FISTULA ENTEROCUTAN
1. Definisi
Fistula adalah hubungan abnormal antara dua permukaan epitel. Fistula enterokutan didefinisikan
sebagai hubungan anbnormal antara permukaan epitel usus kecil atau usus besar dengan
permukaan epitel kulit abdomen.
2. Etiologi
a. Spontan
i. Keganasan
ii. Radiasi
iii. Penyakit usus inflamatorik
iv. Iskemia usus
v. Sepsis intraabdominal
vi. Appendisitis
vii. Ulkus duodenum
b. Pasca Operasi
i. Kerusakan anastomosis
ii. Trauma usus pada saat diseksi atau penutupan abdomen
3. Klasifikasi
Fistula enterokutan diklasifikasikan berdasarkan output yang dihasilkan dalam satuan mililiter setiap
24 jam.
a. Low
i. Output sebanyak 200 ml dalam 24 jam
ii. Pada umumnya berasal dari usus kecil
b. Moderate, Output > 200 – 500 ml dalam 24 jam
c. High
i. Output > 500 ml dalam 24 jam
ii. Pada umumnya berasal dari usus besar
4. Diagnosis
Pada umumnya, fistula enterokutan dapat diidentifikasi dengan drainase eksternal isi usus. Pasien
dengan fistel enterokutan terdiagnosis pada hari kelima atau keenam pasca operasi, dengan gejala
demam, ileus yang menetap, dan abses luka operasi. Apabila dilakukan drainase abses, demam
akan menghilang. Dalam waktu 24 jam, fistula akan tampak jelas dan tampak isi usus yang keluar
dari luka operasi.
5. Penatalaksanaan
a. Diagnosis dan Identifikasi
b. Stabilisasi dan Investigasi
i. Mengontrol komplikasi dalam 24 sampai 48 jam setelah fistula enterokutan terdiagnosis.
ii. Mengurangi jumlah output fistula
· Pemasangan nasogastric tube (NGT)
· Pemberian antagonis H2 atau proton pump inhibitor (PPI)
· Drainase abses
· Koreksi keseimbangan cairan, elektrolit, dan nutrisi
· Penberian antibiotik spektrum luas
· Penggunaan somatostatin atau octreotide untuk menghambat sekresi gaster, pankreas, sistem
bilier, dan usus.
c. Terapi Definitif
Terapi definitif diperlukan saat pasien tidak membaik dengan terapi awal selama 4 sampai 6 minggu.
i. Operasi
· Menjahit ulang fistula
· Reseksi fistula
· Laparotomy
Tindakan laparotomy ditunda samapai terjadi resolusi dari inflamasi intra-abdominal pada pasien
pasca operasi fase awal
· Penutupan fistula dengan menggunakan vakum atau lem fibrin.
B. MASSA INTRAABDOMEN
1. Anatomi Abdomen
Abdomen merupakan bagian dari tuncus yang terletak antara thorax dan pelvis, atau diaphragma
dengan aditus pelvis, terdiri atas dinding abdomen dan visera abdominis. Dan rongga yang terdapat
diantara keduanya disebut cavum abdomen. Fungsi abdomen :
a. Sebagai tempat dan proteksi organ-organ viscera
b. Untuk membantu respirasi
c. Perubahan tekanan intraabdominal, seperti saat miksi, defekasi atau partus
Secara topografi abdomen dibagi menjadi regio dan kuadran untuk menggambarkan lokasi
organ.Abdomen dibagi menjadi 4 kuadran oleh. perpotongan garis verical linea mediana, dengan
garis horizontal terhadap umbilicalis yaitu:
Abdomen dibagi menjadi 9 region oleh perpotongan linea midclavicularis dextra et sinistra dengan
garis horizon terhadap arcus costarum dan linea intertubercularis (tuberculum crista iliaca), yaitu:
Hipogastrica
colon sigmoideum
Dengan USG letak dan besarnya tumor dapat ditentukan. Selain itu, pelebaran saluran pancreas
dan empedu karena bendungan juga dapat dilihat. Pemeriksaan dengan CT scan dapat membantu
diagnosis adanya tumor dan invasi ke organ disekitarnya serta kemungkinan metastasis ke hati.
Bedah kuratif yang mungkin berhasil pada karsinoma hulu pancreas dan periampular ialah
pankreatiko strepdudenektomy, atau operasi whipple. Operasi Whipple dilakukan untuk tumor yang
masih terlokalisasi, yaitu pada karsinoma sekitar ampula vateri, duodenum, dan duktus koledokus
distal. Pada karsinoma pancreas yang sudah tidak dapat direseksi lagi dilakukan prosedur paliatif.
Kemoterapi dan radioterapi biasanya tidak menimbulkan hasil yang positif.
b. Kista
Kista pancreas dibedakan atas pseudokista dan kista sejati. Lebih dari 75 % kista pancreas
merupakan kista semu, dan seperempatnya terbentuk setelah trauma pancreas. Pseudokista
pankreas adalah suatu kista yang dindingnya tidak dibatasi oleh epitel melainkan jaringan ikat dan
berisi cairan yang kaya akan amilase dan enzim pankreas lainnya. Pseudokista pankreas dapat
terjadi pada semua umur. Pada anak, pseudokista pankreas lebih sering dijumpai setelah trauma
abdomen. Pada orang dewasa, pseudokista perlu dibedakan dari kista neoplasma. Laki-laki lebih
sering mengalami pseudokista pankreas dibandingkan wanita.
Pseudokista terjadi akibat kerusakan duktus pankreatikus sehingga terjadi ektravasasi enzim
pancreas. Letaknya dapat sepanjang duktus pankreatikus antara hilus limpa dan duodenum. Gejala
yang hampir selalu ditemukan adalah nyeri yang menetap, demam, dan ileus. Mual dan muntah
sering ditemukan dan anoreksia terdapat pada sekitar 20% penderita. Gejala timbul dua atau tiga
minggu setelah pankreatitis atau trauma. Nyeri ditemukan di daerah epigastrium atau di perut kiri
atas yang dapat menjalar ke punggung.
Pada 75% penderita teraba massa kistik di epigastrium. Massa ini kadang mudah bergerak atau
terfiksasi Infeksi sekunder pada pseudokista dapat menimbulkan demam dan gejala toksik yang
biasanya terjadi beberapa minggu setelah serangan pankreatitis akut atau trauma
pankreas.Diagnosis dapat dibuat bila ditemukan nyeri yang menetap, demam, dan ileus pada saat
serangan pankreas akut, serta kadar serum amilase yang tinggi secara menetap.
Ultrasonografi biasanya memberikan hasil pemeriksaan positif pada tahap awal. Pada kanulasi
duktus koledokus dan pankreatikus melalui endoskopi retrograd, akan ditemukan ekstravasasi
cairan kontras ke dalam kista tersebut. CT scan dapat membantu menegakkan diagnosis, tetapi
pemeriksaan ini baru positif setelah beberapa minggu setelah trauma.
Terapi bedah merupakan pilihan utama untuk pseudokista. Tujuan operasi pseudokista adalah
mencegah komplikasi infeksi pada kista, perdarahan sekunder, ruptur ke saluran cerna atau ke
dalam rongga perut, atau kista terus bertambah besar. Terapi konservatif dulu sampai batas satu
bulan hingga terjadi resorbsi spontan.
c. Kista neoplasma
Kista neoplasma pada pancreas menunjukkan gejala nyeri abdomen, teraba massa, dengan atau
tanpa ikterus. Ada 2 jenis kista neoplasma yaitu kista adenoma dan kista adenoma musin.
Kista adenoma dapat menjadi kista mikrositik dan makrositik. Kista mikrositik atau kista adenoma
serosa, berbatas tegas, multiple, dengan ukuran sekitar 2 cm, pada potongan tampak pancreas
seperti spons. Pemeriksaan rontgen sering memperlihatkan gambaran pengapuran karena pada
sebagian kista terdapat kalsifikasi. Epitelnya tipe kuboid, dan tidak berpotensi menjadi ganas.
Kista adenoma musin lebih sering terdapat pada wanita daripada pria. Kebanyakan kista ini soliter
dengan dinding yang dibatasi epitel yang membentuk papil dan epitelnya terdiri atas sel bentuk
kolumner dan sel goblet. Kista ini berisi mucus. Pada USG terlihat kista dengan ukuran 2-20 cm.
Kista ini cenderung berubah menjadi adeno ca yang prognosisnya tidak terlalu buruk. Metastasis
ditemukan sekitar 25 % dan pembedahan dengan eksisi radikal, menghasilkan harapan hidup 5
tahun sebesar 70 %.
C. LAPARATOMI
1. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan cara membuka dinding abdomen untuk mencapai isi rongga
abdomen (Dorland, 2002).
2. Indikasi
Tindakan laparotomi biasa dipertimbingkan pada semua kelainan intraabdomen yang memerlukan
operasi baik darurat maupun elektif. Kelaianan teersebut diantaranya adalah appendicitis, hernia,
kista ovarium, kanker serviks, kanker ovarium, kanker tuba falopi, kanker uterus, kanker hati, kanker
lambung, kanker kolon, kanker kandung kemih, kehamilan ektopik, mioma uteri, peritonitis dan lali-
lain (Sjamsuhidajat, dkk., 2005).
3. Jenis insisi
Incisi Vertikal (midline, paramedian, supraumbilikal, infraumbilikal), Incisi Transverse dan Oblique
(McBurney gridiron , Kocher subcostal) (Sjamsuhidajat, dkk., 2005).
4. Tehnik operasi
a. Midline Epigastric Incision
Incisi dilakukan persis pada garis tengah dimulai dari ujung Proc. Xiphoideus hingga 1 cm diatas
umbilikus. Kulit, fat subcutan, linea alba, fat extraperitoneal, dan peritoneum dipisahkan satu
persatu.
b. Midline Subumbilical Incision
Incisi dilakukan persis pada garis tengah,dan bisa merupakan perluasan dari Midline.
c. Epigastric Incision
Sebagai aturan umum, peritoneum harus dibuka dari ujung bawah dari incisi, untuk menghindari
lig.falciforme, tetapi untuk Midline Subumbilical Incision peritoneum harus dibuka dari bagian atas
incisi untuk menghindari cidera kandung kemih.Peritoneum harus dibuka dengan sangat hati-hati.
Cara yang paling aman adalah membukanya dengan menggunakan dua klem arteri, yang dijepitkan
dengan sangat hati-hati pada peritoneum. Kemudian peritoneum diangkat dan sedikit diggoyang-
goyang untuk memastikan tidak adanya struktur dibawahnya yang ikut terjepit. Kemudian
peritoneum diincisi dengan menggunakan pisau. Incisi ini harus cukup lebar untuk memasukkan 2
jari kita yang akan dipergunakan untuk melindungi struktur dibawahnya sewaktu kita membuka
seluruh peritoneum.
d. Upper Paramedian Incision
Incisi ini dapat dibuat baik di sebelah kanan atau kiri dari garis tengah. Kira-kira 2,5-5 cm dari garis
tengah. Incisi dilakukan vertical, mulai dari batas costa, berakhir pada 2-8 cm dibawah umbilicus.
e. Lower Paramedian Incision
Incisi ini similiar dengan Upper Paramedian Incision dan, biasanya, memang merupakan perluasan
dari Upper Paramedian Incision hingga dapat mencapai abdomen dari batas costa hingga ke pubis.
Hanya pada tipe incisi ini harus diperhatikan pembuluh darah Epigastrica Inferior yang harus
dipisahkan dan diikat.
f. Lateral Paramedian Incision
Adalah modifikasi dari Paramedian Incision yang dikenalkan oleh Guillou et al. Dimana incisi
dilakukan pada pertemuan dari pertengahan dan 1/3 luar dari rectus sheat. Pada titik ini anterior
rectus sheat terdiri dari 2 lapis. Anterior sheat dipisahkan dari otot rectus. Dan kemudian Posterior
sheat atau peritoneum , atau keduanya dipisahkan dengan cara yang sama dengan anterior sheat.
Secara teoritis, tekhnik ini akan memperkecil kemungkinan terjadinya wound dehiscence dan
incisional hernia.
g. Vertical Muscle Splitting Incision
Incisi ini sama dengan conventional paramedian incision, hanya otot rectus pada incisi ini dipisahkan
secara tumpul (splitting longitudinally) pada 1/3 tengahnya, atau jika mungkin pada 1/6 tengahnya.
Incisi ini berguna untuk membuka scar yang berasal dari incisi paramedian sebelumnya.
h. Kocher Subcostal Incision
Incisi Subcostal kanan yang biasanya digunakan untuk megakses gallbladder dan biliary passages.
Sedangkan incisi subkostal kiri dilakukan biasanya untuk splenektomi elektif.Incisi dilakukan mulai
dari garis tengah, 2,5-5 cm di bawah Proc. Xiphoideus dan diperluas menyusuri batas costa kira-kira
2,5 cm dibawahnya, sepanjang kira-kira 12 cm McBurney Gridiron Atau Muscle Split Incision.
Dilakukan untuk kasus Appendicitis Akut dan diperkenalkan oleh Charles McBurney pada tahun
1894.Incisi dilakukan pada titik McBurney secara transverse skin crease, tetapi jika penderitanya
gemuk atau jika mungkin diperlukan untuk memperluas incise maka dibuat incise oblique.
i. Pfannenstiel Incision
Incisi yang popular dalam bidang gynecologi dan juga dapat memberikan akses pada ruang
retropubic pada laki-laki untuk melakukan extraperitoneal retropubic prostatectomy.Incisi dilakukan
kira-kira 5 cm diatas symphisis Pubis skin crease sepanjang ± 12 cm.
5. Komplikasi incisi
a. Stitch abscess
Biasanya muncul pada hari ke 10 postopersi atau bisa juga sebelumnya, sebelum jahitan incisi
tersebut diangkat. Abses ini dapat superficial ataupun lebih dalam. Jika dalam ia dapat berupa
massa yang teraba dibawah luka, dan terasa nyeri jika di raba. Abses ini biasanya akan diabsopsi
dan hilang dengan sendirinya, walaupun untuk yang superficial dapat kita lakukan incisi pada abses
tersebut. Antibiotik jarang diperlukan untuk kasus ini.
b. Sellulitis
Biasanya jahitan akan terkubur didalam kulit sebagai hasil dari edema dan proses inflamasi
sekitarnya. Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus Aureus, E. Colli, Streptococcus Faecalis,
Bacteroides, dsb. Penderitanya biasanya akan mengalami demam, sakit kepala, anorexia dan
malaise. Keadaan ini dapat diatasi dengan membuka beberapa jahitan untuk mengurangi tegangan
dan penggunaan antibiotika yang sesuai. Dan jika keadaannya sudah parah dan berupa suppurasi
yang extensif hingga kedalam lapisan abdomen, maka tindakan drainase dapat dilakukan.
c. Infeksi Gas Gangrene Pada Luka Abdomen
Biasanya berupa rasa nyeri yang sangat pada luka operasi, biasanya 12-72 jam setelah operasi,
peningkatan temperature (39° -41° C), Takhikardia (120-140/m), shock yang berat. Keadaan ini
dapat diatasi dengan melakukan debridement luka di ruang operasi, dan pemberian antibiotika,
sebagai pilihan utamanya adalah penicillin 1 juta unit IM dilanjutkan dengan 500.000 unit tiap 8 jam.
d. Hematoma
Kejadian ini kira-kira 2% dari komplikasi operasi. Keadaan ini biasanya hilang dengan sendirinya,
ataupun jika hematom itu cukup besar maka dapat dilakukan aspirasi.
e. Keloid Scars
Jika keloid scar yang terjadi tidak terlalu besar maka injeksi triamcinolone kedalam keloid dapat
berguna, hal ini dapat diulangi 6 minggu kemudian jika belum menunjukkan hasil yang diharapkan.
Jika keloid scar nya tumbuh besar, maka operasi excisi yang dilanjutkan dengan skin-graft dapat
dilakukan.
f. Disrupsi Luka Abdomen
Disrupsi ini dapat partial ataupun total. Insidensinya sendiri bervariasi antara 0-3 %. Dan biasanya
lebih umum terjadi pada pasien >60 tahun dibanding yang lebih muda. Laki-laki dibanding wanita 4 :
1.