Anda di halaman 1dari 26

FORMULA

LARUTAN PARACETAMOL

I. Formula Asli
Paracetamol ® Sirup
II. Rancangan Formula
Tiap 5 ml mengandung:
Paracetamol 120 mg
Sukrosa 67%
Propilen Glikol 22%
Perasa Jeruk 0,1%
Tartrazin 0,0005%
Aquadest ad 100%
III. Master Formula
Nama Produk : Putrimol® Sirup
Jumlah Produk : 5 Botol @ 60 ml
Tanggal Formula: 22 November 2018
Tanggal Produksi : 20 Januari 2019
Tanggal Exp : 20 Januari 2021
Nomor Registrasi : DBL 1900700737 A1
Nomor Batch : D 937007

PRODUKSI : RIAMOL®

PT. Putri Farma Tanggal Formula Dibuat :


Mks-Indonesia
22 November 2018 Putri Sari

Tanggal Produksi Disetujui :

20 Januari 2019 Andi Khadijah Nur Ramadhana W

Kode Bahan Nama Bahan Fungsi Dosis/ml Dosis Perbatch

001-PCT Paracetamol Zat Aktif 1440 mg 7200 mg


002-PPG Propilen glikol Kosolven 13,2 mL 66 mL
dan
pengawet
003-SKS Sukrosa Pemanis 40,2 g 201 g
004-PRJ Perasa Jeruk Perasa dan 0,06 mL 0,3 mL
pengaroma
005-TRZ Tartrazin Pewarna 0,00003 g 0,0015 g
006-AQUA Aquadest Pelarut 5,1 mL 25,5 mL

IV. Dasar Formula

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia

terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling.

(FI III: 32)

Larutan didefinisikan sebagai sedian cair yang mengandung satu

atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang

karena bahan-bahannya, cara peracikannya atau penggunaannya, tidak

dimasukkan ke dalam golongan produk lainnya (Ansel: 305)

Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,

mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,

pemanis atau pewarna yang larut dalam air (FI IV: 17)

Pada formulasi sediaan larutan kali ini akan dibuat larutan sirup.

Sebagian sirup-sirup mengandung komponen-komponen berikut

disamping air murni dan semua zat-zat obat yang ada: 1) Gula, biasanya
sukrosa atau pengganti gula yang digunakan untuk memberi rasa manis

dan kental, 2) pengawet anti mikroba, 3) pembau, dan 4) pewarna. Juga

banyak sirup-sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan,

mengandung pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan

stabilisator (Ansel: 298)

Penggunaan larutan dalam hal ini sirup lebih dipilih dan digunakan

karena terdapat Kelebihan yang dimiliki dibandingkan sediaan lain, yaitu:

(Dom Martin: 502)

1) Lebih mudah ditelan daripada sediaan yang lain, sehingga dapat

lebih mudah digunakan bayi, anak-anak, dewasa, maupun usia

lanjut

2) Segera diabsorpsi karena telah berbentuk sediaan cair (tidak

mengalami proses disintegrasi maupun pelarutan seperti pada

tablet/pil dsb

3) Obat secara homogen terdistribusi keseluruh bagian sediaan

4) Mengurangi resiko terjadinya iritasi lambung oleh zat zat iritan

(Aspirin, KCl) karena larutan langsung diencerkan dalam lambung

5) Lebih mudah untuk menutupi rasa dan bau tidak enak pada obat

dengan cara penambahan pemanis dan pengaroma

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dan gula atau pengganti gula

dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel: 326)

Paracetamol adalah Derivat-asetanilida yang merupakan metabolit

dari fenasatin yang dahulu banyak digunakan sebagai analgetikum

berkhasiat analgetis dan antipiretik (OOP: 318)


Analgetik atau penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (OOP: 312). Sedangkan,

antipiretik adalah meredakan atau menurunkan demam (Dorland:53)

Demam merupakan gejala dan bukan penyakit. Para ahli

berpendapat bahwa demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna

dari tubuh terhadap infeksi. Pada suhu tubuh di atas 37 o C limfosit dan

makrofag menjadi lebih aktif. Bila suhu melampaui 40-41 o C, barulah

terjadi situasi kritis yang bisa fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh

tubuh (OOP: 312)

Mekanisme demam, sebagai respon terhadap rangsangan

pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-sel kupffer mengeluarkan

suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen IL-1 (Interleukin 1),

TNFα (Tumor Necrosis Factor α), IL-6 (Interleukin 6), dan INF (Interferon)

yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan

patokan termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di titik patokan

yang baru dan bukan di suhu normal. Sebagai contoh, pirogen endogen

meningkatkan titik patokan menjadi 38,9 0C, hipotalamus merasa bahwa

suhu normal prademam sebesar 370C terlalu dingin, dan organ ini memicu

mekanisme-mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu tubuh

(Ganong, 2002)

Mekanisme nyeri pada saat demam, nyeri yang disebabkan oleh

rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat menimbulkan

kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat

tertentu yang disebut mediator nyeri, a.l. histamine, bradikin, leukotriene


dan prostaglandin. Semua mediator nyeri itu merangsang reseptor nyeri

(nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain

dan dengan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang-

kejang. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan

lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan banyak sinaps via sumsum belakang

lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke

pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri

(OOP: 312)

Mekanisme kerja obat paracetamol yaitu hambatan biosintesis

prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid

yaitu di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak

peroksid yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa efek anti

inflamasi parasetamol praktis tidak ada. Paracetamol diduga menghambat

isoenzim COX-3, suatu variant dari COX-1. COX-3 ini hanya ada di otak.

(F&T: 232)

V. Alasan Penggunaan Bahan

a. Paracetamol (zat aktif)


Bahan zat aktif adalah satiap bahan atau campuran bahan yang akan

digunakan pembuatan sediaan farmasi dan apalagi dalam pengertian lain,

Bahan aktif adalah bahan yang dittunjukkan untuk menghasilkan khasiat

farmakologi atau efek langsung lain dalam mengdiagnosa peyembuhan,

peredaran, pengobatan atau pencegahan penyakit atau untuk

mempengaruhi fungsi tubuh (BPOM, 2006)

Paracetamol adalah derivate asetanilida yang merupakan metabolit

dari fenasetin yang dahulu banyak digunakan sebagai analgeticum, tetapi

pada tahun 1978 telah di tarik dari peredaran karena efek sampingnya

(nefrotoksisitas dan karsinogen) (OOP:315).

Efek farmakodinamik yaitu efek analgesic paracetamol dan fenasilin

serupa dengan salisilat yang menghilangkan dan mengurangi nyeri ringan

sampai sedang keduanya menurunkan demam dengan mekanisme yang

juga diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat efek anti inflamasi

sangat lemah oleh karena itu paracetamol tidak digunakan sebagai anti

rematik. Paracetamol merupakan penghambat biosintesis yang paling

lemah efek iritasi erosi dan pengedaran lambung tidak terlihat

demikian juga penyakit system pernafasan dan keseimbangan asam

basa ( F&T : 238).

Efek farmakokinetik paracetamol yaitu diserap sempurna melalui

saluran cerna konsentrasi tertinggi daalm plasma mencapai dalam waktu

½ jam dari plasma. Paruh plasma antara 1-3 jam, obat ini tersebar

keseluruh cairan tubuh (F&T : 238).


Mekanisme kerja obat paracetamol adalah hambatan prostaglandin

hanya terjadi bila lingkungan rendah, kadar prikoksidat yaitu hipotalamus

leokosit inflamasi biasanya mengandung banyak proksidat yang dihasilkan

oleh leokosit. Menjelaskan mengapa efek anti inflamasi praktis tidak ada.

Paracetamol di duga menghambat 150 enzim cox-3 suatu variasi dari cox-

1 ini hanya ada diotak (F&T: 238)

Efek samping dari paracetamol yaitu reaksi hipertensi dan kelainan

darah, dari penggabaran kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusan

hati dan pada dosis diatas 6 gram mengakibatkan neukrosis hati yang

tidak reversible hipotoksitas yang disebakan oleh metabolit-metabolit yang

pada dosis diatas 20 gram sudah fatal over dosis dapat menimbulkan

mual, muntah dan anoreaksia (OOP: 318).

Dosis untuk nyeri dan deman oral 2-3 dd 0,5-1 gram, maksimal 4

gram/hari pada penggunaan kronis maksimal 2,5 g/hari. Anak-anak dd 10

mg/hari yaitu rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120-180 mg, 4-6

setiap hari, dewasa 4 dd 0,5-1 gram . anak- anak usia 3-12 bulan 2-3 dd

120 mg, 1-4 tahun 2-3 dd 240 mg, 4-6 tahun 4 dd 240 mg, dan 7-12 tahun

2-3 dd 0,5 gram ( OOP: 318).

Alasan penggunaan paracetamol karena khasiatnya anlgesik dari

antipiretik tetapi tidak radang. Dewasa ini pada umumnya dianggap

sebagai zat anti nyeri yang paling aman, juga untuk swamodikasi

(pengobatan mandiri) efek analgesikya diperkuat oleh kodein dan kafein

dengan kira-kira 50 % ( OOP: 318).


Alasan digunakan paracetamol dibandingkan asam mufenamat dan

ibuprofen karena paracetamol aman dan dapat digunakan untuk anak

dibawah umur 1 tahun. Asam mefenamat merupakan obat yang danjurkan

untuk anak dibawah umur 1 tahun dan wanita hamil dan pemerian tidak

melebihi 7 hari. Ibuprofen memiliki dosis yang besar yaitu 4 kali 400 mg

sehari dan tidak dianjurkan untuk ibu hamil (F&T : 237-240).

Alasan digunakan paracetamol 120 mg karena paracetamol

tersedia sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang

mengandung 120 mg/5ml. (F&T: 239)

b. Propenglikol (Kosolven dan Pengawet)

Kosolven adalah pelarut-pelarut yang digunakan dalam kombinasi

untuk meningkatkan kelarutan zat terlarut (Lachman: 942)

Sebagai tambahan untuk mengutarakan bahaya terhadap

kesehatan pemakai, pertumbuhan bakteri dapat menyebabkan efek nyata

pada kestabilan produk sehingga dibutuhkan pengawet dalam suatu

sediaan farmasi (Lachman: 961)

Pengawet adalah bahan kimia yang berfungsi untuk memperlambat

kerusakan makanan, baik yang disebabkan mikroba pembusuk, bakteri,

ragi maupun jamur dengan cara menghambat, mencegah, menghentikan,

proses pembusukan dan fermentasi dari bahan makanan (Winarno,1983)

Alasan penambahan kosolven pada pembuatan larutan adalah

untuk meningkatkan kelarutan zat aktif dengan penambahan suatu pelarut

yang dapat bercampur dengan air dimana dalam pelarut tersebut obat

mempunyai kelarutan yang baik (Lachman: 948)


Propilen glikol adalah suatu cairan kental yang dapat bercampur

dengan air dan alkohol. Suatu pelarut yang berguna dengan pemakaian

yang luas alasan pemilihan propilen glikol karena sering menggantikan

gliserin dalam formula-formula farmasi modern (Ansel: 314)

Propilen glikol selain sebagai kosolven juga dapat menjadi

pengawet pada konsentrasi 15-30% (Excipient 6th: 592)

Konsentrasi propelin glikol sebagai kosolven 10-25% (Excipient

6th: 283)

Parasetamol merupakan obat yang agak sukar larut dalam air,

Absorbsi obat sukar larut atau agak sukar larut dalam air dipengaruhi oleh

laju pelarutan, sehingga digunakan propilen glikol sebagai kosolven

karena berdasarkan uji yang pernah dilakukan penambahan kosolven

propilen glikol juga dapat meningkatkan konsentrasi zat terlarut dalam

sediaan. Hal ini dapat terlihat dari kadar yang diperoleh pada formula

dengan propilen glikol 10% sebagai kosolven lebih besar dibandingkan

dengan tanpa propilen glikol (Jurnal Sains Farmasi Klinis, 2015)

c. Sukrosa (Zat Pemanis)

Zat pemanis umumnya merupakan suatu bagian dari isi zat padat

dalam bentuk-bentuk sediaan yang membutuhkannya. Sukrosa larut

dalam media air (larutan mengandung kira-kira 85% sukrosa dapat

dibuat); sukrosa dipilih karena tersedia dalam bentuk sangat murni

dengan harga yang memadai dan stabil secara kimia dan fisika pada

kisaran pH 4,0 sampai 8,0. Sukrosa sering kali digunakan bersama


sorbitol, gliserin, dan poliol-poliol lain yang dikatakan mengurangi

kecendrungan sukrosa untuk mengkristal (Lachman 2: 965)

Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalam sirup-

sirup dan sebagai bahan tambahan untuk formulasi farmasi (Ansel: 328)

Untuk larutan sukrosa sebagai pemanis digunakan konsentrasi biasanya

67% (Excipient 6th: 679)

d. Perasa Jeruk (Perasa dan Pengaroma)

Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau

bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup yang sedap

rasanya. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus

mempunyai kelarutan dalam air yang cukup (Ansel: 334)

Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat

pewarna yang berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan

(Ansel: 335)

Pemberi rasa dapat dibagi menjadi dua kategori besar: pemilihan dan

evaluasi. Banyak sekali telah ditulis tentang fase pemberi rasa farmasi,

tetapi pemilihan tetap merupakan aktivitas empiris secara total

(Lachman: 968).

Essensial citrus atau minyak jeruk manis merupakan minyak menguap

yang berasal dari buah Citrus sinensis (RPS 21th : 1066) konsentrasi

essensial citrus yaitu 0,5%.

e. Tartrazin (Pewarna)

Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat

pewarna yang berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan


(misalnya hijau untuk rasa permen, coklat untuk rasa coklat dan

sebagainya) (Ansel: 335)

Pada formula ini digunakan tartrazin sebagai pewarna karena

sesuai dengan rasa jeruk yang dipilih sebagai perasa (Lachman: 961)

Tartrazine merupakan tepung berwarna kuning jingga yang mudah

larut dalam air, dengan larutannya berwarna kuning keemasan.

Kelarutannya dalam alkohol 95% hanya sedikit, dalam gliserol dan glikol

mudah larut. Tartrazine tahan terhadap cahaya, asam asetat, HCl, dan

NaOH 10%. NaOH 30% akan menjadi kan warna berubah kemerah-

merahan. Mudah luntur karena adanya oksidator, FeSO4 membuat larutan

zat pewarna menjadi keruh, tetapi Al tidak terpengaruh. Adanya tembaga

(Cu) akan mengubah warna kuning menjadi kemerah-merahan. (Ebook

Pangan.com: 2006) Konsentrasi pewarna 0,0005-0,01% (parrot: 180).

VI. Uraian Bahan

a. Paracetamol ( F1 III : 37 Martindale : 268).

Nama resmi : ACETAMINOPHEN


Nama lain : Acetaminophen
RM/BM : C8H9NO2 / 151, 16 g/mol
Rumus Bangun
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 20 bagian

air panas, dalam 7 sampai 10 bagian

alkohol, dalam 13 bagian aseton, dalam 40

bagian gliserol, dan dalam 9 bagian propilen

glikol, sangat sedikit larut dalam kloroform,

praktis tidak larut dalam eter larut dalam

larutan alkali hidroksida


Kestabilan : Stabil terhadap suhu, stabil terhadap cahaya

stabil terhadap kelembaban sangat stabil

dalam air.
Inkompabilitas : Asetaminophen terdiri dari senyawa

kompleks yang steril dengan penambahan

antipilin coffein teofilin tetapi dengan

teobroma asetaminophen jika di kombinasi

dengan aspirin dikodein fosfat dan

campuran basa stearat maka akan terjadi

eliminasi
Kegunaan Sebagai zat aktif

b. Propilen Glikol ( FI V: 712)

Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM


Nama lain : Propilenglikol
RM/Bm : C3H8O3/ 76,09
Pemerian : Cairan kental, jernih tidak berwarna rasa khas

praktis tidak berbau menyerap air pada udara

lembab
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan

dengan kloforom, larut dalam eter dan dalam


beberapa minyak esensial, tetapi tidak dapat

bercampur dengan minyak lemak


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai konsolven
Inkompabilitas : Inkompabilitas dengan agen pengoksida kuat dan

kalium permanganat
Stabilitas : Pada suhu dingin propilen glikol satbil dalam

wadah tertutup, namun pada suhu tinggi, di

tempat terbuka cenderung mengoksidasi

sehingga menghasilkan produk seperti asam

laktat, asam pruvat dan asam asetat. Stabil

secara kimia bila di campur dengan etanol (95%).

Glieril atau air.

c. Aquadest( FI III, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA


Nama lain : Aquadets, air suling
RM/BM : H2O/ 18,00
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna tidak berasa, tidak

berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaanya : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan

kering

d. Sukrosa (exipient : 500)

Nama resmi : SACCHARUM


Nama lain : Sukrosa
RM/BM : C12H22O11/342,30
Pemerian : Kristal putih tidak berbau dan memiliki rasa

manis berwarna putih


Kelarutan : Sukrosa praktis tidak larut dalam klorofom
larut dalam 400 bagian etanol dan 170 bagian

etanol 96% 400 bagian propanol dan larut

pada 0.2 bagian air pada suhu 100°C


penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik rapat pada suhu

kamar
Stabilitas : Kemampuan dan kondisi penyimpanan

memiliki stabilitas yang baik pada suhu kamar

dan moderat relative 10% dirilis paad

pemanasan sukrosa diatas temperatus 160%


Inkompabilitas : Bubuk sukrosa mungkin berkontaminasi

dengan logam berat yang dapat menyebabkan

kerusakan pada bahan-bahan misalnya asam

askorbat.sukrosa juga berkontaminasi dengan

sulfit dari proses pemurnian


Kegunaaan : Sebagai zat pemanis

Konsentrasi : 50-67%

e. Tartrazine (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th : 195)

Nama resmi : TARTRAZINE


Nama lain : Tartrazin
Pemerian : Serbuk kuning jingga atau orange
Kelarutan : Larut dalam air pada suhu 20 o-60oC larut dalam

etanol 75% pada suhu 25oC, dalam propilen

glikol 100% pada suhu 25oC


Stabilitas : Tidak stabil pada suhu 105oC
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Inkompabilitas : Peka terhadap cahaya, kurang kompertibel

dengan asam sitrat dan sakarin, laktosa dan

larutan encer bikarbonat


Kegunaanya : Sebagai pewarna
f. Perasa Jeruk (RPS 21th : 1066 & Martindale 36: 2357)

Nama resmi : SWEET ORANGE


Nama lain : Citrus essens, Perasa Jeruk
Pemerian : Cairan kuning,orange/kekuningan yang diperoleh

dengan teknik mekanik dari buah segar sweet

orange citrus aurantiumvar sinensis.


Kelarutan : 1:7 dalam alcohol 90% namun jarang dengan

bentuk cairan terang yang mengandung bahan

nonvolatile (wax)
Kegunaanya : Sebagai perasa dan pengaroma
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan

kering

VIII. Perhitungan

a. Perhitungan Bahan

Sirup PCT untuk 1 botol 60 ml, mengandung:

Paracetamol 120 mg = x 60 mL = 1,44 g

Propylen Glikol 22% = 22 g x 60 mL = 13,2 g


100 mL

Sukrosa 67% = 67 g x 60 mL = 40,2 g


100 mL

Perasa Jeruk 0,1% = 0,1 g x 60 mL = 0,06 g


100 mL

Tartrazin 0,0005% = x 60 mL = 0,00003 g


Aquadest ad 100% = 100 g x 60 mL = 60 mL
100 g

= 60mL–(1,44+40,2+13,2+0,00003+ 0,06)

= 60 mL – 54, 90

= 5,1 mL

b. Perhitungan Perbatch

Tiap 1 botol mengandung 60 ml, dibuat 5 botol:

- Paracetamol 120 mg = 1,44 g x 5 botol = 7,2 g

Propenglikol 22% = 13,2 mL x 5 botol = 66 g

- Sukrosa 67% = 40,2 mL x 5 botol = 201 g

- Perasa Jeruk 0,1% = 0,06 mL x 5 botol = 0,3 g

- Tartrazin 0,0005% = 0,00003 g x 5 botol = 0,0015 g

- Aquadest ad 100% = 5,1 mL x 5 botol = 25,5 mL


c. Pengenceran

1) Perhitungan Pengenceran

Tartrazine 0,00003 g = 0,03 mg

2) Cara kerja

- Ditimbang 60 mg Tartrazine dicukupkan 10 mL aquadest

- Dipipet 2,5 mL larutan tartrazine dan dicukupkan dengan aquadest

10 mL

- Dari larutan tersebut dipipet lagi 1 mL dan dicukupkan dengan

aquadest 10 mL

- Dipipet 1 mL dari larutan tartrazine dimana 1 mL larutan tersebut

mengandung 0,03 mg tartrazine

d. Perhitungan Dosis
Rumus young = x DM untuk anak <8 tahun

Rumus Dilling = x DM untuk anak >8 tahun

Dosis Dewasa Obat Paracetamol


Sekali = 500 mg
Sehari = 2000 mg

1. Umur 1 Tahun

Sekali = DM

= x 500 mg = 38,46 mg

Sehari = DM

= x 2000 mg = 153,84 mg

Aturan Pakai

Sekali Pakai = x 5 mL = 1,6 mL

Sehari = x 5 mL = 6,40 mL

Interitas Penggunaan = =4x

Aturan Pakai 4 x sehari 1,6 mL


2. Umur 2 Tahun

Sekali = DM

= x 500 mg = 71,42 mg

Sehari = DM

= x 2000 mg = 285,71 mg

Aturan Pakai

Sekali Pakai = x 5 mL = 2,97 mL ----- 3 mL


Sehari = x 5 mL = 11,90 mL

Interitas Penggunaan = =4x

Aturan Pakai 4 x sehari 3 mL


3. Umur 3 Tahun

Sekali = DM

= x 500 mg = 100 mg

Sehari = DM

= x 2000 mg = 400 mg

Aturan Pakai

Sekali Pakai = x 5 mL = 4,1 mL-----4,5 mL

Sehari = x 5 mL = 16,6 mL

Interitas Penggunaan = =4x

Aturan Pakai 4 x sehari 4,5 mL


4. Umur 4 Tahun

Sekali = DM

= x 500 mg = 125 mg

Sehari = DM

= x 2000 mg = 500 mg

Aturan Pakai

Sekali Pakai = x 5 mL = 5,2 mL ---5,5 mL

Sehari = x 5 mL = 20,8 mL
Interitas Penggunaan = =4x

Aturan Pakai 4 x sehari 5,5 mL


5. Umur 5 Tahun

Sekali = DM

= x 500 mg = 147 mg

Sehari = DM

= x 2000 mg = 588 mg

Aturan Pakai

Sekali Pakai = x 5 mL = 6,12 mL

Sehari = x 5 mL = 24,5 mL

Interitas Penggunaan = =4x

Aturan Pakai 4 x sehari 6,12 mL


6. Umur 6 Tahun

Sekali = DM

= x 500 mg = 166 mg

Sehari = DM

= x 2000 mg = 666 mg

Aturan Pakai

Sekali Pakai = x 5 mL = 6,91 mL ----- 7 mL

Sehari = x 5 mL = 27,75 mL

Interitas Penggunaan = =4x

Aturan Pakai 4 x sehari 7 mL


7. Umur 7 Tahun

Sekali = DM

= x 500 mg = 184 mg

Sehari = DM

= x 2000 mg = 736 mg

Aturan Pakai

Sekali Pakai = x 5 mL = 7,6 mL

Sehari = x 5 mL = 30,6 mL

Interitas Penggunaan = =4x

Aturan Pakai 4 x sehari 7,6 Ml


8. Umur 8 Tahun

Sekali = DM

= x 500 mg = 200 mg

Sehari = DM

= x 2000 mg = 800 mg

Aturan Pakai

Sekali Pakai = x 5 mL = 8,3 mL ----- 8,5 mL

Sehari = x 5 mL = 33,3 mL

Interitas Penggunaan = =4x

Aturan Pakai 4 x sehari 8,5 mL

9. Umur 9 Tahun

Sekali = DM
= x 500 mg = 225 mg

Sehari = DM

= x 2000 mg = 900 mg

Aturan Pakai

Sekali Pakai = x 5 mL = 9,3 mL ----- 9,5 mL

Sehari = x 5 mL = 37,5 mL

Interitas Penggunaan = =4x

Aturan Pakai 4 x sehari 9,5 mL


10. Umur 10 Tahun

Sekali = DM

= x 500 mg = 250 mg

Sehari = DM

= x 2000 mg = 1000 mg

Aturan Pakai

Sekali Pakai = x 5 mL = 10,4 mL ----- 10,5 mL

Sehari = x 5 mL = 41,6 mL

Interitas Penggunaan = =4x

Aturan Pakai 4 x sehari 10,5 mL


11. Umur 11 Tahun

Sekali = DM

= x 500 mg = 275 mg
Sehari = DM

= x 2000 mg = 1100 mg

Aturan Pakai

Sekali Pakai = x 5 mL = 11,4 mL ----- 11,5 mL

Sehari = x 5 mL = 45,8 mL

Interitas Penggunaan = =4x

Aturan Pakai 4 x sehari 11,5 mL


12. Umur 12 Tahun

Sekali = DM

= x 500 mg = 300 mg

Sehari = DM

= x 2000 mg = 1200 mg

Aturan Pakai

Sekali Pakai = x 5 mL = 12,5 mL

Sehari = x 5 mL = 50 mL

Interitas Penggunaan = =4x

Aturan Pakai 4 x sehari 12,5 mL


e. Perhitungan dapat propilen glikol 22%
Paracetamol dapat larut dalam 9 bagian Propilen glikol (FI III: 37)

Dari perhitungan bahan didapatkan Paracetamol = 1,44 g


Jadi, Propilen glikol yang dibutuhkan untuk melarutkan Paracetamol

adalah:
1g = 1,44 g
9 mL x

X = 9 mL x 1,44 g
1g

= 12, 96 mL dibulatkan jadi 13 mL

Propilen glikol (%) = 13 mL x 100 %


60 mL

= 21, 67% dibulatkan menjadi 22%

VII. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Ditimbang bahan-bahan yang dibutuhkan
3. Dikalibrasi botol coklat yang akan digunakan
4. Dibuat larutan sukrosa 67% dengan cara ditimbang sukrosa

sebanyak 67 gr kemudian dilarutkan dalam 100 mL air mendidih


5. Digerus paracetamol dalam lumpang
6. Dimasukkan paracetamol yang telah digerus kedalam gelas kimia
7. Ditambahkan propilen glikol, di aduk hingga homogen (1)
8. Diambil larutan sukrosa sebanyak 13,2 mL kemudian dimasukkan

ke dalam gelas kimia yang lain, ditambahkan tartrazin dan

aquadest hingga semua bahan larut (2)


9. Dimasukkan larutan (2) ke dalam larutan (1) lalu dihomogenkan

dalam gelas kimia


10. Dimasukkan dalam botol coklat
11. Diadkan dengan aquadest hingga 60 mL (sampai batas yang telah

dikalibrasi)
12. Diberikan etiket, brosur dan dikemas

DAFTAR PUSTAKA

Ansel. C howard. 2008. Pengantar bentuk sediaan Farmasi. Edisi IV:


Universitas Indonesia Press: Jakarta

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III Depertemen Kesehatan


RI: Jakarta.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV Depertemen Kesehatan


RI: Jakarta

Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V Depertemen Kesehatan


RI: Jakarta.

Ebook Pangan.com.2006. Pewarna Pangan

Hoan, Tan dkk. 2002. Obat-Obat Penting. Grammedia: Jakarta

Kibbe, H Arthur. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exicipent. United


Kingdom : London

Lahman, Lean, dkk. 2012. Teori dan Peraktek Industri Farmasi II. Press:
Jakarta
Mahar, Mardjono dkk. 2012. Farmakologi dan Terapi. FKUI : Jakarta

Noviza, Deni dkk. 2015. Solubilsasi Paracetamol dengan Ryoto Sugar


Ester dan Propilen glikol. Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol1 No.2.
Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Parrot . 1971. Pharmaceutical Teknologi. Publishing Company : USA

Parfit, K. 1994. Martindale The Complete Drug Reference 32 Edition. PP.


Toronto

Scoville’s . 1957. The of Company The dinokontriricion : New York

Sri, Ema. 2014. Evaluasi, Uji Stabilitas Fisik dan Sineresis Sediaan Gel
yang Mengandung Minoksidil, Apigenin dan Perasa Herba Seledri.
Bul Penelitian kesehatan Vol. 42 No.4. Farmasi UI: Jakarta

Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai