Anda di halaman 1dari 2

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

UPTD. PUSKESMAS POTO TANO


TRAUMA KIMIA MATA
1. Pengertian (definisi) Trauma kimia mata adalah salah satu kasus kedaruratan mata,
umumnya terjadi karena masuknya zat-zat kimia ke jaringan mata
dan adneksa di sekitarnya. Keadaan ini memerlukan penanganan
cepat dan segera oleh karena dapat mengakibatkan kerusakan
berat pada jaringan mata dan menyebabkan kebutaan. Zat kimia
penyebab dapat bersifat asam atau basa. Trauma basa terjadi dua
kali lebih sering dibandingkan trauma asam dan umumnya
menyebabkan kerusakan yang lebih berat pada mata. Selain itu,
beratnya kerusakan akibat trauma kimia juga ditentukan oleh
besarnya area yang terkena zat kimia serta lamanya pajanan.
2. Anamnesis 1. Mata merah, bengkak dan iritasi
( subjective) 2. Rasa sakit pada mata
3. Penglihatan buram
4. Sulit membuka mata
5. Rasa mengganjal pada mata
6. Riwayat pajanan terhadap zat kimia seperti detergen,
desinfektan, pelarut kimia, cairan pembersih rumah
tangga, pupuk, pestisida, dan cairan aki
3. Pemeriksaan fisik Dengan bantuan senter dan lup, dapat ditemukan kelainan berikut
( objective) ini:
1. Hiperemia konjungtiva
2. Defek epitel kornea dan konjungtiva
3. Iskemia limbus kornea
4. Kekeruhan kornea dan lensa

Pemeriksaan visus menunjukkan ada penurunan ketajaman


penglihatan. Bila tersedia, dapat dilakukan tes dengan kertas
lakmus untuk mengetahui zat kimia penyebab
1. Bila kertas lakmus terwarnai merah, maka zat penyebab
bersifat asam
2. Bila kertas lakmus terwarnai biru, maka zat penyebab
bersifat basa
.
4. Kriteria diagnosa Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
5. Diagnosis kerja Trauma kimia mata
6. Kode diagnosis No. ICPC-2 : f79 injury eye other
No. ICD-10 : t26 burn and corrosion confined to eye and adnexa
No. ICD-9 : 940.9 Unspecified burn of eye and adnexa
7. Diagnosis banding -
8. Pemeriksaan Tidak diperlukan
penunjang
9. Tatalaksana 1. Segera lakukan irigasi mata yang terkena zat kimia
dengan cairan mengalir sebanyak mungkin dan nilai
kembali dengan kertas lakmus. Irigasi terus dilakukan
hingga tidak terjadi pewarnaan pada kertas lakmus.
2. Lakukan eversi pada kelopak mata selama irigasi dan
singkirkan debris yang mungkin terdapat pada permukaan
bola mata atau pada forniks.
3. Setelah irigasi selesai dilakukan, nilai tajam penglihatan,
kemudian rujuk segera ke dokter spesialis mata di fasilitas
sekunder atau tersier

10. Edukasi Anjuran untuk menggunakan pelindung (kacamata / goggle,


sarung tangan, atau masker) pada saat kontak dengan bahan kimia
11. Prognosis 1. Ad vitam : bonam
2. Ad functionam : dubia
3. Ad sanationam : dubia
12. Evidence I/II/III/IV
13. Tingkat A/B/C/D
rekomendasi
14. Penelaah kritis Dokter puskesmas
15. Indikator terkontrol -
16. Kriteria rujukan Setelah penanganan awal dengan irigasi, rujuk pasien ke dokter
spesialis mata untuk tatalaksana lanjut

17. Persiapan rujukan -


18. Kepustakaan 1. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
hk.02.02/menkes/514/2015 tentang panduan praktik klinis
bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Anda mungkin juga menyukai