Anda di halaman 1dari 48

REFERAT

tatalaksana Hepatitis B dan C


Oleh :
Rahayu Sri Wahyuni
(41181396100077)

Pembimbing :
dr. Julius R. Samban, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH DR. CHASBULLAH ABDUL MADJID BEKASI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
Tatalaksana Hepatitis B
Akut
Tatalaksana Hepatitis B Akut

Umumnya bersifat suportif,


meliputi : Tirah baring dan
menjaga asupan nutrisi & cairan
tetap adekuat

Bila terjadi komplikasi hepatitis fulminan,


Sekitar 95% kasus hepatitis B
maka dapat diberikan lamivudine 100-
akut akan mengalami resolusi
150mg/hari hingga 3 bulan setelah
dan serokonversi spontan tanpa
serokonversi atau setelah muncul anti-
terapi antiviral.
Hbe pada pasien HbsAg positif
Tatalaksana Hepatitis B
Kronik
Penilaian progresifitas penyakit
hati dilakukan dengan
pemeriksaan penanda biokimia

Pengkajian
Sebelum Penyebab penyakit hati lain
harus dievaluasi (koinfeksi VHC
memulai atau HIV)

Terapi
Nilai DNA VHB, ALT serum dan
gambaran histologis hati
Tujuan Terapi
Indikasi Terapi
• Pengobatan harus segera dimulai untuk individu segala usia dengan penyakit Hepatitis B
kronik aktif (ditandai dengan nilai abnormal ALT >2, HBV DNA (+), (+)/(-) HBeAg) atau bila
biopsi hati menunjukkan kerusakan yang signifikan (skor inflamasi sedang-berat, skor
fibrosis METAVIR > 2)

4 Kombinasi kriteria indikasi

1. Nilai DNA VHB serum 2. Status HBeAg 3. Nilai ALT 4. Gambaran histologis hati
Terapi pada
HBeAG (+)
Terapi pada
HBeAG (-)
Pada kelompok HBeAg negatif
Pada kelompok HBeAg positif
terapi tetap diberikan hingga DNA-
terapi ditujukan agar terjadi
VHB tidak terdeteksi lagi selama
serokonversi menjadi HBeAg
paling sedikit 2x pemeriksaan
negatif
dalam selang waktu 6 bulan
POLA DIET FARMAKOTERAPI TRANSPLANTASI

Pembagian
Tatalaksana

ANALOG PEG-
NUKLEOS(T)IDA INTERFERON
Pola diet
• Pasien akut atau kronik hepatitis tanpa sirosis, tidak ada batasan
dalam diet.
• Indikasi pembatasan diet adalah untuk pasien dengan sirosis
dekompensata (dengan hipertensi porta, ensefalopati)

Diet rendah natrium (1,5g/hari)

Diet tinggi protein (daging putih :


ayam, ikan)

Restriksi cairan (1,5L/hari) jika


hiponatremia
Farmakoterapi

Keduanya bekerja sebagai


Modalitas terapi yang antivirus sekaligus
tersedia berupa Pegylated immunomodulator,
interferon Alfa (PEG-IFN-a) namun memiliki
dan analog nukleos(t)ida. keunggulan dan efek
samping yang berbeda
Regimen Terapi

Terapi Terapi
durasi jangka
terbatas panjang
Interferon Nukleos(t)ida

Efek samping pengobatan berat


Rekomendasi obat

Lini pertama Lini kedua

Pegylated
Lamivudin
infterferon

Entecavir Adefovir

Tenovofir Telbivudin
Efektivitas Dosis Resistensi
PEG-Interferon 30% Tidak ada
PEG-IFN2a 180µg/minggu SC
PEG-IFN2b 1-1,5µg/KgBB/minggu SC

Efektivitas Dosis Resistensi


Analog Nukleos(t)ida <50% 70% pada 5 tahun
1. Analog nukleosida : <70% 30% pada 5 tahun
Lamivudin (3TC) 100mg/hari PO <1%
Telbivudin (LdT) 600mg/hari PO
Entecavir (ETV) 0,5-1mg/hari PO 30-40%

2. Analog nukleotida >90%


Adevofir (ADV) 10mg/hari PO
Tenofovir (TDF) 300mg/hari PO
Kontraindikasi IFN
• Psikosis atau depresi tidak terkontrol, epilepsi, penyakit autoimun
• Sirosis dekompensata
• Hamil/tidak ingin menggunakan kontrasepsi/sedang menyusui
• Infeksi berat
• Hipertensi, gagal jantung, diabetes, PPOK yang tidak terkontrol
• Akan menjalani tranplanstasi organ (kec transplantasi hepar)
Pemantauan terapi
• Pemeriksaan DNA VHB, HBeAg, anti Hbe dan ALT dilakukan setiap 3-6 bulan
selama terapi
• Waspada terjadi penurunan fungsi ginjal terutama pada pasien sirosis yang
memakai tenofovir dan adefovir, monitoring lebih sering sekurang-kurangnya 3
bulan.
• Pemeriksaan HBsAg pada akhir terapi
• Pemeriksaan HBeAg, ALT dan DNA VHB dilakukan tiap bulan pada 3 bulan
pertama terapi dihentikan. Kemudian lanjut tiap 3 bulan selama 1 tahun.
Penghentian terapi Analog nukleos(t)ida

Pada pasien HBeAg positif tanpa sirosis :


Pada pasien HBeAg negatif tanpa sirosis :
serokonversi HBeAg dengan DNA VHB tidak
terapi bisa dihentikan bila tercapai
terdekteksi yang dipertahankan paling tidak
hilangnya HBsAg
12 bulan

Pada pasien HBeAg positif dengan sirosis


Pada pasien HBeAg negatif dengan sirosis :
yang sudah mencapai serokonversi HBeAg :
terapi dilanjutkan seumur hidup
terapi dilanjutkan seumur hidup
Tatalaksana Hepatitis C
Akut
Pemeriksaan awal

• Status HCV • Fungsi hati


Serologi anti-HCV, HCV SGOT/SGPT, albumin-
RNA & genotip globulin, usg hepar
Prioritas terapi

• Fibrosis lanjut/sirosis
• Manifestasi ekstrahepatik
• HCV kambuh pasca transplantasi hati
• Kelompok resiko tinggi terinfeksi
• Penyakit komorbid : HIV, diabetes,
hepatitis B
• Regimen terapi hepatitis C akut adalah :
Monoterapi dengan peg-INF α selama 24 minggu

Dosis peg-INF α -2a = 180 µg/minggu SK

Dosis peg-INF α – 2b = 1,5 µg/minggu SK

Bila gagal, pasien dimasukkan dalam terapi Hepatitis C kronis


• Infeksi VHC akut juga dapat diterapi menggunakan regimen :

sofosbuvir/ledipasvir (genotipe 1,4,5 atau 6) dan

kombinasi sofobusvir daclatasvir (semua genotipe) selama 8 minggu.

• Apabila terdapat koinfeksi HIV atau kadar RNA VHC>1juta IU/ml terapi
diperpanjang menjadi 12 minggu.

Direktorat jenderal pencegahan dan pengendalian penyakit kementrian kesehatan RI. 2017
Tatalaksana Hepatitis C
Kronik
Pengkajian Sebelum memulai Terapi

Mencari penyebab lain dari Menilai derajat keparahan


penyakit hati kronis penyakit hati kronis

ko-infeksi HBV dan HIV, penyakit hati Penting untuk menilai prognosis,
alkoholik, penyakit hati non- respon terapi, dan kesintasan
alkoholik, maupun autoimun karsinoma hepatocelular
Tujuan Terapi
• Mencegah komplikasi penyakit hati fibrosis, sirosis, KHS, hingga kematian
• Target terapi antivirus ditujukan untuk mencapai SVR (sustained viral response), yaitu :
tidak terdeteksinya RNA HCV (50 IU/mL) selama 24 minggu pasca terapi antivirus

Direktorat jenderal pencegahan dan pengendalian penyakit kementrian kesehatan RI. 2017
Inisiasi dan Regimen Terapi
• Regimen standar (terutama genotipe 1 dan 4) ialah peg-interferon α
(peg-INF α) kerja panjang yang dikombinasikan
dengan ribavirin
Peg-INF
Ribavirin
α
Peg-INF α-2a BB = < 75 kg
(dosis 180 Dosis
μg/minggu SK) 1000mg/hari PO

Peg-INF α-2b BB >75 kg


(dosis 1,5 Dosis
μg/minggu SK) 1200mg/hari PO
Pedoman penggunaan peg-INF- α &
Ribavirin
• Kombinasi ini dapat digunakan untuk terapi Hepatitis C kronis sedang
hingga berat pada pasien usia 18 tahun, yang :

Belum diterapi dengan interferon α atau peg-interferon α

Sebelumnya diterapi dengan interferon α tunggal atau dikombinasi dengan ribavirin

Tidak respons dengan terapi peg-interferon α tunggal atau respons tetapi mengalami kekambuhan

Pionas.pom.go.id
Jenis terapi hepatitis C

Berbasis
Berbasis Interferon
Direct-Acting Antiviral
(IFN)
(DAA)
Translasi dan prosesing poliprotein
REPLIKASI RNA HCV
DAA
1. NS3/4A inhibitor

Simeprevir, grazoprevir, paritaprevir glecoprevir,


voxilaprevir.
DAA
2. NS5A inhibitor

Daclatasvir, ledipasvir, ombitasvir, elbasvir, pelpatasvir,


pibrentasvir
DAA
3. NS5B inhibitor

Sofosbuvir, dasabuvir
Komponen DAA

• Kombinasi lebih dari satu obat dengan komponen berbeda


• Ada DAA yang aktif pada genotip HCV tertentu
• Ada yang bersifat pan genotip seperti
Sofobusfir/Daclatasvir
Sofobusvir/velvatasvir
Sofobusvir/ pibrentasvir
• Ada yang memiliki barrier resisten
Indikasi
Terapi

Direktorat jenderal pencegahan dan pengendalian penyakit kementrian kesehatan RI. 2017
Regimen terapi pada
Infeksi Hepatitis C Kronik
Tanpa Sirosis
Regimen terapi pada
Infeksi Hepatitis C Kronik
Dengan Sirosis kompensata
Regimen terapi pada
Infeksi Hepatitis C Kronik
Dengan Sirosis
dekompensata
Penyederhanaan regimen untuk semua
genotip

• Sofosbuvir 400 mg/velpatasvir 100 mg selama


12 minggu
• Glecaprevir 300 mg/ pibrentasvir 120 mg
selama 12 minggu

• Untuk pasien gagal ginjal


Sofobuvir tidak disarankan jika eGFR<30
Untuk pasien dekompensata

• Terapi dilakukan di fasilitas lengkap dan berpengalaman


• Genotip 1,4,5 dan 6 dianjurkan untuk regimen SOF/LDV
• Semua genotip dapat diberikan sofobuvir, velpatasvir
• Tanpa ribavirin 24 minggu, dengan ribavirin 12 minggu
Perhatian khusus

• Obat pencetus cytochrome P450 atau glikoprotein-p : karbamazepin dan


fenitoin
• Sirosis dekompensata : protease inhibitor NS3-4A
• eGFR <30 ml/menit/1,73 : sofosbuvir masih dapat dipakai jika tidak ada
alternatif lain, dengan pemantauan ketat.
• Obat DAA belum pernah di tes pada kehamilan

Anda mungkin juga menyukai