebijakan lebih dahulu dan penggunaan dalam waktu yang lama. Hal ini bukan
berarti bahwa gelas dapat digunakan pada aplikasi LVP tanpa deretan uji yang umum. Walaupun
keuntungan bahan gelas melebihi bahan plastik, penggunaan bahan plastik didukung oleh
spesifikasi USP XXI-NF XVI. Secara umum berbagai wadah atau komponen yang kontak
langsung dengan cairan LVP harus diveluasi dengan perhatian yang khusus.
1. Uji Fisika
a. Uji resin (Resin testing)
Berdasarkan penerimaan karet mentah, manufaktur farmasi mencatat banyaknya jumlah dari
karet mentah dan percaya tingkat spesifikasi penerimaan ditetapkan oleh manufakture resin. Uji
fisik yang dilakukan meliputi ukuran titik leleh dan ukuran endapan spesifik.
27
d. Keretakan wadah atau Paneling
Wadah dapat menjadi rapuh karena sterilisasi atau proses manufaktur yang tidak
sesuai. Pemeriksaan visual dilakukan pada waktu yang sama dengan pemeriksaan kejernihan
produk. Paneling adalah peristiwa dimana wadah rata atau memipih pada salah satu sisi dari
botol.
h. Pelabelan (labeling)
Label harus dilihat untuk memeriksa kelengkapan dari label pada wadah, termasuk
expiration date, penjelasan mengenai komposisi. Jika label stampel panas dicetak pada wadah
atau botol maka harus dilakukan uji kebocoran dan integritas untuk menegaskan bahwa tidak ada
kerusakn pada wadah setelah pencetakan.
2. Uji Kimia
Uji kimia dari wadah LVP dan bahan polimer mentah itu sendiri dilakukan tergantung pada
polimer yang digunakan dan sifat yang dinginkan pada wadah. Umumnya, pemeriksan kimia dari
polimer yang digunakan pada wadah LVP dilakukan oleh supplier/pemasok
polimer. Pemeriksaan tersebut meliputi analisis berat molekul, sisa pijar, presentase logam berat
dan pemeriksaan bahan tambahan seperti stearat atau antioksidan. Pemeriksaan meliputi:
a. IR spectra.
Identifikasi polimer dengan menggunakan spektroskopi IR sudah biasa dilakukan. Sampel
disiapkan pada pellet KBr atau tekanan kuat hingga menjadi lapisan yang tipis. Gugus seperti –
OH, C=O, dan –CH dapat identifikasi berdasarkan pita serapan yang khas.
28
b. Uji logam berat
Kalsium (Ca) dan seng (Zn) merupakan logam yang sering diuji, biasanya dilakukan dengan
menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrum). Logam berat ini ditambahkan pada formula
polimer LVP sebagai stabilizer (logam oksida), mold releasing agent (zinc stearat), pewarna,
seperti kalsium karbonat.
c. Pengisi tambahan
Pengisi ini merupakan bahan khusus yang harganya murah dan berguna untuk
memperpanjang polimer dan mengurangi harga plastik. Pengisi memiliki efek menguatkan dam
mengurangi penyusutan pada cetakan serta meningkatkan koefisien panas. Pengisi yang sering
digunakan adalah kalsium karbonat dan talc. AAS dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kalsium dari kalsium karbonat dan analisis thermogravimetric dapat digunakan untuk
mengevaluasi jumlah talc yang diisikan pada polimer.
d. Plasticizer
Plasticizer seperti senyawa phtalat (DEHP, di-2-ethyl-hexylphtalate sering digunakan pada
wadah PVC) harus diperiksa untuk melihat apakah terjadi leaching dari wadah parenteral ke
larutan dengan akumulasi lebih lanjut di jaring tubuh dan organ pasien.
e. Antioksidan
Produk polyolefin mengandung antioksidan tertentu, seperti BHT (butylated
hydroxytoluene) dan DLPTDP (dilauril thiopropionate). Untuk mengekstraksi antioksidan ini
dapat digunkan kloroform sebagai pelarut. Saat ini, ketika bahan plastik digunakn untuk wadah
LVP, QC testing akan menghitung secara kuantitatif antioksidan yang lepas atau migrasi dari
wadah ke cairan LVP untuk memeriksa bahwa senyawa yang lepas masih di bawah tingkat
toksik.
29
langsung, atau dengan ekstrak khusus yang dibuat dari bahan uji. Hal yang penting adalah
menyediakan luas permukaan spesifik untuk ekstraksi. Jika luas permukaan specimen tidak dapat
ditentukan, gunakan 0,1 g elastomer atau 0,2 g plastik atau bahan lain untuk setiap mL cairan
ekstraksi. Juga penting untuk berhati-hati dalam penyediaan bahan-bahan tersebut untuk
menghindari kontaminasi mikroba dan zat asing lain.
Prosedur :
Penyiapan sampel untuk ekstrak. Lakukan prosedur seperti yang tertera pada Uji Reaktivitas
secara Biologi in-vivo.
Penyiapan ekstrak. Lakukan penyiapan ekstrak seperti yang tertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi in-vivo, menggunakan larutan ijeksi Natrium Klorid (natrium klorida 0,9%) atau media
biakan sel mamalia bebas serum sebagai pelarut ekstraksi. (Catatan bila ekstraksi dilakukan pada
suhu 37֯C selama 24 jam, dalam inkubator, gunakan mdia biakan yang ditambah serum. Kondisi
ekstraksi tidak boleh menyebabkan perubahan fisik seperti fusi atau pelelehan potongan kecuali
sedikit pelengketan.
Radiasi pingion adalah energy tinggi yang terpencar dari radiasi isotope radioaktif seperti
sinar gamma atau yang dihasilkan oleh percepatan mekanis electron sampai ke kecepatan dan
energy tinggi (sinar katode, sinar beta). Sinar gamma mempunyai keuntungan multak karena
30
tidak menyebabkan kerusakan mekanik, namun demikian kekurangan sinar ini adalah di hentikan
dari mekanik electron akselerasi (yang dipercepat) keuntungan electron yang dipercepat adalah
kemampuannya memebrikan output laju dosis yang lebih seragam.
Radiasi pengion juga digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan obat dan bahan-bahan
formulasi. Kompabilitas dari bahan yang disterilkan dengan radiasi dalah factor yang harus
diperhatikan sejak bahan-bahan dan alat-alat dipengaruhi oleh radiasi, mungkin tidak dengan
segera dilakukan penanganan tetapi setelah stabilitas produk dipengaruhi. Untuk bahan-bahan
medis dan plastic, perubahan dari sterilisasi etilen oksida ke sterilisasi radiasi membutuhkan
penetuan efek radiasi jangka pendek dan jangka panjang dan kadang membutuhkan modifikasi
produkbahan plastic dan karet untuk membuatnya sesuai dengan sterilisasi radiasi.
2. Sterilisasi Gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemamparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme
dan sporannya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi kedalam pori dan serbuk padat,
sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terksristal akan dibunuh.
Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi untuk mesterilkan bahan-bahan dan
menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan
kareaktifannya terhadap bahan yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya thiamin,
riboflavin, dan stertomisin kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen oksida.
Sterilisasi gas berjalan lambat, waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi
kelembaban, termperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi minimum etilen oksida
dalam 450mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85oC dan 50% kelembaban relative dibutuhkan 4-5jam
pemaparan. Dibawah kondisi sama 1000mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3jam. Dalam partikel 6
jam pemaparan etilen oksida digunakan untuk menyiapkan tepi yang aman dan memperoleh
waktu untuk penetrasi gas kedalam bahan sterilisasi. Sisa gas dihilangkan dengan terminal
vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang difiltrasi. Cara ini digunakan untuk mnsterilkan
obat serbuk seperti penisilin, juga telah digunakan untuk sterilisasi benang, plastic tube.
Pengunaan etilen oksida untuk sterilisasi akhir peralatan parenteral tertentu kertas karf dan
lapisan tipis polietilen, semprot aerosol oksida telah digunakan untuk mensterilkan daerah
dimana dilakukan teknis aseptis.
Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini
menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan mikroorganisme
tersebut. Prnghilangan mikroorganisme secara fisik melalui penyaringan dengan matriks pori
ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya.
Cara sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau bahan yang tidak
tahan terhadap panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara sterilisasi lain. teknologi tinggi
31
membrane filtrasi meningkatkan pengunaan sterilisasi filtrasi, khususnya jika digunakan
berpasangan dengan system proses aseptic.
b. Filter seitz
Bagian dari filter ini dibuat dari bahan asbestos yang dijepit pada dasar wadah besi.
Keuntungan utama dari filter seitz adalah lapisan filter dapat dibuang setelah digunakan dan
untuk masalah ini pembersihannya berkurang. Efisiensi dari filter ini tergantung pada
pengembangan serat dan lapisan filter oleh air. Karena larutan alcohol pekat tidak mengembang,
filter ini tidak digunakan untuk mensterilkan larutan yang mengandung alcohol dengan jumlah
besar. Filter ini mampu dengan kapasitas volume daro 30ml hingga lebih 100ml.
Kerugian pertama dari filter ini cenderung memberikan komponen magnesium pada filtrat.
Bahan alkalin ini dapat menyebabkan pengendapan dari alkaloid bebas dari garamnya dan dapat
menginaktifkan bahwa yang sensitiv seperti insulin, ekstrak pituitary, epinefrin, dan apomorphin.
Hal ini dapat diatasi dengan perawatan pertama dengan filter dengan dibasahkan dengan HCl dan
kemudian dibilas dengan air.
Kerugian kedua dari seitz adalah permukaan serat dari lapisan filtrat, membuat larutan tidak
cocok untuk injeksi. Ini dapat diatasi dengan menempatkan ayakan dari nilon atau sutra, di
bawah lapisan filter sebelum menempatkan lapisan di dalam filter atau sebuah fritted glass dapat
ditempelkan pada saluran. Kedua untuk menghilangkan serat. Filter seitz juga cenderung
menghilangkan substrat dari filtrate dengan absorpsi.
c. Filter Swinny
Filter Sintered Fritted-Glass dapat dihancurkan oleh kandungan dalam serbuk, tombol bulat
dari gelas digabungkan bersama dengan penggunaan panas untuk menempatkan ukuran dari
bentuk potongan. Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan berkembangnya ukuran.
Setelah potongan dibentuk, potongan disegel dengan pemanasan didalam gelas pirex seperti
corong Buchner.
e. Filter Selas
Filter ini secara kimia, menjadi resistensi terhadap semua larutan yang tidak menyerang silika.
Karena masingmasing partikel meliputi filter semata-mata bersama selama proses manufaktur,
ada bahaya kecil partikelpartikel dari filter jauh dalam larutan.
f. Filter Candles-Pasteur-Chamberland
32
Ada pemanasan dengan Bekerfeld tetapi dibuat dari pori porselen tak berkaca dengan pori
kecil yang menghasilkan filtrasi lambat. (Lacman,1986)
1. Komponen produk yang bersentuhan langsung dengan bahan plastik tidak diadsorpsi secara
signifikan pada permukaan plastik tersebut dan tidak bermigrasi ke atau melalui plastik
2. Bahan plastik tidak melepaskan senyawa-senyawa dalam jumlah yang dapat mempengaruhi
stabilitas produk atau dapat menimbulkan risiko toksisitas.
33
3) Tidak boleh membebaskan bahan asing kedalam kandungannya (absorbsi, absorbsi).
Komponen toksis atau komponen lain dari bahan sintetis yang dapat bermigrasi kedalam
kandungan harus serendah mungkin, sehingga tidak bersifat merusak,
4) Sebaiknya menunjukan kemantapan absolut terhadap bahan obat,bahan pembantu galenik
dan bahan pelarut semua jenis,
5) Tidak boleh menimbulkan perubahan konsentrasi. Yang mempengaruhi efek terapetik
dari preparat,
6) Bahan sintetis untuk wadah larutan injeksi, mengingat kontrol pengamatan yang
dilakukan.harus memiliki transparansi yang baik,
7) Bahan sintetis, tergantung tujuan penggunaannya harus mempunyai elastisitas yang
memuaskan, kekompakan tekan atau mantap terhadap koyakan dan penuaan,
8) Bahan sintetis harus dapat dilas dengan baik, dan dapat dibuat dengan murah.
(Anonim,1995)
B. Larutan
Dari wadah bahan sintesis disyaratkan bahwa bahan tersebut tidak merugikan medikamen
yang ada pada kondisi luar yang tidak menguntungkan dan jangka waktu penyimpanan yang
panjang. Pada sediaan obat dalam bentuk cairan atau larutan obat pengawasan antaraksi antara
material pengemasan dan larutan dinilai sangat penting artinya. Problem khusus ditimbulkan
oleh penutup wadah. Pada botol gelas tampak lebih menguntungkan dimana lokasi kritis yang
ada pada tutup karet hanya mempunyai luas permukaan kontak yang kecil terhadap
kandungannya. Disamping itu pada penyimpanan yang benar, bahan tadi tidak kontak langsung
dengan kandungannya. Sebaliknya pada wadag bahan sintesis luas permukaan dan waktu kontak
antara larutan dan material dinding wadah sangat besar.
34
KESIMPULAN
Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua bentuk organisme.
Wadah gelas (kaca) merupakan pilihan utama wadah sediaan farmasi karena tranparansinya dan
tahan terhadap dekomposisi oleh atmosfer atau kimia produk. Depirogenasi Wadah gelas : glass :
dry heat (2300C 60-90’ atau 2500C 30-60’). Gelas terutama tersusun dari pasir (silica yang
hampir murni), soda abu (natrium karbonat), batu kapur (kalsium karbonat), dan cullet (pecahan
gelas yang dicampur dengan batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan penyatu untuk
seluruh campuran). Jenis wadah gelas ada 2 yaitu ampul dan vial. Dan sterilisasinya dengan
menggunakan metode uap panas dan panas kering. Penutupnya berupa karet yang juga
distrerilisaskan. Pengujian wadah gelas dengan menggunakan 2 metode yaitu metode serbuk
gelas dan metode permukaan. Sedangkam wadah plastik untuk produk farmasi pada mulanya di
buat dari polimer-polimer berikut ini : polietilen, polipropilen, polivinil klorida, polistiren dan
juga meski tidak begitu banyak, polimetir metakrilat, polietilen tereftalat, politrifluoroetilen,
amino formaldehid dan poliamida. Untuk wadah- wadah plastik pada umumnya zat penambah
dapat terdiri dari antioksidan, zat antistatik, warna, pelincir dan stabilisator. Peracikan
termoplastik pada hakekatnya dilakukan melalui cetakan semprot, ekstrudisasi dan gelombong
ekstrusi.
35
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen kesehatan RI
Ansel, Howard C, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press: Jakarta.
Ansel,H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta : UI-Press
Block, Seymour S, eds. Disinfection, Sterilizaion, and Preservation. 5th ed. USA: Lippincott
Williams & Wilkins, 2001.
Depkes RI, 1995.Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Direktorat Jenderal POM. Dep Kes RI.
Jakarta
Depkes RI, 2013. Farmakope Indonesia Edisi ke V. Direktorat Jenderal POM. Dep Kes RI.
Jakarta
Fardiaz, S. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1992.
Goeswin, A. 2009. Sediaan Farmasi Steril. ITB. Bandung
Kurniawan, Dhadang Wahyu & Teuku Nanda, S.S.2012. Teknologi Sediaan Farmasi
.Purwokerto : Laboratorium Farmasetika Undoed.
Lachman, Leon, Herbert A. Lieberman dan Joseph L. Kanig., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri Jilid III, UI Press: Jakarta.
Lacman,L,et all. 1986.Teori dan Praktek Industry Farmasi Third Edition. Philadelphia : Lea and
Febiger
Pelozar, M.J. dan E.C.S. Chan. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta UI Press, 1988.
Purnawijayanti, Hiasinta A. Sanitasi , Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengelolaan
Makanan. Yogjakarta: Kanisius. 2001.
Stefanus, Lukas. Formulasi Steri. Indonesia: ANDI, 2006.
Sumarsih, Sri. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya. 2010.
Sunarmi, Yohana Ipuk dan Cahyo Saparinto. Usaha 6 Jenis Jamur dalam Skala Rumah Tangga.
Depok: Penebar Swadaya, 2010.
Voight,R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Gadjah mada university press
36
37