Anda di halaman 1dari 3

TUGAS BIOFARMASI & FARMAKOKINETIK KLINIK

“WARFARIN”

NAMA : WAHYUNI SAHDI


NPM : 09412111057
KELAS : A-V

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2023
Warfarin adalah antikoagulan oral yang paling sering diresepkan untuk mengendalikan
dan mencegah gangguan tromboemboli (Cavallari dkk., 2011). Tujuannya untuk
mempertahankan tingkat antikoagulasi yang mampu mencegah kejadian tromboemboli tanpa
meningkatkan risiko komplikasi perdarahan (Tang, dkk, 2003). Warfarin yang merupakan
antagonis vitamin K memiliki jendela terapi yang sempit, variabilitas luas dalam dosis-respons
antar individu, sejumlah besar interaksi terhadap obat dan makanan, serta membutuhkan
pemantauan laboratorium yang ketat dengan penyesuaian dosis yang sering (Jacobs, 2008).
Jendela terapeutik warfarin sangat sempit yaitu sebesar 1-4 mg/L (Rowland dan Tozer, 2011).
Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang bekerja dengan menghambat pembentukan
faktor koagulasi tergantung vitamin K yaitu faktor II, VII, IX, X. Warfarin menghambat enzim
vitamin K epoksid reduktase, sehingga vitamin K tereduktase tidak terbentuk, yang mana
merupakan precursor dari glutamil karboksilasi. Akibatnya factor koagulasi II, VII, IX, X tidak
aktif sehingga tidak akan terjadi pembekuan/penggumpalan darah (Schwarz dan Stein, 2006).
Berikut adalah absorbsi, distribusi, metabolisme, dan eksresi dari obat warfarin :
a. Absorbsi
Warfarin dapat diabsorbsi sepenuhnya dengan cepat setelah diberikan secara oral
dengan konsentrasi puncak umumnya dicapai dalam 4 jam pertama. Efek antikoagulasi
dari warfarin terjadi dalam 24-72 jam setelah pemberian dengan waktu puncak efek
terapeutik terlihat dalam 5-7 hari setelah inisiasi. sudah ditemukan meningkat dalam 36-
72 jam setelah terapi inisiasi. Durasi satu dosis warfarin dapat bertahan hingga 2-5 hari
dengan waktu plasma puncak dicapai dalam 1,5-3 hari.
b. Distribusi
Volume distribusi warfarin adalah 0,14 liter/kg. Sekitar 99% warfarin terikat pada
protein plasma dan warfarin diketahui dapat melewati plasenta.
c. Metabolisme
Warfarin terdiri dari isomer S dan R yang dimetabolisme di liver oleh enzim
mikrosomal hepatik (sitokrom P-450) menjadi metabolit inaktif terhidroksilasi dan
metabolit tereduksi. Isomer S memiliki potensi efek yang lebih tinggi dari isomer R.
Isomer S dimetabolisme oleh enzim CYP2C9 dan isomer R dimetabolisme oleh
CYP1A2. Metabolit ini diekskresikan melalui urine, dan dalam jumlah sedikit
diekskresikan melalui cairan empedu.
d. Eksresi
Warfarin diekskresikan melalui urine (92%), terutama sebagai metabolit dan dalam
jumlah kecil sebagai obat yang tidak berubah. Waktu paruh eliminasi sekitar 20-60 jam.
Penelitian telah menunjukkan bahwa variasi genetik pada CYP2C9 dapat mempengaruhi klirens
warfarin. Pasien yang heterozigot untuk 2C9 dapat mengalami penurunan klirens S-
warfarin sekitar 37%. Sedangkan, pasien yang homozigot untuk alel fungsi yang
berkurang dapat mengalami penurunan hampir 70% dalam klirens S-warfarin.
Referensi :
Cavallari, L.H., Shin, J., dan Perera, M.A., 2011. Role of Pharmacogenomics in the Management
of Traditional and Novel Oral Anticoagulants. Pharmacotherapy, 31:
1192–1207
Tang, E.O.Y., Lai, C.S., Lee, K.K., Wong, R.S., Cheng, G., dan Chan, T.Y., 2003. Relationship
Between Patients’ Warfarin Knowledge and Anticoagulation Control.
Annals of Pharmacotherapy, 37: 34–39.
Jacobs, L.G., 2008. Warfarin Pharmacology, Clinical Management, and Evaluation of
Hemorrhagic Risk for the Elderly. Cardiology Clinics, ,
Thromboembolic Disease and Antithrombotic Agents in the Elderly 26:
157–167.
Rowland, M. dan Tozer, T.N., 2011. Clinical Pharmacokinetics and Pharmacodynaics Concepts
and Aplications, 4th Ed, 4th ed. Wolter Kluwer Health/Lipincott
William & Wilkins, Philadelpia.
Schwarz, U.I. dan Stein, C.M., 2006. Genetic Determinants of Dose and Clinical Outcomes in
Patients Receiving Oral Anticoagulants. CLINICAL
PHARMACOLOGY & THERAPEUTICS

Anda mungkin juga menyukai