BAB I
ISI
1.1. Skenario
Nyeri Abdomen
b. Regio abdomen
Epigastrium : hepar, gaster.
Hypogastrium dextra : gaster.
Hypogastrium sinistra : gaster
Umbilicus : usus halus.
2
b. Regio abdomen
Hypogastrium Epigastrium : Hypogastrium
dextra: Hepar,gaster, sinistra:
Hepar, vesica fellea, duodenum,colon Gaster,lien,
colon tranversum. transversum. pankreas.
A M. S kornu dorsal
A
Traktus Neotalamikus
Kortes somatosensorik
Terlokalisir
Serabut C : M.S dorsal paleotalamikus menyebar Th. 10.
3) PD dan Penatalaksanaan :
a. Diagnosis
Anamnesis : Lokasi, kualitas, kuantitas, faktor memperberat,
faktor memperingan, kronologi.
Pemeriksaan fisik : TTV, Keadaan Umum, Kesadaran, Inspeksi,
Auskultasi, Perkusi, dan Palpasi.
Pemeriksaan Penunjang : USG, Foto polos abdomen, CT-scan.
b. Penatalaksanaan
Antibiotik.
Apendiktomi.
Lapuroskopi.
Penegakkan
Diagnosis Etiologi
Macam-
macam nyeri
Nyeri Abdomen
Mekanisme
Anatomi
Sifat nyeri
5
2. Usus halus
Gambaran umum.
Keseluruhan usus halus adalah tuba terlilit yang merentang dari
sfingter pilorus sampai ke katup ileosekal, tempatnya menyatu dengan
usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm dan panjangnya 3
sampai 5 meter saat bekerja. Panjang 7 meter pada mayat dicapai saat
lapisan muskularis eksterna berelaksasi. (Sneel; 2007)
A. Divisi
a. Duodenum adalah bagian yang terpendek (25 cm sampai 30 cm).
Duktus empedu dan duktus pankreas, keduanya membuka ke dinding
posterior duodenum beberapa sentimeter di bawah mulut pilorus.
b. Yeyunum adalah bagian yang selanjutnya. Panjangnya kurang lebih 1
m sampai 1,5 m.
c. Ileum (2 m sampai 2,5 meter) merentang sampai menyatu dengan
usus besar.
B. Duodenum
Vaskularisasi duodenum :
a. Vaskularisasi : setengah bagian atas oleh a. Pancreatico duodenalis
superior, cabang a. Gastroduodenalis. Setengah bagian bawah : a.
Pancreaticoduodenalis inferior, cabang a. Mesenterica superior.
(Sneel; 2007)
b. V. Pancreaticoduodenalis superior bermuara ke vena portae
hepatik, v. Pancreatico duaodenalis inferior ke v. Mesenterica
superior. (Sneel; 2007)
13
c. Kandung Empedu
Kandung empedu adalah kantong muskular nyerupai pir dengan
panjang 10 cm. Organ ini terletak dilekukan bawah lobus kanan hati.
Kapasitas total kandung empedu lebih 30 ml sampai 60 ml. (Sneel; 2007)
4. Usus Besar
Begitu materi dalam saluran pencernaan masuk ke usus besf,
sebagian besar nutrien telah dicerna dan diabsorpsi dan hanya menyisakan
za zat yang tidak tercerna. Makanan biasa memerlukan waktu 2 sampai 5
17
2. Apa saja macam-macam nyeri dan bagaimana mekanisme nyeri itu timbul?
Kapasitas jaringan menimbulkan nyeri apabila mendapat rangsangan
yang mengganggu, bergantung pada keberadaan nosiseptor (saraf aferen primer
untuk menyalurkan dan menerima rangsangan nyeri). Ujung-ujung saraf bebas
nosireseptor berfungsi sebagai reseptor yang peka terhadap rangsangan kimiawi
yang menimbulkan nyeri. Distribusi nosireseptor bervariasi di seluruh tubuh,
dengan jumlah terbesar terdapat di kulit. Nosiseptor terletak di jaringan kutis , otot
rangka dan sendi. Reseptor nyeri visera tidak terdapat di parenkim organ internal
itu sendiri, tetapi di permukaan peritoneum, membran pleura, durameter dan
pembuluh darah.(Sudoyo; 2006)
Saraf perifer terdiri dari akson toga tipe neuron yang berlainan: neuron
aferen atau neuron sensorik primer, neuron simpatik dan neuron pascaganglion
simpatis. Serat pascaganglion simpatik dan motorik adalah serat aferen
(membawa impuls dari medula spinalis ke jaringan organ efektor). Badan sel dari
neuron aferen primer terletak di akral dorsal N. Spinalis. Setelah keluar dari badan
selnya di ganglion akral dorsal (GAD), akson saraf aferen primer terbagi mnejadi
dua prosesus: satu masuk ke kornu dorsalis medula spinalis, dan yang lain
mempersarafi jaringan. Serat serat aferen primer diklasifikasikan berdasarkan
ukuran, derajat mielinisasi, dan kecepatan penghantaran. Serat aferen A-alfa dan
A-beta berukuran paling besar dan bermielin serta memiliki kecepatan hantaran
tertinggi. Serta serat ini berespon terhadap sentuhan, tekanan, dan sensasi
kinestetik, namun serat-serat ini tidak berespon terhadap rangsangan yang
mengganggu sehingga tidak dapat diklasifikasikan sebagai nosiseptor. Sebaliknya
serat serat aferen primer A-delta yang bergaris tengah kecil dan sedikit bermielin
serta yang bergaris tengah kecil dan sedikit bermielin serta serat aferen primer C.
Nyeri jenis cepat dan tajam dapat dilokalisasikan dengan jauh lebih pasti di
berbagai bagian tubuh daripada nyeri yang lambat dan kronik. (Sudoyo; 2006)
22
Serabut rasa nyeri cepat tipe A berakhir pada lamina marginalis pada
kornu dorsalis dan merangsang neuron pengantar kedua dari traktus
neospinotalamikus. Neuron ini akan mengirimkan sinyal ke serabut panjang yang
terletak di dekat sisi lain medulla spinalis dalam komisura anterior dan selanjutnya
berbelok naik ke otak dalam komisura anterolateralis. Beberapa serabut traktus
neospinotalamikus berakhir di daerah retikularis batang otak, tetapi sebagian besar
melewati semua jalur ke thalamus, berakhir di kompleks ventrobasal di sepanjang
kolumna dorsalis. Ada beberapa serabut yang berakhir di kelompok nuclear
posterior. Dari daerah talamus, sinyal akan dijalarkan ke daerah lain pada basal
otak seperti juga ke korteks somatosensorik. (Sudoyo; 2006)
Jaras paleospinotalamikus adalah sistem yang menjalarkan rasa nyeri
terutama dari serabut nyeri tipe C lambat-kronik perifer. Dalam jaras ini, serabut-
serabut perifer berakhir di dalam medulla spinalis hampir seluruhnya di lamina II
dan III kornu dorsalis, yang bersama-sama disebut substansia gelatinosa. Sebagian
besar sinyal kemudian melewati satu atau lebih neuron serabut pendek tambahan
di dalam kornu dorsalisnya sebelum memasuki lamina V kornu dorsalis. Di sini,
neuron-neuron terakhir dalam rangkian merangsang akson-akson panjang yang
sebagian besar menyambungkan serabut-serabut dari jaras rasa nyeri-cepat, yang
mula-mula melewati komisura anterior ke sisi berlawanan dari medulla spinalis,
kemudian naik ke otak dalam jaras anterolateral. Jaras paleospinotalamikus
lambat-kronik berakhir secara luas dalam batang otak. Lokalisasi nyeri yang
dijalarkan lewat jaras paleospinotalamikus bersifat buruk. (Sudoyo; 2006)
amat tercemar. Cairan pankreas yang aktif secara enzimatik menimbulkan lebih
banyak nyeri dan inflamasi daripada yang ditimbulkan sejumlah sama empedu
steril yang tidak mengandung enzim poten. (Sudoyo; 2006)
Nyeri inflamasi peritoneal tanpa kecuali dititikberatkan oleh tekanan atau
perubahan regangan peritoneum, apakah ditimbulkan oleh palpasi atau gerakan,
seperti pada batuk-batuk atau bersin. Sebagai akibatnya pasien peritonitis
berbaring berdiam ditempat tidur, lebih suka menghindari gerakan. Ciri
karakteristik lain dari iritasi peritoneal adalah spasme reflex tonik otot abdomen
yang terbatas pada segmen tubuh yang terlibat. Intensitas spasme otot yang tonik
menyertai inflamasi peritoneal bergantung pada lokasi proses peradangan,
kecepatannya berkembang dan integritas sistem nervus. (Sudoyo; 2006)
Letak Organ
Abdomen kanan atas Kandung empedu, hati,
duodenum, pancreas, kolon,
paru, miokard
Epigastrium Lambung, pancreas,
26
3. Nyeri Alih
Nyeri alih merupakan sensasi nyeri atau rasa nyeri somatik dalam atau rasa
nyeri viseral yang terasa didaerah somatik superfisial. Seringkali seseorang
merasakan nyeri di bagian tubuh yang letaknya cukup jauh dari jaringan yang
menyebabkan rasa nyeri. Contohnya, rasa nyeri di dalam salah satu organ viseral
sering dialihkan ke suatu daerah di permukaan tubuh. Pengetahuan mengenai
bermacam-macam nyeri alih ini sangat berguna dalam diagnosis klinis penyakit,
karena pada banyak penyakit viseral satu-satunya tanda klinis yang ditemui adalah
nyeri alih. (Robbins; 2008)
Cabang-cabang serabut nyeri viseral (tipe C) bersinaps dengan neuron
yang bersamaan dan saling berdekatan dengan serabut nyeri yang berasal dari
kulit (tipa A delta) pada medula spinalis. Bila serabut visera terangsang, sinyal
nyeri yang berasal dari visera selanjutnya dijalarkan melalui beberapa neuron
yang sama dengan menjalarnya sinyal nyeri yang berasal dari kulit, dan akibatnya
orang itu akan merasakan sensasi yang benar berasal dari kulit. (Robbins; 2008)
a. Teori mengenai nyeri alih :
Nyeri viseral mempunyai letak nyeri alih yang khas untuk tiap viseral
yang terkena. Beberapa teori tentangterjadinya nyeri alih adalah;
1. Teori Dermatom
Nyeri alih terasa pada kulit yang berasal dari dermatom yang samadengan
alat viseral yang terkena. Misalnya nyeri jantung dialihkan kelengan.
2. Teori konvergensi
27
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari
satu daerah. Misalnya, diafragma yang berasal dari regio leher C3-5 pindah ke
bawah pada masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh
perdarahan atau peradangan akan dirasakan di bahu.Demikian juga pada
kolesistisis akut, nyeri dirasakan di daerah ujung belikat. Abses di bawah
diafragma atau rangsangan karena radang atau trauma pada permukaaan atas
limpa atau hati juga dapat mengakibatkan nyeri di bahu. Kolik ureter atau kolik
pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labium
mayor atau testis. Kadang nyeri ini sukar dibedakan dari nyeri alih. (Sudoyo;
2006)
Cabang-cabang serabut nyeri viseral bersinaps dengan neuron urutan
kedua dalam medula spinalis, neuron kedua ini menerima sinyal nyeri yang
berasal dari kulit. Bila serabut nyeri viseral terangsang, sinyal nyeri yang
berasal dari visera selanjutnya dijalarkan melalui beberapa neuron yang sama
yang juga menjalarkan sinyal nyeri yang berasal dari kulit, dan akibatnya orang
itu akan merasakan sensasi yang benar-benar berasal dari daerah kulit.
(Sudoyo; 2006)
29
5. Nyeri neuropatik
31
perasaan nyeri itu dan spasme otot. Pada kasus hematoma sarung
(muskulus) rektus, kini yang paling sering dijumpai dalam kaitan
dengan terapi antikoagulan, suatu masa mungkin terdapat pada
kuadran bawah abdomen. Keterlibatan otot-otot secara serentak
pada bagian lain dari tubuh biasanya bermanfaat untuk
membedakan miositis dinding abdomen dari suatu proses
intraabdominal yang dapat menyebabkan nyeri pada daerah yang
sama. (Robbins; 2008)
2) Nyeri alih pada penyakit abdomen.
Nyeri yang dirujuk ke abdomen dari dada, tulang belakang
atau genitalia bisa menjadi masalah diagnostik yang menjengkelkan,
karena penyakit bagian atas rongga abdomen seperti kolesistitis akut
atau tukak yang berperforasi sering berkaitan dengan komplikasi
intratorakal. Suatu pernyataan yang paling penting, namun sering
dilupakan adalah bahwa kemungkinan penyakit intratorakal harus
dipertimbangkan pada setiap pasien dengan nyeri abdomen.
Pengajuan pertanyaan dan pemeriksaan sistematik yang diarahkan
pada pendeteksian ada atau tidak adanya infark miokard arau paru,
pneumonia, perikarditis atau penyakit esofagus (penyakit
intratorakal yang paling sering tersamar sebagai kedaruratan
abdominal) akan sering memberikan cukup petunjuk untuk
menegakkan diagnosis yang tepat. Pleuritis diagfragmatika akibat
pneumonia atau infark paru dapat menyebabkan nyeri pada kuadran
atas kanan dan nyeri pada daerah supraklavikuler, radiasi yang
disebut belakangan hendaknya dibedakan dengan tegas dari nyeri
subskapula yang dirujuk yang disebabkan distensi percabangan
bilier ekstrahepatik. Keputusan akhir mengenai asal nyeri abdominal
mungkin membutuhkan pengalaman yang seksama dan terencana
untuk suatu periode beberapa jam. Selama waktu itu pertanyaan dan
pemeriksaan berulang-ulang akan memberikan penjelasan yang
tepat. (Robbins; 2008)
Nyeri alih yang berasal dari toraks sering disertai dengan
splinting pada hemitoraks bersangkutan dengan kesenjangan
38
Nyeri viseral
2. Apendiksitis
Menekan neuroapendiks
gangren Terus-menerus
Aktivasi serabut C
Nyeri somatik peritoneum
Nyeri viseral
Nyeri somatik
Aktivasi serabut
3. Batu Ginjal
Nyeri kolik
Nyeri di pinggang
42
4. Tukak Gaster
Aktivasi serabut
5. Gastritis
Nyeri viseral
Serabut A
6. Kolesistitis
Aktivasi serabut C
Nyri viseral
Aktivas serabut A
Nyeri somatik
4. Differential Diagnosa :
a. Gastroenferitis
b. Kelainan ovulan
c. Infeksi panggul
d. Kelainan diluar kandungan
e. Kista ovarium terpuntir
f. Endometriosis ovarium eksterna
g. Penyakit saluran cerna kiri
h. Urolitiasis pielum / ureter kanan
Daftar Pustaka
Guyton. A C and Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta
Sjamsuhidayat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. EGC. Jakarta.