Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH FTS-STERIL

WADAH SEDIAAN STERIL

DISUSUN OLEH :

RIZQA FAUZIYAH FADHILAH 20140511064026

PRODI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2018

i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
2.1 Wadah Gelas (kaca) ......................................................................................................... 4
2.1.1 Definisi Wadah Gelas (kaca) ......................................................................................... 4
2.1.2 Fungsi Wadah Gelas (kaca) ...................................................................................... 4
2.1.3 Komposisi Wadah Gelas (kaca) ................................................................................ 4
2.1.4 Persyaratan Wadah Gelas (kaca) ................................................................................... 4
2.1.5 Tipe Wadah Gelas (kaca) ............................................................................................... 5
2.1.6 Cara Pembuatan Wadah Gelas (kaca) ............................................................................ 6
2.1.7 Penutup pada Wadah Gelas (kaca) ................................................................................ 7
2.1.8 Pengujian pada Wadah Gelas (kaca)............................................................................ 10
2.1.9 Pencucian Wadah Gelas (kaca) ............................................................................... 15
2.1.10 Contoh Penggunaan Wadah Gelas pada Sediaan Farmasi ......................................... 15
2.1.11 Kelebihan dan Kekurangan Wadah Gelas (kaca) ..................................................... 15
2.1.12 Cara Sterilisasi Wadah Gelas ..................................................................................... 16
1. Cara Sterilisasi Basah ..................................................................................................... 16
2. Cara Sterilisasi Kering ................................................................................................... 18
2.2 Wadah Plastik................................................................................................................. 19
2.2.1 Definisi Wadah Plastik ................................................................................................ 19
2.2.2 Bahan Pembantu .......................................................................................................... 20
2.2.3 Bahan Tambahan ......................................................................................................... 21
2.2.4 Teknologi Pembuatan .................................................................................................. 22
2.2.5Jenis-jenis Plastik .......................................................................................................... 23
2.2.6 Evaluasi dan Uji Plastik untuk LVP ............................................................................ 26
2.2.7 Evaluasi dan Uji Plastik ............................................................................................... 27
2.2.8 Sterilisasi Wadah Plastik.............................................................................................. 30
2.2.9 Kriteria wadah plastik .................................................................................................. 33
2.2.10 Keuntungan & Kerugian Penggunaan Plastik............................................................ 33

ii
2.2.11 Penggunaan Plastik sebagai Bahan Kemas Farmasetik ............................................. 33
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 36

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua bentuk
organisme (Purnawijayanti, 2001). Suatu benda yang steril, dipandang dari sudut
mikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup yang tidak diinginkan. Suatu benda
atau substansi hanya dapat steril atau tidak sreril tidak akan mungkin setengah steril atau
hampir steril (Pelozar, 1988). Sedangkan menurut Fardiaz, sterilisasi yaitu suatu proses untuk
membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan didalam suatu medium
tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak (Fardiaz, 1992).

Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang tersedia sekarang ini
yang benar – benar tidak reaktif, terutama dengan larutan air. Sifat fisika dan kimia
mempengaruhi kestabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika diberikan pertimbangan utama
dalam pemilihan wadah pelindung (Lachman, 1994).

Kemasan adalah wadah, tutup dan selubung sebelah luar. Kemasan dapat
mempengaruhi stabilitas dan mutu produk akhir. Untuk menjamin stabilitas dari produk ada
syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bahan kemas yang kontak langsung dengan produk
baik cair, padat, semipadat. Bahan kemas primer adalah bahan kemas yang kontak langsung
dengan bahan yang dikemas produk antara lain : strip/blister, botol, ampul, vial, plastic, dan
lain-lain. Bahan kemas sekunder adalah pembungkus selanjutnya, biasanya dikenal dengan
inner box. Bahan kemasan primer adalah pembungkus setelah sekunder biasanya berupa
outer box. Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas
terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan
baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak
berpengearuh terhadap stabiltas (Kurniawan,2012)

Material yang digunakan memiliki sifat yang berbeda. Contohnya gelas, porselen,
logam, produk selulosa (kertas, lem, gelas sel). Jenis gom, gabus, bahan sintetis dan lain-lain.
sebagai jenis pengemas khusus adalah kemasan pengaman bagi anak-anal. Jenis ini berfungsi
untuk menghalangi atau menyulitkan pengambilan obat oleh anak kecil, sehingga bahaya
keracunan obat dapat dihindari. Syarat ini direalisasikan misalnya pada larutan tetea melalui
mekanisme penutup ganda. Kemasan sekali pakai diistilahkan dengan kemasan satu dosis.
Bahan pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan steril yaitu gelas, plastic,
elalstik/karet dan metal/logam.

Material yang digunakan memiliki sifat yang berbeda. Contohnya gelas, porselen,
logam, produk selulosa (kertas, lem, gelas sel). Jenis gom, gabus, bahan sintetis dan lain-lain.
sebagai jenis pengemas khusus adalah kemasan pengaman bagi anak-anak. Jenis ini

1
berfungsi untuk menghalangi atau menyulitkan pengambilan obat oleh anak kecil, sehingga
bahaya keracunan obat dapat dihindari. Syarat ini direalisasikan misalnya pada larutan tetes
melalui mekanisme penutup ganda. Kemasan sekali pakai diistilahkan dengan kemasan satu
dosis. Bahan pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan steril yaitu gelas, plastik,
elalstik/karet dan metal/logam. Pembagian wadahuntuk injeksidibagimenjadiduamacamyaitu:

1. Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah
obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang
bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril.
Contoh: ampul.
2. Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya
perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian
yang tertinggal.
Contoh:vial atau botol serum
Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan
suatu produk. Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat fisika dan
kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan pemasarannya. Secara umum,
hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah adalah:
a) Harus cukup kuatuntuk menjaga isi wadah dari kerusakan.
b) Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah
c) Penutup wadah harus bisa mencegah isi:
 Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah
 Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap
yang akan mempengaruhi penampilan dan bau produk.
d) Untuk sediaan jenis tertentu harus dapa tmelindungi isi wadah dari cahaya
e) Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat
wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui
dinding wadah serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah
f) Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik.

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa defenisi dan fungsi dari wadah sediaan steril?
2. Bagaimana komposisi serta Persyaratan dari wadah sediaan steril ?
3. Bagaimana penggolongan dari masing-masing tipe sediaan steril ?
4. Bagaimana cara pembuatan wadah tipe sediaan steril ?
5. Penutup wadah apa saja yang digunakan wadah tipe sediaan steril ?
6. Bagaimana pengujian serta pencucian pada wadah tipe sediaan steril ?
7. Apa saja contoh dari penggunaan wadah tipe sediaan steril dalam sediaan farmasi?
8. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari wadah tipe sediaan steril ?
9. Bagaimana cara sterilisasi pada wadah tipe sediaan steril ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mendeksripsikan defenisi dari wadah tipe sediaan steril.
2. Untuk mengetahui Persyaratn dari wadah sediaan steril.
3. Untuk mengetahui penggolongan dari masing-masing wadah sediaan steril.
4. Untuk mengetahui pengujian wadah sediaan steril.

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Wadah Gelas (kaca)

2.1.1 Definisi Wadah Gelas (kaca)


Menurut Keputusan Kepala BPOM RI No HK.00.05.4.1745, Wadah adalah kemasan
yang bersentuhan langsung dengan isi. Menurut SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71 peraturan
tentang pembungkusan dan penandaan wadah, Wadah adalah salah satu komponen yang
penting untuk sediaan farmasi, karena ketidaksesuaian wadah akan mempengaruhi obat
secara keseluruhan termasuk kestabilan dan efek terapi obat.
Gelas merupakan pilihan utama wadah sediaan farmasi karena tranparansinya dan tahan
terhadap dekomposisi oleh atmosfer atau kimia produk.Depirogenasi Wadah gelas : glass :
dry heat (2300C 60-90’ atau 2500C 30-60’)

2.1.2 Fungsi Wadah Gelas (kaca)


- Mewadahi sediaan obat agar tidak berinteraksi dengan lingkungan.
- Melindungi sediaan obat terhadap kerusakan fisik.
- Memberi identitas terhadap isi secara lengkap dan tepat.
- Memungkinkan isi digunakan dengan cepat, mudah dan aman.

2.1.3 Komposisi Wadah Gelas (kaca)


Gelas terutama tersusun dari pasir (silica yang hampir murni), soda abu (natrium
karbonat), batu kapur (kalsium karbonat), dan cullet (pecahan gelas yang dicampur dengan
batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan penyatu untuk seluruh campuran).
Timah dalam jumlah kecil membuat gelas jernih dan berkilau. Alumina (Alumunium
oksida) sering digunakan menambah kekerasan dan keawetan serta menambah ketahanan
terhadap reaksi kimia.

2.1.4 Persyaratan Wadah Gelas (kaca)


- Tidak boleh bereaksi dengan bahan obat
- Tidak boleh mempengaruhi khasiat obat
- Tidak boleh memberikan partikel kecil ke dalam larutan injeksi
- Harus dapat memungkinkan pemeriksaan isinya dengan mudah
- Dapat ditutup-kedap dengan cara yang cocok
- Harus memenuhi syarat “uji wadah kaca untuk injeksi”

4
2.1.5 Tipe Wadah Gelas (kaca)
Tipe I – borosilicate glass (gelas borosilikat dengan daya tahan tinggi)
Pada gelas yang paling resisten ini, sebagian besar alkali dan kation tanah diganti
oleh Boron dan/atau aluminium serta zink. Ini lebih inert secara kimiawi daripada gelas
Natrium Karbonat, yang tidak mengandung atau hanya sedikit mengandung kation-kation
ini. Meskipun gelas dianggap sebagai bahan yang inert dan digunakan untuk diisi dengan
asam kuat dan alkali kuat serta untuk semua tipe pelarut, tetapi gelas menunjukkan reaksi
kimia yang jelas dan dapat diukur hasilnya dengan beberapa bahan, terutama dengan air.
Natrium bergabung bebas dengan silicon, dan dilepaskan dari permukaan gelas oleh air.
Air suling yang disimpan selama setahun dalamgelas jernih tidak berwarna dari tipe III
(yang diuraikan) mengambil 10-15 bagian per sejuta dari Natrium hidroksida dengan
sejumlah kecil bahan lain dari gelas. Penambahan kurang lebih 6% boron untuk
membentuk gelas Borosilikat tipe I mengurangi proses pelepasannya sehingga hanya 0,5
bagian per sejuta yang terlarut dalam waktu 1 tahun. Tipe I ini umumnya digunakan
untuk sediaan parenteral.
Tipe II – treated soda lime glass (gelas soda kapu yang diproses)
Bila alat gelas disimpan beberapa bulan, terutama dalam atmosfer yang lembab
atau dengan variasi temperatur yang ekstrem, pembasahan permukaan oleh uap air yang
terkondensasi mengakibatkan terlarutnya garam-garam dari gelas. Hal ini dinamakan
“berbunga” atau “terkena pengaruh”, dan pada tahap awal menampilkan kristal-kristal
halus pada gelas. Pada tahap ini, garam-garam dapat dicuci dengan air atau asam.
Wadah-wadah tipe II dibuat dari gelas Natrium karbonat yang ada dalam
perdagangan dan telah didealkalisasi (dihilangkan alkalinya), atau diolah sehingga alkali
hilang dari permukaan.
Proses dealkalisasi dikenal sebagai “pengolahan dengan sulfur”, dan pada hakikatnya
mencegah “terkena pengaruh” dari botol-botol kosong. Pengolahan yang dianjurkan oleh
beberapa pengusaha gelas yaitu membiarkan gelas terkena atmosfer yang mengandung
uap air dan gas asam, terutama sulfur diosida pada temperatur yang meningkat. Ini
mengakibatkan reaksi antara gas-gas dengan sedikit alkali permukaan, menyebabkan
permukaan cukup tahan terhadap pengaruh air selama jangka waktu tertentu. Alkali yang
dihilangkan dari gelas timbul sebagai bunga sulfat pada permukaan gelas, yang
dihilangkan jika wadah-wadah dicuci sebelum diisi. Pengelolahan dengan sulfur
menetralkan alkali oksida pada permukaan, sehingga menyebabkan gelas lebih tahan
(resisten) terhadap bahan kimia. Pada umumnya digunakan untuk sediaan parenteral
bersifat asam dan netral.

Tipe III – regular soda lime glass (gelas soda kapur biasa)
Adalah gelas soda kapur silica yang memiliki daya tahan kimiawi yang cukup
sehingga tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Wadah-wadah tidak diolah
dulu dan dibuat dari gelas Natrium karbonat yang ada dalam perdagangan dengan

5
ketahanan terhadap bahan kimia yang sedang atau lebih dari sedang. Biasanya tidak
digunakan untuk sediaan parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai
menunjukkan bahwa kaca/gelas tipe III memenuhi untuk sediaan parenteral yang dikemas
didalamnya.

Tipe NP – general purpose soda lime glass (gelas soda kapur untuk penggunaan umum)
Wadah-wadah terbuat dari gelas Natrium karbonat dipasok untuk produk non
parenteral yang dimaksud untuk pemakaian oral atau topikal (Goeswin A, 2009).

Gelas Komposisi Siifat-sifat Aplikasi

Tipe I Borosilikat REsistensi terhadap hidrolisis Sediaan parenteral


tinggi,eksoprasi termal rendah asidik dan netral,bisa
juga untuk sediaan
alkaline yang sama

Tipe II Kaca soda Resistensi hidrolitik relative Sediaan parenteral


kapur(Dipelakukan tinggi asidik dan netral,bisa
dealkalisasi) juga untuk sediaan
alkali yang sesuai

Tipe III Kaca sioda kapur Sama dengan tipe II tapi dengan Cairan anhidrat dan
(tidak mengalami pelepasan oksida produk,sediaan
perlakuan) parenteral hanya jika
sesuai

Tipe NP Kaca soda kapur Resistensi hidrolitik sangat Hanya digunakan untuk
penggunaan umum) rendah sediaan non parenteral
(Oral,tipikal,dan
lainnya)

2.1.6 Cara Pembuatan Wadah Gelas (kaca)


Dalam produksi gelas dipakai pada saat pembuatan yaitu meniup, menarik, menekan dan
menuang. Peniupan menggunakan udara yang ditekan untuk membentuk cairan gelas ke
dalam ruang cetakan dari logam. Pada penarikan cairan gelas ditarik melalui cetakan atau
gulungan yang memberi bentuk pada gelas yang lunak contohnya batang gelas, tube gelas,
lembaran gelas dll.
Dalam penekananan digunakan kekuatan mekanis untuk menekan cairan gelas pada sisi
cetakan.cara menuang menggunakan kekuatan gravitasi atau sentrifugal yang menyebabkan
cairan gelas terbentuk dalam ruang cetakan.
Gelas berwarna-perlindungan Terhadap Cahaya. untuk tujuan dekoratif warna-
khusus seperti biru, hijau zamrud dan kuning opal dapat diperoleh dari pengusaha gelas
namun hanya gelas yang berwarna amber dan merah yang efektif untuk melindungi isi botol
6
terhadap pengaruh cahaya matahir dengan menyaring keluar sinar UV yang berbahaya.
Spesifikasi USP untuk wadah tahan cahaya mengharuskan gelas memberi perlindungan
terhadap cahaya dengan kekuatan 2900-4500 Angstrong. Gelas amber memenuhi spesifikasi
ini tetapi oksida besi yang ditmbahkan untuk membuat warna ini dapat lepas dan masuk ke
produk. Karena itu jika produk-produk mengandung bahan-bahan yang cenderung bereaksi
dengan adanya katalisator besi maka gelas amber tidak boleh digunakan.
Gelas untuk Obat. USP dan NF menguraikan berbagai tipe gelas dan memberikan
pengujian gelas yang diserbukkan dan pengaruh air terhadap gelas untuk mengevaluasi
ketahanan kimiawi gelas. Hasil-hasil pengujian adalah pengukuran dari jumlah alkali yang
dilepaskan dari gelas oleh air murni dalam keaaaan dimana temperaturnya dinaikkan secara
teratur. Pengujian gelas yang diserbukkan dilakukan terhadap butir-butir yang hancur dengan
ukuaran tertentu, dan pengujian pengaruh air terhadap gelas dilaksanakan terhadap seluruh
wadah. Uji pengaruh air terhadap gelas hanay dikerjakan terhadap gelas tipe II ( Goeswin A,
2009).

2.1.7 Penutup pada Wadah Gelas (kaca)


Tutup biasanya paling mudah rusak, dan merupakan komponen kritis dari suatu wadah
dalam hubungan dengan stabilitas dan kesesuaian dengan produk. Tutup yang efektif harus
mencegah isi wadah agar jangan lolos, dan tidak membolehkan suatu bahan memasuki wadah.
Kecocokan suatu segel tergantung pada beberapa hal, seperti elastisitas lapisan, datarnya
permukaan segel pada wadah, dan yang paling penting, ketatnya pemakaian. Dalam menilai
sistem penutupan yang efektif, pertimbangan-pertimbangan yang penting adalah jenis wadah,
sifat fisika dan kimia dari produk, serta tuntunan stabilitas kesesuaian selama periode yang
ditentukan pada kondisi-kondisi tertentu.
Tutup terdapat dalam lima rancangan dasar: (1) memutar, uliran, atau ditarik, (2) ditekan
dan berkerut (tutup kecap), (3) ditekan, (4) melingkarkan, dan (5) menggeser.
Tutup Beruliran Sekrup. Jika dipakai tutup seperti sekrup, ulirannya berpatauan dengan
cekatan uliran yang cocok yang terdapat pada leher botol. Suatu lapisan didalam tutup, tertekan
pada mulut wadah, menyegel produk dalam wadah dengan mengatasi ketidakteraturan
permukaan segel, dan memberikan resistensi terhadap reaksi kimia dan fisika dengan produk
yang disegel.
Tutup sekrup biasanya dibuat dari logam atau plastik. Logam umumnya berupa lempeng timah
atau aluminium, dan plastic yang dipakai adalah bahan termoplastik dan bahan yang keras pada
pemanasan. Tutup logam biasanya dicat bagian dalamnya dengan suatu enamel sebagai
pertahanan terhadap korosi.
Hampir semua tutup logam dibuat dari lempeng timah elektrolitik, baja berlapis timah di mana
timahnya didapat dengan deposit secara elektrolitis.
Tutup yang Ditarik. Tutup ini sama seperti tutup sekrup beruliran, dan bekerja dengan prinsip
yang sama. Sifatnya sederhana saja dan berbentuk uliran yang terputus-putus. Dipakai untuk

7
berpaut dengan dinding sisi tutup dan menarik tutup ke bawah sampai permukaan segel dari
wadah. Tidak seperti tutup sekrup beruliran, tutup ini hanya memerlukan seperempat putaran.
Tutup yang ditarik ini digunakan untuk tekanan atmosfer yang normal maupun untuk penutupan
dengan tekanan vakum. Tutup ini banyak digunakan dalam industry makanan, Karena
menyebabkan kedap udara dan mudah dikerjakan dalam peralatan sterilisasi dan pada jalur
produksi.
Tutup Kecap. Jenis ini umum digunakan sebagai tutup yang berkerut pada botol minuman, dan
pada pokoknya bertahan tanpa perubahan selama lebih dari 50 tahun.
Penutup yang Dapat Menggelinding. Tutup aluminium yang dapat menggelinding dapat
disegel dengan aman, mudah dibuka, dan dapat disegel kembali dengan efektif. Secara luas
digunakan dalam kemasan untuk makanan, minuman, bahan kimia, dan dalam farmasi. Tutup ini
membutuhkan bahan yang mudah dibentuk, seperti aluminium atau logam ringan lainnya.
Jenis tutup yang dapat disegel kembali, yang tidak dapat disegel kembali, dan yang tahan bocor
dapat diperoleh untuk digunakan pada botol gelas atau plastik dan wadah yang bermulut lebar.
Teknik ini menyediakan berbagai ukuran bagi wadah gelas, tiap tutup pas untuk tiap wadah
tertentu.
Penutup yang Tahan Bocor. Tutup ini setaraf dengan tutup yang menggelinding, kecuali
ukuran tingginya yang lebih besar. Ukuran yang berlebih ini merentang di bawah bagian yang
beruliran untuk membentuk suatu galangan yang mengancing pada bagian dasar tutup oleh suatu
seri “jembatan” logam yang sempit.
Tutup Menggelinding yang Tidak Dapat Digunakan Kembali. Pada beberapa kemasan, suatu
tutup yang dapat digunakan kembali tidak diperlukan. Tutup yang tidak dapat digunakan kembali
memerlukan gelas yang tidak berulir. Tinggi tutup digulung di bawah suatu cincin penahan pada
wadah gelas dan menjaga penekanan pelapis tutup. Tutup semacam ini mempunyai label yang
dapat dirobek, yang membuatnya tahan bocor dan tidak kena sentuhan orang (kontaminasi)
(Depkes RI, 1995).
Pelapis Tutup Suatu pelapis dapat diartikan sebagai bahan yang disisipkan ke dalam tutup untuk
berfungsi sebagai segel antara tutup dan wadah. Biasanya pelapis dibuat dari bahan yang elastic
untuk bagian belakangnya dan bahan untuk bagian mukanya. Bahan untuk bagian belakang harus
cukup halus untuk menyerap setiap ketidakteraturan pada permukaan segel, dan harus cukup
elastis untuk mendapatkan kembali sedikit bentuk semula bila dibuka dan dipindahkan.

8
Karet atau elastomer merupakan bahan yang terbentuk dari zat zat organik, padat,
didominasi oleh polimer tinggi, yang menunjukan sifat seperti karet elastis.
Jenis-jenis karet antara lain :

1. Karet bahan alami


2. Produk perubahan dari karet alami
- Karet Klor
- Karet Silico
- Karet Sintesis
Cara pencucian material karet :

Direndam tutup karet dalam larutan HCl 2% selama 2 hari

Direndam dalam larutan teepol 1% selama satu hari

Direbus lagi penutup dengan cairan teepol 1% baru

Diulangi sampai cairan menjadi jernih dan bersih

Penutup dicelupkan dalam aquadest dan diautoclave pada suhu 121oC selama
15 menit

Penutup diletakkan dalam larutan spiritus dilutus dan aquadest (1:1) satu
atau dua kali tergantung pada kejernihan cairan penyelup setelah diautoclave

Penutup di autoclave lagi pada tempat plastik tanpa air untuk


sterilisasi

9
Cara pencucian produk perubahan dari karet alami :

Cuci bersih dengan Buat pengenceran HCl


Ambil tutup karet
aquadest dalam baskom plastik

Rendam tutup karet


Buat larutan sama Rendam tutup karet
dalam larutan tersebut
banyak tapol dan dalam larutan HCl
selama 1 hari,
natrium bikarbonat selama 2 hari
kemudian dididihkan

Bilas tutup karet


Bilas tutup karet dengan autoklaf
dengan aquadest dengan suhu 121oC
selama 20 menit

2.1.8 Pengujian pada Wadah Gelas (kaca)


Pelepasan alkali dari gelas dapat digunakan 2 metode yaitu metode serbuk gelas (metode
lumatan) dan metode permukaan.
a. Metode Serbuk Gelas
Pada metode ini gelas diserbukkan, disuspensikan dalam aseton. Setelah ditambahkan air
dilakukan pemanasan dalam autoklaf dan ditetesi larutan indikator (merah metil)
kemudian dititrasi dengan asam hidroklorida (0,01 mol/L).

b. Metode Permukaan
Pada metode ini, wadah gelas yang diisikan dengan air bebas CO2, dan mengandung
sejumlah asam hidroklorida atau asam sulfat tertentu (0,01 mol/L) dan merah metil
sebagai indikator. Setelah disterilkan, wadah tertutup dalam autoklaf dan tidak boleh
menghasilkan perubahan warna. Dalam kasus khusus dilakukan pengujian tambahan
setelah gelas diproses dengan Fluor, yang merugikan kompensasi permukaan, digunakan
untuk mengidentifikasi kualitas gelas.

Jika metode yang digunakan farmakope merupakan penentuan nilai batas, maka
kemungkinan pengujian terhadap pelepasan alkali lainnya adalah cara setelah pemanasan
wadah, dimana sejumlah alkali yang masuk kedalam cairan pengikis, dititrasi secara
asidimetri. Harga titrasi diperoleh memungkinkan penyusunan gelas kedalam berbagai kelas
resisten hidrolitik yang berlainan atau kelas yang baik. Untuk menyimpulkan alkalitas dapat
juga dilakukan pengukuran daya hantar (Goeswin A, 2009).

10
1. Uji Transmisi Cahaya
Alat:
 Spektrofotometer dengan kepekaan dan ketelitian yang sesuai untuk pengukuran
jumlah cahaya yang ditransmisi oleh wadah sediaan farmasi yang terbuat dari bahan
gelas.

Penyiapan contoh:
 Potong wadah kaca dengan gergaji melingkar yang dipasang dengan roda abrasif
basah, seperti suatu roda berlian. Wadah dari kaca tiup dipilih bagian yang mewakili
ketebalan rata-rata dinding dan potong secukupnya hingga dapat sesuai untuk dipasang
dalam spektrofotometer. Wadah gelas tadi dicuci dan dikeringkan dengan hati-hati
untuk menghindari adanya goresan pada permukaan. Gelas contoh kemudian
dibersihkan dengan kertas lensa dan dipasang pegangan contoh dengan bantuan paku
lilin.
Prosedur:
 Potongan diletakkan dalam spektrofotometer denagn sumbu silindris sejajar terhadap
bidang celah dan lebih kurang di tengah celah. Jika diletakkan dengan benar, sorotan
cahaya normal terhadap permukaan potongan dan kehilangan pantulan cahaya
minimum. Ukur tranmitans potongan dibandingkan dengan udara pada daerah
spektrum yang diinginkan terus-menerus dengan alat perekam atau pada interval lebih
kurang 20 nm dengan alat manual pada daerah panjang gelombang 290 nm—450nm.
Batas:
 Transmisi cahaya yang diukur tidak melewati batas yang tertera pada tabel 1, untuk
wadah sediaan parenterral. Transmisi cahaya wadah kaca atau gelas tipe NP untuk
sediaan oral atau topikal tidak lebih dari 10% pada setiap panjang gelombang dalam
rentang 290nm—450nm.

2. Uji Tahan Bahan Kimia


Prinsip :
 Menetapkan daya tahan wadah kaca atau gelas baru (yang belum pernah digunakan)
terhadap air. Tingkat ketahanan ditentukan dari jumlah alkali yang terlepas dari kaca
karena pengaruh media pada kondisi ynag telah ditentukan. Pengujian dilakukan di
ruangan yang relatif bebas dari asap dan debu berlebihan.

11
Alat dan pereaksi untuk uji bahan kimia
 Alat :
- Autoklaf. Gunakan autoklaf yang mampu mempertahankan suhu 121o kurang
lebih 2o dilengkapi dengan thermometer, pengukur tekanan, pengatur ventilasi,
dan rak yang cukup untuk menampung paling sedikit 12 wadah diatas
permukaan air.
- Lumpang dan Alu. Gunakan lumping dan alu terbuat dari baja- diperkras yang
dibuat menurut spesifikasi.
- Alat Lain. Pengayak terbuat dari bahan baja tahan karat ukuran 20,3 cm yaitu
nomor 20, 40, dan 50. Pengayak disertai panci dan tutup seperti yang tertera
pada pengayak dan derajat halus serbuk <1141>, Labu erlenmayer 250 ml yang
terbuat dari kaca tahan lekang, Palu 900 gram , magnet permanen, desikator,
dan alat volumetric secukupnya.
 Pereaksi
Air kemurnian tinggi. Air digunakan pad uji ini mempunyai konduktifitas tidak
lebih dari 0,15 μmho, penetapan dilakukan pada suhu 250 dalam suatu saat sebelum
digunakan, serta memenuhi persyaratan uji logam berat seperti yang tertera pada
monografi air murni dan bebas tembaga. Air ini dapat dibuat melewatkan air suling
melalui tabung deonisasi Yng berisi campuran resin berkualitas nuklir, kemudian
melewati membrane ester selulosa dengan ukuran lubang tidak lebih dari 0,45μm.
Tidak boleh menggunakan pipa tembaga. Bila saluran sebelum air dibagikan ke
dalam benjana uji jika konduktivitas yang rendah tidak dapat dicapai lagi maka
tabung deonisasi harus ganti.
Lumping merah metil. Dilarutkan 24mg natrium merah metil P dalam air murni
hingga 100ml. jika perlu netralkan larutan dengan natrium hidroksida 0,02 N atau
asamkan dengan asam sulfat 0,02 N hingga titrasi dari 100ml air kemurnian yang
mengandung 5 tetes indikator memerlukan tidak lebih dari 0,02 ml Natrium
Hidroksida 0,020 N untuk mengubah warna indikator dan ini terjadi pada PH 5,6.
Prosedur :
 Bahan uji ditambahkan 5 tetes indikator dn memerlukan tidak lebih dari 0,020ml
natrium hidroksida 0,020 N LV untuk mengubah warna indikator dan ini terjadi pada
pH 5,6.

3. Uji Serbuk Kaca


Penyiapan contoh:
 Pilih secara acak 6 atau lebih wadah, bilas dengan air murni, keringkan dengan udar
bersih dan kering. Hancurkan wadah hingga menjadi ukuran lebih kurang 25mm. Lalu
pecahan kaca dtumbuk dengan lumpang dan alu diteruskan dengan pengayakan nomor
20 setelah itu nomor 40. Ulangi kembali penghancuran dan pengayakan. Kemudian

12
pecahan kaca diayak dengan ayakan yang menggunakan penggoyang mekanis selama 5
menit. Pindahkan bagian yang tertinggal pada ayakan nomor 50, yang bobotnya harus
lebih dari 10 g ke dalam wadah bertutup dan simpan dalam desikator hingga saat
pengujian.

Penyiapan contoh:
 Sebarkan contoh pada sehelai kertas kaca dan lewatkan magnit melalui contoh tersebut
untuk menghilangkan partikel besi yang terikut selama pengahancuran. Masukkan
contoh kedalam labu Erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan kimia dan cuci
6 kali, tiap kali dengan dengan aseton. Keringkan labu dan isi pada suhu 140 selam 20
menit, pindahkan butiran ke dalam botol timbang dan dinginkan dalam desikator.
Contoh uji digunakan dalam waktu 48 jam setelah pengeringan.

Prosedur :
 Timbang contoh uji, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml yang diekstraksi
dengan air kemurnian tinggi dalam tangas air pada suhu 90 selama tidak kurang dari
24 jam atau pada suhu 121 selama 1 jam. Tambahkan 50,0 ml air kemurnian tinggi ke
dalam labu dan ke dalam labu lain untuk blanko. Tutup semua labu dengal gelas piala
terbuat dari borosilikat yang sebelumnya telah diperlakukan seperti ditetapkan denagn
ukuran sedemikian hingga dasar gelas piala menyentuh bagian tepi labu. Letakkan
wadah dalam otoklaf dan tutup hati-hati, biarkan lubang ventilassi terbuka. Panaskan
hingga uap keluar dan lanjutkan pemanasan selama 10 menit. Tutup lubang ventilasi
dan atur suhu 121 . Pertahankan suhu pada 121 2 selam 30 menit dihitung saat suhu
tercapai. Kurangi panas hingga otoklaf mendingin dan mencapai tekanan atmosfer
dalam 38 menit hingga 46 menit, jika perlu buka lubang ventilasi untuk mencegah
terjadinya hampa udara. Dinginkan segera labu dalam air mengalir, enaptuangkan air
dalam labu ke dalam bejana sesuai yang bersih dan cuci sisa serbuk kaca 4 kali , tiap
kali dengan 15 ml air kemurnian tinggi.

Prosedur :
 Tambahkan 5 tetes larutan merah metil dan titrasi segera dengan asam sulfat 0,020 N
LV. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan untuk menetralkan ekstrak dari
10 g contoh uji, lakukan titrassi blanko. Volume tidak lebih dari yang tertera pada tabel
tipe kaca dan tabel uji untuk tipe gelas yang diuji.

4. Uji Ketahanan terhadap Air pada Suhu 121


Penyiapan contoh:
 Pilih secara acak 3 atau lebih wadah bilas 2 kali dengan air kemurnian tinggi.
Prosedur :

13
 Isi setiap wadah dengan air kemurnian tinggi hingga 90% dari kapasitas penuh dan
lakukan prosedur seperti yang tertera pada uji serbuk kaca mulai dengan “Tutup semua
labu…..”, kecuali waktu pemansan dengan otoklaf 60 menit bukan 30 menit dan
diakhiri dengan “untuk mencegah terjadinya hampa udara”. Kosongkan isi dari 1 atau
lebih wadah ke dalam gelas ukur 100 ml. Jika wadah lebih kecil, gabungkan isi dari
beberapa wadah untuk memperoleh voluyme 100 ml. Masukkan kumpulan contoh
dalam labu erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan kimia, tambahkan 5 tetes
larutan metil merah, titrasi dalam keadaan hangat dengan asam sulfat 0,020N LV.
Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit setelah otoklaf dibuka. Catat volume asam
sulfat 0,020 N yang digunakan , lakukan titrasi blanko dengan 100 ml air kemurnian
tinggi pada suhu yang sama dan dengan jumlah indikator yang sama. Volume tidak
lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca dan batas uji untuk tipe kaca yang diuji.

5. Uji Arsen
 Arsen tidak lebih dari 0,1 bpj;gunakan sebagai larutam uji 35 ml air dari 1 wadah kaca
tipe I, atau jika wadah lebih kecil , 35 ml dari kumpulan isi dari beberapa wadah kaca
tipe I, yang disiapkan sesuai prosedur seperti yang tertera pada ketahanan terhadap Air
pada suhu 121C (Depkes RI, 2013).

Tipe Uraian Tipe uji Batas

Ukuran mL Volume asam

II Kaca soda Ketahanan uji 100 atau kurang 0,7


kapur yang terhadap air
dilapisi Lebih dari 100 0,2

14
2.1.9 Pencucian Wadah Gelas (kaca)

Susun alat dan wadah


Alat dan wadah dicuci dalam loyang, lalu
Bilas dengan WFI
dengan WFI Oven dengan suhu 250o
C selama ± 15 menit

Dibuat pengenceran Rendam alat dan


HCl dalam ember wadah selama 1 hari

Dibuat larutan teepol


Alat dan wadah
dan natrium bikarbonat
direndam selama 2 hari
sama banyak

2.1.10 Contoh Penggunaan Wadah Gelas pada Sediaan Farmasi


 Dosis Tunggal atau single doses adalah suatu wadah kedap udara yang mempertahankan
jumlah obat steril dengan tujuan pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang
bila dibuka tidak dapat di tutup rapat kembali dengan jaminan tetap steril pada umumnya
wadah mempunyai ampul ukuran 1ml-20ml dengan sediaan berupa larutan
 Dosis ganda atau multiple doses adalah wadah kedap udara yang memungkinkan
pengambilan isinya perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas
atau pemurnian bagian yang tertinggal. Pada umumnya, wadah mempunyai bentuk vial
atau flakon berukuran 2ml-20ml, bentuk botol atau kolf berukuran 50ml-1000ml dengan
sediian larutan, suspensi, emulsi dan padatan (Ansel,2005).

2.1.11 Kelebihan dan Kekurangan Wadah Gelas (kaca)


Kelebihan menggunakan gelas antara lain:
- inert,
- kedap udara,
- dibuat dari bahan yang relatif murah,
- tidak mudah terbakar
- bentuknya tetap
- mudah diisi, mudah ditutup, dapat dikemas menggunakan packaging line
- mudah disterilisasi, mudah dibersihkan dan dapat digunakan kembali.

15
Kekurangangelas sebagai wadah untuk menyimpan sediaan semisolid dibandingkan dengan
logam dan plastik adalah lebih rapuh (mudah pecah) dan lebih berat untuk pengiriman. Kemasan
untuk konsumen yang terbuat dari gelas bukan merupakan wadah yang paling higienis karena
wadah akan sering dibuka berulang – ulang oleh konsumen, dimana tangannya tidak selalu
bersih.

2.1.12 Cara Sterilisasi Wadah Gelas

1. Cara Sterilisasi Basah


 Panas Uap
A. Autoklaf
Autoklaf adalah alat sterilisasi yang
memanfaatkan uap air panas bertekanan tinggi dan
biasanya digunakan untuk mensterilisasi peralatan
atau bahan ukur yang tahan panas dan tidak rusak
oleh panas (Sumarsih, 2010). Prinsip kerja autoklaf
adalah memanfaatkan suhu diatas 120oC dan
tekanan uap air 1,5 kg/cm2. Tekanan yang
digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2
atm dan dengan suhu 121oC (250oF). Jadi tekanan
yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds
per square inch). Waktu yang dibutuhkan autoklaf sekita 3-5 jam. Lama sterilisasinya
adalah 15 menit untuk suhu 121oC (Sunarmi dan Saparinto, 2010). Lama sterilisasi yang
dilakukan biasanya 15 menit untuk 121oC. (Ferdiaz, 1992). Faktor-faktor yang
mempengaruhi sterilisasi uap ada 3 yaitu : waktu, suhu dan kelembaban (Stefanus, 2006).

Keuntungan menggunakan autoklaf antara lain efektif untuk sebagian


mikroorganisme, cepat sterilisasinya panas dan tekanan menghemat waktu sterilisasi,
tidak menyebabkan kekeringan atau gosong, suhu yang digunakan dapat diatur, cara
kerjanya lebih aseptis dan lebih efektif dibandingkan dengan alat-alat sterilisasi lain.

Kekurangannya meliputi sterilisasi secara fisik lebih tidak efisien karena hara dari
alat tersebut dan penggunaan listrik yang berlebihan. Sterilisasi dengan cara ini tidak
dapat digunakan untuk segala jenis bahan yaitu bahan yang tidak tahan panas.
Prosedur Sterilisasi menggunakan autoklaf :
1. Periksa air di dalam autoklaf, bila kurang tambah isinya dengan aquadest hingga lebih
kurang bagian pada tanda alat pengontrol
2. Semua air dan uap keran di tutup
3. Wadah gelas yang mau disterilkan di masukkan dalam alat
4. Autoklaf ditutup, listrik di hidupkan

16
5. Bila temperature sudah mencapai 100oC, keran uap dibuka selama 3-5 menit, kemudian
ditutup kembali. Adapun tujuannya untuk mengeluarkan uap air yang ada dalam alat,
karena air bila tidak di keluarkan maka uap air tidak akan mengadakan penetrasi ke
seluruh ruangan, udara lebih rendah daripada uap air, sehingga temperature tidak
mencapai 121oC
6. Setelah temperature mencapai tanda 121oC, tekanan 1,5atm, putar stopwatch selam 20
menit
7. Setelah 20 menit listrik dimatikan, kran uap di buka. Bila tekanan uap sudah
menunjukkan angka Nol , tutup autoklaf baru boleh dibuka
8. Setelah dingin alat-alat sudah siap untuk dipakai

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan autoklaf :


1. Udara dalam autoklaf harus dikeluarkan sebelum katup ditutup
2. Jangan membebani autoklaf secara berlebihan karena air dalam wadahnya akan
masuk dan membasahi alat yang akan disterilisasi
3. Pengemasan alat yang disterilkan harus baik dan benar

B. Waterbath

Waterbath adalah suatu alat yang memanfaatkan


heater sebagai komponen utamanya dan termostat
sebagai komponen utama kontrol sistemnya. Mirip
dengan Heating Block, Water Baths juga digunakan
untuk keperluan inkubasi dan lain-lain, atau bahkan
bisa menggantikan heating block. Bedanya hanya ada
media berupa air untuk pemanasan.¨Suatu alat yang
berfungsi untuk memanaskan air yang berguna untuk
menjaga kestabilan suhu dari cairan yang ada dalam
tabung reaksi Alat ini tidak di lengkapi dengan Fuse,
sehingga kurang aman.
Prinsip dari waterbath adalah Pada saat saklar digeser pada posisi on, maka arus listrik dari
sumber akan memberi suplly listrik pada heater. Heater yang diberi arus listrik akan
memberikan panas pada alat, suhu semakin tinggi. Sensor thermostat yang ditempatkan di
daerah pemanasan pada waterbath akan ikut menjadi panas dan memuaikan cairan dalam
sensor tersebut. Pada derajat suhu tertentu, dimana pemuaian dari cairan sensor cukup
tinggi, maka bertambahnya volume cairan sensor ini akan memberikan tekanan pada
kontaktor thermostat sehingga kontaktor terbuka. Dengan tebukanya kontaktor thermostat ,
heater tidak mendapatkan suplly arus. Suhu berangsur-angsur turun, tekanan pada sensor
thermostat kembali turun sehingga kontaktor kembali tertutup. Terjadi pemanasan kembali.
Waterbath merupakan alat pemanas yang menggunakan heater kering. Heater ini dikontrol
menggunakan sebuah thermostat. (Block, 2001)

17
2. Cara Sterilisasi Kering
 Panas Oven

Alat ini merupakan salah satu alat dalam teknik


sterilisasi panas. Alat ini menggunakan panas
kering. Dalam penggunaannya, alat ini disetting
dalam suhu yang tinggi (1600C atau 1800C).
biasanya digunakan untuk mensterilkan alat-alat
gelas. Kerja oven tergantung pada penetrasi panas
melalui benda yang di sterilkan. Bahan-bahan yang
di sterilisasi dengan oven adalah benda-benda yang
tahan panas tinggi atau dengan isolasi termik. Lama
waktu pemanasan harus disesuaikan. Jika bahan
yang harus di sterilkan memungkinkan, maka diadakan pemanasan pada suhu sekitar 1700C
atau 1800C selama kurang lebih 60 menit. Oven mencapai suhu maksimum 2000C karena itu
oven dapat di gunakan sebagai pengganti incubator yang hanya bersuhu 600C.Proses
sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas akan diabsorpsi
oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian dalam permukaan sampai
akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasanya digunakan untuk
alat-alat atau bahan dengan uap tidak dapat penetrasi secara mudah atau untuk peralatan yang
terbuat dari kaca. Pada sterilisasi panas kering, pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui
mekanisme oksidasi sampai-sampai terjadinya koagulasi protein sel. Karena panas dan
kering kurang efektif dalam membunuh mikroba dari autoklaf, maka sterilisasi memerlukan
suhu yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang (Stefanus. 2006).
Keuntungan sterilisasi dengan oven yaitu lebih efektif untuk bahan yang harus selalu dalam
keadaan kerin, dapat mensterilkan bahan tanpa harus membasahi, tidak tergantung tekanan
dan dapat mencapai suhu sangat tinggi sekali yaitu 2000C. Kelemahannya panas yang
diperlukan tinggi sekali, waktu pemanasan lama dan biasanya bahan yang tidak tahan panas
akan meleleh atau gosong.
Prosedur Sterilisasi menggunakan oven
1. Oven dinyalakan dan suhunya diatur. Untuk sterilisasi biasanya menggunakan suhu
100-1210C selama 2 jam. Suhu oven dapat atur sampai dengan 2000C
2. Kemudian dilanjutkan dengan pengaturan waktu, yang harus disesuaikan dengan
berat atau banyaknya muatan yang akan di sterilisasi
3. Penutup oven dibuka dan dimasukkan wadah gelas yang akan disterilisasi. Wadah
gelas harus tahan pada suhu yang tinggi
4. Setelah sterilisasi selesai, oven dapat dimatikan kemudian wadah gelas dibiarkan
tetap dalam oven selama beberapa waktu hingga suhu menjadi lebih rendah dan
wadah gelas tersebut dapat dikeluarkan.

18
2.2 Wadah Plastik

2.2.1 Definisi Wadah Plastik


Wadah plastik untuk produk farmasi pada mulanya di buat dari polimer-polimer
berikut ini :polietilen,polipropilen,polivinilklorida,polistiren dan juga meski tidak begitu
banyak, polimetir metakrilat, polietilen tereftalat, politrifluoroetilen, amino formaldehid dan
poliamida.Wadah plastikterdiri dari satu atau lebih polimer bersa dengan bahan- bahan
penambah tertentu. Wadah yang di buat untuk tujuan farmasi harus bebas dari bahan yang
dapat diektraksi dalam jumlah yang cukup berarti oleh produk yang terkandung di dalamnya.
Dengan demikian dapat dicengah bahaya keracunan atau ketidakstabilan secara fisik dan
kimiawi. Untuk wadah- wadah plastik pada umumnya zat penambah dapat terdiri dari
antioksidan, zat antistatik, warna, pelincir dan stabilisator. Bahan-bahan penambah untuk
melepaskan cetakan tidak umum di gunakan kecuali jika diperlukan untuk maksud tertentu.

Plastik sering dinyatakan sebagai bahan sintesis yaitu merupakan kelompok besar dari
polimer tinggi yang sifat fisika dan kimianya berlainan. Bahan sintesis adalah material dibuat
secara sintesis melalui perubahan produk alami molekul tinggi atau bahan sintesis penuh dari
reaksi senyawa dasar. Plastik termasuk kedalam bahan sintesis organik. Plastik dapat
dibedakan atas :

 termoplastik (misalnya polivinil klorida, polietilen, poliamida) dan duroplastik (misalnya


harsa fenol dan poliester). Termoplastik menjadi plastis jika dipanaskan dan dalam
keadaa seperti ini dapat di bentuk menjadi kerangka dasar yang dikehendaki. Pada saat
pendinginan material membeku dan bentuknya stabil.
 Duroplastik produk awal yang belum terajut, dikempa dalam cetakan yang dipanaskan
dimana terjadi perajutan dan pengerasan akibat reaksi kimia dan kemudian memperoleh
bentuk akhirnya. Duroplastik kurang penting perananya dalam teknologi pengemasan dan
pada umumnya digunkan untuk pembuatan penutup, tudung penutup dan sebagainya.

Menurut pembentukannya dapat dibedakan bahan pada sintesis produk polimerisasi


yaitu pada polimerasi monomer, senyawa asal tak jenuh, umumnya terdeposit bersama
diikuti hilangnya ikatan rangkap atau ikatan ganda tiga menjadi molekul polimer tanpa
pemisahan produk reaksi monomer. Peristiwa ini merupakan reaksi rantai yang berjalan
sedemikian lama selama pada ujungnya terdapat gugus yang mampu bereaksi dan pada
penggunaannya senyawa asal tak jenuh dalam jumlah besar dapat dihasilkan percabangan
rantai. Produk polimerisasi misalnya adalah polietilen, polipropilen dan polivinil
klorida.Melalui poliadisi dapat terbentuk antara lain poliuretan dan harsa epoksida. Pada
proses pembuatan ini molekul rendah, senyawa berfungsi banyak akan mengalami
transformasi pada komponen molekul yang tertentu bergabung menjadi makromolekul.
Dalam hal ini produk reaksi molekular rendah tidak dipisahkan. Reaksinya akan berlangsung
sedemikian lama sampai partner reaksinya dipakai habis.Pada polikondensasi perajutan dua

19
molekul monomer berlangsung secara kontinyu dengan diikuti pembentukan produk reaksi
molecular rendah (misalnya HCl, NaCl, NH3 dan H2O). Dalam hal ini terbentuk produk
antara secara bertahap yang bisa diisolasi maupun yang berkondensai lebih lanjut. Dengan
makin lamanya reaksi yang terjadi tingkat kondensasi dari senyawa juga meningkat. Produk
yang di hasilkan dari polikondensasi adalah fenoplastik, aminoplastik, poliester dan beberapa
poliamida. Oleh karena itu polimerasi dan polikondensasi harus dibedakan dimana dengan
semakin lamanya reaksi tersebut pertama jumlah makromolekulnya meningkat sedangkan
pada polikondensasi tingkat polimerisasi masing-masing molekulnya yang berkembang.

Secara umum senyawa polikondensasi dan poliadisi lebih cocok digunakan untuk
kepentingan farmasetik dari pada polimerisasi oleh karena hanya sedikit atau bahkan sama
sekali tidak memerlukan bahan tambahan sehingga toksisitas hanya bersumber dari bahan
asalnya.

2.2.2 Bahan Pembantu


Untuk membuat polimer tinggi, sering dibutuhkan katalisator dan pengendali
polimerisasi. Oleh karena itu secara umum diperlukan tambahan bahan pembantu untuk
menghasilkan materi plastik, yang sesuai dengan tujuan penggunaan. Oleh karena itu sejumlah
bahan pembantu ini secara fisiologis tidak meragukan, maka pada bahan sintesis yang akan
digunakan untuk tujuan farmasetik dan medisin, demikian pula yang digunakan dalam industri
bahan makanan akan, hendaknya ditambah sedikit mungkin dan sedapat mungkin tidak
menunjukkan atau jika toh menunjukkan toksisitas, sebaiknya sangat rendah.

Pembuat lunak, bahan ini digunakan untuk menghasilkan plastisitas, elastisitas dan
fleksibilitas yang diperlukan. Kedalam bahan ini terbilang gliserol, glikol, alcohol tinggi, ester
dari asam dikarboksilat(asam ftalat, asam adipat, asam sebasinat). Untuk tujuan farmasi,
trikresilfosfat yang dahulu digunakan, tetapi mengingat toksisitasnya saat ini tidak lagi terpakai.
Pembuat lunak menurut atuarannya tidak terikat secara kimia oleh makromolekul. Pembuat
lunak yang mudah terlepas dari plastic mempermudah migrasi bahan pembantu lainnya.

Stabilisator, bahan ini digunakan sebagai pelindung terhadap cahaya, panas, oksigen,
kelembapan, sinar terionisasi, serta perbaikan kemantapan penuaanya. Mereka bekerja sebagai
antioksidan dan bahan penghambat untuk mencegah pemisahan bahan sintesis. Dalam hal ini
digunakan garam alkali anorganik dan alkal tanah, garam dari lemak, senyawa timah
dialkali(stabilisator timah organo terutama digunakan pada hasil pembuatan PVC sejernih gelas),
turunan urea, ester asam beta amino kroton, alkohol alifatik, amin aromatic dan lemak
terepoksidasi.

Bahan pengisi, dalam hal ini digunakan misalnya titanium dioksida dan kalsium
karbonat. Bahan pembantu semacam itu, atas dasar hidrofilinya dapat menyebabkan tekanan
antar rantai makromolekuler akibat penimbunan air sehingga permeabilitasnya terhadap bahan
hidrofil meningkat.

20
Pengapsorbsi UV, bahan ini menurunkan permeabilitas cahaya UV dalam skala daerah
yang luas dan melindungi bahan obat yang peka uv. Untuk maksud tersebut digunakan turunan
benzotriazol, benzofenon, turunan asam salisilat dan akrilnitrit tersubtitusi.

Bahan pewarna, untuk bahan pewarna yang paling penting dalam hal ini adalah pigmen.
Sebagai bahan pembantu selanjutnya adalah katalisator, tensit dan bahan pengeras.

2.2.3 Bahan Tambahan


Wadah plastik untuk sediaan farmasi dibuat dari satu atau lebih polimer dengan berbagai
bahan tambahan. Dengan penambahan bahan tambahan, karakteristik penampilan dari polimer
dapat diperbaiki. Bahan tambahan tersebut dapat berupa cairan, padatan atau serbuk halus.
Bahan tambahan yang digunakan tergantung dari jenis polimer dan metode produksi yang
digunakan. Bahan tambahan yang umumnya digunakan dalam wadah plastik adalah antioksidan,
stabilizer, lubricant, plastikizer, pengisi, dan pewarna.

A. Antioksidan

Polimer sering kali terurai dengan adanya panas, cahaya, ozon dan tekanan mekanik
yang menimbulkan udara yang terperangkap selama proses pembuatan dan penggunaan akhir.
Reaksi oksidasi dapat menghasilkan bentuk radikal bebas yang dikontribusikan secara bergiliran
untuk degradasi polimer yang menyebabkan plastik kehilangan fisik penting dan sifat mekanik.
Dengan adanya antioksidan di dalam formulasi plastik akan mengurangi tingkat degradasi secara
significant dan memperpanjang umur penggunaan wadah plastik tersebut.
Ada dua tipe antioksidan, yaitu:
1) Antioksidan primer: merupakan ujung rantai radikal bebas. Pada dasarnya antioksidan
primer merupakan donor hydrogen yang dapat mengakhiri reaksi penggabungan radikal
bebas. Contoh: arilamin sekunder.
2) Antioksidan sekunder: dapat merusak peroksida dan hal ini menyebabkan eliminasi
pembentukan radikal bebas. Contoh: fosfat dan tioester.
Sering kali lebih dari satu antioksidan digunakan dalam suatu polimer untuk mendapatkan efek
yang sinergis dari kombinasi beberapa antioksidan.
B. Stabilizer

Berguna untuk mencegah degragasi polimer oleh panas dan cahaya. Selain itu juga dapa
berguna untuk memperpanjang umur polimer. Contoh: garam asam lemak, oksida anorganik,
organometalik.

C. Lubricant

Lubricant digunakan untuk memodifikasi karakteristik permukaan dari polimer yang


dicetak dan membantu proses pencetakan. Penambahan lubricant pada polimer secara umum
mengurangi viskositas dari polimer tersebut, yakni menyenyebabkan polimer lebih mudah

21
mengalir selam rposes pencetakan. Lubricant juga memodifikasi permukaan polimer yang dibuat
agar polimer tersebut tidak melekat pada mesin pencetak. Lubricant yang paling banyak dipakai
adalalah asam lemak, logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty alcohol, fatty esters, fatty
amides.

D. Plasticizer

Plasticizer digunkan untuk memperbaiki daya kerja dari polimer, fleksibilitas,


ekstensibilitas, daya banting, dan kelenturan. Disamping itu penamabahan plasticizer dapat
mengurangi daya rentang polimer. Plasticizer yang sering dipakai adalah dialkil phtalat, polimer
dengan BM kecil.

E. Filler (Bahan Pengisi)

Penambahan bahan pengisi pada polimer memperbaiki fleksibilitas, ketahanan terhadap


bantingan, stabilitas terhadap panas, dan mengurangi biaya pembuatan. Penambahan bahan
pengisi biasanya tidak mengurangi transparansi dari wadah plastik.

F. Colorant (Bahan Pewarna)

Bahan pewarna ditambahkan untuk memberikan warna pada plastik.

2.2.4 Teknologi Pembuatan


Peracikan termoplastik pada hakekatnya dilakukan melalui cetakan semprot, ekstrudisasi
dan gelombong ekstrusi. Yang pertama pada cetakan semprot yaitu granulat bahan dasar
mencapai ke dalam suatu silinder yang dipanaskan kemudia ditakar dengan sebuah corong
pengisi dimana di dalamnya bahan sintesis dileburkan. Sebuah torak yang sekaligus memutuskan
aliran masuk bahan dasar kemudian menekan plastik ke dalam sebuah pencrtak dimana potongan
yang tercetak akan membeku. Suhu plastifikasi atau suhu semprotan pada umumnya sesuai
dengan bahan sintesisnya yaitu berkisar antara 100-300°C disertai tekanan yang singkat selama
kira-kira 3 detik (tekanan penyemprotan 20-60 N/mm2, 200-600 kp/cm2 dan untuk tekanan
pemampatan 80-1600 kp/cm 2). Alat otomat dapat menghasilkan sampai dengan 100.000 cetakan
kecil/jam (misalnya tablet).
Pada ekstrudisasi, proses diatas dilakukan dengan sebuah ekstruder dalam hal ini adalah suatu
keong yang berputar (penekan keong). Dalam sebuah silinder yang dipanaskan material yang
dimasukkan ditransportasikan ke depan, dikomprimasi, diplastifikasi melalui sebuah corong
pengisi dan ditekan melalui sebuah mulut corong. Panas peleburan sebagian disuplai dari luar
dan sisanya terbentuk melalui gesekan bagian dalam silinder. Pada gelembung ekstrusi
merupakan cara yang paling penting untuk membuat bodi berongga. Ekstruder akan menekan
masa plastis melalui mulut pipa melingkar sehingga terbentuk sebuah pipa yang kemudian

22
ditekan ke dinding sebuah bodi berongga melalui peniupan udara bertekanan sehingga
membentuk wadah.

2.2.5Jenis-jenis Plastik
1. Plastik yang digunakan untuk wadah sediaan parenteral volume besar (LVP) :
 Polyolefins
1. Polypropylene
Polypropylene adalah polyolefin yang paling banyak digunakan. Polyethylene berbentuk
linear. Struktur kimianya disusun secara komplit oleh carbon dan hidrogen.
-(- CH2 – CH(CH3) – CH2 – CH(CH3) -)-n
Pengulangan dari struktur ini memberikan struktur kristal yang tinggi. Dalam susunan kristal,
gugus-CH3 menambah kekakuan dari polimer. Polypropylene memiliki daya rentang yang tinggi
yang mampu menahan tekanan. Daya rentang yang tinggi, dalam hubungannya dengan titik leleh
yang tinggi pula yaitu 165 C, sangat penting untuk manufaktur LVP karena wadah yang dibuat
dari polypropylene memiliki kemapuan untuk menahan temperatur tinngi pada proses sterilisasi
tanpa terurai.
Polypropylene sangat resisten terhadap hampir semua pelarut organik pada temperatur
kamar, asam dan basa kuat. Polypropylene merupakan barier yang baik terhadap gas dan uap
air. Selain itu juga wadah yang terbuat dari polypropylene memberikan kejernihan yang
memuaskan. Kelemahan yang dimiliki polypropylene adalah rapuh pada temperatur kamar.

2. Polyethylene
Low density atau polyethylene yang bercabang adalah polimer etilen bercabang yang
dikomersialkan pertama kali. Polyethylene tipe ini disebut juga LDPE (Low Density
Polyethylene). Pada penggunaannya LDPE ini digantikan oleh linear low density polyethylene
(LLDPE) yang sedikit lebih mahal dan memiliki properti yang lebih diinginkan.

3. Copolymer
Kopolimer dari ethylene dan propylene telah banyak digunakan sebagai wadah sediaan
LVP. Dalam kenyataannya, polypropylene dan kopolimer dari etilen-propilen merupakan
polyolefins yang paling banyak digunakan sebagai wadah LVP.
Dengan pepaduan sedikit fraksi etilen sebagai kompleks polimer dengan propilen,
sejumlah sifat yang diinginkan dapat diperoleh. Penggabungan etilen mengurangi kekakuan atau
kekerasan dari propilen, memperbaiki pengolahan, dan sedikit mengurangi titik leleh dari
propilen. Titik lelehnya berkisar antara 145 dan 150 C. Hal ini membuat kopolimer ethyl
propylene (EP) cocok untuk digunakan pada sterilisasi uap.

23
 Poly (vinyl Chloride)
Poly(vinyl chloride) atau PVC memiliki monomer vinyl dari monokloroetan. PVC
dihasilkan dari polimerisasi gas vinyl klorida (CH2=CHCl) dengan inisiator seperti peroksida
organik atau persufat anorganik. Inisiator bekerja untuk menghasilkan radikal bebas dan
menggabungkan reaksi polimerisasi. Hal ini dapat digambarkan sebagai:
R1OOR2 R1O* + R2O*
Dimana R1OOR2 adalah peroksida organik. Setelah radikal bebas peroksida dibentuk, reaksi
dengan monomer vinyl terjadi dan kemudian digabungkan.
Semua produk yang terbuat dari PVC, 45% brsifat fleksibel. Sifat-sifat dari PVC antara lain
adalah sebagai berikut:
- Rusak pada pemanasan yang berlebihan mulai 280 C
- Barier yang sangat baik terhadap minyak menguap, alkohol dan pelarut petrolatum.
- Menahan odors dan flavors.
- Barier yang baik terhadap oksigen, tidak dipengaruhi oleh asam, basa kecuali beberapa
asam oksidator.
- Memiliki kerapatan yang lebih tinggi (1,16–1,35 g/cm3) dibandingkan dengan polimer
lain seperti polyethylene (0,92–0,96 g/cm3) dan polypropylene (0,90 g/cm3).
Tabel 2. Formulasi komponen PVC
Component Level (phr)a
PVC resin 100
Plastikizer 30 – 40
Stabilizer 0,25 - 7
a
phr = parts per hundred parts of resin by weight

 Polystyrene
- Rigid, plastik kristal yang jernih, tidak bermanfaat untuk produk cair.
- Transmisi uap air tinggi dan permeabilitas terhadap oksigen tinggi.
- Wadah mudah tergores dan mudah retak bila jatuh.
- Titik lelh rendah (190 F) tidak dapat untuk bahan panas.
- Tahan terhaadp asam (kecuali asam oksidator kuat) dan basa, dipengaruhi oleh bahan
senyawa kimia dan menyebabkan mudah retak.

 Nylon
- Dibuat dari asam dibasa dan diamin (Nylon 6/10 : 6 atom karbon dalam diamin dan 10
dalam asam).
- Nylon dan poliamin tertentu dapat dibuat menjadi wadah dinding tipis.
- Dapat di sterilisasi dengan autoclave, sangat kuat dan cukup sulit dirusak secara mekanik.
- Tahan terhadap berbagai bahan organik dan anorganik.
- Impermiabilitasnya tinggi terhadap oksigen.
- Bukan barier yang baik terhadap uap air.

24
 Polycarbonate
- Rigid seperti gelas dan dapat disterilkan berulang.
- Cukup tahan terhadap bahan kimia.
- Barier yang cukup terhadap kelembaban.
- Tahan terhadap asam encer, zat oksidator dan reduktor, garam, minyak, minyak pelumas,
dan hidrokarbon alifatik.
- Dipengaruhi oleh alkali, amin, keton, ester, hidrokarbon aromatik, dan beberapa alkohol.
- Mahal

 Acrylic multi polymer (Nitrile Polymers)


- Mewakili monomer acrylo nitrile atau methaacrylo nitrile.
- Barier yang baik terhadap gas, tahan terhadap bahan kimia.
- Kekuatan sangat bagus dan aman dimusnahkan dengan incinerator
- Standar keamanan FDA: residu monomer acrylo nitrile kurang dari 11 ppm dengan
migrasi yang diizinkan kuang dari pada 0,3 ppm untuk semua produk makanan.

 Polyethylene Terephtalate (PET)


- Polimer kondensai dibentuk oleh reaksi asam terephtalat atau dimetil terephtalat dengan
ethylene glycol dengan adanya katalis.
- Barier yang baik terhadap gas dan aroma.
- Kekuatan sangat baik.

2. Plastik yang digunakan untuk wadah plastik volume kecil :


3.
 Poliester

Poliester dibuat melalui polikondensasi campuran berbagai asam dikarboksilat anhidrat


dengan alcohol bervalensi dua yang berlainan. Mereka dapat disterilkan, mantap terhadap dingin
dan pengaruh senyawa kimia.
 Polietilentereftalat (PETF)
Ester polietilenasamtereftalat tersedia diperdagangan sebagai lembaran tipis (0,05 mm)
dengan memiliki banyak keunggulan : lembarannya jernih seperti kaca, mengkilap, mantap
terhadap pengaruh mekanik, kimia, dingin, dapat disterilkan, tidak peka air, kedap minyak dan
lemak, fisiologis dan tidak meragukan
 Poliamida (PA)
Karakteristik plastic jenis ini adalah bahwa di dalam bangun molekulnya mengandung
gugus peptide dalam jarak berulang secara periodik. Poliamida mantap terhadap suhu, dapat
disterilisasi, kaku dan resisten terhadap pengaruh kimia.

25
 Poliakrilat, Polimetakrilat
Senyawa ini sering digunakan dalam penyembuhan cacat tubuh, pembuatan gigi buatan,
materi pengisi gigi serta sebagai bahan pemantap perban, bahan pelekat plester, lak penyalut dan
penukar ion. Monomernya mampu berpolimerisasi pada jaringan dan dalam pembedahan
digunakan sebagai pelekat jaringan.
 Harsa Fenol, Harsa Melamin
Mereka digunakan untuk membuat tutup sekrup gelas-gelas obat.
 Harsa Epoksida
Duro harsa ini terbentuk melalui penggantian epiklorhidrin dengan senyawa hidroksi
aromatik disertai penambahan alkali hidroksida. Sebagai harsa atau lak mereka banyak
digunakan dalam bidang teknis antara lain dalam industry farmasi sebagai cat korosi padat yang
mongering di udara atau sebagai komponen dasar pipa tahan tekanan tinggi atau wadah.
 Poliuretan
Poliuretan adalah termoplastik yang diperoleh melalui poliadisi dari diisosianat dan
senyawa-senyawa yang mengandung gugus hidroksil. Mereka digunakan sebagai bahan serabut,
lak atau bodi padat dan poliuretan juga dapat digunakan untuk pembuatan elastic.
 Silikon
Sebagai makromolekular, senyawa organic silisium dibedakan menjadi harsa
(duroplastik), minyak (fluidoplastik) dan karet silikon. Silikon digunakan sebagai lak, cairan
penghantar panas, bahan pelumas, bahan pengisolasi, penghilang busa serta bahan
penghidrofobisasi gelas (misalnya untik ampul-ampul), serabt dan jaringan (misalnya plester)
dan juga sebagai komponen dari salap dan penghidrofobisasi material pengemas.

2.2.6 Evaluasi dan Uji Plastik untuk LVP


FDA telah memberikan batasan petunjuk masalah evaluasi dan uji bahan polimer.
Dengan penggunaan plastik sebagai bahan untuk wadah LVP, berikut ini dapat dipertimbangkan
kerangka dasar untuk melakukan pengujian:
1. Pemeriksaan, menurut prosedur USP XXI-NF XVI untuk uji biologi dan fisikokimia, jumlah
dan tipe senyawa yang potensial untuk leaching atau terlepas dari wadah plastik.
2. Pemeriksaan integritas atau stabilitas dengan uji terhadap efek kondisi penyimpanan, misal:
waktu, suhu, cahaya, kelembaban dan efek siklus sterilisasi terhadap sifat fisik, kimia dan biologi
dari wadah.
3. Melakukan uji lainnya dan menghasilkan data perkiraan untuk menjamin keamanan dari
wadah.
Berbeda dengan bahan plastik, penggunaan gelas sebagai wadah LVP telah diterima sejak
dulu kala karena kebijakan lebih dahulu dan penggunaan dalam waktu yang lama. Hal ini bukan

26
berarti bahwa gelas dapat digunakan pada aplikasi LVP tanpa deretan uji yang umum. Walaupun
keuntungan bahan gelas melebihi bahan plastik, penggunaan bahan plastik didukung oleh
spesifikasi USP XXI-NF XVI. Secara umum berbagai wadah atau komponen yang kontak
langsung dengan cairan LVP harus diveluasi dengan perhatian yang khusus.

2.2.7 Evaluasi dan Uji Plastik


FDA telah memberikan batasan petunjuk masalah evaluasi dan uji bahan polimer.
Dengan penggunaan plastik sebagai bahan untuk wadah LVP, berikut ini dapat dipertimbangkan
kerangka dasar untuk melakukan pengujian:
1. Pemeriksaan, menurut prosedur USP XXI-NF XVI untuk uji biologi dan fisikokimia, jumlah
dan tipe senyawa yang potensial untuk leaching atau terlepas dari wadah plastik.
2. Pemeriksaan integritas atau stabilitas dengan uji terhadap efek kondisi penyimpanan, misal:
waktu, suhu, cahaya, kelembaban dan efek siklus sterilisasi terhadap sifat fisik, kimia dan biologi
dari wadah.
3. Melakukan uji lainnya dan menghasilkan data perkiraan untuk menjamin keamanan dari wadah.

Berbeda dengan bahan plastik, penggunaan gelas sebagai wadah LVP telah diterima sejak
dulu kala karena kebijakan lebih dahulu dan penggunaan dalam waktu yang lama. Hal ini bukan
berarti bahwa gelas dapat digunakan pada aplikasi LVP tanpa deretan uji yang umum. Walaupun
keuntungan bahan gelas melebihi bahan plastik, penggunaan bahan plastik didukung oleh
spesifikasi USP XXI-NF XVI. Secara umum berbagai wadah atau komponen yang kontak
langsung dengan cairan LVP harus diveluasi dengan perhatian yang khusus.

1. Uji Fisika
a. Uji resin (Resin testing)
Berdasarkan penerimaan karet mentah, manufaktur farmasi mencatat banyaknya jumlah dari
karet mentah dan percaya tingkat spesifikasi penerimaan ditetapkan oleh manufakture resin. Uji
fisik yang dilakukan meliputi ukuran titik leleh dan ukuran endapan spesifik.

b. Uji wadah (Package testing)


Uji fisika pada wadah yang berisi komplit merupakan cara yang paling banyak dilakukan.
Pengujian biasanya meliputi uji visual, seperti kejernihan, lapisan tambahan, uji tetesan, dan uji
kebocoran. Uji integritas fisik meliputi uji kebocoran wadah, kebocoran tutup dan integritas, uji
dimensional (ukuran), dan kerusakan label.

c. Pemeriksaan visual pada kejernihan dan lapisan tambahan


Standard untuk kejernihan wadah telah ditetapkan oleh manufaktur farmasi. Kejernihan ini
mengungkinkan untuk pemeriksaan.

27
d. Keretakan wadah atau Paneling
Wadah dapat menjadi rapuh karena sterilisasi atau proses manufaktur yang tidak
sesuai. Pemeriksaan visual dilakukan pada waktu yang sama dengan pemeriksaan kejernihan
produk. Paneling adalah peristiwa dimana wadah rata atau memipih pada salah satu sisi dari
botol.

e. Kebocoran wadah (Body leakage)


Uji integritas setelah produk diisikan ke dalam LVP, dapat dilakukan secara manual maupun
menggunakan instrumentasi elektronik, dilakukan untuk mengukur ketahanan yang berkurang
ketika melewati jembatan voltase. Cara ini medeteksi media cairan yang meninggalkan wadah.
LVP ditolak bila terjadi kebocoran pada wadah.

f. Kebocoran tutup dan Integritas (Closure leakage and integrity)


Sisi dari wadah biasanya disegel dengan menggunakan tutup karet untuk menutup rongga
udara. Tutup ini harus menjamin integritas dari wadah. Berdasarkan validasi siklus sterilisasi
untuk LVP khusus, bagian ini harus diperhatikan karena bila terjadi kebocoran, maka akan
berpengaruh pada sterilitas.

g. Pemeriksaan ukuran (Demensional testing)


Ukuran dan berat dari wadah harus diperiksa sebelum wadah diterima. Volume juga harus
diperiksa seperti pada integritas wadah.

h. Pelabelan (labeling)
Label harus dilihat untuk memeriksa kelengkapan dari label pada wadah, termasuk
expiration date, penjelasan mengenai komposisi. Jika label stampel panas dicetak pada wadah
atau botol maka harus dilakukan uji kebocoran dan integritas untuk menegaskan bahwa tidak ada
kerusakn pada wadah setelah pencetakan.

2. Uji Kimia
Uji kimia dari wadah LVP dan bahan polimer mentah itu sendiri dilakukan tergantung pada
polimer yang digunakan dan sifat yang dinginkan pada wadah. Umumnya, pemeriksan kimia dari
polimer yang digunakan pada wadah LVP dilakukan oleh supplier/pemasok
polimer. Pemeriksaan tersebut meliputi analisis berat molekul, sisa pijar, presentase logam berat
dan pemeriksaan bahan tambahan seperti stearat atau antioksidan. Pemeriksaan meliputi:
a. IR spectra.
Identifikasi polimer dengan menggunakan spektroskopi IR sudah biasa dilakukan. Sampel
disiapkan pada pellet KBr atau tekanan kuat hingga menjadi lapisan yang tipis. Gugus seperti –
OH, C=O, dan –CH dapat identifikasi berdasarkan pita serapan yang khas.

28
b. Uji logam berat
Kalsium (Ca) dan seng (Zn) merupakan logam yang sering diuji, biasanya dilakukan dengan
menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrum). Logam berat ini ditambahkan pada formula
polimer LVP sebagai stabilizer (logam oksida), mold releasing agent (zinc stearat), pewarna,
seperti kalsium karbonat.

c. Pengisi tambahan
Pengisi ini merupakan bahan khusus yang harganya murah dan berguna untuk
memperpanjang polimer dan mengurangi harga plastik. Pengisi memiliki efek menguatkan dam
mengurangi penyusutan pada cetakan serta meningkatkan koefisien panas. Pengisi yang sering
digunakan adalah kalsium karbonat dan talc. AAS dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kalsium dari kalsium karbonat dan analisis thermogravimetric dapat digunakan untuk
mengevaluasi jumlah talc yang diisikan pada polimer.

d. Plasticizer
Plasticizer seperti senyawa phtalat (DEHP, di-2-ethyl-hexylphtalate sering digunakan pada
wadah PVC) harus diperiksa untuk melihat apakah terjadi leaching dari wadah parenteral ke
larutan dengan akumulasi lebih lanjut di jaring tubuh dan organ pasien.

e. Antioksidan
Produk polyolefin mengandung antioksidan tertentu, seperti BHT (butylated
hydroxytoluene) dan DLPTDP (dilauril thiopropionate). Untuk mengekstraksi antioksidan ini
dapat digunkan kloroform sebagai pelarut. Saat ini, ketika bahan plastik digunakn untuk wadah
LVP, QC testing akan menghitung secara kuantitatif antioksidan yang lepas atau migrasi dari
wadah ke cairan LVP untuk memeriksa bahwa senyawa yang lepas masih di bawah tingkat
toksik.

3. Uji Biologi Plastik dan Polimer Lain


Uji ini terdiri dari dua tahap pengujian. Tahap pertama lakukan uji biologis secara in-vitro
sesuai prosedur seperti yang ertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi in-vitro. Bahan yang
memerlukan uji in vitro tidak memerlukan uji lanjutan. Tidak ada kelas plastik dinyatakan
termasuk golongan ini. Bahan yang tidak memenuhi persyaratan uji in-vitro harus diuji tahap
kedua yang dilakukan denga uji in-vivo seperti Uji injeksi sistemik, Uji intra-kutan, dan Uji
implantasi sesuai dengan prosedur yang tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo.

a. Uji Reaktivitas secara Biologi in-vitro


Uji berikut dirancang untuk menentukan reaktivitas biologik biakan sel mamalia setelah
kontak dengan plastik elastomer dan bahan polimer lain yang kontak dengan penderita secara

29
langsung, atau dengan ekstrak khusus yang dibuat dari bahan uji. Hal yang penting adalah
menyediakan luas permukaan spesifik untuk ekstraksi. Jika luas permukaan specimen tidak dapat
ditentukan, gunakan 0,1 g elastomer atau 0,2 g plastik atau bahan lain untuk setiap mL cairan
ekstraksi. Juga penting untuk berhati-hati dalam penyediaan bahan-bahan tersebut untuk
menghindari kontaminasi mikroba dan zat asing lain.
Prosedur :

Penyiapan sampel untuk ekstrak. Lakukan prosedur seperti yang tertera pada Uji Reaktivitas
secara Biologi in-vivo.
Penyiapan ekstrak. Lakukan penyiapan ekstrak seperti yang tertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi in-vivo, menggunakan larutan ijeksi Natrium Klorid (natrium klorida 0,9%) atau media
biakan sel mamalia bebas serum sebagai pelarut ekstraksi. (Catatan bila ekstraksi dilakukan pada
suhu 37֯C selama 24 jam, dalam inkubator, gunakan mdia biakan yang ditambah serum. Kondisi
ekstraksi tidak boleh menyebabkan perubahan fisik seperti fusi atau pelelehan potongan kecuali
sedikit pelengketan.

b. Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo.


Uji berikut dirancang untuk menentukan respon biologik hewan terhadap plastik elastomer
dan bahan polimer lain yang kontak dengan penderita secaralangsung atau tidak langsung, atau
dengan penyuntikan ekstrak khusus yang dibuat dari bahan uji. Hal yang penting yaitu
menyediakan daerah permukaan spesifik untuk ekstraksi. Jila daerah permukaan specimen tidak
dapat ditentukan, gunakan 100 mg elastomer atau 200 mg plastik atau bahan lain untuk tiap mL
cairan ekstraksi. Juga untuk berhati-hati dalam penyediaan bahan-bahan yang akan disuntikkan
atau diteteskan guna menghindari kontaminasi mikroba dan zat asing lain.

2.2.8 Sterilisasi Wadah Plastik


Cara bukan panas :
1. Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet pada umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi di
udara dan pemuusnahan selama proses dilingkungan. Sinar yang bersifat membunuh
mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan secara
ekslusif pada 253,7nm. Sinar ultraviolet menembus udara bersih dan air murni dengan baik,
tetapi suatu penambagan garam atau bahan tersuspensi dalam air atau udara menyebabkan
penurunan derajat penetrasi dengan cepat. Untuk kebanyakan pemakaian lama penetrasi
dihindarkan dan setiap tindakan membunuh mikroorganisme dibatasi pada permukaan yang
dipaparkan

Radiasi pingion adalah energy tinggi yang terpencar dari radiasi isotope radioaktif seperti
sinar gamma atau yang dihasilkan oleh percepatan mekanis electron sampai ke kecepatan dan
energy tinggi (sinar katode, sinar beta). Sinar gamma mempunyai keuntungan multak karena

30
tidak menyebabkan kerusakan mekanik, namun demikian kekurangan sinar ini adalah di hentikan
dari mekanik electron akselerasi (yang dipercepat) keuntungan electron yang dipercepat adalah
kemampuannya memebrikan output laju dosis yang lebih seragam.

Radiasi pengion juga digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan obat dan bahan-bahan
formulasi. Kompabilitas dari bahan yang disterilkan dengan radiasi dalah factor yang harus
diperhatikan sejak bahan-bahan dan alat-alat dipengaruhi oleh radiasi, mungkin tidak dengan
segera dilakukan penanganan tetapi setelah stabilitas produk dipengaruhi. Untuk bahan-bahan
medis dan plastic, perubahan dari sterilisasi etilen oksida ke sterilisasi radiasi membutuhkan
penetuan efek radiasi jangka pendek dan jangka panjang dan kadang membutuhkan modifikasi
produkbahan plastic dan karet untuk membuatnya sesuai dengan sterilisasi radiasi.
2. Sterilisasi Gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemamparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme
dan sporannya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi kedalam pori dan serbuk padat,
sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terksristal akan dibunuh.
Sterilisasi yang digunakan dalam bidang farmasi untuk mesterilkan bahan-bahan dan
menghilangkan dari bahan yang disterilkan pada akhir jalur sterilisasi, gas ini tidak inert, dan
kareaktifannya terhadap bahan yang disterilkan harus dipertimbangkan misalnya thiamin,
riboflavin, dan stertomisin kehilangan protein ketika disterilkan dengan etilen oksida.

Sterilisasi gas berjalan lambat, waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan kontaminasi
kelembaban, termperatur dan konsentrasi etilen oksida. Konsentrasi minimum etilen oksida
dalam 450mg/L, 271 Psi, konsentrasi ini 85oC dan 50% kelembaban relative dibutuhkan 4-5jam
pemaparan. Dibawah kondisi sama 1000mg/L membutuhkan sterilisasi 2-3jam. Dalam partikel 6
jam pemaparan etilen oksida digunakan untuk menyiapkan tepi yang aman dan memperoleh
waktu untuk penetrasi gas kedalam bahan sterilisasi. Sisa gas dihilangkan dengan terminal
vakum dilanjutkan oleh pembersihan udara yang difiltrasi. Cara ini digunakan untuk mnsterilkan
obat serbuk seperti penisilin, juga telah digunakan untuk sterilisasi benang, plastic tube.
Pengunaan etilen oksida untuk sterilisasi akhir peralatan parenteral tertentu kertas karf dan
lapisan tipis polietilen, semprot aerosol oksida telah digunakan untuk mensterilkan daerah
dimana dilakukan teknis aseptis.

3. Sterilisasi Secara Mekanik


a. Filtasi Bakteri

Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini
menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan mikroorganisme
tersebut. Prnghilangan mikroorganisme secara fisik melalui penyaringan dengan matriks pori
ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya.
Cara sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau bahan yang tidak
tahan terhadap panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara sterilisasi lain. teknologi tinggi

31
membrane filtrasi meningkatkan pengunaan sterilisasi filtrasi, khususnya jika digunakan
berpasangan dengan system proses aseptic.

b. Filter seitz

Bagian dari filter ini dibuat dari bahan asbestos yang dijepit pada dasar wadah besi.
Keuntungan utama dari filter seitz adalah lapisan filter dapat dibuang setelah digunakan dan
untuk masalah ini pembersihannya berkurang. Efisiensi dari filter ini tergantung pada
pengembangan serat dan lapisan filter oleh air. Karena larutan alcohol pekat tidak mengembang,
filter ini tidak digunakan untuk mensterilkan larutan yang mengandung alcohol dengan jumlah
besar. Filter ini mampu dengan kapasitas volume daro 30ml hingga lebih 100ml.

Kerugian pertama dari filter ini cenderung memberikan komponen magnesium pada filtrat.
Bahan alkalin ini dapat menyebabkan pengendapan dari alkaloid bebas dari garamnya dan dapat
menginaktifkan bahwa yang sensitiv seperti insulin, ekstrak pituitary, epinefrin, dan apomorphin.
Hal ini dapat diatasi dengan perawatan pertama dengan filter dengan dibasahkan dengan HCl dan
kemudian dibilas dengan air.
Kerugian kedua dari seitz adalah permukaan serat dari lapisan filtrat, membuat larutan tidak
cocok untuk injeksi. Ini dapat diatasi dengan menempatkan ayakan dari nilon atau sutra, di
bawah lapisan filter sebelum menempatkan lapisan di dalam filter atau sebuah fritted glass dapat
ditempelkan pada saluran. Kedua untuk menghilangkan serat. Filter seitz juga cenderung
menghilangkan substrat dari filtrate dengan absorpsi.

c. Filter Swinny
Filter Sintered Fritted-Glass dapat dihancurkan oleh kandungan dalam serbuk, tombol bulat
dari gelas digabungkan bersama dengan penggunaan panas untuk menempatkan ukuran dari
bentuk potongan. Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan berkembangnya ukuran.
Setelah potongan dibentuk, potongan disegel dengan pemanasan didalam gelas pirex seperti
corong Buchner.

d. Filter Berkefeld dan Mandler


Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan kalsium sulfat. Berkefeld disusun juga
dari tanah silica murni. Masing-masing filter bermuatan negatif. Tersedia dalam beberapa
prioritas berdasarkan permeabilitasnya ke dalam air dalam Bekerfeld atau Mandler.

e. Filter Selas
Filter ini secara kimia, menjadi resistensi terhadap semua larutan yang tidak menyerang silika.
Karena masingmasing partikel meliputi filter semata-mata bersama selama proses manufaktur,
ada bahaya kecil partikelpartikel dari filter jauh dalam larutan.

f. Filter Candles-Pasteur-Chamberland

32
Ada pemanasan dengan Bekerfeld tetapi dibuat dari pori porselen tak berkaca dengan pori
kecil yang menghasilkan filtrasi lambat. (Lacman,1986)

2.2.9 Kriteria wadah plastik


Plastik dalam kemasan telah membuktikan kegunaannya disebabkan oleh beberapa alasan,
termasuk kemudahannya untuk dibentuk, mutunya yang tinggi, dan menunjang kebebasan
desainnya. Plastik yang digunakan sebagai wadah untuk berbagai produk, baik sediaan farmasi
maupun produk lainnya, harus memiliki kriteria berikut:

1. Komponen produk yang bersentuhan langsung dengan bahan plastik tidak diadsorpsi secara
signifikan pada permukaan plastik tersebut dan tidak bermigrasi ke atau melalui plastik

2. Bahan plastik tidak melepaskan senyawa-senyawa dalam jumlah yang dapat mempengaruhi
stabilitas produk atau dapat menimbulkan risiko toksisitas.

2.2.10 Keuntungan & Kerugian Penggunaan Plastik


Berikut ini adalah beberapa keuntungan dari penggunaan plastik untuk kemasan antara
lainsebagai berikut ini :

1. Fleksibel dan tidak mudah rusak atau pecah


2. Lebih ringan
3. Dapat disegel dengan pemanasan
4. Mudah dicetak menjadi berbagai bentuk
5. Murah

Disamping keuntungan-keuntungan di atas, penggunaan plastik untuk kemasan juga


memiliki berbagai kerugian, antara lain sebagai berikut :

1) Kurang inert dibandingkan gelas tipe I


2) Beberapa plastik mengalami keretakan dan distorsi jika kontak dengan beberapa senyawa
kimia
3) Beberapa plastik sangat sensitif terhadap panas
4) Kurang impermeabel terhadap gas dan uap seperti gelas
5) Dapat memiliki muatan listrik yang akan menarik partikel
6) Zat tambahan pada plastik mudah dilepaskan ke produk yang dikemas
7) Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari produk yang dikemas dapat tertarik

2.2.11 Penggunaan Plastik sebagai Bahan Kemas Farmasetik


A. Syarat bahan sintetis yang digunakan secara farmasetik,yaitu :
1) Material plastik harus sedemikian tebal, sehingga lintasan untuk mikroorganisme tidak
dimungkinkan, dan sebaiknya tidak permeabel untuk uap dan gas,
2) Harus dapat disterilkan; jika mungkin dalam keadaan kosong maupun terisi,

33
3) Tidak boleh membebaskan bahan asing kedalam kandungannya (absorbsi, absorbsi).
Komponen toksis atau komponen lain dari bahan sintetis yang dapat bermigrasi kedalam
kandungan harus serendah mungkin, sehingga tidak bersifat merusak,
4) Sebaiknya menunjukan kemantapan absolut terhadap bahan obat,bahan pembantu galenik
dan bahan pelarut semua jenis,
5) Tidak boleh menimbulkan perubahan konsentrasi. Yang mempengaruhi efek terapetik
dari preparat,
6) Bahan sintetis untuk wadah larutan injeksi, mengingat kontrol pengamatan yang
dilakukan.harus memiliki transparansi yang baik,
7) Bahan sintetis, tergantung tujuan penggunaannya harus mempunyai elastisitas yang
memuaskan, kekompakan tekan atau mantap terhadap koyakan dan penuaan,
8) Bahan sintetis harus dapat dilas dengan baik, dan dapat dibuat dengan murah.
(Anonim,1995)
B. Larutan
Dari wadah bahan sintesis disyaratkan bahwa bahan tersebut tidak merugikan medikamen
yang ada pada kondisi luar yang tidak menguntungkan dan jangka waktu penyimpanan yang
panjang. Pada sediaan obat dalam bentuk cairan atau larutan obat pengawasan antaraksi antara
material pengemasan dan larutan dinilai sangat penting artinya. Problem khusus ditimbulkan
oleh penutup wadah. Pada botol gelas tampak lebih menguntungkan dimana lokasi kritis yang
ada pada tutup karet hanya mempunyai luas permukaan kontak yang kecil terhadap
kandungannya. Disamping itu pada penyimpanan yang benar, bahan tadi tidak kontak langsung
dengan kandungannya. Sebaliknya pada wadag bahan sintesis luas permukaan dan waktu kontak
antara larutan dan material dinding wadah sangat besar.

34
KESIMPULAN
Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua bentuk organisme.
Wadah gelas (kaca) merupakan pilihan utama wadah sediaan farmasi karena tranparansinya dan
tahan terhadap dekomposisi oleh atmosfer atau kimia produk. Depirogenasi Wadah gelas : glass :
dry heat (2300C 60-90’ atau 2500C 30-60’). Gelas terutama tersusun dari pasir (silica yang
hampir murni), soda abu (natrium karbonat), batu kapur (kalsium karbonat), dan cullet (pecahan
gelas yang dicampur dengan batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan penyatu untuk
seluruh campuran). Jenis wadah gelas ada 2 yaitu ampul dan vial. Dan sterilisasinya dengan
menggunakan metode uap panas dan panas kering. Penutupnya berupa karet yang juga
distrerilisaskan. Pengujian wadah gelas dengan menggunakan 2 metode yaitu metode serbuk
gelas dan metode permukaan. Sedangkam wadah plastik untuk produk farmasi pada mulanya di
buat dari polimer-polimer berikut ini : polietilen, polipropilen, polivinil klorida, polistiren dan
juga meski tidak begitu banyak, polimetir metakrilat, polietilen tereftalat, politrifluoroetilen,
amino formaldehid dan poliamida. Untuk wadah- wadah plastik pada umumnya zat penambah
dapat terdiri dari antioksidan, zat antistatik, warna, pelincir dan stabilisator. Peracikan
termoplastik pada hakekatnya dilakukan melalui cetakan semprot, ekstrudisasi dan gelombong
ekstrusi.

35
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen kesehatan RI
Ansel, Howard C, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press: Jakarta.
Ansel,H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta : UI-Press
Block, Seymour S, eds. Disinfection, Sterilizaion, and Preservation. 5th ed. USA: Lippincott
Williams & Wilkins, 2001.
Depkes RI, 1995.Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Direktorat Jenderal POM. Dep Kes RI.
Jakarta
Depkes RI, 2013. Farmakope Indonesia Edisi ke V. Direktorat Jenderal POM. Dep Kes RI.
Jakarta
Fardiaz, S. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1992.
Goeswin, A. 2009. Sediaan Farmasi Steril. ITB. Bandung
Kurniawan, Dhadang Wahyu & Teuku Nanda, S.S.2012. Teknologi Sediaan Farmasi
.Purwokerto : Laboratorium Farmasetika Undoed.
Lachman, Leon, Herbert A. Lieberman dan Joseph L. Kanig., 1994, Teori dan Praktek Farmasi
Industri Jilid III, UI Press: Jakarta.
Lacman,L,et all. 1986.Teori dan Praktek Industry Farmasi Third Edition. Philadelphia : Lea and
Febiger
Pelozar, M.J. dan E.C.S. Chan. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta UI Press, 1988.
Purnawijayanti, Hiasinta A. Sanitasi , Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengelolaan
Makanan. Yogjakarta: Kanisius. 2001.
Stefanus, Lukas. Formulasi Steri. Indonesia: ANDI, 2006.
Sumarsih, Sri. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya. 2010.
Sunarmi, Yohana Ipuk dan Cahyo Saparinto. Usaha 6 Jenis Jamur dalam Skala Rumah Tangga.
Depok: Penebar Swadaya, 2010.
Voight,R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Gadjah mada university press

36
37

Anda mungkin juga menyukai