Anda di halaman 1dari 46

OBAT PADA PENYAKIT SISTEM

HEPATOBILIER

dr. Ratna Dwi Sunhaya


Hepatitis Akut

 Adl proses inflamasi yang menyebabkan


kematian sel hepar baik karena nekrosis atau
memicu apoptosis.
 Biasanya disebabkan krn infeksi baik satu
maupun beberapa tipe virus.
 Walaupun agen2 virus ini dpt dibedakan tipenya
dari pemeriksaan serologi berdasarkan
antigennya, umumnya gejala yg ditimbulkan
mirip satu sama lain.
 Hepatitis akut ini juga dapat disebabkan oleh
paparan obat (isoniazid) atau racun (etanol).
Etiologi

A. Hepatitis Virus
 Virus Hepatitis A (HAV)
 Virus Hepatitis B (HBV)
 Virus Hepatitis C (HCV)
 Virus Hepatitis D (HDV)
 Virus Hepatitis E (HEV)
B. Hepatitis Toksik
 Isoniasid
 Valproate
 Halotan
 Fenitoin
 Sulfonamid
 Karbamazepin
 Ofloksasin
 dll
Manifestasi Klinis

 Hepatitis virus akut biasanya bermanifestasi


dalam 3 fase, yaitu :
1. Fase Prodromal
2. Fase Ikterik
3. Fase konvalesens
1. Fase Prodromal
a. Gejala konstitusional yg nonspesifik (malaise,
fatigue, demam ringan)
b. Gejala yg berkaitan dgn gastrointestinal
(anoreksia, mual, muntah, kehilangan sebagian
indera pengecap, rasa tidak nyaman pada
abdomen kuadran kanan atasrefleksi dari
pembesaran hepar)
c. Gejala ekstrahepatik (sakit kepala, batuk,
fotofobia, mialgia, atralgia)
2. Fase Ikterik
a. Jaundice tampak pada sklera, kulit serta
membran mukosa.
b. Gejala ini muncul umumnya bila kadar bilirubin
serum >2,5 mg/dl.
c. Keadaan ini terjadi karena ketidakmampuan
sel hepatosit mengkonjugasikan bilirubin juga
krn gagalnya ekskresi bilirubin ke empedu
disebabkan kolestasis intrahepatik atau
obstruksi posthepatik.
d. Perubahan warna pada feses (mjd lebih putih)
dan warna urin yg menjadi lebih gelap.
3. Fase konvalesens
a. Ditandai oleh hilangnya gejala konstitusional.
b. Tapi tes fungsi hepar masih menunjukkan
adanya kelainan.
 Pada pemeriksaan fisik mungkin dapat
ditemukan hepatomegali, splenomegali kadang-
kadang limfadenopati.
Pemeriksaan Laboratorium

 Bilirubin urin (+)


 Bilirubin direk >10mg/dl
 Peningkatan SGPT dan SGOT
 Petanda Hepatitis
a. IgM anti HAV  Hep. A
b. HBsAg, IgM anti HBc  Hep. B
c. Anti HCV  Hep. C
d. Anti HDV  Hep. D
e. IgM anti HEV  Hep. E
Diagnosis Banding

 Drug induced hepatitis


 Hepatitis bakterialis
 Hepatitis parasitik
 Hepatitis oleh krn toksin
 Metabolic Liver Disorders
Penyulit

 Hepatitis kronik persisten (Hep. B,C,D)


 Hepatitis kronik aktif
 Hepatitis fulminan
 Hepatoma
 Sirosis Hepatis
 Prolonged Cholestasis
Terapi

 Terdapat dua kategori obat dalam


pengobatan hepatitis (khususnya hepatitis
B), yaitu :
1. Analog nukleosida (Lamivudin, adefovir)
2. Imunomodulator (interferon alfa, pegylated
interferon alfa)
Lamivudin

 Analog sitosin
 Waktu paruhnya 2,5 jam.
 Di eliminasi dlm urin dlm keadaan utuh dan
dosis hrs dikurangi pada pasien dgn gagal
ginjal atau dgn berat badan yg rendah.
 Efek samping : sakit kepala, insomnia, fatig
dan gastrointestinal discomfort.
Lamivudin

Mekanisme kerja:
 metabolisme di hepatosit  trifosfat yang aktif.
 Menghentikan sintesis DNA, secara kompetitif
menghambat polimerase virus (reverse
transcriptase, RT).
 Dosis
 Dewasa : peroral 100 mg/hari
 Anak-anak : 1 mg/kg – 100 mg/hari
Lama terapi yang dianjurkan adalah 1 tahun pada
pasien HbeAg negatif; dan lebih dari 1 tahun pada
pasien Hbe positif.
 Lamivudin bekerja mensupresi HBV DNA dgn
cara menurunkan jumlah replikasi virus.
 Penggunaan jangka panjang lamivudin (8-9
bulan) akan menyebabkan terjadinya mutasi
virus yg berakibat resistensi terhadap lamivudin.
 Tanda terjadinya mutasi ini bila ditemukan
kembali HBV DNA.
 Secara umum lamivudin relatif aman bila
digunakan pada dosis terapi.
Adefovir

 Awalnya adefovir digunakan untuk terapi


HIV, tetapi saat ini pada dosis yg rendah
disetujui utk terapi HBV.
 Analog adenosin monofosfat.
 Mengalami fosforilasi oleh kinase sel menjadi
metabolit aktif difosfat, kemudian
menghambat polimerase HBV DNA sehingga
rantai virus terputus.
 Sebaiknya tidak dimakan bersamaan dgn
makanan karena tidak akan efektif.
 Kadar puncak dalam serum dicapai setelah 1,75
jam pemberian.
 Waktu paruhnya 7,5jam.
 Diekskresikan melalui ginjal (filtrasi glomerulus
dan sekresi aktif tubulus).
 Dosis harus dimodifikasi pada pasien gagal
ginjal.
 Hingga saat ini tidak ditemukan adanya
resistensi terhadap penggunaan adefovir selama
1 tahun.
 Penggunaan jangka panjang harus hati-hati
pada pasien dengan disfungsi ginjal.
 Dosis: Peroral dosis tinggal 10 mg/hari
 ES: peningkatan kreatinin serum ≥0,5 mg/dl
diatas baseline pada 13% pasien
Interferon Alfa

 Interferon merupakan protein endogen.


 Aktivitas antiproliferatif melalui proses
metabolik sel melibatkan sintesis RNA dan
protein.
 Bekerja dgn cara berikatan dengan membran
reseptor yg spesifik dan menginisiasi terjadinya
beberapa kejadiaan intraseluler yg berkaitan dgn
induksi enzim, supresi proliferasi sel, aktivitas
imunomodulatori, serta menginhibisi replikasi
virus.
 Interferon alfa dapat digunakan untuk terapi
infeksi HBV dan HCV.
 Interferon alfa-2b merupakan satu-satunya
sediaan yg diperbolehkan pada terapi infeksi
HBV dan infeksi hepatitis C akut.
 Beberapa sediaan interferon juga dapat
digunakan pada infeksi hepatitis C kronik seperti
interferon alfa-2a,interferon alfa-2b, interferon
alfacon-2,pegylated interferon alfa-2a dan
pegylated interferon alfa-2b.
 Biasanya pemberiannya dikombinasikan dgn
ribavirin oral.
 Interferon alfa-2a dan 2b biasanya diberikan scr
intramuskular atau subkutan. Sedangkan
interferon alfacon-1 diberikan scr subkutan.
 Pada pemberian intramuskular, konsentrasi
puncak pada serum dicapai stlh 4 jam
pemberian.
 Sedangkan pada pemberian subkutan
konsentrasi puncak dicapai setelah 7 jam.
 Waktu paruhnya 2-5 jam tergantung pada rute
pemberian.
 Interferon alfa dimetabolisme di hepar dan
mengalami filtrasi oleh glomerulus ginjal.
 Efek samping yg sering terjadi adalah flu-like
syndrome pada 30% penderita.
Entekavir

 Mekanisme kerja:
 mengalami fosforilasi menjadi bentuk
trifospat yang aktif,
 berperan sebagai kompetitor substrat natural
(deoksiguanosin trifosfat) serta menghambat
HBV polimerase.
Entekavir

 Farmakokinetik
Entekavir diabsorpsi baik peroral. Cmax tercapai
antara 0,5-1,5 jam setelah pemberian,
tergantung dosis. Entekavir dimetabolisme
dalam jumlah kecil dan bukan merupakan
substrat sistem sitokrom P450. Waktu paruhnya
pada pada pasien dengan fungsi ginjal normal
adalah 77-149 jam. Entekavir dieliminasi
terutama lewat filtrasi glomerulus dan sekresi
tubulus.
Entekavir

 Dosis
Peroral 0,5 mg/hari dalam keadaan perut
kosong. Pada pasien yang gagal terapi dengan
lamivudin, pemberian entekavir ditingkatkan
hingga 1 mg/hari
 Efek samping
sakit kepala, infeksi saluran nafas atas, batuk,
nasofaringitis, fatigue, pusing, nyeri abdomen
atas dan mual.
Methisoprinol

 kompleks alkil amino alkohol dari inosin yang


digunakan untuk berbagai infeksi virus.
 Mekanisme kerja
Dengan memodifikasi atau merangsang
proses- proses imunitas dan membunuh virus
secara tidak langsung dengan cara mencegah
replikasi virus. meningkatkan sintesa protein
dan nukleoprotein.
 Isoprinosine merupakan salah satu obatnya
isoprinosine®

 mempunyai aktivitas antivirus nonspesifik


dan berspektrum luas
 Kontraindikasi: Hati-hati Pada pasien-pasien
pirai (gout, asam urat),
 Dosis
 Dosis anak : 50-100mg/kgBB/hari terbagi
dalam 4-6 dosis 4- 10 hari
 Dosis dewasa : 4-6 kali 1-2 sdt
HEPATOPROTEKTOR

 Menurunkan aktivitas inflamasi dan


progresivitas penyakit.
 Klasifikasi hepatoprotektor yaitu: (Katzung,
2010)
• Herbal preparation (silymarin, asam glisirizin)
• Asam amino dan derivatnya (Ademethionine)
• Asam empedu (asam ursodeoksikolat,
kenodeoksikolat)
• Vitamin dan antioksidan
1. Herbal Preparation
Milk Thistle (Silybum marianum)

 Buah dan biji tanaman milk thistle


mengandung campuran lipofilik berbagai
flavonolignan yang disebut sebagai silymarin.
 Silymarin terdiri atas tiga isomer utama,
yakni silybin (juga dikenal sebagai silybinin
atau silibi-nin), silychristin (silichristin), dan
silydianin (silidianin)
 untuk kanker kulit, paru, kandung kemih,
kolon, lidah, payudara, dan kanker prostat
Uji Klinis
 Mengobati hepatitis viral akut dan kronik
 Penyakit hati alkoholik
 Kerusakan hati yang diinduksi oleh toksin pada
pasien manusia
 Silybin parenteral sebagai anti dotum pada
keracunan jamur Amanita phalloides
Efek Samping jarang
Interaksi antar obat dan peringatan tidak ada
laporan.
Dosis: 280-420 mg per hari, dihitung sebagai
silybin, dalam tiga dosis terbagi (Katzung, 2010).
2. Asam Amino dan Derivatnya

 ADEMETIONINE
 S-adenosyl-methionine (SAMe)
 secara endogen disintesis dari methionine dan
adenosine
 bahan dalam pembentukan glutathione, sebuah
peptida larut air yang membantu melawan radikal
bebas
 ademetionine juga membantu hepar memproses
lemak (perlindungan terhadap perlemakan hepar)
 perlindungan terhadap penyakit jantung
 Farmakokinetika
 Transmetilasi  sintesis fosfolipid, menyediakan
fluiditas membran dan polarisasi yang berperan
penting dalam sintesis empedu
 Transsulfurasi  gangguan thd reaksi ini
mengarah pada defisiensi glutathione yang
dapat menurunkan stabilitas hepatosit terhadap
efek merusak radikal bebas
 Sintesis poliamin  secara langsung
berhubungan dengan proses proliferasi
hepatosit dan regenerasi hepar
3.Asam Empedu: terapi kolestatis

Asam Kenodeoksikolat

 Asam Ursodeoksikolat
Asam kenodeoksikolat

 Indikasi
pelarutan batu empedu
 Kontraindikasi :
batu radio-opak, kehamilan, kandung
empedu tidak berfungsi, penyakit hati kronik,
penyakit radang dan kondisi lain dari usus
halus dan kolon yang mengganggu sirkulasi
enterohepatik garam-garam empedu
Asam kenodeoksikolat

 Dosis
10-15 mg/kg/hari sebagai dosis tunggal
menjelang tidur malam atau dalam dosis
terbagi selama 3-24 bulan
 Efek samping
Diare, gatal-gatal, gangguan hati ringan,
dan transminase serum naik sementara.
Asam kenodeoksikolat

 Interaksi Obat
Beberapa obat yang dapat berinteraksi
dengan obat ini meliputi: estrogen (seperti
estradiol, pil estrogen, pil KB), "pengencer
darah" (seperti warfarin).
Dianjurkan juga untuk melakukan diet
kolesterol rendah (meningkatkan laju
pelarutan batu empedu sampai 2 kali lipat).
Asam kenodeoksikolat

 Mekanisme Kerja
Setelah penyerapan, chenodiol dapat
terkonjugasi dengan glisin atau taurin dalam
hati dan dengan cepat menuju empedu,
chenodiol terkonjugasi ini kemudian diserap
di ileum terminal dan jejunum,
menyelesaikan siklus enterohepatik.
Asam Ursodeoksilat
Indikasi
o batu empedu kecil nonkalsifikasi (<5-10 mm)
o sirosis empedu primer.
o Kolestasis intrahepatik.
o Penderita yang mempunyai resiko tinggi atau
yang menolak untuk operasi kandung empedu.
Asam Ursodeoksilat

Kontraindikasi:
 Batu empedu kalsifikasi, batu radioopak,
batu radiolusen, pigmen empedu.
 Kandung empedu tidak berfungsi.
 Penyakit peradangan dan kelainan pada
usus halus.
 Hipersensitif terhadap komponen ini.
Asam Ursodeoksilat

 Dosis
8-12 mg/kg/sehari dalam dua dosis
terbagi, selama 2 tahun; pengobatan
dilanjutkan selama 3-4 bulan setelah batu
nya melarut.
Sirosis empedu primer 10-15
mg/kg/sehari dalam 2-4 dosis terbagi
 Efek samping
Mual, Muntah, nyeri perut, Perut
kembung, Trombositopenia, Pruritus, Rash,
konstipasi
Asam Ursodeoksilat
 Mekanisme kerja
Ursodiol mengurangi kandungan
kolesterol dalam empedu dengan
mengurangi sekresi kolesterol oleh hati.
terkonjugasi dengan glisin atau taurin, dan
diekskresikan dalam empedu, sebagian kecil
dimetabolisme sulfat konjugat asam
lithocholic yang diekskresikan dalam empedu
& dieliminasi dalam feses.
Asam Ursodeoksilat

 Interaksi Obat
Kolestiramin atau aluminium
hidroksida menghambat penyerapan
ursodeoxyvholic acid.
Pemberian estrogen, kontrasepsi oral
dapat melawan aktifitas ursodeoxycholic
acid.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai