Anda di halaman 1dari 4

Obat-obat Antivirus yang digunakan untuk COVID 19

1. Favipiravir disapproved di jepang untuk Virus Influenza,

Golongan: Antivirus/ Antiviral

Aktivitas: penelitian secara in vitro Favipiravir menunjukkan aktivitas antivirus terhadap semua
tipe strain virus Influenza termasuk tipe A, B, dan C dengan nilai EC50% 0.014 – 0,55 μg/mL.
(Youzuke dalam Ariastiwi, 2020). Pada penelitian selanjutnya dilakukan uji in vitro pada sel Vero
E6 yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan hasil Favipiravir efektif pada konsentrasi EC50
61,88 μM dan konsentrasi sitotoksik CC50 >400 μM (Wang M dalam Ariastiwi, 2020).

Mekanisme Kerja:

Contoh Obat: Merek dagangnya Avigan®, Covigon, Fapivell, Favigen, Favikal, Faviscan,
Favipiravir, L-Vir.

Efek Samping: Peningkatan kadar asam urat, gangguan saluran cerna, diare, dan Peningkatan
SGOT & SGPT

Penggunaan Klinis: Dosis favipiravir untuk mengatasi infeksi virus influenza pada orang
dewasa adalah 1.600 mg, 2 kali sehari, pada hari pertama, dilanjutkan dengan 600 mg,
2 kali sehari, pada hari ke-2 hingga hari ke-5. Pengobatan dilakukan selama 5 hari.

Farmakokinetik: Makanan menunda pencapaian kadar puncak favipiravir dalam plasma selama
1,5 jam, menurunkan Cmax sekitar 50%, dan menurunkan AUC sebanyak 13%. Sekitar 54%
favipiravir terikat protein plasma. Favipiravir terdisitribusi luas di dalam tubuh, termasuk ke
trakhea dan paru. Favipiravir dimetabolisme di hati menjadi metabolit utama (M1) oleh enzim
aldehyde oxidase (AO), sedangkan metabolit aktif (favipiravir-RTP) dibentuk intraseluler. Nilai
Cmax linear pada dosis 30 mg hingga 1600 mg. Waktu paruhnya +/- 6 jam, dan memanjang pada
dosis tinggi (≥800 mg).6 Metabolit favipiravir diekskresi melalui ginjal.
Interaksi Obat:

 Peningkatan kadar asam urat jika digunakan bersamaan dengan pyrazinamide


 Peningkatan risiko terjadinya efek samping obat repaglinide, seperti hipoglikemia

 Peningkatan kadar dan risiko terjadinya efek samping favipiravir jika digunakan
dengan teofilin

 Penurunan efektivitas obat famciclovir atau sulindac

Keamanan Obat: harus dihindari pada ibu hamil karena berisiko teratogenik dan
embriotoksik

2. Remdesivir

Remdesivir memiliki molekul antivirus broadrange dan dikembangkan untuk penggunaan


melawan virus Ebola.

Golongan: Antivirus/ Antiviral

Aktivitas: Hasil tinjauan menunjukkan bahwa Remdesivir (RDV, GS573 ) adalah prodrug analog
nukleosida. Obat ini diketahui dapat menghambat patogen hewan dan coronavirus manusia,
termasuk SARSCoV2, secara in vitro dengan menghambat replikasi MERS, SARSCoV1 dan
SARSCoV2 pada model hewan (Wang Y, et al dalam Awdisma, dkk. 2021).

Mekanisme Kerja:

https://youtu.be/lCzdIhKm-t8

Contoh Obat: Covifor, Desrem, Jubi – R


Efek Samping: Remdesivir yang paling umum: konstipasi, hipoalbuminaemia, hipokalemia,
anemia, trombositopenia, dan peningkatan bilirubin total. (Lukito, 2020)

Penggunaan Klinis: Remdesivir juga diberikan secara intravena dan tersedia sebagai larutan
dan/atau bubuk lyophilized untuk infus selama 30-120 menit. Regimen dosis yang biasanya
direkomendasikan adalah dosis awal 200 mg tunggal pada hari -1 dan 100 mg diberikan sekali
sehari sejak hari ke-2 dan seterusnya. Durasi total pengobatan dengan remdesivir setidaknya 5
hari dan tidak lebih dari 10 hari.(Awdisma, 2021)

Farmakokinetik: Sifat farmakokinetik (PK) remdesivir dan metabolit dominan GS- 441524 yang
beredar telah dievaluasi pada subyek yang sehat (Gilead Sciences Ireland, 2020). Remdesivir
adalah prodrug dengan konsentrasi menurun cepat setelah pemberian intravena (IV) Waktu
paruh plasma, T1⁄2 ~1 jam, yang diikuti dengan munculnya metabolit alanin secara berurutan
antara GS-704277 dan metabolit nukleosida monofosfat GS-441524 (plasma T1⁄2 ~24,5 jam). Di
dalam sel, GS- 441524 dengan cepat diubah menjadi analog trifosfat yang aktif.

Pengikatan protein plasma untuk remdesivir adalah moderat (fraksi bebas 12,1%). Metabolit GS-
704277 dan GS- 441524 menunjukkan ikatan protein plasma rendah dengan fraksi bebas rata-
rata 85%. Remdesivir juga menunjukkan ekskresi ginjal yang rendah (< 10%). Padahal, 49% dari
dosis radiolabel ditemukan sebagai GS-441524 dalam urine.

Interaksi Obat:

-Penurunan efektivitas remdesivir jika digunakan dengan chloroquine atau hydrochloroquine

-Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan warfarin

-Peningkatan risiko terjadinya kerusakan liver jika digunakan dengan methotrexate, obat golongan ACE
inhibitor, atau obat golongan statin, seperti simvastatin atau atorvastatin

Keamanan Obat:

 Tes fungsi hati dan waktu protrombin harus dilakukan pada semua pasien sebelum remdesivir
diberikan dan selama pengobatan sesuai dengan indikasi klinis.

 Remdesivir perlu dihentikan jika tingkat alanine transaminase (ALT) meningkat hingga >10 kali
lipat dari batas normal atas dan harus dihentikan jika terjadi peningkatan kadar ALT dan
ditemukan tanda atau gejala peradangan liver.

 Pasien dengan perkiraan eGFR <50 mL/menit dieksklusi dari beberapa uji klinis; studi lain
memakai batas eGFR <30 mL / menit.

• Remdesivir tidak direkomendasikan untuk pasien dengan eGFR <30 mL / menit.


• Fungsi ginjal harus dipantau sebelum dan selama pengobatan remdesivir sebagaimana
diindikasikan secara klinis.

• Kloroquine atau hydroxychloroquine mungkin dapat menurunkan aktivitas antivirus remdesivir;


penggunaan secara bersamaan obat ini tidak dianjurkan.

• Pasien hamil dieksklusi dari uji klinis yang mengevaluasi keamanan dan efektivitas remdesivir
untuk pengobatan COVID-19, tetapi preliminary reports penggunaan remdesivir pada pasien
hamil terlihat meyakinkan.

• Keamanan dan efektivitas remdesivir untuk pengobatan COVID-19 belum dievaluasi pada
pasien anak berusia <12 tahun atau dengan berat <40 kg.

Anda mungkin juga menyukai