Anda di halaman 1dari 25

PENUNTUN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN SEMIPADAT DAN CAIR

Dosen Pengampu :
Apt. Cindhany Darmaria Faridhah Utami Mala, S.Farm., M.Sc.
Apt. Mutmainnah, S.Farm., M.Farm.

IDENTITAS PRAKTIKAN :
Nama Mahasiswa : ................................................................................
NPM : ................................................................................
Kelas / Kelompok : ................................................................................

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2022
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa akhirnya Penuntun
Praktikum Teknologi Sediaan Semipadat dan Cair ini dapat kami selesaikan.

Tujuan dari penyusunan penuntun praktikum ini adalah untuk membantu mahasiswa yang
melaksanakan tugas praktikum Teknologi Sediaan Semipadat dan Cair di Program Studi S1
Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Khairun.

Penuntun praktikum ini dibuat berdasarkan percobaan dimana alat dan bahan- bahan yang
diperlukan disesuaikan dengan fasilitas yang ada di laboratorium. Sangat diharapkan
mahasiswa membaca buku-buku literatur yang ada.

Kritik dan saran dari segala pihak akan diterima demi penyempurnaan penuntun praktikum ini.

Ternate, 19 Agustus 2022

ttd

Tim Penyusun Penuntun Praktikum


Teknologi Sediaan Semipadat dan Cair
PERATURANDANTATA TERTIB
A. PERATURAN
1. Peserta praktikum adalah mahasiswa yang telah :
a. Mengikuti kuliah Teknologi Sediaan Solid
b. Mengambil mata kuliah Teknologi Sediaan Semisolid & Liquid dan tercantum
dalam Kartu Rencana Studi (KRS).
2. Praktikan wajib mengikuti seluruh materi praktikum dengan kehadiran minimal 90%
dari total praktikum yang dijadwalkan.
3. Praktikan yang berhalangan mengikuti praktikum, wajib memberi keterangan tertulis
atau surat dokter (apabila sakit) selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah hari
praktikum. Sedangkan untuk yang berhalangan akibat hal-hal yang terencana (seperti
tugas kemahasiswaan) wajib memohon ijin sebelumnya.
4. Praktikan diperkenankan mengikuti Ujian Praktikum, jika memenuhi hal-hal sebagai
berikut :
a. Mengikuti praktikum dengan minimal kehadiran 90%
b. Membuat laporan/Jurnal lengkap
c. Nilai dan paraf pada kartu kontrol telah terisi
d. Mengganti alat atau bahan praktikum yang dipecahkan
5. Nilai diperhitungkan dari nilai harian dan ujian dengan penilaian sebagai berikut :
POIN PENILAIAN
Jurnal (20%) a. Perumusan Karakter Sediaan
b. Data Praformulasi Bahan Aktif
c. Data Praformulasi Bahan Tambahan
e. Komponen Umum Sediaan
f. Pengawasan Mutu Sediaan
g. Prosedur Pembuatan Sediaan
Cara kerja (15%) a. Kehadiran selama praktikum
b. Kejujuran dalam melaksanakan praktikum
c. Penetapan masalah dan pengambilan solusi
d. Penggunaan literatur dan hasil penelitian
e. Kebersihan dan kerapihan pembuatan jurnal
f. Attitude kepada sesama praktikan, asisten, laboran dan dosen pembimbing
praktikum
Responsi (10%) a. Penguasaan Materi Praktikum
b. Ketepatan menjelaskan dan analisis formulasi sediaan cair dan semipadat
Sediaan, Kemasan, a. Organoleptis Sediaan
label, b. Kesesuaian hasil sediaan dengan perumusan karakter awal sediaan
brosur (5%) c. Kelengkapan komponen kemasan primer dan sekunder
b. Kelengkapan informasi pada label kemasan primer, sekunder dan brosur
Laporan (20%) c.
a. Estetika kemasan,
Kelengkapan label dan brosur
laporan
b. Pembahasan atas permasalahan selama praktikum dan solusi atas
ketidaksesuaian antara hasil dengan perumusan awal karakter sediaan
Ujian (30%) Ujian Akhir Semester (UAS)

B. TATA TERTIB LABORATORIUM


1. Praktikan wajib memakai jas laboratorium selama praktikum berlangsung.
2. Praktikan wajib berada dilaboratorium 15 menit sebelum praktikum dimulai, dan
memastikan bahwa seluruh peralatan dan bahan yang dibutuhkan tersedia.
Toleransi keterlambatan adalah 10 menit setelah jam masuk praktikum.
3. Syarat utama masuk praktikum adalah Tugas Pendahuluan. Tugas pendahuluan
diserahkan 15 menit sebelum praktikum dimulai.
4. Nilai minimal dari Tugas Pendahuluan adalah 60, jika <60 maka praktikan
dipersilahkan mengerjakan review jurnal ilmiah mengenai sediaan pada hari
bersangkutan sebagai tiket masuk untuk praktikum minggu selanjutnya.
5. Kehadiran praktikum wajib 90 % kecuali praktikan dapat memberikan keterangan
resmi (surat dokter, undangan fakultas/universitas, pemda, dst).
6. Apabila ditemukan praktikan melakukan kecurangan akademik seperti presensi palsu,
cheating test, jurnal, ataupun laporan, maka praktikan dipersilahkan mengikuti
praktikum pada tahun selanjutnya.
7. Pada saat praktikum, praktikan wajib berpakaian rapi dan sopan, sepatu tidak boleh
diinjak, serta rambut diatur sedemikian rupa sehingga rapi. Kuku wajib dipotong
pendek dan tidak diperkenankan memakai cat kuku.
8. Praktikan wajib memelihara peralatan laboratorium, menghemat bahan dan
memelihara kebersihan laboratorium.
9. Jika terdapat peralatan yang pecah ataupun hilang, maka mahasiswa wajib untuk
mengganti peralatan tersebut.
10. Selesai praktikum, meja praktikum dan semua peralatan laboratorium yang digunakan
wajib dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula. Bahan praktikum yang ada di
almari ditata sesuai dengan urutan.

C. PELANGGARAN TERHADAP PERATURAN DAN TATA TERTIB


1. Peringatan
2. Penghentian Praktikum
3. Tindakan administratif lainnya
Tindakan tersebut diatas dapat diambil keputusan pada tingkat pembimbing praktikum atas
persetujuan Koordinator Laboratorium.
JADWAL DAN TEKNIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. JADWAL PRAKTIKUM
Minggu Ke- Praktikum
1 Asistensi Umum, Respon Umum I
2 Formulasi Sediaan I (Penyusunan jurnal dan diskusi)
3 Pembuatan dan Evaluasi Sediaan I
4 Formulasi Sediaan II (Penyusunan jurnal dan diskusi)
5 Pembuatan dan Evaluasi Sediaan II
6 Formulasi Sediaan III (Penyusunan jurnal dan diskusi)
7 Pembuatan dan Evaluasi Sediaan III
8 Respon Umum II
9 Formulasi Sediaan IV (Penyusunan jurnal dan diskusi)
10 Pembuatan dan Evaluasi Sediaan IV
11 Formulasi Sediaan V (Penyusunan jurnal dan diskusi)
12 Pembuatan dan Evaluasi Sediaan V
13 Formulasi Sediaan VI (Penyusunan jurnal dan diskusi)
14 Pembuatan dan Evaluasi Sediaan VI
15 Respon Umum III
16 Ujian Akhir Semester
LARUTAN

1. Tujuan
a. Mahasiswa mampu menyusun formula sediaan syrup/eliksir
b. Mahasiswa mampu membuat sediaan syrup/eliksir
c. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan syrup/eliksir

2. Teori
Larutan adalah campuran dua atau lebih komponen yang membentuk fasa tunggal homogen
dalam skala molekuler. Secara garis besar, larutan terdri dari dua komonen, yaitu pembawa
atau pelatrut (air atau pelarut campur) dan solute, bagian terlarut yang merupakan fasa
terdispersi dalam bentuk molekul dan ion (zat aktif, pemanis, pewarna, pewangi, antioksidan,
pengawet atau pengental).

Beberapa masalah yang mungkin ditemui dalam fomulasi sediaan larutan adalah:
1. Kelarutan zat aktif rendah → dilakukan solubilisasi untuk meningkatkan kelarutan zat
aktif dalam pembawa.
2. Stabilitas kimia dan biologi zat aktif dalam pelarut → ditambahkan antioksidan atau
pengawet
3. Antaraksi obat-eksipien → dipilih eksipien dengan antaraksi minimal
4. Stabilitas eksipien dalam kondisi yang sesuai untuk zat aktif → pemilihan eksipien yang
sesuai dengan kondisi akhir sediaan.
Secara kuantitatif, kelarutan adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada
suhu tertentu, sedangkan secara kualitatif, kelarutan adalah interaksi spontan dari dua zat atau
lebih untuk membentuk dispersi molekuler yang homogen. Informasi kelarutan suatu zat
tercantum dalam monografi zat terkait dan dinyatakan dalam istilah sebagai berikut:

Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk


melarutkan 1 bagian zat*
Sangat mudah larut kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut lebih dari 10.000
*: sangat mudah larut artinya diperlukan kurang dari 1 ml pelarut untuk melarutkan 1 g zat

Macam-macam sediaan larutan adalah sebagai berikut :


1. Larutan untuk mata
Larutan steril yang digunakan pada mata sebagai obat atau sebagai pencuci mata.
2. Larutan untuk telinga
3. Larutan untuk hidung/colliriya
4. Larutan untuk mulut/collutoria/gargarisma.
5. Larutan untuk parenteral
6. Larutan untuk rektal
7. Larutan untuk vaginal
8. Larutan untuk oral
a. Sirup
Sirup adalah larutan pekat dari gula yang didalamnya ditambahkan satu jenis atau lebih,
dapat pula mengandung bahan tambahan lain seperti pemberi rasa maupun warna. Dapat
ditambahkan sorbitol atau polialkohol lain dalam jumlah sedikit dengan maksud untuk
meningkatkan kelarutan obat. Kadar sakarosa dalam sirup 64-66%, kecuali dinyatakan lain.
Adapun literatur lain menyebutkan bahwa sirup adalah larutan gula 85% dalam air murni.
Selama konsentrasi dipertahankan, larutan relative stabil terhadap pertumbuhan bakteri dan
mikroba. Anti cap locking agent dapat ditambahkan kedalam formula sirup untuk
mencegah proses pengkristalan yang terjadi pada tutup botol.
b. Elixir
Elixir bersifat hidroalkohol sehingga dapat menambah kestabilan obat yang larut dalama air
maupun etanol. Biasanya elixir mengandung etanol 5-10%.

Adapun komponen penyusun sediaan larutan dalam formulasi adalah sebagai berikut :
1. Zat aktif
2. Zat tambahan
Pemilihan zat tambahan tergantung dari karakter zat aktif dan karakter sediaan yang akan
dibuat. Macam-macam zat tambahan yang biasa dipakai yaitu :
a. Zat pewarna
Untuk menutupi penampilan yang tidak menarik serta meningkatkan penerimaan
pasien. Yang harus diperhatikan dalam pemilihan zat warna yaitu : kelarutan, stabilitas,
ketercampuran, konsentrasi zat warna dalam campuran, sesuai dengan rasa sediaan,
pH sediaan.
b. Zat pengawet
Zat pengawet yang digunakan yang tidak toksik, tidak bau, stabil dan dapat bercampur
dengan komponen lain didalam formula, potensi antibakterinys luas. Contohny adalah
larutan untuk oral yaitu : asam benzoate, asam sorbet, dan lain-lain, sedangkan untuk
pemakainan topical yaitu nipagin, nipasol, dll.
c. Zat pemanis, contohnya yaitu sukrosa, sorbitol, aspartame, dan lain-lain.
d. Zat pendapar
Dapar digunakan pada zat yang range pH nya kecil. Pemilihan dapar yang sesuai
tergantung dari PH dan kapasitas dapar yang diinginkan, contohnya buffer laktat,
fospat, karbonat, sitrat, boraks, dll.
e. Anticaplocking
Yaitu untuk mencegah kristalisasi gula pada tutup botol. Contohnya adalah sorbitol,
gliserol, propilen glikol, dll.
f. Pengaroma
Dalam pemilihannya didasarkan pada untuk siapa konsumenya serta rasa dari zat aktif
yang dikandungnya. Contohnya rasa buah-buahan untuk zat aktif yang berasa asam,
vanilla, rasa jeruk, dll.

Berikut adalah beberapa metode evaluasi sediaan larutan


1. Evaluasi fisik
a. Organoleptik
b. Kejernihan
c. pH
d. Berat jenis
e. Viskositas
f. Volume terpindahkan
g. Sifat alir
2. Evaluasi kimia
Identifikasi dan penetapan kadar sesuai pada monografinya yang tertera pada
farmakope Indonesia IV atau buku standar lainnya.
3. Evaluasi mikrobiologi
a. Jumlah cemaran mikroba
b. Jumlah potensi antibiotic
c. Uji efektivitas pengawet
3. Alat, Bahan dan Prosedur Kerja
Alat
Stirerr, Gelas Ukur 100 ml, 50 ml dan 10 ml, Beaker glass 500 ml, 250 ml dan 100 ml, kaca
arloji, kertas perkamen, spatulla, termometer, waterbath, kompor listrik, oven, mortar dan
stamper, timbangan, cawan porselen, batang pengaduk

Bahan
Zat Aktif : Paracetamol
Zat Tambahan : Lihat formula yang disetujui.

Prosedur Kerja
1. Buat usulan formula untuk zat aktif yang ditentukan
2. Buat cara kerja/metode pembuatan sediaan
3. Kemas sediaan
4. Tentukan dan Lakukan evaluasi sediaan larutan yang sudah dibuat. Kemudian amati
kestabilan larutan pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-14

TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan definisi larutan (4 Literatur) (Skor : 15)
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisika kimia kelarutan (4 Literatur) (Skor : 30)
3. Jelaskan keuntungan dan kerugian dari larutan (4 Literatur) (Skor 15)
4. Jelaskan jenis-jenis larutan secara umum, berdasarkan banyaknya zat terlarut dan berdasarkan sifat
fisika kimia (4 Literatur) (Skor :30)
5. Sebutkan bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi larutan serta jelaskan fungsinya
(2 Literatur) (Skor : 10)
SUSPENSI
1. Tujuan
a. Mahasiswa mampu menyusun formula sediaan suspensi
b. Mahasiswa mampu membuat sediaan suspensi
c. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan suspensi

2. Teori
Suspensi adalah suatu sediaan dengan sistem heterogen yang terdiri dari fasa pendispersi
sebagai fasa dalam dan fasa pendispersi sebagai fasa luar. Fasa terdispersi berbentuk partikel
dengan ukuran partikel tertentu yang tidak terlarut dalam fasa pendispersi. Penggolangan
suspensi berdasarkan sifatnya:
a. Suspensi Deflokulasi
o Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri
o Kecepatan sedimentasi lambat, setiap partikel mengendap secara terpisah, dan ukuran
partikel minimal.
o Endapan cepat menjadi kompak, karena berat pada lapisan atas material endapan, selain
itu endapan yang sudah mengeras akan sulit untuk di redispersikan.
o Keunggulan: sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu
yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.
o Kekurangan: apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa
yang kompak.
o Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat
dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paruhnya.

b. Suspensi Flokulasi
o Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat
o Kecepatan pengendapan tinggi, disebabkan oleh setiap unit partikel dibentuk oleh
kelompok partikel sehingga ukuran agregat relatif besar.
o Endapan yang terbentuk longgar, tidak kompak. Partikel tidak terikat kuat satu sama lain
sehingga mudah didispersikan kembali.
o Cairan supernatan pada sistem flokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul
yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam.
o Keunggulan: Sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah
diredispersi.
o Kekurangan: Dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya
tinggi.
o Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
− Kombinasi ukuran partikel
− Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.
− Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalam suspensi

Secara umum, sediaan suspensi terdiri dari :


1. Zat aktif
Sebagai fasa terdispersi, memiliki kelarutan yang relatif kecil dalam fasa
pendispersi. Sifat partikel yang harus diperhatikan adalah ukuran partikel dan sifat
permukaannya. Sifat permukaan dari partikel ini terbagi menjadi dua yaitu hidrofob dan
hidrofil.

2. Bahan tambahan
a. Bahan pembasah: surfaktan dan humektan
Bahan pembasah diperlukan agar partikel zat aktif dapat terdispersi secara merata di
dalam fasa luarnya. Mekanisme kerja surfaktan sebagai zat pembasah adalah dengan
menurunkan sudut kontak antara partikel padat dan zat cair, sehingga menurunkan
tegangan permukaan padat-cair, akibatnya partikel padat dapat terbasahi. Surfaktan
sangat baik digunakan untuk zat aktif yang mempunyai sifat permukaan partikel
hidrofob. Mekanisme kerja dari humektan adalah dengan menghilangkan lapisan udara
di permukaan partikel zat padat yang terdispersi, sehingga zat padat mudah terbasahi.
Humektan digunakan sebagai wetting agent untuk zat aktif dengan sifat permukaan
hidrofil.
b. Bahan pensuspensi
Bahan pensuspensi digunakan untuk memodifikasi viskositas sediaan dan
memperlambat terjadinya pengendapan zat padat saat penyimpanan. Syarat yang harus
dimiliki oleh bahan pensuspensi yang ideal adalah :
• Dapat merubah sifat fisik larutan pembawa.
• Viskositas sediaan tinggi saat penyimpanan.
• Viskositas tidak cepat berubah oleh pengaruh suhu dan penyimpanan.
• Tahan terhadap pengaruh elektrolit dan tidak terurai pada rentang pH yang besar..
• Dapat bercampur dengan bahan berkhasiat dan bahan tambahan lainnya.
• Tidak toksik.
c. Bahan pembawa : air, sirup, sorbitol.
d. Dapar
e. Pengawet
f. Flavour

Evaluasi sediaan, terdiri atas :


1. Uji Organoleptis
2. Uji pH Meter
3. Uji Bobot Jenis
4. Uji Volume Terpindahkan
5. Uji Viskositas
6. Uji Diameter Rata-Rata Partikel
7. Uji Volume Sedimentasi
8. Uji Redispersi

3. Alat, Bahan dan Prosedur Kerja


Alat
Gelas ukur, Mortar/Stamper, Spatula, Kaca Arloji, Cawan Porselen, Timbangan Analitik, pH
Meter, Viskometer, Piknometer, Gelas Kimia, Pipet Tetes, Kertas Saring, Tabung Sedimentasi,
Botol Cokelat 60 ml.

Bahan
Zat Aktif : Allumunium Hidroksida, Magnesium Hidroksida
Zat Tambahan : Lihat formula yang disetujui.

Prosedur Kerja
1. Buat usulan formula untuk zat aktif yang ditentukan
2. Buat cara kerja/metode pembuatan sediaan
3. Kemas sediaan
4. Tentukan dan Lakukan evaluasi sediaan suspensi yang sudah dibuat.
TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan definisi suspensi. (4 Literatur) (Skor : 15)
2. Jelaskan keuntungan dan kerugian dari Suspensi dan simpulkan. (4 Literatur) (Skor 15)
3. Jelaskan syarat-syarat suspensi yang baik dan ideal. (4 Literatur) (Skor :30)
4. Sebutkan dan jelaskan bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi suspensi.
(2 Literatur) (Skor : 10)
5. Jelaskan tipe-tipe suspensi (4 Literatur) (Skor : 30).
EMULSI

1. Tujuan
a. Mahasiswa mampu menyusun formula sediaan emulsi
b. Mahasiswa mampu membuat sediaan emulsi
c. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan emulsi

2. Teori
Emulsi merupakan sediaan cair yang terdiri dari dua cairan yang tidak bercampur satu
dengan yang lain. Pada umumnya cairan tersebut adalah campuran dari minyak dan air,
tergantung dari tipe emulsi yang dibuat, fase terdispersi dapat berupa minyak atau air.

Pada prinsipnya pembuatan sediaan emulsi terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Tahap dispersi
Dalam tahap ini dilakukan pemecahan fase minyak menjadi globul- globul kecil, sehingga
fase terdispersi tersebut dapat lebih mudah terdispersi dalam fase pendispersi.
2. Tahap stabilisasi
Dalam tahap ini dilakukan stabilisasi globul-globul yang terdispersi dalam medium
pendispersi dengan menggunakan emulgator dan bahan pengental.

Formulasi umum sediaan emulsi terdiri dari ;


1. Bahan aktif
a. Bahan padat yang dapat larut dalam air atau dalam minyak.
b. Bahan cair yang berbentuk minyak atau yang tidak dapat tersatukan dengan air.
2. Bahan pembantu :
a. Emulgator
terdapat berbagai macam emulgator tergantung dari mekanisme emulgator tersebut
dalam proses stabilisasi emulsi.
• Emulgator alam
Contoh : bentonit, veegum ,yang merupakan zat padat berbentuk koloid yang
terbagi halus pada permukaan globul yang terdispersi.
• Emulgator sintetis
Emulgator sintetis merupakan suatu zat aktif permukaan yang dapat
menstabilkan suatu sediaan emulsi karena sifatnya yang dapat menurunkan
tegangan permukaan antar permukaan. Umumnya digunakan adalah surfaktan,
yang mempunyai dua gugus bersifat polar dan non polar. Surfaktan terdiri
dari beberapa tipe yaitu : anionik, kationik, zwitterionik, amfoterik dan non
ionik.
b. Pengawet
Berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat hidup dalam
fase air dan di dalam emulgator alam yang digunakan.
c. Antioksidan
Digunakan untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi bahan berkhasiat dalam
sediaan atau fase minyak. Antioksidan yang biasa dipakai dalam sediaan emulsi
adalah : tokoferol, dodesil galat, oktil galat, alkil galat, butil hidroksianisol, butil
hidroksitoluen, atau natrium metabisulfit. Ion lagam berat yang dapat
mengkatalisasi terjadinya reaksi oksidasi dapat diikat dengan “sequesteriring agent”,
seperti asam sitrat dan asam tatrat.

Metode Pembuatan Emulsi


1. Metode Gom Basah
Yaitu dengan membuat mucilago yang kental dengn sedikit air lalu ditambahkan minyak
sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat. Bila emulsi terlalu kental, ditambahkan air
sedikit demi sedikit agar mudah diaduk dan diaduk lagi ditambah sisa minyak. Bila
semua minyak sudah masuk ditambahkan air sambil diaduk sampai volume yang
dikehendaki. Cara ini digunakan terutama bila emulgator yang akan dipakai berupa
cairan atau harus dilarutkan dulu dengan air. Contohnya adalah kuning telur, methyl
selulosa.
2. Metode Gom Kering
Metode ini juga disebut metode 4:2:1 (4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom),
Selanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan. Caranya ialah 4 bagian minyak dan 1
bagian gom diaduk dan dicampur dalam mortir yang kering dan bersih sampai
tercampur benar, lalu ditambahkan 2 bagian air sampai terjadi corpus emulsi.
Tambahkan sirup dan tambahkan sisa air sedikit demi sedikit, bila ada cairan alkohol
hendaklah ditambahkan setelah diencerkan sebab alkohol dapat merusak emulsi.
3. Metode Baudrimont
Menggunakan perbandingan minyak : gom : air = 10 : 5: 7,5 dalam pembuatan korpus
emulsi.
4. Metode HLB
Dalam hal ini berhubungan dengan sifat-sifat molekul surfaktan mengenal sifat relatif
dari keseimbangan HLB (Hydrophiel-Lyphopiel Balance). Emulgator mempunyai suatu
bagian hidrifilik dan suatu bagian liofilik dengan salah satu diantaranya lebih atau
kurang dominan dalam bentuk tipe emulsi.
Tahun 1933 Clayton telah membuat sifat relatif dari keseimbangan Hidrofil-lipofil yang
disebut nilai HLB. Makin rendah nilai HLB surfaktan maka makin lipofil, sedangkan
makin tinggi nilai HLB maka makin bersifat hidrofil.

Nilai HLB 1,8-8,6 seperti span dianggap lipofil dan umumnya membentuk tipe emulsi
A/M. Nilai HLB 9,6 – 16,7 seperti Tween dianggap hidrofil yang pada umumnya
membentuk emulsi tipe M/A.

Cara Menghitung Nilai HLB Campuran Surfaktan


Contoh:
R/ Tween 80 70% HLB = 15 %
Span 80 30% HLB = 4,3 %

Maka: Tween 80 = 70% x 15 = 10,5


Span 80 = 30% x 4,3 = 1,3 +
HLB campuran = 11,8
Campuran emulgator Tween dan Span 80 dengan nilai HLB 11,8 bersifat hidrofil
dan akan membentuk emulsi tipe M/A.

Cara menghitung HLB yang diperlukan dari campuran zat.


Contoh:
Akan dibuat lotion tipe M/A yang mengandung paraffin cair sebagai dasar, lanolin
sebagai emolien dan setil alcohol sebagai kontrol viskositas. Berapa nilai HLB yang
diperlukan dari suatu emulgator jika formula lotion sebagai berikut:
R/ Parafin Liquid 35% HLB = 12
Lanolin 1% HLB = 10
Cetyl alcohol 1% HLB = 15
Emulgator 7%
Aqua 56%
Jadi, nilai HLB yang diperlukan dari emulgator = 12,1, dimana penggunaan emulgator
kombinasi yang mempunyai HLB 11-13 akan memberikan hasil yang baik.

EVALUASI SEDIAAN EMULSI


1. Uji Organoleptis
a. Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas , ukuran dan bentuk,
volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan.
b. Indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur
merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekananyang
dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan
tebal, tipis dan halus.
c. Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya
kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang menandakan produk tersebut
telah mengalami kerusakan.
d. Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis, asin, asam, pahit, dan
gurih. Serta sensasi lain seperti pedas, astringent (sepat), dll.
2. Penetapan pH
Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi kerja alat
setiap kali akan melakukan pengukuran.Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi,
kondisikan contoh uji sampai suhu kamar.Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas
elektroda dengan air suling. Bilas elektroda dengan contoh uji.Celupkan elektroda ke
dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan pembacaan yang tetap.Catat hasil
pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.
3. Bobot Jenis
Gunakan piknometer yang bersih dan kering. Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi
dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2).
Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur
bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3).
Hitung bobot jenis cairan.
Rumus perhitungan bobot jenis : r x = b – a
c–a
Keterangan:
r x = Bobot jenis sampel
a = Berat pikno kosong
b = Berat sampel sebelum diuji
c = Berat sampel air
4. Viskositas dan Sifat Alir
Viskositas/ kekentalan menggunakan viskometer brookefield tipe LV. Pilih spindel yang
sesuai dengan sediaan kemudian atur rpm nya, kemudian hidupkan tombol on, lalu catat
viskositasnya.
5. Volume terpindahkan
Pilih tidak kurang 30 wadah, kocok isi 10 wadah satu per satu, tuang isi perlahan-lahan
ke dalam gelas ukur. Kemudian diamkan selama 30 menit. Ukur volume tiap-tiap wadah,
volume rata-rata 10 wadah tidak kurang dari 100%, tidak satupun wadah yang kurang
dari 95% etiket.
6. Penentuan Jenis Tipe Emulsi Dengan Metode Pewarnaan
Teteskan sampel emulsi yang akan diamati 1 tetes diatas objek glass. Tambahkan larutan
metilen blue 1tetes. Lalu, tutup dengan cover glass, amati dibawah mikroskop dengan
pembesaran terkecil-terbesar. Akan terlihat gambar seperti gambar berikut fase air akan
berwarna biru karena metilen blue akan larut ke dalam fase air. Warna putih merupakan
fase minyak.

Gambar contoh hasil pengamatan tipe emulsi

Macam-macam bentuk ketidakstabilan emulsi :


1. Flokulasi dan Creaming
Merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan, dimana masing-
masing lapis mengandung fase dispersi yang berbeda.
2. Koalesen dan pecahnya emulsi (Craking atau breaking)
Pecahnya emulsi yang bersifat tidak dapat kembali. Penggojokkan sederhana akan
gagal untuk mengemulsi kembali butir-butir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil.
3. Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A ke tipe A/M atau sebaliknya.

3. Alat, Bahan dan Prosedur Kerja


Alat
Gelas ukur, Mortar/Stamper, Spatula, Kaca Arloji, Cawan Porselen, Timbangan Analitik, pH
Meter, Viskometer, Piknometer, Gelas Kimia, Pipet Tetes, Kertas Saring, Tabung Sedimentasi,
Botol Cokelat 60 ml, mixer, penangas.

Bahan
Zat Aktif : Minyak Ikan, Vitamin C
Zat Tambahan : Lihat formula yang disetujui.

Prosedur Kerja
1. Buat usulan formula untuk zat aktif yang ditentukan
2. Buat cara kerja/metode pembuatan sediaan
3. Kemas sediaan
4. Tentukan dan Lakukan evaluasi sediaan emulsi yang sudah dibuat.

TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan definisi emulsi. (4 Literatur) (Skor : 10)
2. Jelaskan tipe-tipe emulsi (4 Literatur) (Skor 10)
3. Jelaskan tentang emulgator (4 Literatur) (Skor : 25)
4. Jelaskan tentang teori emulsifikasi (4 Literatur) (Skor : 25)
5. Jelaskan tentang keuntungan dan kerugian emulsi (4 Literatur) (Skor : 30).
SEMISOLIDA

1. Tujuan
a. Mahasiswa mampu menyusun formula sediaan semisolida
b. Mahasiswa mampu membuat sediaan semisolida
c. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan semisolida

2. Teori
Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibat untuk tujuan pengobatan
topikal melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung bahan pembawa
(basis) yang digunakan, yaitu salep, krim, gel atau pasta. Untuk mengembangkan
bentuk sediaan semisolida yang baik harus diperhatikan beberapa faktor antara lain :
struktur, berat molekul dan konsentrasi obat yang dapat melalui kulit, jumlah obat ang
dilepaskan dari pembawa pada permukaan kulit: jumlah obat yang terdifusi melalui
stretum korneum; stabilitas fisika dan kimia sediaan selama penyimpanan dan penerimaan
pasien terhadap formula yang dibuat. Faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan
formulasi sediaan semisolida adalah :
1. Struktur kulit
2. Formulasi sediaan semisolida
3. Cara pembuatan

Dalam pemberian obat melalui kulit ada beberapa tahap penentu yang
mempengaruhi efektifitas rute pemberian tersebut, yaitu :
1. Tahap pelepasan bahan aktif dari pembawanya yang tergantung dari sifat bahan
pembawa dan sifat fisika dan kimia bahan aktif. Affinitas bahan pembawa terhadap
bahan aktif ditentukan oleh kelarutan obat tersebut dalam pembawa.
2. Tahap terjadinya proses partisi bahan aktif ke dalam masing-masing lapisan
kulit yang ditentukan oleh koefisien partisi bahan aktif terhadap komponen pada setiap
lapisan kulit.
3. Tahap difusi bahan aktif melalui lapisan kulit ditentukan oleh kecepatan difusi
melalui membran setiap lapisan kulit.
4. Tahap terjadinya pengikatan bahan aktif dengan komponen stratum korneum,
lapisan epidermis dan dermis, atau terjadi mikroreservoir pada lapisan lemak pada daerah
subkutan.
5. Tahap eliminasi melalui aliran darah, kelenjar limfa atau cairan jaringan.

Prinsip formulasi sediaan semisolida


Formulasi umum sediaan semisolida terdiri dari :
1. Bahan aktif
2. Pembawa
3. Bahan tambahan

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau
selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok
yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dan dasar salep yang larut dalam air. Salep obat menggunakan salah satu dari
dasar salep tersebut. Berikut adalah persyaratan salep yang baik :
1. Bersifat plastis, mudah berubah bentuk dengan adanya pengaruh mekanis (mudah
dioleskan pada tempat pemakaiannya).
2. Stabil saat penyimpanan dan setelah salep diaplikasikan.
3. Harus mempunyai aliran tiksotropik, yaitu setelah salep dioleskan maka viskositasnya
dapat kembali pada viskositas semula, sehingga salep tidak mengalir pada saat sudah
dioleskan.
4. Tidak berbau tengik.
5. Kecuali dinyatakan lain, kadar zat aktif dalam salep adalah 10%.
6. Mengandung dasar salep yang sesuai.
FORMAT SAMPUL

PERCOBAAN

..................................................

Oleh :
Nama Mahasiswa : ...........................................................................

NPM : ...........................................................................

Kelas : ...........................................................................

Kelompok : ...........................................................................

Dosen Pengampu : ...........................................................................

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2022
FORMAT LAPORAN

1. Tujuan

2. Pendahuluan
Studi Literatur Zat Aktif
Cara DL DM
Zat Aktif Kemasan Sumber/Hal.
Pemakaian Sekali Sehari Sekali Sehari

Indikasi (Sumber, Hal).:

Kontra Indikasi (Sumber, Hal.) :


Mekanisme Kerja (Sumber, Hal.) :

Farmakokinetik (Sumber, Hal.) :

Efek Samping (Sumber, Hal.) :

Interaksi Obat (Sumber, Hal.) :


Perhatian dan Peringatan (Sumber, Hal.) :

3. Preformulasi Zat Aktif


Nama Senyawa : (Sumber, Hal.)
Berat Molekul : (Sumber, Hal.)
Sinonim : (Sumber, Hal.)
Struktur Molekul : (Sumber, Hal.)
Rumus Molekul : (Sumber, Hal.)
Pemerian : (Sumber, Hal.)
pH : (Sumber, Hal.)
Stabilitas : (Sumber, Hal.)
Kelarutan : (Sumber, Hal.)
Incompabilitas : (Sumber, Hal.)
Penyimpanan : (Sumber, Hal.)

4. Permasalahan dan Penyelesaian Masalah


Permasalahan Penyelesaian Masalah

5. Formula yang diusulkan


Tiap ........... mg/ ....... ml .................... mengandung :
No Bahan Konsentrasi Fungsi
Zat Aktif :
1
Bahan Tambahan

2
3
4
5
6

6. Preformulasi Eksipien
Nama bahan tambahan : (Sumber, hal.)
Kegunaan : (Sumber, hal.)
Sinonim : (Sumber, hal.)
Struktur Molekul / BM : (Sumber, hal.)
Rumus Molekul : (Sumber, hal.)
Pemerian : (Sumber, hal.)
Kelarutan : (Sumber, hal.)
Titik Leleh : (Sumber, hal.)
Keasaman : (Sumber, hal.)
Kelembaban : (Sumber, hal.)
Incompabilitas : (Sumber, hal.)
Stabilitas : (Sumber, hal.)
Penyimpanan : (Sumber, hal.)
Alasan Pemilihan Bahan : (Sumber, hal.)
7. Formula Disetujui
Tiap ........... mg/ ....... ml ...................... mengandung :
No Bahan Konsentrasi Fungsi
Zat Aktif :
1
Bahan Tambahan

2
3
4
5
6

Alasan formula disetujui :


8. Perhitungan dan Penimbangan Bahan
Untuk sediaan suspensi Kloramfenikol ................ mL dibutuhkan:

Jumlah yang
Bahan Konsentrasi
dibutuhkan

9. Alat, Bahan, Prosedur Pembuatan Sediaan


Alat :
No. Nama Alat Jumlah

Bahan :
No. Nama Alat Jumlah

Prosedur Pembuatan Sediaan :

10. IPC dan Evaluasi Sediaan

Prinsip Jumlah Hasil


No Jenis evaluasi Syarat
evaluasi sampel pengamatan

IPC
1
2
3
4
5
6
Evaluasi Sediaan
1
2
3
4
5
Kesimpulan :
Sediaan memenuhi syarat / tidak memenuhi syarat

11. Pembahasan
12. Kesimpulan

13. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai