PENYAKIT HATI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori Farmakologi Kemoterapi
FARMASI 3 C
Penyusun :
1. Dian Eka Nugraha
2. Mohammad Rizkie Rienaldi
3. Muhammad Gilang Ramadhan
4. Rizky Ramdhani
5. Tora Aditya Yospana
6. Rifky Rifaldhi
7. Annisa Septiana P
8. Ayu Rahayu
9. Bellasyana Novismara S
10. Dede Karmilawati
11. Desy Apriani
12. Divina Valiencia
13. Dita Meiliawati
14. Eneng Dina Tresnawati
15. Farida Sonya
16. Fatma Azzahra
17. Fatimah Nurul
18. Lely Oktavia
19. Meilina Putri P
20. Nesvi Nur Ayu A
21. Nurul Aini
22. Popi Dwi Nopiani
23. Syifa Ul Zannah
24. Siti Nurmayanti
25. Nopi Harisa
Penyakit Hati
Hati merupakan organ intestinal paling besar dalam tubuh manusia.
Beratnya rata-rata 1,2 1,8 kg atau kira-kira 2,5% berat badan orang dewasa. Di
dalamnya terjadi pengaturan metabolism tubuh dengan fungsi yang sangat
kompleks dan juga proses-proses penting lainnya bagi kehidupan, seperti
penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan
metabolism kolesterol dan detoksifikasi racun atau obat yang masuk ke dalam
tubuh.
Gangguan fungsi hati seringkali dihubungkan dengan beberapa penyakit
hati tertentu. Beberapa pendapat membedakan penyakit hati menjadi penyakit hati
akut atau kronis. Dikatakan akut apabila kelainan-kelainan yang terjadi
berlangsung sampai dengan 6 bulan, sedangkan penyakit hati kronis berarti
gangguan yang terjadi sudah berlangsung lebih dari 6 bulan. Ada satu bentuk
penyakit hati akut yang fatal, yakni kegagalan hati fulminan yang berarti
perkembangan mulai dari timbulnya penyakit hati hingga kegagalan hati yang
berakibat kematian (fatal) terjadi dalam waktu kurang dari 4 minggu.
Beberapa penyebab penyakit hati antara lain :
1. Infeksi virus hepatitis, dapat ditularkan melalui selaput mukosa, hubungan
seksual atau darah (parenteral).
2. Zat-zat toksik, seperti alkohol atau obat-obat tertentu.
3. Genetik atau keturunan, seperti hemokromatosis.
4. Gangguan imunologis, seperti hepatitis autoimun, yang ditimbulkan
karena adanya perlawanan sistem pertahanan tubuh terhadap jaringan
tubuhnya sendiri. Pada hepatitis autoimun, terjadi perlawanan terhadap
sel-sel hati yang berakibat timbulnya peradangan kronis.
5. Kanker, seperti hepatoseluler karsinoma, dapat disebabkan oleh senyawa
karsinogenik antara lain aflatoksin, polivinil klorida (bahan pembuat
plastik), virus, dan lain-lain. Hepatitis B dan C maupun sirosis hati juga
dapat berkembang menjadi kanker hati.
A.
Hepatitis A
1.
EPIDEMIOLOGI
Hepatitis A dapat menyerang segala usia. Pada anak-anak sering
3.
FAKTOR RISIKO
-
ETIOLOGI
Virus hepatitis A (Hepatitis A Virus=HAV) merupakan Hepatovirus
PATOFISIOLOGI
-
5.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda dan gejala:
-
Hilang nafsu makan, mual, muntah, lelah, rasa tidak enak badan,
demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen bagian kanan atas.
6.
DIAGNOSIS
-
Pemeriksaan fisik
Hepatomegali
Tes laboratorium
7.
8.
TERAPI
-
PENCEGAHAN
-
Semua anak yang berusia >1 tahun, kelompok faktor risiko, pasien
penyakit hati kronis, dan orang-orang dengan gangguan faktor
pembekuan darah sebaiknya menerima vaksin hepatitis A.
B.
Hepatitis B
1.
Definisi Penyakit
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus
Epidemiologi
Diduga diseluruh dunia terdapat 300 juta pengidap virus Hepatitis B,
Fatofisiologi
Replikasi dengan perlekatan virion pada sel hepatosit
Partikel virus berpindah ke nukleus
Etiologi
Hipertitis B merupakan virus DNA yang termasuk ke dalam family
Fatogenesis
Virus hepatitis B masuk ke dalam tubuh secara parenteral. Dari
peredaran darah partikel Dane masuk ke dalam hati dan terjadi proses
replikasi virus. Sellanjutnya sel-sel hati akan memproduksi dan mensekresi
partikel Dane utuh, partikel HBsAg bentuk bualt dan tubuler, dan HbeAg
yang tidak ikut membentuk partikel virus. VHB merangsang respons imun
tubuh, yang pertama kali datang adalah respon imun nonspesifik yang
diikuti oleh respon imun spesifik.
6.
Diagnosis
a.
Pemeriksaan fisik:
- Sklera, kulit, dan sekresi ikterik.
- Penurunan bunyi usus besar, peningkatan lingkar abdomen, dan
adanya pergerakan cairan.
- Asterixis
- Spider angiomata
b.
Tes laboratorium:
- Adanya Hepatitis B surface antigen (HBsAg) minimal selama 6
bulan.
- Peningkatan transaminase hati (alanine transaminase dan
aspartatetransmaninase) dan DNA HBV >105 kopi/mL.
- Biopsi hati
7.
Manifestasi Klinik
Beberapa tanda-tanda dan gejala yang ditimbulkan dari Hepatitis B
ini yaitu:
a.
Mudah lelah, cemas, tidak nafsu makan, dan rasa tidak enak badan.
b.
c.
8.
9.
Faktor Risiko
a.
Pelancong
b.
c.
Penanganan
Tujuan terapi: meningkatkan seroklirens, mencegah perkembangan
Konseling
b.
c.
d.
Terapi farmakologi:
a.
Interferon (IFN)
Merupakan sitokin yang memiliki efek antivirus, antiproliferatif,
b.
Lamivudine
Merupakan analog nukleosida yang memiliki aktivitas antivirus
Adefovir
Merupakan analog nukleosida asiklik dari AMP (adenosine
monophosphate).
Mekanisme kerja: menghambat polimerase DNA HBV.
Dosis: 10 mg/hari selama 1 tahun.
d.
Entecavir
Merupakan analog nukleosida dari guanosin.
Mekanisme kerja: menghambat polimerase HBV.
Lebih poten daripada lamivudine dan efektif pada HBV resisten
lamivudine.
Dosis: 0,5 mg/hari atau 1 mg/hari pada pasien dengan HBV
resisten lamivudine
e.
Telbivudine
Merupakan analog nukleosida spesifik HBV.
Mekanisme kerja: inhibitor kompetitif DNA polimerase. lebih
poten daripada lamivudine.
Efek samping: ISPA
C.
f.
Tenofovir
g.
Emtricitabine
Hepatitis C
1.
Definisi
Hepatitis C adalah penyakit infeksi yang bisa tak terdeteksi pada
Penyebaran Penyakit
Faktor resiko: transfusi darah, hemodialisis, penggunaan obat
3.
Patofisologi
Mula-mula virus tersebut melekatkan diri pada reseptor-reseptor
Etiologi
Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA berantai tunggal dari
Fatogenesis
HCV merupakan penyakit yang menular melalui darah dan
kerusakan jaringan hati. Pada 85% dari semua kasus, infeksi ini akan
berlangsung seumur hidup. Hal ini menimbulkan resiko berkembangnya
sirosis hati, kanker hati dan bahkan kematian. Hepatitis C menyebabkan
kematian 8000-10.000 warga Amerika setiap tahunnya. Banyak orang
tidak mengetahui bahwa dirinya terinfeksi karena tidak ada gejala pada
awalnya. Bagaimanapun, penyakit ini secara perlahan berkembang
menjadi sirosis setelah bertahun-tahun.
Hepatitis C kronis merupakan penyakit yang berkembang secara
lambat selama 10-40 tahun. Terdapat bebrapa bukti bahwa penyakit ini
berkembang lebih cepat pada usia paruh baya atau lebih tua.dalam satu
studi, hepoatitis kronis dengan biopsi hati ditemukan pada rata-rata 10
tahun setelah transfusi darah dan sirosis pada rata-rata 20 tahun. HVC
masuk lewat darah kemudian muali berkembang biak dengan sendirinya,
kemungkinan kerusakan hati meningkat. Proses ini berlangsung selama
bertahun-tahun, tanpa gejala.
6. Diagnosis
a. Kadar transaminaseu abnormal yang bertahan selama beberap
waktu.
b. Reaktik enzim immunoassay for anti HCV.
7. Penanganan
1. Penanganan Farmakologi
Terapi tanpa obat tidak menjamin kesembuhan, untuk itu dilakukan cara
lain dengan menggunakan obat-obatan. Golongan obat yang digunakan
antara lain adalah aminoglikosida, antiamuba, antimalaria, antivirus,
diuretik, kolagogum, koletitolitik dan hepatik protektor dan multivitamin
dengan mineral.
a. Aminoglikosida
Antibiotika digunakan pada kasus abses hati yang disebabkan
oleh infeksi bakteri. Diberikan 3 kali sehari secara teratur selama tujuh
hari atau sesuai petunjuk dokter. Antibiotika kombinasi biasanya
digunakan untuk mencegah ketidakaktifan obat yang disebabkan oleh
enzim yang dihasilkan bakteri
b. Antiamuba
Antiamuba seperti dehydroemetine, diiodohydroxyquinoline,
diloxanide furoate, emetine, etofamide, metronidazole, secnidazole,
teclozan, tibroquinol, tinidazole adalah preparat yang digunakan untuk
amubiasis. Dengan terapi ini maka risiko terjadinya abses hati karena
amuba dapat diminimalkan.
c. Antimalaria
Antimalaria, misalnya klorokuin, dapat juga digunakan untuk
mengobati amubiasis. Obat ini mencegah perkembangan abses hati
yang disebabkan oleh amuba.
d. Antivirus
Dalam pengobatan Anti Retroviral (ARV) pada koinfeksi
hepatitis C, saat ini tersedia ARV gratis di Indonesia. ARV yang
tersedia gratis adalah Duviral (Zidovudine + Lamivudine) dan Neviral
(Nevirapine). Sedangkan Efavirenz (Stocrin) tersedia gratis dalam
jumlah yang amat terbatas. Didanosine atau Stavudine tidak boleh
diminum untuk penderita yang sedang mendapat pengobatan interferon
dan Ribavirin, karena beratnya efek samping terhadap gangguan faal
hati. Zidovudine, termasuk Duviral dan Retrovir harus ketat dipantau
bila digunakan bersama Ribavirin (untuk pengobatan hepatitis C),
karena masing-masing dapat menimbulkan anemia. Anemia dapat
diantisipasi dengan pemberian eritropoietin atau tranfusi darah.
Neviraldapat mengganggu faal hati. Jadi, kadar hemoglobin dan
leukosit serta tes faal hati (SGOT, SGPT, bilirubin, dan lain-lain) harus
dipantau ketat.
e. Diuretik
Diuretik tertentu, seperti Spironolactone, dapat membantu
mengatasi edema yang menyertai sirosis hati, dengan atau tanpa asites.
Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan
keseimbangan
elektrolit
atau
gangguan
ginjal
berat
karena
pasien
yang
gagal
memberikan
tanggapan
terhadap
dan penyakit
hati
lainnya.
Biasanya
penyakit
hati
kompetitif
menghambat
polymerase
virus
(reverse
Hepatitis D
1.
Definisi
Hepaitis D (HDV) disebut hepatitis Delta adalah suatu peradangan
pada hati sebagai akibat virus hepatitis D yang sebenarnya adalah suatu
virus detektif yang ia sendiri tidak dapat menginfeksi hepatosit untuk
menimbulkan hepatitis, virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV
sehingga HBV bertambah parah . infeksi oleh HDV juga dapat timbul
belakangan pada individu yang mengidap infeksi kronik HBV. Hepatitis D
bergantung pada virus hepatitis B yang lebih kompleks untuk bertahan,
hepatitis D hanya merupakan resiko untuk mereka yang mempunyai antigen
permukaan hepatitis B positif. Oleh karena itu, hepatitis D hanya ditemukan
pada pasien yang sedang menderita hepatitis B akut atau pada hepatitis B
kronis
2.
Etiologi
Penyebab penyakit hepatitis D adalah virus hepatitis tipe D atau
antigen Delta yang berukuran 35-37 nm dan merupakan virus RNA yang
tidak sempurna. Virus tersebut dari nukleo protein RNA merupakan hybrid
DNA virus Hepatitis B. Virus ini juga memerlukan selubung HBSAg. Virus
hepatitis D tidak terdapat dalam serum atau darah tetapi anti HVD Ig M
dapat ditemukan dalam sirkulasi
3.
Patofisiologi
Penyakit ini dapat timbul karena adanya ko-infeksi atau super-
infeksi dengan VHB. Ko-infeksi berarti infeksi VHD dan VHB terjadi
bersamaan. Adapun super-infeksi terjadi karena penderita hepatitis B kronis
atau pembawa HBsAg terinfeksi oleh VHD. Ko-infeksi umumnya
menyebabkan hepatitis akut dan diikuti dengan penyembuhan total.
Koinfeksi dengan hepatitis D meningkatkan beratnya infeksi hepatitis B,
perjalanan penyakitnya lebih membahayakan dan meningkatkan potensi
untuk menjadi penyakit hati kronik. Sementara super-infeksi
sering
berkembang ke arah kronis dengan tingkat penyakit yang lebih berat dan
sering berakibat fatal. Mula-mula virus tersebut melekatkan diri pada
reseptor-reseptor spesifik
Manifestasi Klinik
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala
yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif. Masa inkubasi 1-90 hari atau
4-7 minggu. Gejalanya biasanya muncul secara tiba-tiba gejala seperti flu,
demam, penyakit kuning, urin berwarna hitam dan feses berwarna hitam
kemerahan, Pembengkakan pada hati. Manifestasi klinik pada anak
penderita hepatitis D adalah
a. Awitan tersembunyi dan berbahaya : Ikterus , Anoreksia, mual,
Malaise, Akrodermatitis popular (Sindrom Gianotti-Crosti)
b.
c.
d.
5.
Pencegahan
a. Berhubungan seks dengan perlindungan
b. Hindari berbagi barang-barang pribadi dengan orang yang
terinfeksi
c. Hindari paparan terhadap darah orang yang terinfeksi
d. Hindari penyalahgunaan obat intravena
e. Ibu yang terinfeksi harus diimunisasi terhadap virus tersebut pada
waktu kelahiran
f. Jangan berbagi jarum suntik, gunting dan pisau cukur dengan orang
lain
g. Melakukan Vaksinasi Hepatitis B
7.
Penanganan
Penanganan dan pengobatan Hepatitis D dapat berbeda tergantung
pada kondisi pasien dan penyakit yang dideritanya. Ada dua terapi yang bisa
dilakukan diantaranya :
a. Terapi Farmakologi
- Antivirus
Antivirus
bekerja
dengan
cara
menekan
system
kekebalan
tubuh
sehingga
cara
mampu
kerusakan
hati
yang
permanen,
meningkatkan
Sirosis Hati
1.
Definisi
Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi
Epidemiologi
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada laki-laki jika
Patofisiologi
Hati dapat terlukai oleh berbagai macam sebab dan kejadian,
kejadian tersebut dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau dalam
keadaan yang kronis atau perlukaan hati yang terus menerus yang terjadi
pada peminum alkohol aktif. Hati kemudian merespon kerusakan sel
tersebut dengan membentuk ekstraselular matriks yang mengandung
Etiologi
Sirosis dapat disebabkan oleh banyak keadaan, termasuk radang kronis
Hepatitis C (26%)
Alkoholic liver disease (21%)
Penyebab criptogenik/ tidak diketahui (18%)
Hepatitis C + alkohol (15%)
Hepatitis B (15%)
Lain-lain (5%)
5.
Diagosis
Diagnosis pada penderita suspek sirosis hati dekompensata tidak
begitu sulit, gabungan dari kumpulan gejala yang dialami pasien dan tanda
yang diperoleh dari pemeriksaan fisis sudah cukup mengarahkan kita pada
diagnosis. Namun jika dirasakan diagnosis masih belum pasti, maka USG
abdomen dan tes-tes labolaturium dapat membantu .
Pada pemeriksaan fisis, kita dapat menemukan adanya pembesaran
hati dan terasa keras, namun pada stadium yang lebih lanjut hati justru
mengecil dan tidak teraba. Untuk memeriksa derajat asites dapat
menggunakan tes-tes puddle sign, shifting dullness, atau fluid wave. Tandatanda klinis lainnya yang dapat ditemukan pada sirosis yaitu spider
telangiektasis (suatu lesi vaskular yang dikelilingi vena-vena kecil),
erithema palmaris (warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak
tangan ), caputmedusa, foetor hepatikum (bau yang khas pada penderita
sirosis), dan ikterus.
Tes labolaturium juga dapat digunakan untuk membantu diagnosis
fungsi
hati
kita
dapat
menilainya
dengan
memeriksa
kadar
USG
meliputi
sudut
hati,
permukaan
hati,
ukuran,
homogenitas, dan adanya massa. Pada sirosis lanjut hati mengecil dan
noduler, permukaan irreguler, dan ada peningkatan ekogenitas parenkim
hati. Selain itu USG juga dapat menilai asites, splenomegali, thrombosis
vena porta, pelebaran vena porta, dan skrining karsinoma hati pada pasien
sirosis.
6.
Tanda/gejala
Pada kasus dengan sirosis hati kompensata, psien tidak mempunyai
keluhan yang terlalu berarti selain dari cepat merasa lelah dan nafsu makan
yang menurun tidak begitu signifikan. Beda halnya dengan pasien pada
stadium dekompensata, dimana sudah timbul banyak gejala yang membuat
pasien tidak berdaya akibat hati gagal mengkompensasi akumulasi
kerusakan yang dialaminya. Berikut gejala-gejala umum sirosis:
a.
Hipertensi portal
Hati yang normal mempunyai kemampuan untuk mengakomodasi
perubahan pada aliran darah portal tanpa harus meningkatkan
tekanan portal. Hipertensi portal terjadi oleh adanya kombinasi dari
peningkatan aliran balik vena portal dan peningkatan tekanan pada
7.
b.
c.
d.
pembekuan darah
Kurang mampu mengolah limbah kimia dalam tubuh seperti
e.
f.
menyebabkan sirosis.
Hubungan seksual yang tidak aman
8.
c.
d.
secara alami dan ampuh yaitu menggunakan obat herbal ace maxs.
Hingga saat ini telah banyak macam obat herbal, namun perlu diketahui
bahwa pemilihan obat yang salah, akan menimbulkan resiko dan
bahkan menambah buruk keadaan. Maka dari itu anda harus selektif
memilih obat. Komposisi utama obat herbal terbuat dari Ekstrak Kulit
Manggis dan juga Ekstrak Daun Sirsak, Manggis (mangosteen)
mempunyai antioksidan paling tinggi dari pada buah buah lainnya serta
memiliki paling banyak juga senyawa zat xanthone. Xanthone
memiliki banyak manfaat kesehatan terutama kesehatan kardiovaskuler