Anda di halaman 1dari 43

PENUNTUN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID

Oleh :

apt. Fitri Handayani, M.Si.

apt. Ghina Adhila, M.Farm.

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PRODI DIPLOMA III FARMASI
STIKES SAMARINDA
2023

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 1


I. IDENTIFIKASI MATA KULIAH
1. Mata Kuliah : Praktikum Teknologi Sediaan Cair dan Semi Padat
2. Semester : II
3. Kode : FR 302
4. Bobot SKS :1

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mahasiswa mampu memahami tugas yang diberikan
2. Mahasiswa mampu mempelajari teknologi dan melakukan percobaan
pembuatan sediaan cair dan setengah padat
3. Mahasiswa mampu mempelajari pengaruh bahan tambahan yang bisa
digunakan dalam sediaan terhadap stabilitas fisik suatu sediaan obat

III. PENILAIAN
1. Rentang penilaian
Nilai Huruf Mutu
≥ 80 A
75-79,9 B+
70-74,9 B
65-69,9 C+
60-64,9 C
40-59,9 D
≤ 39,9 E

2. Aspek yang dinilai


Aspek Persentase Nilai
Pretest 15 %
Keaktifan & Etika 10 %
Laporan sementara (Jurnal) 20 %
Laporan Resmi 25 %
Evaluasi Sediaan 30 %

IV. TUGAS KELOMPOK


1. Masing-masing peserta praktikum melakukan percobaan yang telah di
tentukan.
2. Masing-masing peserta wajib membuat jurnal praktikum

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 2


3. Masing-masing peserta wajib sediaan, kemasan, brosur leaflet
4. Data setiap percobaan dikumpulkan dan dibuat laporan kelompok
setiap selesai satu percobaan.
5. Setiap kelompok mempresentasikan formulasinya (bahan tambahan
yang digunakan, rancangan kemasan dll) sebelum melakukan
percobaan.
6. Setiap kelompok wajib membuat laporan akhir (resmi)

V. FORMAT
1. Laporan sementara (jurnal)
I. Formula awal:
Paracetamol 120 mg/5ml  60 ml sediaan
II. Preformulasi zat aktif dan zat tambahan
Paracetamol :
a. Nama senyawa :
b. Struktur molekul :
c. Pemerian : warna, rasa, bau, penampilan,
d. Kelarutan:
e. Khasiat :
f. Catatan tambahan yang dianggap perlu (OTT,
polimorfisme dll)
g. Pustaka
III. Formulasi
Nama Bahan Jumlah Fungsi
paracetamol 1,44 g Antinyeri dan antidemam
Na-cmc ……. Suspending agent

IV. Perhitungan Dosis (DL dan DM)


V. Penimbangan Bahan
VI. Prosedur kerja (Jelas dan terperinci)
VII. Evaluasi Sediaan (Organoleptis, pH, bobot jenis, volume
terpindahkan, homogenitas, kecepatan redispersi suspensi)
H0)
VIII. Pustaka
2. Laporan Resmi
BAB I : PENDAHULUAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
B. DASAR TEORI (minim 3 pustaka)
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 3


A. PREFORMULASI (ZAT AKTIF DAN ZAT
TAMBAHAN)
BAB III : METODE
A. ALAT DAN BAHAN
B. FORMULASI
Nama Bahan Jumlah Fungsi

C. PERHITUNGAN DOSIS
D. PERHITUNGAN BAHAN
E. PROSEDUR PEMBUATAN
F. EVALUASI SEDIAAN : (Friska Fitrini)
a. Organoleptis
- Warna : pink
- Bau : strawberi
- Rasa : manis
b. pH :8
c. Volume terpindahkan : 50 mL (kurang 10 mL)
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA (MINIMAL 5 PUSTAKA)
VI. BUKU ACUAN
1. Farmakope : FI, USP, BP dan buku standar lainnya
2. Martindale
3. The Pharmaceutical Codex
4. Farmasi Fisika
5. Referensi lain yang terbaru

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 4


JADWAL PRAKTIKUM REGULER

NO HARI, TANGGAL MATERI KELAS


1 Selasa, 28 Februari 2023 Kontrak perkuliahan praktek Luring
2 Selasa, 7 Maret 2023 Pengarahan praktikum, pembagian dan cek alat Luring
3 Selasa, 14 Maret 2023 Presentasi formula I-V Luring
4 Selasa, 21 Maret 2023 Presentasi formula VI-X Luring
5 Selasa, 28 Maret 2023 Pembuatan formula I-V Luring
6 Selasa, 4 April 2023 Pembuatan formula VI-X Luring
7 Selasa, 11 April 2023 Ujian praktek Luring
8 Selasa, 18 April 2023 Remedi ujian praktek Luring

JADWAL PRAKTIKUM REGULER B


NO HARI, TANGGAL MATERI KELAS
1 Sabtu, 4 Maret 2023 Kontrak perkuliahan praktek Daring
2 Sabtu, 11 Maret 2023 Pengarahan praktikum, pembagian dan cek alat Daring
3 Sabtu, 18 Maret 2023 Presentasi formula I-X Luring
4 Sabtu, 25 Maret 2023 Pembuatan formula I-V Luring
5 Sabtu, 8 April 2023 Pembuatan formula VI-X Luring
6 Sabtu, 15 April 2023 Ujian praktek dan Remedi Luring

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 5


FORMULA

FORMULA NAMA ZAT AKTIF BENTUK SEDIAAN


I Obat Batuk Hitam 100 ml Sirup
II Difenhidramin HCl 12,5 mg / 5 ml Elixir
III Vitamin C 0,5 g / 50 ml Effervescent
IV Gargarisma kan 60 ml Gargarisma
V Klorampenikol 120 mg / 5 ml Suspensi oral
VI Oleum ricini 3 g / 30 ml Emulsi oral
VII Unguentum simplex 20 Salep
VIII Calamine lotion 20 Suspensi topikal
IX Vanishing cream 10 Emulsi topikal
X Paracetamol 120 mg/supp (Kelompok) Suppositoria

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 6


KELOMPOK PRAKTIKUM

KELOMPOK PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID


STIKES SAMARINDA TA 2022/2023

Waktu : 07.30 - 10.00 WITA


No Kelompok Dosen Pembimbing Nama Mahasiswa
1 ADELIA NOR RAMADHINI
2 ANANDA IMROATUR RASIDAH
3 INDAH PERMATA FEBRIANTI
4 KRISTIAN IMANUEL
5 NOR HIDAYATI
6 NUR AINI HUMAIROH
A.1 apt. Fitri Handayani, M.Si
7 NURUL HIDAYAH
8 SALWA QORNITA FIRDAUS SITE
9 SYAKIE RAMADANI TSURAYA
10 WIRANTO
11 ADELIA TRIVINA BULAN
12 AFINA TSANIYA RAHMADINI
13 AGUSTIN MADANI
14 AHMAD RIDHO SUBHI
15 AISYAH FITRI WULANDARI
16 ANDI RAHMAYANI
17 ANDI.M.KHAIDIR
apt. Ghina Adhila,
18 A.2 ASANAH
M.Farm
19 ATIKAH KHARISMA RAYYAN MAULIDA
20 BUNGA ALIA
21 CHRISTIAN ERICK PUTRA SARANGA
22 DEA AZHARI RAMADHANI
23 DHEYA PRESICILLIA

Waktu : 10.30 - 13.00 WITA


No Kelompok Dosen Pembimbing Nama Mahasiswa
1 DIEN DAMAR'ATUS ZAHRA
2 ELGA ANDREANI
3 FRANSISKA IDANG
4 HANUM ARISTA PUTRI MAHMUD
5 JEUTYNIA TANGNGA.
6 JUVITA INDRIANI
B.1 apt. Fitri Handayani, M.Si
7 KAMALIA
8 KURNIA DELLA
9 LISA OLIVIANA SARI
10 MARIA LUHUNG
11 MUHAMMAD ANDIRA SAPUTRA.
12 MUHAMMAD JIKRIE NABIEL AJIANDA
13 B.2 apt. Ghina Adhila, MUHAMMAD KHAIRIL ADIATMA FAUZAN

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 7


14 M.Farm NOORHASBI
15 NOVA AGUSTINA
16 NUR SYAFITRI.K
17 OCTAVIA MELLYSARI RAMMANG
18 RAZKYA PERMATA SARI
19 SRI ANDANI
20 TASYA ARUM VADHILLA
21 TSABITA WIRDA KIRANA
22 VIFI SRY RAHAYU
23 YAYU SRI RAHAYU

Reg B
Waktu : 08.00 – 12.00
No Kelompok Dosen Pembimbing Nama Mahasiswa
1 ABDI NUZUL
2 DARMA KUSUMA
3 DEVY MAISAROH
4 DIAN TRI WAHYUNI
5 HADIJAH
6 JUMAIDIANSYAH
7 C.1 apt. Fitri Handayani, M.Si KARTINI
8 M. DEDY RIZALDI AKBAR
9 MASRANSYAH NOOR
10 MEYSKE THERESIA ERICA NOVITA
11 MIFTAHUL SEPTIANINGRUM
12 MUHAMMAD ZULFIANSYAH
13 NILAM SYLVIA RAMADHIANI
14 PRIYANTI
15 QUSNUL CHOTIMAH
16 SARIF PURDANI
17 SILVERIA SUSI
18 SISI NANDA RESTU
19 apt. Ghina Adhila, VIRGINIA FRANCINE SUYANTO
C.2
20 M.Farm WAMILA
21 WINDA DWI RHAMADANI
22 CICI FEBRIANI
23 HAIRULLAH
24 REZA NUR RAHMAWATI
25 YUNI DWIKI DARMAWANTI

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 8


FORMAT COVER LAPORAN RESMI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM


TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID

FORMULA I (…………………)

NAMA BENTUK SEDIAAN


……………………………..

Disusun Oleh :
Nama :
NIM :
Tgl. Praktikum :
Dosen Pengampu :

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PRODI DIPLOMA III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA
2023

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 9


TATA TERTIB
Ketentuan Umum
1. Mahasiswa diharuskan hadir 5 menit sebelum praktikum dimulai. Bagi
yang terlambat lebih dari 15 menit tanpa ijin, tidak diperkenankan
mengikuti praktikum
2. Mengenakan jas laboratorium warna putih, bersih dan selalu dalam
keadaan terkancing.
3. Tidak diperkenankan merokok ataupun melakukan tindakan yang
dapat mengganggu kelancaran praktikum.
4. Bila berhalangan hadir, terlebih dahulu membuat surat ijin kepada
Dosen Pengampu Praktikum, bagi mahasiswa yang sakit wajib
menyerahkan surat keterangan dokter.
5. Bekerja secara hati-hati, teliti dab bersih selama praktikum
6. Pengambilan bahan sesuai yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan.
Dilarang keras membuang bahan farmasetis. Setelah selesai,
kembalikan alat dan bahan ke tempat semula.
7. Bila terjadi kesalahan atau kehilangan alat selama praktikum,
mahasiswa yang bersangkutan diharuskan mengganti sesuai alatnya,
sebelum praktikum minggu berikutnya.
8. Demi kelancaran praktikum, mahasiswa diharapkan membawa
bebarapa buku pegangan yang diperlukan
9. Ketentuan lain yang belum disebutkan, akan diatur sewaktu
pelaksanaan praktikum.
Ketentuan Khusus
1. Masing-masing mahasiswa melakukan acara praktikum sesuai jadwal
yang telah diatur.
2. Sebelum melakukan acara praktikum mahasiswa harus melakukan
pretest sebelum praktikum dimulai sesuai materi yang telah
dijadwalkan dengan nilai minimal kelulusan pretest adalah 60

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 10


ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN PADA PRAKTIKUM

1. Timbangan
 Neraca gram (g) : untuk menimbang bahan obat yang beratnya 1
gram atau lebih
 Neraca milligram (mg) : untuk menimbang bahan obat yang
beratnta 50 mg-1g
2. Gelas Ukur
Untuk mengukur volume cairan, satuannya cc (centimeter cubik) atau mL
(mili liter)
3. Mortir dan stamper
Terbuat dari porcelen digunakan untuk menggilas, menghaluskan,
mencampur dan mengaduk bahan obat.
4. Cawan Porcelen
Untuk menimbang cairan, melebur basis salep
5. Erlenmeyer
Terbuat dari kaca untuk melarutkan zat dan mereaksikan zat
6. Gelas Piala (Beaker gelas)
Terbuat dari kaca untuk menimbang cairan, melarutkan zat dan
mereaksikan zat
7. Ayakan
Untuk mengayak serbuk menurut derajad halus
8. Sendok
 Sendok logam : Untuk alat bantu mengambil bahan/ zat padat yang
tidak bersifat oksidator
 Sendok porcelen : Untuk alat bantu mengambil bahan/ zat padat
yang tidak bersifat oksidator
9. Spatel : untuk alat bantu mengambil bahan lunak (lemak, basis salep/krim)
10. Batang Pengaduk
Terbuat dari kaca, untuk mengaduk campuran bahan
11. Krus
Terbuat dari porcelen disertai tutup untuk menimbang bahan yang bersifat
oksidator
12. Tangas air
Berbentuk persegi panjang dengan lubang-lubang di atasnya untuk
merebus, melakukan atau mereaksikan
13. Macam-macam kertas yang dipakai
 Kertas perkamen : untuk membungkus serbuk
 Kertas timbang : untuk alas pada sat menimbang
14. Corong

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 11


Untuk memasukkan cairan dalam wadah bermulut kecil, terbuat dari kaca.
15. Macam-macam penyaring
 Kapas : untuk menyaring larutaan dengan bantuan corong
 Kain kasa : untuk menyaring basis salep yang dilebur
 Kertas saring : untuk menyaring larutan-larutan untuk mata dengan
bantuancorong kaca
16. Etiket dan Label
Penandan sebagai informasi cara pemakaian obat (baik obat dalam
maupun obat luar)
Macamnya :
 Etiket putih : untuk obat oral (diminum)
 Etiket biru : untuk obat luar (Salep, krim dll)
 Label : Tidak Boleh Di Ulang Tanpa Resep Dokter

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 12


TEKNIK MENIMBANG

A. Sebelum memulai penimbangan


1. Timbangan harus dalam keadaan off (tanpa beban)
2. Goyangan jarum timbangan harus lancar
B. Saat penimbangan
1. Setarakan kedua piring timbangan. Posisi kedua piring harus dalam
keadaan seimbang (posisi nol). Bila diperlukan dapat digunakan beban
penara tambahan yg telah disediaakan
2. Almari timbangan (mg) dalam keadaan setengah tertutup untuk
mengurangi goyangan
3. Penimbangan kurang dari 1 mg dilakukan di timbanga mg
4. Penimbangan 1g atau lebih dilakuan di timbangan g
5. Untuk bahan yang kering, penimbangan dilakukan dengan di beri alas
kertas perkamen
6. Untuk bahan yang mudah menguapm menyublim atau higroskopis
dimasukkan dalam botol tertutup (krus)
7. Untuk bahan yang berair, berminyak atau berlemak dalam jumlah kecil
cukup di beri alas kertas perkamen yang diolesi gliserin sedangkan
dalam jumlah besar dapat menggunakan gelas arloji atau cawan
porselin.
8. Alat harus disetarakan terlebih dahulu dengan beban penara
9. Gunakan pinset untuk mengambil anak timbangan
10. Pada saat penambahan bahan, posisi jarum timbangan harus selalu
dalam keadaan off setelah penambahan selesai baru dipindahkan ke
posisi on
11. Pastikan penimbangan di akhiri dalam keadaan seimbang dari kedua
piring, jarum menunjuk ke arah angka 0 atau menunjukan goyangan
yang seimbang antara bagian kiri dan kanan skala timbang

C. Selesai penimbangan
1. Timbangan dalam keadaan off (tanpa beban), bersih dan almari
tertutup (timbangan mg)
2. Pastikan anak timbangan dan pinset lengkap dengan kotaknya masing-
masing

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 13


MODUL 1

PREFORMULASI SEDIAAN FARMASI

1.1 Dasar teori


Studi preformulasi adalah tahap pertama dalam pengembangan bentuk
sediaan obat yang rasional dari suatu zat aktif. Studi preformulasi ialah ialah
suatu investigasi sifat-sifat fisik dan kimia zat aktif tunggal atau digabung
dengan eksipien. Studi preformulasi dalam farmasi kadang-kadang
didefinisikan sebagai studi pendahuluan untuk mengembangkan produk. Studi
preformulasi dalam arti yang luas dan digunakan untuk berbagai macam
sediaan farmasi tertentu, dapat didefinisikan sebagai studi pendahuluan untuk
penetapan formula akhir yang sebenarnya dan arah kerja untuk membuat
produk.
Preformulasi digunakan untuk memperbaiki metode analisis dengan
mencegah dekomposisi obat yang tidak diinginkan, metode untuk mendeteksi
sifat-sifat fisika kimia yang penting dalam menyusun formulasi sediaan obat
agar aman digunakan pasien. Kontinuitas pemasok bahan baku juga perlu
diperhatikan karena dapat mempengaruhi penampilan sediaan secara fisik dan
kimia.
Adapun tujuan dari preformulasi adalah sebagai berikut:
1. Preformulasi menggamnbarkan proses optimisasi suatu obat melalui
penentuan atau difinisi sifat-sifat fisika dan kimia yang dianggap penting
dalam menyusun formulasi sediaan yang stabil, efektif dan aman.
2. Data reformulasi akan sangat membantu dalam memberikan arah yang
lebih sesuai untuk membuat suatu rencana bentuk sediaan.

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 14


MODUL 2

SEDIAAN LARUTAN DAN ELIKSIR

2.1 Pengertian Larutan

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat yang
terlarut (Anonim, 1995). Menurut buku formularium nasional, larutan adalah
sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu jenis obat atau lebih di
dalam pelarut, dimaksudkan kedalam organ tubuh. Berdasarkan Farmakope
IV, larutan merpakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut
kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling. Kesimpulannya
larutan dalah sediaan yang mengandung satu atau lebih obat dalam pelarut
(dengan zat pelarut yang sesuai) dan digunakan sebagai obat dalam ataupun
obat luar.

Berdasarkan cara penggunaan larutan dibagi menjadi 2 bagian yaitu :


larutan oral dan topical. Larutan oral adalah sediaan cari yang dibuat untuk
pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan
pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran
kosolven air (Anonim, 1995)
Syarat larutan dalam Anonim, 1995 adalah zat terlarut harus larut
sempurna dalam pelarutnya. Zat harus stabil, baik pada suhu kamar dan pada
penyimpanannya. Jernih dan tidak ada endapan. Secara umum komposisi
sediaan larutan terdiri dari :
1. Bahan aktif/ bahan berkhasiat
2. Bahan tambahan yang terdiri dari:
a. Solven / pelarut
b. Corrigen odoris : digunakan untuk memperbaiki bau obat contohnya
oleum cinnamomi, oleum rosae dll
c. Corrigen saporis : digunakan untuk memperbaiki rasa obat.
Contohnya saccharosa / sirup simplex, sirup auratiorum dll

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 15


d. Corrigen coloris : digunakan untuk memperbaiki warna obat.
Contohnya karminum (merah), caramel (coklat) dll
e. Corrigen solubilis : digunakan untuk memperbaiki kelarutan obat
utama. Contohnya iodium dapat mudah larut dalam larutan pekat.
f. Pengawet : digunakan untuk mengawetkan obat. Contohnya asam
benzoat, natrium benzoate, nipagin, nipasol dll
Adapun keuntungan dari sediaan larutan adalah sebagai berikut:
1. Merupakan campuran homogen
2. Dosis dapat mudah diubah-ubah dalam pembuatan
3. Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat di absorpsi
4. Mudah diberi corrigen
5. Untuk pemakaian luar mudah digunakan
Sedangkan untuk kerugiannya adalah sebagai berikut:
1. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
2. Ada obat yang sukar di tutupi rasa dan baunya dalam larutan
(Syamsuni, A, 2006)
Prosedur pembuatan sediaan larutan pada umumnya adalah sebagai
berikut:
1. Pelarut (air) harus didihkan lalu didinginkan dalam keadaan tertutup
2. Zat aktif dan bahan tambahan ditimbang satu persatu
3. Pengental atau pemanis dibuat misalnya sirupus simplek
4. Zat aktif dan bahan tambahan yang berupa serbu digerus /
dihaluskan dalam mortir
5. Zat aktif dilarutkan dengan cara menambahkan zat berkhasiat sedikit
demi sedikit ke dalam sejumlah volume pelarut diaduk sampai larut
sempurna
6. Begitupula dengan bahan tambahan dilarutkan kedalam pelarut yang
digunakan.
7. Bahan-bahan yang sudah larut, kemudian di campurkan dan aduk
sampai homogen.

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 16


8. Jika perlu tambahkan bahan tambahan lain seperti corrigen odoris,
saporis dll
9. Tambahkan sisa pelarut sampai volume sediaan yang dikehendaki
10. Evaluasi sediaan yang sudah dibuat
11. Semua bahan yang sudah di campur, kemudian dimasukan kedalam
wadah botol yang sudah ditara sebelumnya.
2.2 Elixir
Eliksir adalah sediaan berupa jernih, manis, merupakan larutan
hidroalkoholik, terutama untuk pemakaian oral, biasanya beraroma. Ada 2
jenis:
1. Non-medicated elixir: bisa sebagai vehikulum
2. Medicated elixir: sebagai obat.
Dibandingkan dengan sirup, eliksir kurang manis, kurang viscous karena
mengandung guka dengan kadar rendah, sehingga kurang efektif untuk
menutup rasa yang tidak enak. Karena berupa hidroalkoholik, maka lebih
mudah untuk dibuat menjadi larutan bagi bahan-bahan yang larut dalam air
maupun yang larut dalam alkohol. Dari sisi pembuatan menjadi lebih
sederhana. Dibandingkan sirup
Kadar alkohol bervariasi sekali tergantung dari keperluan untuk menjaga
tetap dalam larutan. Konsekwensinya: untuk bahan yang kurang larut dalam
air, jumlah alkohol yang dibutuhkan menjadi lebih besar.. Gliserin, propilen
glikol dipakai sebagai ko-solven. Walaupun eliksir dipermanis dengan gula,
banyak juga yang menggunakan sorbitol, gliserin, atau pemanis buatan. Eliksir
dengan kadar alkohol tinggi sering memakai saccharin sebagai pemanis dengan
jumlah kecil daripada gula yang sedikit larut dalam alkohol.. Hampir semua
eliksir mengandung Flavoring agent dan coloring agent. Eliksir dengan 10 -
12% alkohol adalah self-preserving sehingga tidak perlu ditambahkan anti
mikroba lagi.
Keuntungan eliksir: dosis mudah diatur, terutama buat mereka yang sulit
menelan obat. Kerugian: anak/dewasa yang menghindari alkohol. Karena

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 17


biasanya mengandung alkohol dan minyak menguap, eliksir harus tertutup
kedap, terlindung dari cahaya dan panas berlebihan
Pembuatan eliksir: Biasanya dibuat dengan pelarutan sederhana dengan
pengadukan dan atau dengan campuran 2 atau lebih bahan tambahan cair.
Bahan yang larut dalam alkohol dan yang larut dalam air biasanya dilarutkan
secara terpisah masing-masing
Evaluasi sediaan elixir :
1. Organoleptis : Diamati dengan cara pancar indera, apakah sediaan elixir
tersebut sudah sesuai dengan ketentuan sediaan elixir yang benar, yaitu
bau dan rasa yang sedap, tidak ada pertikel yang tidak larut
2. Uji kejernihan : Dengan cara melihat langsung sediaan tersebut, apakah
masih ada / tidak partikel yang tertinggal / tidak larut
3. Uji densitas (bobot jenis)
4. Uji viskositas
5. Uji pH : Sediaan diukur pH nya dengan menggunakan pH meter, yaitu
disesuaikan dengan pH usus karena sediaan diabsorbsi di usus jadi pH
sediaan harus sama dengan pH usus
6. Volume terpindahkan (FI IV)
2.3 Effervesent
Effervescent didefinisikan sebagai timbulnya gelembung gas dari cairan
sebagai hasil dari reaksi kimia. Tablet Effervescent adalah tablet tidak bersalut,
umumnya mengandung senyawa asam dan karbonat atau bikarbonat yang
bereaksi dengan cepat dengan adanya air dengan melepasakan karbon dioksida.
Menurut (Lieberman, dkk., 1992) effervescent dapat didefenisikan sebagai
bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia
larutan. Gas yang dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbon
dioksida sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda).
Larutan effervescent berkilau, lezat, dan menyediakan zat aktif dalam
bentuk larutan dengan ketersediaan hayati yang terjamin bagi orang yang
sulit menelan tablet atau kapsul biasa. (Siregar dan Wikarsa, 2010). Tablet
effervescent diharapkan bisa terlarut dalam air sebelum digunakan. Reaksinya

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 18


cukup cepat dan biasanya berlangsung dalam waktu satu menit atau kurang. Di
samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa yang
enak karena adanya karbonat yang dapat membantu memperbaiki rasa obat-
obat tertentu (Banker dan Anderson, 1986).

Sediaan effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan
asam tartrat, karena pemakaian asam tunggal saja akan menimbulkan kesulitan
pada pembentukan granul. Menurut Ansel dkk. (1999), jika asam sitrat digunakan
sebagai satu-satunya sumber asam maka akan dihasilkan massa campuran yang
lengket dan sulit dibuat granul. Sedangkan jika hanya digunakan asam tartrat akan
dihasilkan granul dengan kompaktibilitas yang rendah , mudah hancur dan rapuh.
Perbandingan asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat yang biasa
digunakan adalah 1 : 2 : 3,4. Reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat (a)
serta asam tartrat dan natrium bikarbonat (b) dapat dilihat sebagai berikut :
a) H3C6H5O7 . H2O +3NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2
b) H2C4H4O6 + 2NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2H2O  2CO2
Metode pembuatan sediaan effervescent :
A. Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian asam :
Zat netral dalam jumlah kecil, zat-zat mudah menguap, ekstrak dalam jumlah
kecil dan sirup
B. Zat-zat yang dilarutkan dalam bagian basa:
Garam dari asam yang sukar larut misal Natrii benzoas, natrii salisilas

2.4 Suspensi

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak terlarut
yang terdispersi dalam fase cair. Jenis sediaan ini biasanya dipilih untuk zat
berkhasiat yang ingin dibuat dalam bentuk sediaan cair, tetapi dalam jumlah
dosis pemakaiannya memiliki kelarutan di dalam air yang sangat kecil.

Suspensi rekonstitusi (suspensi kering) adalah suspensi dalam bentuk


serbuk yang sebelum di gunakan didispersikan terlebih dahulu di dalam air

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 19


sebagai fase pendispersi. Suspensi kering dibuat untuk menjaga stabilitas zat
aktif yang mudah terurai air.

Bahan-bahan yang terkandung dalam sediaan suspensi tidak jauh berbeda


dengan sediaan larutan, hanya saja dalam sediaan suspensi ditambahkan zat
lain untuk menjaga stabilitas fisik sediaan seperti bahan pensuspensi, bahan
pembasah dan flocculating agent.

A. Bahan pensuspensi
Bahan pensuspensi dibedakan menjadi 4 kelompok yang digunakan
berdasarkan tipe disperse, konsentrasi yang dibutuhkan dan sifat fisika
kimia bahan pendispersi. Fungsi dari bahan pensuspensi adalah untuk
mencegah pengendapan partikel terdispersi berdasarkan sifat rheologi dari
sediaan suspense dan meningkatkan viskositas larutan. Bahan pensuspensi
terbagi menjadi beberapa golongan yaitu:
 Derivat selulosa larut air : Na CMC, metal selulose (MC) dll
 Polisakarida : Acasia gum, Na Alginat, Tragakant, starch dll
 Tanah liat (clay) : Bentonit, veegum, AL-Mg Silikat dll
 Sintetik : Carbomer ( carboxyl vinyl polymer), colloidal silicon
dioxide
Bahan pensuspensi yang ideal adalah:
 Dapat merubah sifat fisik larutan pembawa
 Viskositas sediaan tinggi pada saat disimpan
 Viskositas tidak cepat berubah oleh pengaruh suhu dan pada
penyimpanan
 Tahan terhadap pengaruh lektrolit dan tidak terurai pada rentang
pH yang besar
 Dapat bercampur dengan bahan berkhasiat dan bahan pembantu
lainnya
 Nontoksik

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 20


B. Bahan pembasah
Bahan pembasah berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan
bahan dengan air dan meningkatkan disperse bahan yang tidak larut.
Biasanya digunakan surfakatan yang dapat memperkecil sudut kontak
antara partikel zat padat dan cairan pendispersi sehingga lebih mudah
dibasahi. Sebagai pembasah lainnya dapat digunakan alcohol, polietilen
glikol, gliserin, dan propilen glikol yang berfungsi sebagai humektan
dengan cara meningkatkan penetrasi pembawa ke dalam serbuk.
Surfaktan kationik dan anionic efektin digunakan untuk bahan
berkhasiat dengan zeta potensial postif dan negative, sedangkan surfaktan
nonionic lebih baik sebagai bahan pembasah karena mempunyai rentang
pH yang cukup besar dan toksisitanya rendah. Konsentrasi surfaktan yang
digunakan dibawah harga KMK (Konsentrasi Misel Kritis), karena apabila
terlalu tinggi dapat terjadi solubilisasi, busa, dan memberikan rasa yang
tidak enak.
C. Floculating agent
Partikel padat yang terdispersi akan mengalami deflokulasi atau
flokulasi tergantung dari sifat partikelnya. Partikel yang mengalami
deflokulasi secara fisik akan memberikan penampilan yang baik tetapi
kemungkinan untuk terjadinya caking cukup besar. Sedangkan partikel
yang mengalami flokulasi secara fisik penampilannya kurang baik tetapi
kemungkinan untuk terjadinya caking sangat kecil.
Oleh karena itu, partikel terdispersi harus diatur zeta potensialnya agar
memberikan penampilan baik secara fisik tetapi juga tidak mudah caking.
Surfaktan, clay, polimer hidrofilik dan elektrolit biasa digunakan untuk
mengatur flokulasi partikel terdispersi ini.

Komposisi sediaan suspensi:

1. Bahan aktif
2. Bahan tambahan
3. Suspending agent : Akasia (PGA), tragakant, Mucilago amily dll

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 21


Prosedur pembuatan suspensi secara umum:

1. Metode dispersi : Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah


terbentuk, kemudian diencerkan.
2. Metode presitipasi : zat yang hendak didisperiskan dilarutkan dulu dalam
pelarut organic yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam
pelarut organic, larutan zat ini kemudian diencerkan dengan larutan
pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi
dalam air sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan
pensuspensi.
Evaluasi sediaan suspensi :
1. Tinggi sedimentasi yang terjadi diukur dalam tabung sedimentasi
2. Ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel zat yang terdispersi
3. Berat jenis sediaan
4. Sifat aliran dan viskositas sediaan
5. Penentuan volume terpindah
6. Waktu rekonstitusi
Lotion
Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang
mengandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai
sumber lembab bagi kulit, memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan
sebum, membuat tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak
dan mudah dioleskan. Hand and body lotion (losio tangan dan badan) merupakan
sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto, et al, 1995).
Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air
yang digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi
tidak larut yang tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana
mediumnya berupa air. Biasanya ditambah gliserin untuk mencegah efek
pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat kering pada waktu dipakai dan
memberi efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982 menyebutkan, lotion
adalah produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari sedikitnya dua

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 22


cairan yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat
mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian pada
kulit yang sehat.
Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air
yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di
dalamnya. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung.
Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan
merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering
setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit
(Lachman et al., 1994). Sediaan lotion tersusun atas komponen zat berlemak, air,
zat pengemulsi dan humektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak
maupun minyak dari tanaman, hewan maupun minyak mineral seperti minyak
zaitun, minyak jojoba, minyak parafin, lilin lebah dan sebagainya. Zat pengemulsi
umumnya berupa surfaktan anionik, kationik maupun Teknologi Farmasi.
Humektan bahan pengikat air dari udara, antara lain gliserin, sorbitol, propilen
glikol dan polialkohol (Jellineck, 1970).
Proses pembuatan lotion adalah dengan cara mencampurkan bahan-bahan
yang larut dalam fase air pada bahan-bahan yang larut dalam fase lemak, dengan
cara pemanasan dan pengadukan (Schmitt, 1996). Bahan-bahan lainnya yang
digunakan dalam pembuatan lotion adalah sun screen, humektan, thickening,
mineral oil, setil alkohol, silikon dan preservatif. Sun screen berfungsi sebagai
ultra violet filter, yaitu melindungi kulit dari panas matahari juga bahan dasar
pembuatan krim/lotion. Gliserin sebagai humektan berfungsi menahan air di
bawah lapisan kulit agar tidak keluar sehingga mencegah kehilangan air yang
berlebihan. Mineral oil dan silikon berfungsi sebagai pelembab (moisturizing)
kulit. (Setyaningsih, dkk., 2007).
Evaluasi sediaan :
1. Organoleptis
2. pH
3. Homogenitas

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 23


MODUL 3
EMULSI

3.1 Definis emulsi


Definisi emulsi menurut Farmakope Indonesia Edisi IV adalah sistem dua
fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan
kecil. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua cairan immiscible (tidak
bercampur) yang satu terdispersi secara seragam sebagai tetesan dalam cairan
lainnya. Emulsi juga merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Sediaan emulsi merupakan golongan penting dalam sediaan farmasetik
karena memberikan pengaturan yang dapat diterima dan bentuk yang cocok untuk
beberapa bahan berminyak yang tidak diinginkan oleh pasien. Emulsi disebut
suatu sistem yang memungkinkan suatu cairan terdispersi di dalam cairan yang
lain dalam bentuk tetes-tetes kecil dengan diameter 0,2 – 50 mikron.

Emulsi terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fase terdispersinya dikenal
dua jenis/tipe emulsi, yaitu :
1. Emulsi minyak dalam air (M/A) / oil in water (O/W), yaitu bila fase minyak
terdispersi di dalam fase air.
2. Emulsi air dalam minyak (A/M )/ water in oil (W/O), yaitu bila fase air
terdispersi di dalam fase minyak.
Selain tipe M/A dan A/M terdapat juga jenis :
3. Emulsi minyak dalam air dalam minyak (M/A/M), dikenal sebagai emulsi
ganda, dapat dibuat dengan mencampurkan suatu pengemulsi M/A dengan
suatu fase air dalam suatu mikser dan perlahan-lahan menambahkan fase
minyak untuk membentuk suatu emulsi minyak dalam air.
4. Emulsi air dalam minyak dalam air (A/M/A), dikenal sebagai emulsi ganda,
dapat dibuat dengan mencampurkan suatu pengemulsi A/M dengan suatu fase
minyak dalam suatu mikser dan perlahan-lahan menambahkan fase air untuk

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 24


membentuk suatu emulsi air dalam minyak. Emulsi A/M tersebut kemudian
didispersikan dalam suatu larutan air dari suatu zat pengemulsi M/A, seperti
polisorbat 80 (Tween 80), sehingga membentuk emulsi air dalam minyak
dalam air. Pembuatan emulsi A/M/A ini untuk obat yang ditempatkan dalam
tubuh serta untuk memperpanjang kerja obat, untuk makanan-makanan serta
untuk kosmetik.
Tipe emulsi A/M (a), M/A (b), A/M/A (c) dan M/A/M (d) dapat dilihat pada
gambar 1.

Gambar 1. Tipe emulsi A/M (a), M/A (b), A/M/A (c) dan M/A/M (d)

3.2 Komponen Emulsi :


1. Komponen dasar
Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus ada di dalam
emulsi, sebagai berikut :
a. Fase terdispersi/fase dalam, yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi
butiran kecil di dalam zat cair lain.
b. Fase pendispersi/fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi
c. Emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi
Pada pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan
faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 25


emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan (5). Emulsi
dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah
koalesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase
tunggal yang memisah (2).

Ada dua jenis emulgator :


1) Surfaktan
Surfaktan adalah suatu zat yang mempunyai gugusan hidrofil dan
lipofil sekaligus dalam molekulnya sehingga dapat berada di
permukaan cairan antar muka dua cairan dengan cara teradsorbsi.
Gugus hidrofil akan berada pada bagian air sedangkan gugus lipofil
akan berada pada bagian minyak. Surfaktan memiliki 4 kategori yaitu :
sufraktan anionik (ester ortofosfat, Na lauril sulfat), surfaktan kationik
(Cetil trimetil amonium bromida), surfaktan amfoterik (lecithin) dan
surfaktan non-ionik (gliserol monostearat, span, tween) berdasarkan
atas muatan yang dihasilkan bila zat ini terhidrolisis dalam air.
2) Hidrokloid
Emulgator ini bekerja dengan membentuk lapisan yang rigid/kaku dan
bersifat viskoelastik pada permukaan minyak-air. Zat ini bersifat larut
dalam air dan akan membentuk emulsi tipe O/W. Beberapa jenis
emulgator ini adalah :
 Gom : gom arab, tragacant
 Ganggang laut : agar-agar, alginat, caragen
 Biji-bijian : guar gum
 Selullosa : carboxi metil cellulosa (CMC), metil cellulosa (MC)
 Plimer sintetik, protein dan lain-lain
 Zat padat halus yang terdispersi : bentonit, magnesium hidroksida
dan aluminium hidroksida

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 26


2. Komponen tambahan
Komponen tambahan adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke
dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya : corrigen
saporis, corrigen odoris, corrigen coloris, pengawet dan antioksidan.

Metode Pembuatan Emulsi :


1. Metode Gom Kering (Metode Continental/Metode 4:2:1)
Emulsi dibuat dengan jumlah komposisi minyak dengan ½ jumlah volume air
dan ¼ jumlah emulgator, sehingga diperoleh perbandingan 4 bagian minyak, 2
bagian air dan 1 bagian emulgator.
Pertama-tama didispersikan ke dalam minyak kemudian ditambahkan air
sekaligus dan diaduk/digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk korpus
emulsi.
2. Metode Gom Basah (Metode Inggris)
Metode ini cocok untuk penyiapan emulsi dengan mucilago atau melarutkan
gum sebagai emulgator dan menggunakan perbandingan 4:2:1 sama seperti
metode gom kering. Metode ini dipilih apabila emulgator yang digunakan
harus dilarutkan/didispersikan terlebih dahulu ke dalam air misalnya
metilselulosa. 1 bagian gom ditambahkan 2 bagian air lalu diaduk/digerus dan
minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dengan cepat.
3. Metode Botol (Metode Forbes)
Metode ini digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan menguap dan minyak-
minyak dengan kekentalan yang rendah. Metode ini merupakan variasi dari
metode gom kering atau metode gom basah. Emulsi terutama dibuat dengan
pengocokan kuat kemudian diencerkan dengan fase luar.
Dalam botol kering, emulgator yang digunakan ¼ dari jumlah minyak.
Ditambahkan dua bagian air lalu dikocok kuat-kuat, suatu volume air yang
sama banyak dengan minyak ditambah sedikit demi sedikit sambil terus
dikocok, setelah emulsi utama terbentuk selanjutnya diencerkan dengan air
sampai volume yang tepat.

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 27


4. Metode Penyabunan In Situ
a. Sabun Kalsium
Emulsi A/M yang terdiri dari campuran minyak sayur dan air jeruk yang
dibuat dengan sederhana yaitu mencampurkan minyak dan air dalam
jumlah yang sama dan dikocok kuat-kuat. Bahan pengemulsi, terutama
kalsium oleat, dibentuk secara insitu disiapkan dari minyak sayur alami
yang mengandung asam lemak bebas.
b. Sabun Lunak
Metode ini, basis dilarutkan dalam fase air dan asam lemak dalam fase
minyak. Jika perlu, maka bahan dapat dilelehkan, komponen tersebut
dapat dipisahkan dalam dua gelas beaker dan dipanaskan hingga meleleh,
jika kedua fase telah mencapai temperature yang sama, maka fase
eksternal ditambahkan ke dalam fase internal dengan pengadukan.
c. Pengemulsi Sintetik
Secara umum, metode ini sama dengan metode penyabunan in situ dengan
menggunakan sabun lunak dengan perbedaan bahwa bahan pengemulsi
ditambahkan pada fase dimana pengemulsi tersebut dapat lebih melarut
perbandingan untuk emulsifier 2-5%. Emulsifikasi tidak terjadi secepat
metode penyabuanan. Beberapa tipe peralatan mekanik biasanya
dibutuhkan seperti hand homogenizer.

Ketidakstabilan Emulsi :
Kemungkinan besar pertimbangan yang terpenting bagi emulsi di bidang
farmasi dan kosmetika adalah stabilitas dari hasil jadi sediaan emulsi tersebut.
Kestabilan dari sediaan emulsi ditandai dengan tidak adanya penggabungan fase
dalam, tidak terjadi creaming, dan memiliki penampilan, bau, warna dan sifat-
sifat fisik lainnya yang baik. Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat
digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu flokulasi dan creaming, penggabungan
dan pemecahan, dan inversi.

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 28


1. Flokulasi dan creaming
Pengkriman (creaming) mengakibatkan ketidakrataan dari distribusi obat dan
tanpa pengocokan yang sempurna sebelum digunakan, berakibat terjadinya
pemberian dosis yang berbeda. Tentunya bentuk penampilan dari suatu emulsi
dipengaruhi oleh creaming, dan ini benar-benar merupakan suatu masalah bagi
pembuatannya jika terjadi pemisahan dari fase dalam.
2. Penggabungan dan Pemecahan
Creaming adalah proses yang bersifat dapat kembali, berbeda dengan proses
cracking (pecahnya emulsi) yang bersifat tidak dapat kembali. Pada creaming,
flokul fase dispers mudah didispersi kembali dan terjadi campuran homogen bila
dikocok perlahan-lahan, karena bola-bola minyak masih dikelilingi oleh suatu
lapisan pelindung dari zat pengemulsi. Sedang pada cracking, pengocokan
sederhana akan gagal untuk membentuk kembali butir-butir tetesan dalam bentuk
emulsi yang stabil, karena lapisan yang mengelilingi partikel-partikel tersebut
telah dirusak dan minyak cenderung untuk bergabung.
3. Inversi
Fenomena penting lainnya dalam pembuatan dan penstabilan dari emulsi
adalah inversi fase yang meliputi perubahan tipe emulsi dari M/A atau sebaliknya.

Evaluasi Sediaan :
1. Pengamatan organoleptis
2. Volume terpindahkan
3. Penentuan viskositas
4. Pengukuran pH
5. Pengamatan mikroskopik
6. Uji mikrbiologi

Keuntungan emulsi :
1. Dapat membentuk sediaan yang saling tidak bercampur menjadi bersatu
membentuk sediaan yang homogen
2. Sifat terapeutik dan kemampuan menyebar kontinu lebih meningkat

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 29


3. Rasa dan bau dari minyak dapat ditutupi, contohnya minyak ikan
4. Absorpsi dan penetrasi lebih mudah dikontrol
5. Aksi dapat diperpanjang dan efek emolient lebih besar

Kerugian emulsi :
1. Sediaan kurang praktis
2. Sediaan emulsi mempunyai stabilitas yang rendah dari pada sediaan tablet
karena cairan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
3. Takaran dosis kurang teliti
4. Tidak tahan lama

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 30


MODUL 4
PASTA, KRIM dan GEL

4.1 PASTA
Pasta adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal (Farmakope Indonesia IV).
Kelompok pertama dibuat dari gel fase tunggal mengandung air, misalnya
Pasta Natrium Karboksimetilselulose, kelompok lain adalah pasta berlemak,
misalnya Pasta Zink Oksida, merupakan salep yang padat, kaku, yang tidak
meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian
yang diolesi.
Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan susaha menyerap
dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas
terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi seperti serum, dan
mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih rendah dari salep, oleh karena
itu pasta digunakan untuk lesi akut yang cenderung membentuk kerak,
menggelembung dan mengeluarkan cairan.
Cara pemakaian dengan mengoleskan lebih dahulu dengan kain kassa.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, wadah tertutup rapat atau dalam tube.
Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk memperoleh efek
lokal, misal Pasta gigi Triamsinolon Asetonida.

Macam-macam Pasta :
1. Pasta Berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% bahan
padat (serbuk). Sebagai bahan dasar salep digunakan Vaselin, Parafin cair.
Bahan tidak berlemak seperti gliserin, Mucilago atau sabun dan digunakan
sebagai antiseptik atau pelindung kulit.
Pasta berlemak merupakan salep yang tebal, kaku, keras dan tidak meleleh
pada suhu badan. Komposisi salep ini memungkinkan penyerapan pelepasaan
cairan berair yang tidak normal dari kulit. Karena jumlah lemaknya lebih

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 31


sedikit dibandingkan serbuk padatnya, maka supaya dapat lebih homogen
lemak-lemak dapat dikerjakan dengan melelehkannya terlebih dahulu baru
kemudian dicampurkan.

Contoh :
Acidi Salicyli Zinci Oxydi Pasta (FN 1978) = Pasta Zinci Oxydi
Salicylata (Ph.Ned. ed.VI)

R/ Acid. Salicyl 2
Zinci Oxyd 25
Amylum tritici 25
Vaselin ad 100

Cara pembuatan :
 Zinc oxyd diayak terlebih dahulu dengan ayakan no. 100
 Vaselin dilelehkan di atas penangas air
 Acid salicyl ditetesi sedikit etanol sampai larut, keringkan
dengan ZnO
 Campurkan bahan padat ke dalam lelehan vaselin, gerus sampai
homogen

2. Pasta Kering
Pasta kering merupakan suatu pasta yang tidak berlemak, mengandung kurang
lebih 60%^ bahan padat (serbuk). Sering terjadi masalah dalam pembuatan
pasta kering apabila dicampur dengan bahan Ichthamolum atau Tumenol
Ammonium. Bahan obat tersebut akan membuat campuran pasta menjadi
encer.

Contoh :
R/ Bentonit 1
Sulfur praep 2

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 32


Zinci oxyd 10
Talc 10
Ichthamoli 0,5
Glycerini
Aqua aa 5

Cara pembuatan :
 Zincy oxyd diayak terlebih dahulu dengan ayakan no. 100
 Bentonit dicampur dengan serbuk yang ada kemudian
tambahkan cairan yang tersedia, akan terjadi massa yang
mengembang
 Campurkan ichthamol ke dalam massa yang mengental, gerus
sampai homogen

3. Pasta Pendingin
Pasta pendingin merupakan campuran serbuk dengan minyak lemak dan
cairan mengandung air dan dikenal dengan Salep Tiga Dara.

Contoh
R/ Zinci oxydi
Olei olive
Calcii hydroxidi solutio aaa 10

Cara pembuatan :
 Zinci oxydi digerus dan ayak dengan ayakan no. 100
 Masukkan aqua calcii dan campur sampai homogen
 Tambahkan oleum olivarum ke dalam campuran di atas
sekaligus, aduk sampai diperoleh massa salep yang homogen
 terjadi emulsi tipe A/M, sebagai stabilisator sering
ditambahkan cera alba dalam minyak sebanyak 3% untuk
pengganti minyak

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 33


 Pengadukan massa salep jangan terlalu lama, karena emulsi
yang terbentuk dapat terpisah (minyak dan air akan terpisah)
Catatan : sebagai penstabil lain dapat digunakan juga oleinicum
crudum (1 tetes untuk 5 gram minyak), campukan minyak dengan
oleinic crudum lalu tambahkan aqua calcii sekaligus dan gerus
sampai homogen (terjadi emulsi tipe A/M, terbentuk sabun Ca
oleat), kemudian tambahkan ZnO dan gerus sampai homogen.

1. KRIM
Menurut Farmakope Indonesia IV, krim adalah bentuk sediaan setengah
padat, mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk
sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan
sebagai emulsi air dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A).
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikro kristal asam-
asam lemak
atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan
untuk pemberian obat melalui rektal dan vaginal.
Ada dua tipe krim yaitu, krim tipe minyak air (M/A) dan krim tipe air
minyak (A/M). pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat
krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun polivalen, span,
adeps lanae, koleterol, dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A digunakan sabun
monovalen seperti : trietanolamin, natrium laurisulfat, kuning telur, gelatinum,
caseinum, CMC, dan emulgidum.
Kestabilan krim akan terganggu atau rusak jika sistem campurannya
terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi
yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat
pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang
cocok dan dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 34


digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya
digunakan metilparaben (nipagin) dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau
propilparaben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05 %. Penyimpanan krim
dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk. Penandaan pada
etiket harus juga tertera “obat luar”.
Pembuatan krim adalah dengan melebur bagian berlemak diatas tangas air.
Kemudian tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan sama-sama panas,
aduk sampai terjadi sesuatu campuran yang berbentuk krim.

Contoh resep krim :

R/ Betamethason 10 mg
Asam sitrat 50 mg
Dinatrium hidrogenfosfat 250 mg
Klorkresol 10 mg
Vaselin album 1,5 g
Cetomakrogoli 1000 180 mg
Cetostearil alkohol 720 mg
Parafin liquid 600 mg
Aquadest ad 10 g

Cara Pembuatan :
 Vaselin, parafin cair dan cetostearil alkohol dilebur dalam cawan
penguap di atas penangas air
 Larutkan asam sitrat, dinatrium hidrogenfosfat, cetomakrogol 1000
dan klorkresol dalam air panas
 Hasil leburan yang panas dituang ke dalam lumpang panas kemudian
tambahkan larutan campuran asam sitrat yang panas
 Gerus sampai terbentuk massa krim yang homogen

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 35


R/ Emulgid 6
Ol. arachid 9
Cetaceum 3
Nipagin 0,3
Aqua ad 58
Sulfur praecip 2

Cara pembuatan :
 Emulgid, oleum arachidis dan cetaceum dilebur dalam cawan
penguap diatas penangas air
 Larutkan nipagin dengan sedikit alkohol, kemudian tambahkan
dalam air panas
 Hasil leburan yang panas dituang ke dalam lumpang panas
kemudian tambahkan larutan nipagin yang panas
 Gerus sampai terbentuk massa krim yang homogen
 Tambahkan bahan sulfur praecipitat, gerus ad homogen

2. GEL (Jelly)
Gel merupakan sediaan setengah padat yang tersusun atas dispersi partikel
anorganik kecil atau molekul organik besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika
masa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, digolongkan sebagai
sistem dua fase (gel aluminium hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran
partikel dari terdispersi relatif besar disebut magma (misalnya magma bentonit).
Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika
dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Jadi sediaan harus dikocok dahulu
sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket.
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul yang tersebar serba sama dalam
suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro
yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul
sintetik (karbomer) atau dari Gom alam seperti tragakan. Walaupun gel-gel ini

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 36


umumnya mengandung air, etanol, dan minyak dapat juga digunakan sebagai
pembawa. Contonya minyak mineral dan dikombinasi dengan resin polietilena
untuk membentuk dasar salep berminyak.
Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topical atau
dimasukkan dalam lubang tubuh, contoh Voltaren gel, bioplasenton. Penyimpanan
dalam wadah tertutup baik, dalam bermulut lebar terlindung dari cahaya dan
ditempat sejuk.

Menurut USP :
Gel merupakan bentuk semi solida baik berupa suspensi partikel halus anorganik
ataupun molekul organic besar yang saling berinterpenetrasi dengan cairan.
Karena zat pembentuk gel tidak larut sempurna atau karena membentuk agregat
yang dapat membiaskan cahaya, maka system ini dapat bersifat jernih atau keruh (
= suspensi partikel koloid yang terdispersi = gel koloid yang mempunyai struktur
3 dimensi ) Terbentuknya gel dengan struktur 3 dimensi disebabkan adanya cairan
yang terperangkap, sehingga molekul pelarut tidak dapat bergerak.

Penggunaan Gel
Pada sediaan farmasi gel digunakan untuk :
1. Sediaan oral : gel murni sebagai cangkang kapsul yang dibuat dari gelatin
2. Sediaan topical : langsung digunakan pada kulit, membran mukosa
3. Sediaan dengan kerja lama yang disuntikkan secara i.m
4. Kosmetika : shampoo, pasta gigi, sediaan pewangi, sediaan perawatan kulit
dan rambut

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 37


Evaluasi sediaan semi solid :
1. Organoleptis, meliputi bentuk, warna, bau dan kejernihan (gel)
2. Homogenitas, pengujian dilakukan secara visual
3. Daya Sebar, pengujian dilkukan untuk mengetahui kemampuan penyebaran
sediaan semi solid yang dihasilkan pada tempat aplikasi.
4. Daya Lekat, pengujian dilakukan untuk mengetahui waktu retensi atau
kemampuan melekat sediaan semi solid yang dihasilkan pada saat penggunaan
di tempat aplikasi.
5. Viskositas, pengujian dilakukan untuk menentukan sifat sediaan dalam hal
campuran dan sifar alirnya pada saat proses produksi, proses pengemasan serta
sifat-sifat penting pada saat pemakaian seperti daya sebar, konsistensi atau
bentuk dan kelembaban.
6. pH, Pengujian dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman dari sediaan
semi solid yang dihasilkan. Sebaiknya besar nilai pH sama dengan nilai pH
kulit atau tempat pemakaian untuk menghindari iritasi.

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 38


MODUL 5

SUPPOSITORIA

5.1 Definsi Suppositoria

Supositoria adalah sediaan farmasi yang dirancang untuk dimasukkan ke


dalam rektum dimana masa supositoria akan melebur, melarut, terdispersi, dan
menunjukkan efek lokal atau sistemik. Pembuatan supositoria dikerjakan dengan
cara penuangan massa ke dalam cetakan yang sesuai. Supositoria berbentuk
kerucut bundar (ronded cone), peluru atau terpedo supaya dapat ditekan oleh
kontraksi rektum.

Basis Suppositoria :
1. Basis berlemak
Dirancang untuk melebur pada suhu tubuh. Ada 2 jenis basis berlemak yaitu :
a. Bahan alam semisintetik atau sintetik : trigliserida dihidrogenasi
sebagaian/keseluruhan.
b. Minyak coklat (ol. cacao) bentuk padat warna kuning putih bau coklat.
Berupa ester gliseril stearat, palmitat, oleat dan asam lemak lain.
Keuntungan basis ol. cacao :
 Rentang suhu lebur 30 – 36OC
 Segera melebur bila dihangatkan dan cepat kembali padat jika
didinginkan
 Dapat tercampur dengan banyak komponen
Kerugian basis ol.cacao :
 Adanya sifat polimorfisme
 Tidak cukup berkontraksi pada saat pendinginan, harus tambahkan
pelicin/pelincir
 Suhu pelunakan terlalu rendah untuk daerah tropis
 Suhu lebur turun jika ada komponen yang larut, dapat diatasi dengan
penambahan cera
 Mudah teroksidasi, bau tengik

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 39


 Kemampuan absorbsi air rendah

2. Basis larut air atau tercampur air


Dirancang untuk melarut dan terdispersi dalam liang tubuh yaitu :
a. Glisero-gelatin : campuran gliserol dan air + gelatin akan membentuk gel
b. Makrogol (polietilenglikol) : campuran PEG menurut komposisi tertentu
dapat digunakan sebagai basis suppo dan suhu lebur yang diperlukan dapat
dicapai

3. Lemak sintetik padat


Contoh lemak sintetik padat adalah minyak nabati hidrolisis ASAM LEMAK
hidrogenasi Re-esterifikasi asam asam dengan pemanasan ditambah gliserol
mono/trigliserida asam lemak jenuh rantai c9-c17.
Keuntungan basis lemak hasil sintesis :
 Suhu pemadatan tdk terpengaruh pemanasan berlebih
 Lebih tahan oksidasi krn ikatan tidak jenuh sdh berkurang
 Perbedaan suhu lebur dan suhu memadat kecil, sehingga memadat lebih
cepat.
 Kemampuan mengabsopsi air lebih baik dari ol.cacao
 Dapat berkontraksi dg baik, tidak butuh pelicin cetakan
 Supos yang dihasilkan, warna putih tidak berbau, bersih, licin ( spt disemir
)
Kerugian basis lemak hasil sintesis :
 Vikositas rendah jika dilebur, mungkin terjadi sedimentasi bahan obat,
perlu pengental
 Pendinginan terlalu cepat akan menghasilkan supos yang getas

Contoh basis lemak sintetik :


 Suppocire ( perancis )
 Witepsol ( jerman)

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 40


 Masupol
 Cobirine
 Massa estarinum

4. Basis larut air dan tercampur air


Glisero – Gelatin, merupakan campuran gliserol dan air membentuk gel
dengan penambahan gelatin.

Dikenal 2 jenis gelatin untuk sediaan farmasi :


a. Tipe A. dibuat secara hidrolisis asam, titik iso – elektrik 7-9, pada daerah
asam berperilaku sebagai bahan kationik, efektif pd pH 3,2
b. Tipe B. dibuat secara hidrolisis basa, titik iso-elektrik 4-7, pada daerah
alkalis berperilaku sebagai bahan anionik, efektif pada pH 7-8

Kerugian basis glisero-gelatin :


 Efek fisiologi supositoria gg menunjukkan efek Laksatif
 Waktu larut tidak dapat diperkirakan
 Higroskopis, harus dilindungi dari panas dan lembab
 Menunjukkan efek dehidrasi pada mukosa rektum atau vagina sehingga
menimbulan iritasi
 Mudah dicemari oleh mikroba, perlu pengawet
 Waktu pembuatan lama, kontraksi sangat kecil,
 Perlu pelicin cetakan

Bahan Tambahan Suppositoria :


1. Antioksidan : harus kompatibel dengan obat
2. Pengawet : perlu pengawet jika diformulasi untuk penggunaan jangka panjang

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 41


3. Pengemulsi : adanya pengemulsi mempermudah inkorporasi larutan air atau
cairan polar (wax, adeps lanae, polisorbat, makrogol stearat).
4. Zat pengeras : untuk negara tropis diperlukan penambahan bahan untuk
meningkatkan suhu lebur. Hal ini dapat diperoleh dengan mengatur komposisi
campuran PEG dengan berbagai bobot molekul atau dengan penambahan
lemak padat.
5. Peningkat viskositas : untuk mencegah sedimentasi bahan obat, perlu
ditambahkan peningkat viskositas pada massa yang melebur. Bahan yang
digunakan antara lain : Mg stearat, bentonit dan silikon dioksida koloidal.

Evaluasi sediaan suppositoria :


1. Appearance, uji ini lebih ditekanankan pada distribusi zat berkhasiat di dalam
basis suppo.
2. Keseragaman bobot
3. Kehancuran suppositoria

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 42


DAFTAR PUSTAKA

Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gajah Mada University
Press, Jogjakarta.

A.V.Loyd, P.G.Nicolas, A.C.Howard, 2013, Bentuk Sediaan Farmasetis & sistem


Penghantaran Obat, ed 9, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anonim, 1978, Formularium Nasional Edisi Kedua, Departemen Kesehatan RI,


Jakarta.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Howard, C. Ansel, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, UI Press,
Jakarta.

Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata, 1993, Farmasi Fisik: Dasar-Dasar


Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik, Edisi Ketiga, Penerjemah: Yoshita,
Jakarta: UI-Press.

R. Voigt, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, ed 5, Gadjah Mada University


Press, Yogyakarta

Saifullah, T.N, dan Rina K, 2008, Teknologi dan Formulasi Sediaan Semipadat,
Pustaka Laboratotium Teknologi Farmasi UGM, Yogyakarta.

Syamsuni, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta.

Tjay, Tan Hoan , et all, (2000), Obat – Obat Penting, Elex Media Computindo,
Jakarta. 132.

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid Page 43

Anda mungkin juga menyukai