100%(2)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (2 suara)
2K tayangan2 halaman
Dokumen ini memberikan panduan praktik klinis untuk kasus trauma kimia mata di puskesmas. Trauma kimia mata adalah masuknya zat kimia ke mata yang dapat menyebabkan kerusakan berat dan kebutaan. Pemeriksaan akan menunjukkan hiperemia, defek epitel, dan penurunan visus. Penatalaksanaan meliputi irigasi mata segera dengan cairan hingga pH normal dan rujuk ke dokter spesialis mata. Pencegahan
Dokumen ini memberikan panduan praktik klinis untuk kasus trauma kimia mata di puskesmas. Trauma kimia mata adalah masuknya zat kimia ke mata yang dapat menyebabkan kerusakan berat dan kebutaan. Pemeriksaan akan menunjukkan hiperemia, defek epitel, dan penurunan visus. Penatalaksanaan meliputi irigasi mata segera dengan cairan hingga pH normal dan rujuk ke dokter spesialis mata. Pencegahan
Dokumen ini memberikan panduan praktik klinis untuk kasus trauma kimia mata di puskesmas. Trauma kimia mata adalah masuknya zat kimia ke mata yang dapat menyebabkan kerusakan berat dan kebutaan. Pemeriksaan akan menunjukkan hiperemia, defek epitel, dan penurunan visus. Penatalaksanaan meliputi irigasi mata segera dengan cairan hingga pH normal dan rujuk ke dokter spesialis mata. Pencegahan
TRAUMA KIMIA MATA 1. Pengertian (definisi) Trauma kimia mata adalah salah satu kasus kedaruratan mata, umumnya terjadi karena masuknya zat-zat kimia ke jaringan mata dan adneksa di sekitarnya. Keadaan ini memerlukan penanganan cepat dan segera oleh karena dapat mengakibatkan kerusakan berat pada jaringan mata dan menyebabkan kebutaan. Zat kimia penyebab dapat bersifat asam atau basa. Trauma basa terjadi dua kali lebih sering dibandingkan trauma asam dan umumnya menyebabkan kerusakan yang lebih berat pada mata. Selain itu, beratnya kerusakan akibat trauma kimia juga ditentukan oleh besarnya area yang terkena zat kimia serta lamanya pajanan. 2. Anamnesis 1. Mata merah, bengkak dan iritasi ( subjective) 2. Rasa sakit pada mata 3. Penglihatan buram 4. Sulit membuka mata 5. Rasa mengganjal pada mata 6. Riwayat pajanan terhadap zat kimia seperti detergen, desinfektan, pelarut kimia, cairan pembersih rumah tangga, pupuk, pestisida, dan cairan aki 3. Pemeriksaan fisik Dengan bantuan senter dan lup, dapat ditemukan kelainan berikut ( objective) ini: 1. Hiperemia konjungtiva 2. Defek epitel kornea dan konjungtiva 3. Iskemia limbus kornea 4. Kekeruhan kornea dan lensa
Pemeriksaan visus menunjukkan ada penurunan ketajaman
penglihatan. Bila tersedia, dapat dilakukan tes dengan kertas lakmus untuk mengetahui zat kimia penyebab 1. Bila kertas lakmus terwarnai merah, maka zat penyebab bersifat asam 2. Bila kertas lakmus terwarnai biru, maka zat penyebab bersifat basa . 4. Kriteria diagnosa Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. 5. Diagnosis kerja Trauma kimia mata 6. Kode diagnosis No. ICPC-2 : f79 injury eye other No. ICD-10 : t26 burn and corrosion confined to eye and adnexa No. ICD-9 : 940.9 Unspecified burn of eye and adnexa 7. Diagnosis banding - 8. Pemeriksaan Tidak diperlukan penunjang 9. Tatalaksana 1. Segera lakukan irigasi mata yang terkena zat kimia dengan cairan mengalir sebanyak mungkin dan nilai kembali dengan kertas lakmus. Irigasi terus dilakukan hingga tidak terjadi pewarnaan pada kertas lakmus. 2. Lakukan eversi pada kelopak mata selama irigasi dan singkirkan debris yang mungkin terdapat pada permukaan bola mata atau pada forniks. 3. Setelah irigasi selesai dilakukan, nilai tajam penglihatan, kemudian rujuk segera ke dokter spesialis mata di fasilitas sekunder atau tersier
10. Edukasi Anjuran untuk menggunakan pelindung (kacamata / goggle,
sarung tangan, atau masker) pada saat kontak dengan bahan kimia 11. Prognosis 1. Ad vitam : bonam 2. Ad functionam : dubia 3. Ad sanationam : dubia 12. Evidence I/II/III/IV 13. Tingkat A/B/C/D rekomendasi 14. Penelaah kritis Dokter puskesmas 15. Indikator terkontrol - 16. Kriteria rujukan Setelah penanganan awal dengan irigasi, rujuk pasien ke dokter spesialis mata untuk tatalaksana lanjut
17. Persiapan rujukan -
18. Kepustakaan 1. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor hk.02.02/menkes/514/2015 tentang panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.