Gambar 1. Algoritma kejang akut dan status epileptikus IDAI 20161
Seorang anak perempuan usia 1 tahun dengan BB 9 kg mengalami demam dan kejang kurang lebih delapan menit dan dibawa oleh ayah dan ibunya ke RS Fatmawati. Saat tiba di IGD pasien diberikan terapi berdasarkan time line algoritma tatalaksana kejang demam yaitu diazepam rektal 5 mg, karena BB pasien kurang dari 12 kg, namun jika BB pasien lebih dari 12 kg maka, dosis yang diberikan 10 mg, Selanjutnya di observasi selama 5 menit, dan pasien tersebut masih kejang, pemberian diazepam rektal diulangi dengan dosis yang sama karena pemberian diazepam rektal dapat diulangi maksimal 2 kali pemberian dengan jarak pemberian 5 menit.
Selanjutnya dalam 10 menit kemudian, pasien masih belum membaik, dan
pasien diberikan diazepam IV 0,2-0,5 mg/KgBB yang diberikan dengan kecepatan 2 mg/menit dengan dosis maksimal 10 mg, dapat juga diberikan midazolam 0,2 mg/KgBB IM buccal dengan dosis maksimal 10 mg. Jika terapi sudah diberikan pada pasien namun pasien tidak membaik, maka dilakukan loading pada pasien dengan diberikan Fenitoin 20 mg/KgBB IV dalam 50 ml NaCL 0,9% selama 20 menit, jika masih kejang di berikan loading dengan Phenobarbital 20 mg/KgBB IV dan pasien masuk ke ruang ICU.
Setelah diberikan terapi tersebut pasien membaik, dan diberikan terapi
rumatan dengan mempertimbangkan pemberian Fenitoin IV rumatan 5-10 mg/kg dibagi dengan 2 dosis atau Fenobarbital 3-5 mg/kg/hari dalam 2 dosis. Namun Jika pasien tidak membaik dan tetap kejang maka pasien masuk ke status epilepsi refrakter dan diberikan terapi dengan pilihan midazolam bolus 100-2000 mcg/kg IV, propofol bolus 1-3 mg/kg, pentobarbital bolus 5-15 mg/kg. Daftar Pustaka
1. Ismael S, Pusponegoro HD, Widodo DP, Mangunatmadja I, Handryastuti
S, Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam, Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016.