Anda di halaman 1dari 13

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN


KELOMPOK 4
◦ LOLA DEVIANI
◦ PUTRI INDONESIANA
◦ BAIQ ANGGI ANDIANA
◦ FASYA ARTHA PUTRI
◦ SOPIYANA
◦ WINDA RAMDANTILLAH
◦ KHUSNUL ZUNSAFITRI
◦ NABILA SALSABIL
◦ HAIRUN NISSA M.
A. Pemeriksaan Fisik Abdomen
◦ Pemeriksaan fisik abdomen merupakan prosedur diagnostik yang rutin
dilakukan pada berbagai kondisi dan keluhan yang terkait sistem
gastrointestinal seperti diare, gastritis, massa intraabdomen, ataupun trauma
abdomen. Pemeriksaan fisik abdomen kemudian dapat dilanjutkan dengan
pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan arah diagnosis. Pemeriksaan
fisik abdomen dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik abdomen akan menilai segala kelainan organ dan struktur
yang berada di abdomen, seperti gastrointestinal, hepar, kandung empedu, dan
organ-organ genitourinaria.
B. Teknik Pemeriksaan Fisik Abdomen

◦ Anatomi Cavum Abdomen


Secara anatomis, cavum abdomen dibagi menjadi, kuadran kanan atas dan bawah serta kuadran kiri atas
dan bawah.
◦ Persiapan Pasien
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik abdomen, dokter perlu melakukan anamnesis. Anamnesis
merupakan kunci dari diagnosis. Anamnesis meliputi keluhan utama yang dialami pada saat itu serta
keluhan tambahan. Keluhan tersebut kemudian digali lebih dalam untuk menemukan arah diagnosis.
◦ Peralatan
Peralatan yang diperlukan pada pemeriksaan fisik abdomen meliputi, stetoskop dan pita ukur untuk
mengukur lingkar perut. Adapun pada pemeriksaan fisik dapat melibatkan keluarga pasien atau asisten
sebagai saksi pemeriksaan fisik, terutama pada pasien yang berbeda gender dengan pemeriksa.
 Posisi Pasien
Posisi terbaik pada pemeriksaan fisik abdomen adalah supinasi dengan kedua lengan di samping kanan dan kiri
badan atau menyilang di dada. Kedua tungkai difleksikan untuk membantu agar dinding abdomen lebih rileks.
Apabila lengan diletakkan di atas kepala, dinding abdomen akan teregang dan menjadi lebih tegang, sehingga
palpasi menjadi lebih sulit. Pemeriksa berada di sebelah kan.

C. Manfaat Dari Pemeriksaan Fisik Abdomen


Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan untuk mendapatkan gambaran klinis organ-organ dan ruang intraabdomen.
Dan mengetahui adanya penyakit tertentu sehingga bisa ditangani lebih awal. Mengidentifikasi masalah
kesehatan yang mungkin dapat berkembang menjadi penyakit kronis di masa mendatang. Memperbarui status
imunisasi.
 

D. Indikasi Pemeriksaan Fisik Abdomen


Indikasi pemeriksaan fisik abdomen adalah berbagai keluhan dan penyakit yang melibatkan organ dan struktur
abdomen. Banyak sekali keluhan yang memerlukan pemeriksaan fisik abdomen untuk evaluasi klinisnya
Kontraindikasi  Pemeriksaan Fisik

Belum ada kontraindikasi khusus untuk pemeriksaan fisik abdomen. Pemeriksaan


fisik abdomen merupakan bagian dari prosedur pemeriksaan fisik umum yang penting
dilakukan pada pasien dengan atau tanpa keluhan pada area abdomen. Pemeriksaan
fisik abdomen sederhana, cepat, dan relatif aman dilakukan, sehingga tidak
menimbulkan risiko komplikasi yang bermakna.

Pada pasien dengan keluhan tertentu, seperti nyeri perut pada kolesistitis, perlu
diinformasikan mengenai kemungkinan nyeri bertambah berat saat dilakukan
pemeriksaan abdomen. Namun, perlu disampaikan bahwa nyeri tersebut tidak
memperburuk klinis pasien dan tidak akan menyebabkan penyakit bertambah parah.
Pemberian analgesik dapat dipertimbangkan pada pasien dengan nyeri, karena dapat
mempermudah pemeriksaan dan tidak mempengaruhi tanda klinis pasien.
 

6. Tinjauan gejala spesifik abdomen :  Nyeri Daerah nyeri Organ yang Contoh klinis
terkena
 Mual dan atau muntah
Substernal Esophagus Esofagitis
 Perubahan buang air besar (rectum)
Bahu Diafragma Abses subfrenik
 Ikterus Epigastrum Lambung Tukak peptic lambung

 Distensi abdomen Duodenum T. peptic duodenum


Kandung empedu Kolesistisis
 Massa (tumor)
 Gatal-gatal (pruritus) Hati Hepatitis
Pembuluh empedu Kolangitis

Pancreas Pancreatitis
Scapula kanan tract billiaris Kolic billiaris

Pertengahan Aorta Deseksi aorta


punggung

Periumbilikus Usus halus Obstruksi


Hipogastrium Kolon Colitis ulseratif
Diverticulitis
Sakrum Rectum Proktitis
Abses perirektal
E. Prosedur Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan terhadap pasien dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi perkusi pada daerah perut
pasien :
Peralatan :
 Stetoskop
 Penlight
 Alat ukur panjang (midline)
Prosedur pelaksanaan
a. Tahap pra interaksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya (bila ada)
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat didekat pasien
b. Tahap orientasi
1. Memberi salam kepada pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menanyakan kesiapan pasien

c. Tahap kerja
4. Mengatur posisi pasien : supinasi
5. Menempatkan diri di sebelah kanan pasien bila mungkin
6. Membuka pakaian pasien pada bagian abdomen
7. Melakukan inspeksi dari depan dan samping pasien
8. Mengatur kaki pasien ditekuk dan tangan di samping
9. Melaukan auskultasi : epigastrum atau hepar
10.Melakukan palpasi : epigastrum atau hepar
8. Melakukan pemeriksaan atau turgor kulit
9. Melakukan perkusi : 4 quadran atau umbilicud ke lateral
10. Mengukur lingkar perut

d. Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

 
komplikasi
Komplikasi pemeriksaan fisik abdomen jarang terjadi. Namun, pada keadaan
seperti akut abdomen (appendicitis, ulkus peptikum, tifoid) nyeri dan rasa
tidak nyaman pada abdomen akan bertambah dengan manuver pemeriksaan
fisik yang dilakukan, misalnya dengan palpasi atau perkusi.
Perlu disampaikan kepada pasien bahwa pemeriksaan abdomen tidak akan
memperberat penyakit pasien, sehingga pasien juga dapat merasa tenang
selama pemeriksaan dilakukan.
Edukasi
Komunikasi informasi dan edukasi merupakan suatu strategi dan metode
pendidikan kesehatan dengan meningkatkan hubungan saling percaya dengan
pasien sehingga dapat membantu perubahan perilaku ke arah yang positif.
Komponen yang harus diedukasikan kepada pasien antara lain :

- Penjelasan keadaan/penyakit pasien dan komplikasinya apabila tidak melakukan


pengobatan atau pencegahan.
- Penjelasan tatalaksana penyakit pasien, baik farmakologis maupun non
farmakologis.
- Motivasi dan penjelasan pola hidup sehat, menghindari faktor risiko penyakit.

 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai