Anda di halaman 1dari 36

DEPARTMENT OF RADIOLOGY REFERAT

MEDICAL FACULTY JANUARI 2018


UNIVERSITY OF HALUOLEO

KOLITIS ULSERATIF

By: Nurul Muchlisah (K1A1 13 044)

PEMBIMBING:
dr. Metrila Harwati, Sp. Rad, M.Kes

BAGIAN RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
Pendahuluan
 Inflammatory bowel disease (IBD) menggambarkan
kondisi peradangan saluran cerna kronik dan idiopatik.
Secara umum dibagi atas kolitis ulseratif (KU),
penyakit Crohn (PC) dan IBD type unclassified
(IBDU, dulu dikenal sebagai indeterminate colitis).
 Kolitis ulseratif merupakan penyakit inflamasi kronik
dan idiopatik pada usus (inflamasi bowel disease)
ditandai dengan peradangan mukosa difus yang
terbatas pada kolon dan rektum. Kolitis ulseratif
melibatkan rektum pada 95% kasus dan dapat
diperpanjang ke bagian proksimal kolon.
Insidensi
 Kejadian kolitis ulseratif berkisar antara 10-
20 per 100.000 penduduk per tahun.
Penyakit yang sering ini dialami oleh pasien
berusia muda (antara 10-40 tahun). Tetapi
bisa terjadi pada semua usia. Tidak ada
perbedaan yang signifikan antara pria dan
wanita.
klasifikasi
 Protitis ulseratif adalah inflamasi yang terbatas
pada rektum
 Protosigmoiditis adalah inflamasi pada rektum
dan kolon sigmoid
 Kolitis sisi kiri adalah inflamasi yang dimulai
dari rektum dan meluas ke atas mengenai kolon
sigmoid dan kolon descendens
 Pankolitis adalah inflamasi yang mengenai
seluruh kolon
 Kolitis fuminan adalah bentuk berat pankolitis.
Jenis ini jarang terjadi
Anatomi dan fisiologi
Gambaran mikroskopik
 Kolon memiliki 4 lapisan yang sama yang
terdapat di sebagian besar saluran
pencernaan yaitu mukosa, submukosa,
muskularis propria, dan serosa. Mukosa
termasuk epitel kolumnar dengan sel goblet,
lamina propria, dan mukosa muskularis.
ETIOPATOGENESIS
 Penyebab kolitis ulseratif tidak diketahui.
Diduga akibat adanya aktifasi yang
berlebihan dari sistem imun mukosa usus
yang menyebabkan inflamasi pada usus
tanpa adanya penyebab yang jelas.
Beberapa faktor lainnya diduga
berpengaruh yaitu
 1. Faktor genetik
 2. Faktor imunologis
 3. Faktor lingkungan
Gejala klinis
 Gejala klinis dari kolitis ulseratif adalah diare,
pendarahan pada rektum, adanya mucus pada
rektum, tenesmus (kadang-kadang), dan sakit
perut bagian bawah. Pada kolitis ulseratif yang
berat atau fuminan ditandai dengan gejala
berupa diare parah dan kram, demam,
leukositosis dan distensi abdomen. Temuan
fisik biasanya normal pada stadium ringan,
kecuali nyeri tekan ringan di kuadran perut kiri
bawah.
Gambaran klinis IBD
Klinis Kolitis ulseratif Penyakit crohn

Diare kronik ++ ++

Hematoschezia ++ +

Nyeri perut + ++

Massa abdomen (-) ++

Fistulasi ± ++

Stenosis/striktur + ++

Keterlibatan usus halus ± ++

Keterlibatan rectum 95% 50%

Ekstra-intestinal + +

Megatoksik kolon + ±

Keterangan : ++ = sering; + = kadang; ± = jarang; (-) = tidak ada


Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan
kadar albumin, kalium, magnesium, dan
alkaline phosphatase, kadar C-reactive
protein, dan pemeriksaan tinja
Pemeriksaan
radiologi
Foto polos abdomen
 Dilatasi kolon yang terkait dengan kontraksi
mukosa abnormal, penebalan lipatan haustra
yang simetris bisa menghasilkan
thumbprinting apperance. Pseudopolip adalah
akibat dari penyakit mukosa yang parah,
mereka muncul sebagai multiple filling defect
dengan berbagai ukuran. Kadang-kadang
membentuk mucosal bridges diantara
pseudopolip. Sisa tinja mungkin tidak ada
dalam usus yang meradang.
Gambar 2. Foto polos abdomen
pasien dengan kolitis ulseratif yang Gambar 3. Foto polos abdomen
disertai nyeri perut, peritonisme, dan pada pasien dengan kolitis ulseratif
leukositosis. Pada operasi, megacolon yang mengalami eksaserbasi akut
toksik pada kolitis ulserativa
dikonfirmasi
Gambar 5. Seorang pasien wanita
Gambar 4. Foto polos abdomen berusia 32 tahun dengan kolitis
ulserativa yang menderita sakit perut
pada anak berusia 26 tahun dengan
dan diare berdarah. Pada foto polos
riwayat kolitis ulseratif 10 tahun
abdomen menggambarkan
menunjukkan penyempitan pada thumbprinting (panah putih) yang
kolon descendens menandakan edema dinding usus
besar
Barium enema
 Perubahan mukosa dini paling baik digambarkan
pada studi barium enema double contrast. Sebelum
ulkus muncul memberikan gambaran edema
mukosa dan granular appearance. Ketika ulkus
mukosa terbentuk dan konfluen, mukosa
digantikan oleh jaringan granulasi. Pada
pemeriksaan barium enema double contrast
gambaran khasnya granular kasar. Pada fase akut
dan subakut dari penyakit ini, ulkus bisa memiliki
bentuk yang bervariasi yaitu collar-button ulcer
dan double-tracking ulcer
Gambar 7. Studi barium enema double
Gambar 6. Studi barium enema contrast menunjukkan adanya
double contrast menunjukkan perubahan pada penyakit dini.
perubahan penyakit dini Perhatikan mukosa granular
Gambar 8. Studi barium enema Gambar 11. Studi barium enema single
double contrast pada pria 44 tahun contrast dengan kolitis total
yang memiliki riwayat kolitis ulseratif. menunjukkan ulkus mukosa dengan
Gambar menunjukkan total kolitis berbagai bentuk, dengan collar-botton
dan pseudopolyposis luas ulcers dan ulkus double-tracking
dimana ulkus berorientasi longitudinal
Gambar 12. Studi barium Gambar 13. Studi Gambar 14. Pada barium
enema double contrast barium enema single enema double contrast
menunjukkan kolitis total. contrast menunjukkan menggambarkan mukosa
Perhatikan mukosa granular di kolitis ulseratif granular pada pasien
caecum/colon ascendens dan dengan kolitis ulseratif
multiple striktur di kolon aktif
transversal dan descendens
pada pasien dengan riwayat
kolitis ulseratif lebih dari 20
tahun
CT-Scan
 Penggunaan CT-Scan sebagai modalitas pencitraan
utama untuk mengevaluasi penyakit usus inflamasi
(IBD). Meskipun studi barium enema tetap menjadi
alat utama untuk mendiagnosis dan mengevaluasi
dugaan IBD. CT-Scan dapat membantu dalam
membedakan kolitis ulseratif dan penyakit Crohn
ketika hasil studi barium tidak jelas.
 CT-scan biasanya menunjukkan penebalan dinding
kolon, mungkin muncul dengan inhomogeneous
attenuating, a target appearance pada rektum, dan
proliferasi lemak perirectal.
Gambar 15. Seorang pasien Gambar 16. CT enterography
wanita berusia 32 tahun dengan pada wanita berusia 55 tahun
kolitis ulseratif yang menderita dengan kolitis ulseratif pancolonis.
sakit perut dan diare berdarah. Panah putih menyoroti daerah
CT-Scan menunjukkan udara dengan penebalan dan
bebas (panah putih) dan peningkatan dinding
penebalan dinding usus besar
(panah putih )
MRI
 Penyakit kolon aktif ringan dapat
menunjukkan penebalan dinding kolon yang
halus dan berkurangnya distensibilitas.
Penyakit sedang sampai berat dapat
menunjukkan penebalan dinding usus,
edema mural, ulserasi, kehilangan haustra,
hyperenhancement mural, membesar vasa
recta dan kelenjar getah bening pericolonic
membesar.
Gambar 18. Enterografi resonansi
Gambar 17. Enterografi
magnetik pada pria berusia 24
resonansi magnetik pada pria
tahun dengan kolitis ulseratif.
berusia 24 tahun dengan kolitis
Pembengkakan dari pericolonic
ulseratif. Penebalan dinding
vasa recta (panah putih) dengan
kolon (panah putih) dan
penebalan dinding kolon dan
hyperenhancement pada usus
hyperenhancement pada kolon
besar kanan
sigmoid
Endoskopi
 Diagnosis kolitis ulseratif paling baik dilakukan
dengan endoskopi. Secara endoskopi, kolitis
ulserativa ditandai dengan mukosa eritematosa
abnormal, dengan atau tanpa ulserasi, mulai dari
rektum hingga bagian atau seluruh usus besar.
Pendarahan kontak juga dapat diamati, dengan
lendir yang teridentifikasi di dalam lumen usus.
Biopsi mukosa berguna untuk
mendokumentasikan tingkat penyakit, untuk
memantau aktivitas penyakit, dan untuk
pengawasan displasia atau kanker.
Gambar 19. Kolitis ulseratif seperti yang
divisualisasikan dengan kolonoskopi
ULTRASONOGRAFI
 Pada kolitis ulseratif terjadi penebalan
dinding usus, mukosa echogenic, haustra
hilang, terjadi penurunan ekogenisitas dan
penyempitan luminal ketebalan dinding
tidak begitu besar, rata-rata 7,8 mm
DIFFERENSIAL
DIAGNOSIS
Penyakit crohn
 Pada pemeriksaan barium enema dengan double contrast, penyakit
crohn awal ditandai oleh ulkus aphthoid yang sering terpisah dengan
usus yang normal dan membentuk skip lesions.
 CT-Scan menunjukkan penebalan dinding usus, edema mesenterika,
dan limfadenopati, serta phlegmon dan abses
 Ultrasonografi dalam kasus penyakit Crohn aktif, ketebalan dinding
dapat berkisar dari 5 mm sampai 2 cm dengan hilangnya layering
sebagian atau total, yang mencerminkan edema transmural,
peradangan, atau fibrosis. Pada inflamasi yang parah, dinding tampak
hipoechoic difus dengan garis hyperechoic sentral dengan lumen yang
menyempit. Peristalsis berkurang atau tidak ada, dan hilangnya
haustra.
Gambar 22. Penyakit
Gambar 21. Penyakit Crohn pada ileum
Crohn. Radang usus terminal dengan
kecil aktif. CT scan korelasi CT dan
Gambar 20. Penyakit Crohn. menunjukkan penebalan sonografi. Perhatikan
Studi barium enema double dinding usus kecil, penebalan dinding
contrast menunjukkan adanya inflamasi mesenterika, hypoechoic, hilangnya
ulserasi, inflamasi, dan dan adenopati the gut signature, dan
penyempitan kolon ascendens mesenterika garis hyperechoic pada
lumen yang menyempit
Kanker kolon
 Pemeriksaan ultrasonography menunjukkan target sign,
penebalan dinding usus tidak teratur lokal, kontur yang
tidak teratur, dan kurangnya peristaltik
 Pemeriksaan barium enema kontras ganda
menggambarkan lesi polipoid bervariasi dari tumor kecil
dan halus ke massa lobulasi yang lebih besar dengan
permukaan yang tidak beraturan, lesi ulserasi yang lebih
besar dan lebih tidak teratur.
 CT scan digunakan sebagai tambahan dalam skrining
untuk karsinoma usus besar, sebelum melakukan
operasi, untuk menilai dan stadium penyakit, dan untuk
mendeteksi adanya metastasis jauh
Gambar 24. Gambaran Gambar 25. Ultrasonografi
endoskopi lesi cecal Lobus kanan hepar yang
Gambar 23. Karsinoma menunjukkan lesi menunjukkan metastasis
annular di kolon asendens melingkar lumen sempit hyperechoic besar dari
dan splenic flexure dengan ulserasi kanker usus besar
PENATALAKSANAAN
 Pengobatan Umum
 Pengobatan Radang Aktif
 Pengobatan Pencegahan Keradangan
Berulang
Indikasi operasi
 Megacolon toksik
 Serangan fuminan tidak tahan terhadap
manajemen medis.
 Pendarahan kolon yang tidak terkontrol
Pilihan operasi
 Total kolektomi (panproctocolectomy)
dan ileostomy.
 Rekonstruksi kantong Ileoanal atau
anastomosis ileorektal.
 Dalam keadaan darurat, colectomy
subtotal dengan end-ileostomy(1).
Komplikasi
 Komplikasi yang dapat terjadi yaitu
perdarahan, perforasi, striktur, fistula,
megakolon toksik dan keganasan
Prognosis
 Inflammatory bowel disease biasanya
ditandai oleh adanya periode eksaserbasi dan
remisi. Hanya 1% penderita penyakit crohn
yang tidak mengalami kekambuhan setelah
diagnosis dan pengobatan awal. Terdapat
risiko berkembangnya kanker pada penyakit
usus kronis yang risikonya sama antara
penyakit crohn dan kolitis ulseratif
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai