Anda di halaman 1dari 40

A.

Skenario

Perut Kembung
Seorang pria, 40 tahun, datang ke dokter dengan keluhan perut kembung disertai
dengan muntah, nyeri perut, tidak bisa buang angina dan tidak bisa buang air besar sejak 1
hari yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik distensi abdomen, pemeriksaan colok dubur didapatkan tonus
sphincter ani baik, ampula kolaps, serta tidak ditemukan feses, lender dan darah. Untuk
memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan radiologi foto polos dan BNO 3 posisi.
Kemudian dokter merencanakan untuk melakukan tindakan operasi. Pasien bersedia
dilakukan tindakan operasi karena tidak bertentangan dengan ajaran islam.

1
B. Identifikasi
 Distensi abdomen : proses peningkatan tekanan abdominal sehingga menekan dinding
perut
 Ampula Kolaps : ampula (yang berada dibawah plica transveralis pada rectum)
mengempes
 Tonus Sfincter Ani : Kontraksi otot yang berkelanjutan pada otot di rectum (otot
sphincter ani)
 BNO : pemeriksaan radiografi pada daerah abdomen khususnyautnuk melihat kelainan
yang ada pada traktus digestivus
C. Brainstorming
1. Mengapa perut kembung disertai dengan muntah?
2. Mengapa tidak bisa buang angina dan buang air besar?
3. Mengapa bisa terjadi distensi abdomen?
4. Apakah penatalaksanaan selain operasi?
5. Kenapa harus dilakukan operasi? Faktor-faktor dilakukannya operasi?
6. Apa diagnosisnya? Dan diagnose bandingnya?
7. Apa pemeriksaan penunjang lainnya selain foto polos abdomen dan BNO?
8. Tindakan operasi menurut ajaran islam?
9. Mengapa terjadi ampula kolaps sementara tonus sphincter ani masih baik?
10. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan manifestasi klinis?
11. Apa faktor-faktor predisposisinya?
12. Kalau anak-anak bisa terkena penyakit ini?
13. Apa saja 3 posisi BNO dan hasil yang mendukung diagnosis?
14. Apa saja macam-macam operasi?
D. Analisis Masalah
1. Karena tersumbat ususnya dan membuat tidak bisa turun, akhirnya terjadi reflux naik
keatas dan dapat terjadi muntah.
2. Karena terjadi penyumbatan pada usus
3. Karena di usus terjadi penyumbatan
4. Berupa farmako, dikasih obat antiemetic (untuk mengatasi mual) dan pencahar (untuk
melancarkan BAB)
5. Karena adanya obstruksi (tergantung etiologi), atau kongenital (yang harus dilakukan
operasi) dan tergantung derajat keparahan
6. Diagnosis yang didapat Obstruksi Usus. Dan kemungkinan diagnosis bandingnya Ileus
Paralitik
7. USG, pemeriksaan lab darah (melihat eritrosit, hemoglobin, dll) dan urine (melihat
elektrolit, adanya dehidrasi atau tidak)
8. Boleh, kalau lebih menguntungkan dan tujuan untuk dilakukannya operasi untuk berobat.
Dalam islam, berobat itu hukumnya sunah
9. Dari etiologi dan faktor predisposisi terjadi penyempitan sehingga yang terkena hanya
ampula saja sementara kontraksi ototnya tidak terpengaruh
10. Etiologinya berupa, ascariasis, tumor, hernia, batu empedu, dan volvulus
11. Invaginasi usus, kongenital, adhesi atau perlekatan

2
12. Anak-anak bisa terkena kalo kongenital dan infeksi cacing
13. 3 posisi BNO berupa : Abdomen AP Supine, Abdomen AP setengah duduk, Abdomen
LED. Hasilnya : kemungkinan ada heering bone (bentuk tulang ikan), atau air float level
14. Simple correction, bypass (bentuk saluran baru), membuat fistula enterokutaneus,
melakuakn reseksi ussu & anastomosis
E. Hipotesa Sementara
Penyakit seperti tumor, ascariasis, hernia, batu empedu, volvulus, kongenital yang dapat
menyebabkan invaginasi usus atau adhesi atau perlekatan. Etiologi speerti itu dapat
menyebabkan terjadinya penyumbatan usus yang dapat menimbulkan manifestasi klinis
seperti mual, muntah, tidak dapat buang air besar dan nyeri perut. Apabila dilakukan
pemeriksaan foto polos, BNO dengan 3 posisi dan pemeriksaan lain berupa USG,
pemeriksaan lab darah, pemeriksaan urine yang kemungkinan ditemukan hasil seperti
heering bone atau air float level. Dari manifestasi klinis dan pemeriksaan yang dilakukan
dapat didiagnosis terjadinya ILEUS OBSTRUKTIF. Diagnosis bandingnya dapat berupa
ileus paralitik, carcinoma, tumor. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu secara
farmakologi berupa diberi antiemetic dan pencahar, sementara secara non-farmakologi
berupa tindakan bedah dan operatif yang menurut islam boleh dan hukumnya sunah karena
berupa pengobatan.

3
F. Sasaran Belajar
1. Memahami & Menjelaskan Saluran Cerna Bawah (Duodenum – Rectum)
1.1. Makroskopis
DUODENUM

 Panjangnya 12 jari ataun 25 cm, melengkung seperti huruf C


 Dibagi menjadi 3 bagian :
- Pars superior duodeni
- Pars descendens duodeni
- Pars inferior duodeni, dapat dibedakan : pars horizontalis & ascendens
 Lengkung antara pars superior dan descendens duodeni disebut flaxura duodeni
superior
 Lengkung antara pars descendens dan inferior duodenia disebut flexurs duodeni
inferior
 Permulaan duodenum yang melebar disebut bulbus duodeni
 Akhir duodenum disebut flexura duodenojejunalis

4
 Pada duodenum akan bermuara :
- Ductus pancreaticus accessories/minor (Santorini, tidak selalu ada) dan
letaknya lebih ke oral. Bagiannya yang menonjol disebut papilla duodeni
minor
- Ductus pancreaticus major (Wirsungi) serta ductus choledochus letaknya
lebih ke anal. Bagiannya yang menonjol disebut papilla duodeni major
- Papilla yang meluas ke cranial sebagai plica longitudinalis duodeni
- Di dalam dinding papilla duodeni major terdapat suatu rongga disebut
ampulla yang dindingnya terdapat suatu otot yaotu m.sphincter Oddi, yang
melingkar. Bila berkontraksi dapat menutup muara bersama dutus tersebut.
JEJENUM DAN ILEUM

 Terletak pada region umbilikalis


 2/3 proximal usus halus merupakan jejunum, 3/5 distal merupakan ileum.
 Diameter jejunum cenderung lebih besar daripada ileum
 Mesentrium jejunum cenderung lebih tebal daripada ileum
 Ciri ileum :
- arcade lebih banyak tingkatnya,
- vasa recta lebih banyak,

5
- plica sirkulares lebih jarang, dan
- ukuran lebih kecil
 Ciri Jejunum :
- Arcade lebih sedikit tingkatannya
- Vasa cecta lebih banyak
- Plica sirkulares lebih padat
- Ukuran lebih besar
 Arteriae : berasal dari cabang A.mesentrica superior, cabang-cabangnya
membentuk anyaman yaitu arcade jejunalis dan ilei
 A.ileocolica menuju bagian bawah ileum
 Vena : senama dengan arterinya
 Inervasi : simpatis dan parasimpatis berasal dari NX dari plexus mesentericus
superior

USUS BESAR (COLON)

 Dapat dibagi menjadi :


- Colon ascendens, di sebelah kanan pada region lumbalis dextra naik dari
caudal ke cranial, dimulai dari caecum. Pada ujung caecum bermuara
bangunan kecil berupa pipa menyerupai cacing disebut processus (appendix)
vermiformis
- Colon transversum
- Colon descendens
- Colon sigmoid
 CAECUM
- Pada region ileaca dextra
- Dibagian bawah terdapat juncture ileocolica tempat bermuaranya ileum
- Panjang sekitar 6 meter
- Dilengkapi valvula ileocolica yang terdiri dari labium superius dan inferius.
Kedua labium dibentuk oleh lipatan stratum circular eke ventral dan dorsal
bersatu membentuk frenulum.
- Disebelah oral lipatan, stratum circulare menebal dan membentuk suatu
sfingter yang mengatur masuknya isi usus ke dalam colon
- Terdapat appendix vermiformis, yaitu :

6
o Bentuk seperti cacing dengan panjang 8-13cm
o Ada beberapa tipe :
 Post caecalis : dibelakang caecum
 Descending atau pelvic type : dibewah ileum terminalis
 Subcaecalis : dibawah caecum
 Ante ilei : di depan ileum terminalis
 Post ilei : di belakang ileum terminalis
o Terletak di region iliaca dextra
o Mempunyai penutup peritoneum yang lengkap pada bagian bawah
mensenterium usus halus, disebut dengan mesoappendix
o Pada orang hidup dapat ditemukan 2 tipe :
 Mobile type : bisa berubah-ubah dapat ditemukan semua tipe
 Fixed type : tetap dapat ditemukan bila ujung appendix pada
peritoneum dan type retrocaecal
o Cara pemeriksaan appendix vermiformis, yaitu dengan cara menarik
garis antara umbilicus dengan SIAS dextra kemudian dibagi tiga. Titik
sepertiga lateral adalah letak appendix disebut dengan titik Mc.Burney.

 pada kolon terdapat taenia :


- taenia mesocolica : perlekatan alat penggantung dibelakang
- taenia omentalis : perlekatan omentum majus di depan
- taenia libera : dinding kaudal tidak ada alat yang melekat

7
 taenia ini, berkas stratum longitudinal karena lebih pendek dari stratum circulare,
mengakibatkan stratum circulare berlipat-lipat. Lipatan keluar disebut haustra
dan lipatan ke dalam disebut plica semilunaris
 lekuk diantara haustra disebut incisura.
 Pada colon ascendens, taenia libera terletak ventral , taenia omentalis terletak
lateral dan taenia mesocolica terletak medial
 Colon descendens berjalan dari cranial ke caudal. Taenia libera terletak di
ventral, taenia omentalis di lateral dan taenia mesocolica di medial

PERDARAHAN
 Arteri
Aorta abdominalis bercabang menjadi :
1. A.coeliaca
a. A. gastric sinistra
b. A.lienalis
c. A. hepatica communis
- A. hepatica propria
- A. gastric dextra
- A. gastroduodenalis :
 A. gastroduodenalis dextra
 A. pancreaticoduodenalis superior (memperdarahi duodenum
superior dan caput pancreas bagian atas)

2. A. mesenterica superior
a. A. colica media (ke cranial di sebelah ventral pancreas masuk ke dalam
mesocolon transversum 2/3 proximal menuju ke colon transversum dan
memperdarahinya
b. A. pancreaticoduodenalis inferior (memperdarahi pancreas dan
duodenum)
c. A. colica dextra (member cabang-cabang ke colon ascendens)
d. Aa. Jejenalis (masuk ked alma mesenterium member cabang-cabang ke
jejunum, jumlah 12-15, setiap arteri akan membelah menjadi dua dan
bersatu dengan arteri yang berdekatan membentuk arcade, kemudia
bercabang lagi dan bersatu membentuk arcade 2,3,4)
e. A. ileocolica (pergi ke kanan caudal member cabang ke colon
ascendens dan ileum)
- Ramus superior (beranastomosis dengan A.colica dextra)
- Ramus inferior :
 A. caecalis anterior
 A. caecalis posterior, bercabang lagi menjadi A. appendicularis

3. A. renalis

4. A. mesenterica inferior

8
a. A. colica sinistra (pergi ke kiri dan member cabang-cabang ke ramus
ascendens : 1/3 distal colon transversum, flexura coli sinistra, ramus
descendens memperdarahi bagian atas colon descendens)
b. A. sigmoidea (member cabang-cabang ke colon descendens bagian
bawah dan colon sigmoideum)
c. A. hemorrhoidalis superior (rectalis superior) (memberi cabang-cabang
ke dorsal rectum dan anus)

Cabang-cabang a. colica media, a. colica dextra, aa. Jejenalis, aa.ileae, a.


colica sinistra dan a. sigmoidea berhubungan satu sama lain menjadi
A.marginalis (Drummon), sehingga terjadi lengkung-lengkung disebut
arcades.

 Vena
1. Vena Mesentrica Inferior
Menerima aliran balik dari :
- V. colica sinistra
- Vv. Sigmoideae
- V. Rectalis superior

2. Vena Mesentrica Superior


Menerima aliran balik dari :
- V. ileocolica
- Vv. Jejenalis
- Vv. Pancreaticoduodenalis (bersatu dulu dengan v. gastroepiploica
dextra  ke v. mesenterica superior)
- V. gastroepiploica dextra
- Vv. Ileae
- V. colica dextra
- V. colica media

3. Vena Lienalis
Bersatu dengan v. mesenterica superior menjadi V.portae.

PERSARAFAN
Oleh saraf otonom, yaitu :

a. Simpatis
 Dikenal sepasang n.Splachnicus major dan minor dextra dan sinistra.
Melewati crus media dan intermedia pars lumbalis diafragmatica yang
berpangkal di truncus coeliacus

9
 Serabut postganglionnya mengikuti a.mesenterica superior serta cabang-
cabangnya dan dari chorda posterior membentuk plexus mesentericus
superior
 Plexus mesentericus inferior di bentuk oleh neurit-neurit sel-sel yang ada di
dalam ganglion mesentericum inferius serta serabut-serabut rr.Visceralis
plexus pudenda
 Sifat simpatis efferent yang membawa impuls yang menyebabkan
penghambatan sekresi kelenjar, vasokonstriksi pembuluh darah, relaksasi
pada otot-otot dinding vesica felea, ventriculus dan usus.

b. Parasimpatis
 N. vagus (X) sinistra
 N.Vagus (X) dextra
- Menembus diafragma di belakang esophagus (chorda posterior)
- Menuju langsung ke pangkal truncus coeliacus dan plexus coeliacus
untuk menginervasi : intestinum tenue dan crassum, gaster, 2/3 colon
transversum, lien, pancreas, hepar
- 1/3 lateral colon transversum, colon desendens, colon sigmoid diinervasi
oleh sacral 2,3,4 (pusat parasimpatis).

1.2. Mikroskopis
USUS HALUS
Bangunan – bangunan khusus pada mukosa:
 Plika semisirkularis Kerkringi
- Plica mukosa dan submucosa berbentuk bulan sabit mengelilingi1/2- 2/3
lingkaran lumen usus
- Berkembang secara maksimal pada akhir duodenum dan pada bagian
proksimal jejunum, setelah itu berkurang dan menghilang pada setengah
bagian distal ileum.

 Vilus dan Kriptus


- Vilus, merupakan tonjolan kecil mirip jari atau daun pada membran mukosa
- Panjangnya 0,5 – 1,5 mm dan hanya terdapat pada usus kecil

10
- Kontraksi sel-sel otot polos di tengah vili menyebabkan vili dapat mengkerut
dan memendek, jadi membantu aliran limf.
- Pada umumnya vili memendek bila usus mengembang.
- Kriptus Lieberkuhn, bangunan-bangunan berbentuk tabung bermuara di
antara dasar vili.
- Susunan kriptus tidak serapat kelenjar-kelenjar lambung, ruang-ruang di
antaranya terisi oleh jaringan ikat lamina propria.

 Mikrovili
- Masing-masing mikrovili diliputi oleh membran plasma, yang lapisan luarnya
dilengkapi dengan jala filamen halus yang memberi gambaran “kabur”.
- Tonjolan-tonjolan dinding sel ke permukaan lumen merupakan brushborder.

Tunika mukosa
Epitel usus halus merupakan epitel silindris, tetapi berbeda dengan epitel permukaan
lambung, oleh karena terdapat lebih dari satu jenis sel.

11
a. Sel silindris ( sel absorptif)
· Terletak di atas lamina basal
· Intinya lonjong dan terletak di bagian basal sel
· Tiap sel mempunyai batas yang bergaris (“striated border”) atau berbentuk
sikat (“brush border”) yang terdiri atas mikrovili berjajar dan berhimpitan.
· Lapisan glikoprotein dibentuk oleh sel-sel silindris dan mengandung enzim-
enzi, pencernaan seperti disakarida dan dipeptidase yang memecah gula dan
peptida
· Sel silindris juga membentuk enzim fosfatase alkali dan enterokinase yang
terdapat pada lapisan permukaan.

b. Sel goblet
· Tersebar di antara sel-sel silindris
· Jumlahnya bertambah dari duodenum sampai ujung ileum.
· Pada umumnya dasar sel ramping berwarna gelap dan berisi inti.
· Puncaknya mengembung berbentuk khusus karena kumparan butir-butir
sekret mukus.
· Seperti sel silindris, sel goblet bermigrasi dari kriptus ke vilus
· Kemudian semakin banyak butir sekret yang ditimbun, bentuk selnya makin
menyerupai piala, dan dilepaskan diujung vilus.

c. Sel enteroendokrin
· Mengeluarkan peptida pengatur aktif yang berhubungan dengan sekresi
lambung, motilitas intestinal, sekresi pankreas, dan kontraksi kandung
empedu.
· Tersebar diantara sel-sel absortif dan sel goblet:
Sel gastrinintestinal Þpada vili dan kriptus
 Sel penghasil somastatin (sel D) Þ sepanjang usus halus
 Sel penghasil cholecystokinine (sel I) Þ crypti duodenum dan jejunum
 Sel penghasil enteroglucagon/glycentine (sel L) Þ pada mucosa jejunum
dan ileum
 Sel enterochromaffin sel EC1) Þ sepanjang mukosa usus halus , penghasil
serotonin dan substan P
 Sel KÞ paling sering terlihat pada crypti duodenum dan jejunum,
mengahsilkan gastric inhibitory peptide.

d. Sel paneth
· Ditemukan hanya pada dasar cryptus usus halus
· Berbentuk piramid dengan dasar lebar dan puncak sempit
· Sel paneth menghasilkan lisozim suatu enzim yang mencerna dinding sel
bakteri tertentu , dan agaknya berkemampuan memfagositosis bakteri
tertentu.

12
· Walaupun fungsinya belum diketahui dengan pasti, ia mungkin mengatur
flora mikrobial usus.
· Sel paneth dewasa mengandung banyak granula dan terletak di dasar kriptus
· Sel yang kurang dewasa terletak agak tinggi pada kriptus
· Pergantian sel paneth lebih lambat (30-40 hari) dibanding dengan sel silindris
atau sel goblet.

Lamina propria
- terdapat diantara kelenjar intestinal dan di tengah vilus.
- Digambarkan sebagai jaringan ikat longgar yang menjurus ke arah limfoid.
- Di dalam jala serat retikulin terdapat sel retikular primitif denga inti besar, lonjong,
dan pucat, limfosit, makrofag dan sel plasma.
- Terdapat pula sejumlah besar folikel solietr atau noduli limfatisi yang menyendiri,
jumlahnya semakin banyak pada bagian distal usus.
- Membentuk agregrat besar terdiri dari 20 atau lebih lympho nodulus disebut plaque
payeri.
- Dari sudut pandang imunologik, lamina propria adalah penting dengan sel limfosit
dan makrofag sebagai sawar antara tubuh dan antigen, mikroorganisme dan bahan
asing lainnya yang selalu ada di dalam lumen usus.

Tunika Submukosa
- Kelenjar submukosa duodenum (Brunner) terdiri atas sel kubis tinggi dengan inti
gelap, gepeng, terletak di basal sel dan sitoplasmanya jernih bervakuola.
- Kelenjar Brunner menghasilkan mukus basa
- Sekret asam lambung dapat menyebabkan erosi pada mukosa duodenum, dan sekresi
kelenjar submukosa mencegah hal tersebut dengan mukusnya.
- Sifat alkalinya diduga disebabkan oleh kapasitas bufer bikarbonat.

-
- Sel kelenjar Brunner mengandung urogastrone, suatu peptida yang menghambat
sekresi asam hidroklorida di dalam lambung.

13
USUS BESAR
- Fungsi usus besar :
 Absorpsi cairan
 Mensekresi mukus pelumasan menjadi lebih penting karena cairan diabsorpsi dan
feses menjadi lebih keras sehingga kemungkinan merusak mukosa menjai lebih
besar.
 Pencernaan yang dilakukan oleh enzim yang ada di dalam makanan.
 Pembusukan oleh bakteri yang selalu ada di dalam usus besar.
- Usus besar tidak mempunyai plika dan vili
- Epitel permukaan tampak lebih rata daripada yanga ada di usus kecil
- Sel goblet jumlahnya lebih banyak.
- Batas ileosekal
 Terjadi perubahan mendadak pada mukosa, yaitu membentuk lipatn anterior dan
posterior menjadi dua daun katup.
 Terdiri dari mukosa dan submukosa yang diperkuat oleh massa otot polos melingkar.

C
ry
pt
u
s

N.
Lympha
ticus
APPENDIX soliter
 Panjangnya  25 cm

14
 Dalam potongan melintang, lumennya sempit dan biasanya dengan batas yang tidak
teratur.
 Vili tidak ada dan kelenjar intestinal jumlahnya sedikit dan panjang tidak teratur
 Epitel permukaan tersusun dari sel silindris dengan “striated border” dan sel
gobletnya sedikit,
 Di dalam kriptus terdapat sedikit sel paneth, dan banyak sel enteroendokrin.
 Apendiks seringkali sebagai tempat peradangan akut dan kronis, sehingga sukar
mendapatkan apendiks yang normal. Biasanya terdapat eosinofil dan neutrofil dalam
lamina propria dan submukosa.
 Dalam jumlah banyak eosinofil dan neutrofil berturut-turut menunjukkan adanya
infeksi menahun dan infeksi akut.

SEKUM, KOLON, REKTUM


 Kelenjar intestinal lebih dalam pada usus besar dari pada usus kecil dan letaknya
lebih berhimpitan. Di kolon dalamnya 0,5 mm, sedangkan di rektu mencapai 0,75
mm.
 Sel goblet jumlahnya banyak dan sel enteroendokrinkadangkala terdapat di bawah di
dalam kelenjar.
 Sel paneth tidak ada
 Lamina propria di antara kelenjar sama dengan yang ada di usus halus, dan
mengandung noduli limfatisi yang letaknya tersebar meluas di submukosa.
 Pada sekum dan kolon, lapisan muskularis longitudinal tidak merupakan lapisan yang
utuh tetapi membentuk 3 pta memanjang, sebagai taeniae coli.
 Pada rektum lapisan longitudinal ini kembali menjadi lapisan yang utuh.
 Tunika serosa, pada permukaan yang tidak melekat di dinding abdomen pagian
posterior, membentuk tonjolan-tonjolan kecil terdiri atas jaringan lemak yaitu
apendiks epiploika.

Batas rektum anus


 Disini membran mukosa membentuk lipatan-liptan memanjang disebut “Kolumna
Rektalis Morgagni”.
 Epitel silindris tiba-tiba berubah menjadi epitel berlapis gepeng yang meluas sedikit
ke bawah sebagai daerah peralihan antara epitel usus dan kulit.
 Pada anus, epitelnya mengandung lapisan tanduk dan dibawahnya terdapat kelenjar
tubulosa bercabang disebut “kelenjar sirkumanal”
 Pada bagian bawah rektum, dan pada saluran anus, lapisan dalam muskularis
menebal, sebagai sfingter ani internum
 Mengelilingi saluran anus adalah berkas-berkas otot lurik, yang membentuk sfingter
ani eksternum.

Saluran T.mukosa L. propria T.muskul T.submu T.musku T.serosa /


aris kosa laris adv
mukosa

15
EST+ Kriptus kel. T. adv
Duodenum SG+mikro lieberkuhn Brunner
vili+vilus
Jejunum EST+ KL plica T.serosa
SG+ vilus semisircul
ar kekringi
Ileum EST+ KL+plaque T.serosa
SG+ vilus peyeri

Rectum EST+SG> KL T.adv

Appendix EST+SG> KL+NL T.serosa


> seluruh
dinding

2. Memahami & Menjelaskan Fisiologi & Biokimiawi Usus


2.1. Proses Absorbsi
Usus Halus (intestinum minor)
Usus halus mempunyai 2 fungsi utama pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi
dan air. Semua akitivitas lainnya mengatur atau mempermudah berlangsungnya
proses ini. Proses pencernaan ini dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja ptialin,
asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses dilanjutkan didalam
duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis
karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya
bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH
optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dan hati membantu proses
pencernaan dengan mengemulsikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase
pankreas.
Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat
melarutkan zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam
empedu dan molekul-molekul. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam
empedu karena merupakan molekul polar, membentuk permukaan misel dengan
ujung hidrofobik mengarah ke dalam dan ujung hidrofilik menghadap keluar menuju
medium cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-vitamin larut lemak dan
kolesterol. Jadi asam-asam lemak bebas, gliserida dan vitamin-vitamin yang larut
dalam lemak dipertahankan dalam larutan sampai mereka dapat di absorbsi oleh
permukaan sel epitel.

16
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
enteriukus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan
mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorbsi. Enzim-enzim utama pencernaan
adalah kelenjar ludah menghasilkan amylase (ptyalin) ludah; kelenjar ludah
menghasilkan pepsin dan lipase lambung; mukosa duodenum menghasilkan
enterokinase; kelenjar eksokrin pankreas menghasilkan tripsin, kemotripsin,
karbosipeptidase, nuclase, lipase pankreas; amilase pankreas; hati menghasilkan asam
empedu (bukan enzim), kelenjar usus menghasilkan aminopeptidase, dipeptidase,
maltase, lactase, sukrosa, lipase usus, nucleotidase.

Dua hormon penting dalam pengaturan usus. Lemak yang bersentuhan dengan
mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kantong empedu yang diperantarai oleh
kerja kolesistokinin. Hasil-hasil pencemaan tak lengkap yang bersentuhan dengan
mukosa duodenum, merangsang sekresi getah pankreas yang kaya akan enzim; hal ini
diperantarai oleh kerja pankreozimin.

Parikreozimin dan kolesistokinin sekarang diduga merupakan satu hormon yang sama,
yang mempunyai efek berbeda, hurmon ini dinamakan CCK (beberapa buku teks
menyebut hormon ini CCK-PZ). Hormon ini dihasilkan oleh mukosa duodenum.

Asam yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan

dikeluarkan hormon lain, sekretin dan jumlah yang  keluarkan sebanding dengan asam
yang mengalir melalui duodenum. Sekretin merangsang sekresi getah yang
mengandung bikarbonat dari pankreas, dan empedu dari hati.

Sekretin memperbesar kerja CCK.

Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakkan peristaltik mendorong isi
dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorbsi
optimal dan suplai kontinue isi lambung.\

Absorbsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pengamatan karbohidrat, lemak dan


protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino) melalui dindirig
usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel- sel tubuh. Selain itu air,
elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi. Absorbsi berbagai zat berlangsung dengan
mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian besar kurang dimengerti.

Besi dan kalsium sebagian besar diabsorbsi dalam duodenum dan abscrbsi kalsium
memerlukan vitamin D, vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K) diabsorbsi
dalam duodenum dan memerlukan garam-garam empedu. Asam folat dan vitamin-
vitamin lain yang larut dalam air juga diabsorbsi di duodenum. Absorbsi gula, asam-
asam amino dan lemak sebagian besar diselesaikan menjelang kimus mencapai
jejunum. Absorbsivitamin B12 berlangsung pda ileum terminal melalui mekanisme
transport khusus yang memerlukan faktor intrinsik lambung. Sebagian besar asam-

17
asam empedu yang dikeluarkan oleh kandung empedu ke dalam duodenum untuk
membantu pencernaan lemak, akan diabsorbsi pada ileum terminal dan masuk kembali
ke hati. Siklus ini dinamakan sirkulasi enterohepatik garam-garam empedu dan sangat
penting dalam mempertahankan cadangan empedu.

Dengan demikian asam-asam atau garam-garam empedu mampu bekerja mencenakan


leniak berkali-kali sebelum dikeluarkan dalam feses.

Penyakit atau reseksi ileum terminal dapat menyebabkan deifisiensi garam-garam


empedu dan mengganggu pencernaan lemak. Masuknya garam- garam empedu dalam
jumlah besar ke dalam kolon menyebabkan iritasi kolon dan diare.

Usus Besar

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir
isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit,
yang sudah nampir lengkap pada kolon. bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi
sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi
berlangsung.

Kolon mengabsorbsi sckitar 600 ml air per/ hari, bandingkan dengan usus halus yang
mengabsorbsi sekitar 8 000 ml. Kapasitas absorpsi usus besar adalah sekitar 2000
ml/hari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya karena adanya kiriman yang berlebihan
dan ileum, maka akan terjadi diare.

Berat akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200 g, 75% diantaranya berupa air.
Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak diabsorpsi, bakteri, sel epitel yang
mengelupas, dan mineral yang tidak diabsorbsi.

Sedikitnya pencernaan yang terjadi di usus besar terutama diakibatkan oleh bakteri dan
bukan karena kerja enzim. Usus besar mengsekresikan mucus alkali yang tidak
mengandung enzim. Mukus ini bekerja untuk melumasi dan melindungi mukosa.

Bakteri usus besar munsintesis vitamin K. dan beberapa vitamin B. Pembusukan oleh
bakteri dari sisa-sisa protein menjadi asam amino dan zat- zat yang lebih sederhana
seperti peptida, indol, skatol, fenol dan asam lemak.

Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2, H2 dan CH4  membantu pembentukan
flatus di kolon. Beberapa subtansi ini dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lainnya
diabsorpsi dan diangkut ke hati di mana zat-zat ini akan diubah manjadi senyawa
yzng kurang toksik dan diekskresikan melalui kemih. Fermentasi bakteri pada sisa
karbohidrat juga melepaskan CO2 , H2 dan CH4 yang merupakan komponen flatus.
Dalam sehari secara normal dihasilkan sekitar 1.000 ml flatus. Kelebihan gas dapat
terjadi pada aerofagia (menelan udara secara berlebihan) dan pada peningkatan gas di
dalam lumenusus, yang biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan.

18
Makanan yang mudah membentuk gas seperti kacang-kacangan mengandung
banyakkarbohidrat yang tidak dapat dicerna.

Pada umumnya, pergerakan usus besar adalah lambat. Pergerakan usus besar yarg
khas adalah gerakan mengaduk haustra. Kantong-kantong atau haustra teregang dan
dari waktu ke waktu otot sirkular akan berkontrasi untuk mengosongkannya.
Pergerakannya tidak progresif, tetapi menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik dan
meremas-remas sehingga memberi cukup waktu untuk absorbsi. Terdapat dua jenis
peristaltik propulsif;

(1) kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak
ke depan, menyumbat beberapa haustra, dan

(2) penstaltik massa, merupakan kontraksi yang mengbatkan segmen kolon. Gerakan
peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi.
Kejadian ini timbul dua sampai tiga  kali sehari dan dirangsang oleh refleks
gastrokolik setelah makan, khususnya setelah makanan pertama masuk pada hari itu.

Biokimia

Usus halus

Usus halus memiliki tiga bagian yaitu, usus dua belas jari (duodenum), usus tengah
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Suatu lubang pada dinding duodenum
menghubungkan usus 12 jari dengan saluran getah pancreas dan saluran empedu.
Pankreas menghasilkan enzim tripsin, amilase, dan lipase yang disalurkan menuju
duodenum. Tripsin berfungsi merombak protein menjadi asam amino. Amilase
mengubah amilum menjadi maltosa. Lipase mengubah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol. Getah empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantung
empedu. Getah empedu disalurkan ke duodenum. Getah empedu berfungsi untuk
menguraikan lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

Selanjutnya pencernaan makanan dilanjutkan di jejunum. Pada bagian ini terjadi


pencernaan terakhir sebelum zat-zat makanan diserap. Zat-zat makanan setelah
melalui jejunum menjadi bentuk yang siap diserap. Penyerapan zat-zat makanan
terjadi di ileum. Glukosa, vitamin yang larut dalam air, asam amino, dan mineral
setelah diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh darah dan diedarkan
ke seluruh tubuh. Asam lemak, liserol, dan vitamin yang larut dalam lemak setelah
diserap oleh vili usus halus; akan dibawa oleh pembuluh getah bening dan akhirnya
masuk ke dalam pembuluh darah.

Usus besar

Bahan makanan yang sudah melalui usus halus akhirnya masuk ke dalam usus besar.
Usus besar terdiri atas usus buntu (appendiks), bagian yang menaik (ascending
colon), bagian yang mendatar (transverse colon), bagian yang menurun (descending

19
colon), dan berakhir pada anus. Bahan makanan yang sampai pada usus besar dapat
dikatakan sebagai bahan sisa. Sisa tersebut terdiri atas sejumlah besar air dan bahan
makanan yang tidak dpat tercerna, misalnya selulosa.

Usus besar berfungsi mengatur kadar air pada sisa makanan. Bil kadar iar pada sisa
makanan terlalu banyak, maka dinding usus besar akan menyerap kelebihan air
tersebut. Sebaliknya bila sisa makanan kekurangan air, maka dinding usus besar akan
mengeluarkan air dan mengirimnya ke sisa makanan. Di dalam usus besar terdapat
banyak sekali mikroorganisme yang membantu membusukkan sisa-sisa makanan
tersebut. Sisa makanan yang tidak terpakai oleh tubuh beserta gas-gas yang berbau
disebut tinja (feses) dan dikeluarkan melalui anus.

2.2. Proses Defekasi

Propulsi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum dan merangsang


refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh stingier ani eksterna dan interna. Sfingter
interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah
kontrol volunter. Refleks defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan
keempat dari medula spinalis.

Serabut-serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus panggul dan


bertanggung jawab atas kontraksi rektum dan relaksasi sfingter  interna. Pada waktu
rektum yang mengalami distensi -berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga
menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter intema dan
ekstema berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi tinggi massa feses.
Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen yang terjadi
akibat kontraksi volunter otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan kontraksi secara
terus- menerus dari otol-otot abdomen (menuver ata'i peregangan valsava). Defekasi
dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot sfingtcr ekstema dan levator ani.
Dinding rektum secara bertahap akan relaks, dan keinginan untuk berdefekasi
menghilang. Kelainan dari proses defekasi adalah konstipasi dan diare. Konstipasi
terjadi karena kegagalan pengosongan rektum saal terjadi peristaltik massa.

Bila defekasi tidak sempurna, rektum relaksasi dan hasrat untuk defekasi hilang. Air
tetap terus diabsorpsi dari massa feses, menyebabkan feses menjadi keras, sehingga
defekasi selaniutnya lebih sukar. Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi
defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/ hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari
200 g/hari) dan konsistensi (feses cair) hal ini biasanya dihubungkan dengan
dorongan, ketidaknyamanan perianal, inkontinensia atau kombinasi dari faktor-faklor
ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorbsi
mukosa atau motilitas dapat menyebabkan diare. Diare dapat disebabkan oleh obat-
obatan tertentu (penggantian hormone tiroid, pelunak feses dan laksatif, antibiotik
kemoterapi dan antasida), pemberian makanan per selang, gangguan metabolik dan

20
endokrin (diabetes, addisnn, tirotoksikosis) serta proses infeksi virus/bakteri (disentri,
shigelosis, keracunan makanan). Proses penyakit lain yang dihubungkan dengan diare
adalah gangguan nutrisi dan malabsorbsi (sindrom usus peka, kolitis ulseratif,
enteritis regional, dan penyakit seliaka) defisit sfingter anal, sindrom, zollinger -
ellison, paralitik ileus dan obstruksi usus.

Frekuensi defekasi meningkat bsrsamaan dengan meningkatnya kandungan cairan


dalam feses. Pasien mengeluh kram perut, distensi, gemuruh usus (borborigimus),
anoreksia dan haus. Kontraksi spasmodik vang nyeri dan peregangan yang tidak
efektif pada anus (tenesmus), dapat terjadi pada setiap defekasi.

Feses berair adalah karakteristik dari penyakit usus halus, sedarigkan feses semi padat
lebih sering dihubungkan dengan gangguan kolon. Feses yang sangat besar dan
berminyak menunjukkan malabsorbsi usus, dan adanya mukus dan pus dalam feses
menunjukkan enteritis inflamasi atau kolitis.

3. Memahami & Menjelaskan Ileus Obstruktif


3.1. Definisi
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik,
partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsino ma
dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus
halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.

3.2. Epidemiologi
Obstruksi usus halus menempati sekitar 20% dari seluruh pembedahan darurat, dan
mortalitas dan morbiditas sangat bergantung pada pengenalan awal dan diagnosis
yang tepat. Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai
oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Mc Iver
mencatat 44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang
mengalami strangulasi.
Walaupun di negara berkembang seperti di Indonesia, adhesi bukanlah sebagai
penyebab utama terjadinya obstruksi usus. Penyebab tersering obstruksi usus di
Indonesia, adalah hernia, baik sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun
obstruksi usus strangulasi (63%).
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan, sebagai
akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan
terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan
berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan
salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen
merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang

21
memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi.
Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.

3.3. Etiologi

1. Perlengketan :
Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada
jaringan parut setelah pembedahan abdomen

2. Intusepsi :
Salah satu bagian dari usus menyusup
kedalam bagian lain yang ada
dibawahnya akibat penyempitan lumen
usus. Segmen usus tertarik kedalam
segmen berikutnya oleh gerakan
peristaltik yang memperlakukan segmen
itu seperti usus. Paling sering terjadi
pada anaka-anak dimana kelenjar limfe

22
mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut
(ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh
rectum dan anus.

3. Volvulus :
Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian
menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat
distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada
mesentriumnya
Gbr Menunjukan bentuk normal intestin (atas
warna pink) dan intestin yang mengalami
volvulus (bawah warna ungu)
Tindakan bedah, infeksi dan bahkan
endometriosis sering menyebabkan
peradangan peritoneum loka atau generalisata
(peritonitis). Pada penyembuhan dapat terjadi
perlekatan antara segmen usus atau dinding
abdomen dan tempat operasi.

4. Hernia :
Protrusi usus melalui area yang lemah
dalam usus atau dinding dan otot
abdomen atau defek di dinding rongga
peritoneum yang memungkinkan
terbentukkan tonjolan peritoneum mirip kantong yang dilapisi serosa

5. Tumor :
Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus
menyebabkan tekanan pada dinding usus.

6. Inkarserasi (terperangkap)  massa visera yang meningkat di dalam hernia


sehingga massa tersebut terperangkap akibat adanya stasis dan edema secara
permanen.

7. Strangulasi  gangguan lebih lanjut dimana pasokan darah dan drainase


menyebabkan infark segmen yang terperangkap

23
Gbr strangulasi intestinal

Faktor Predisposisi

Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang disebabakan disfungsi umum kelenjar
eksokrin pancreas. Keadaan ini menyebabakan berkurangnya enzim pancreas yang
mengalir ke lumen usus halus sehingga issi usus halus menjadi kental dan menyumbat
lumen usus. Gambaran radiologist yang ditemukan ialah pelebaran usus dan tampak
bayangan udra yang granular diantara mekonium yang kental tersebut.

Obstruksi mekanik, menurut lokalisasinya dibagi menjadi :


1. Obstruksi mekanik rendah
Obstruksi mulai dari caecum sampai anorektal. Obstruksi ini paling banyak
disebabkan oleh tumor ganas, penyebab lainnya adalah :
- Volvulus
- Scibala
-
2. Obstruksi mekanik tinggi
Menurut letaknya dapat dibedakan menjadi :
a. Obstruksi diatas pylorus, dapat disebabkan :
- Stenosis pylorus
- Strictur
- Obstruksi oleh karena keganasan
- Bezoar
Pada obstruksi ini gejalanya yang menonjol adalah : muntah-muntah dimana
muntahannya dapat dirasakan seperti asam lambung, serangan rasa nyeri lebih
sering, distensi abdomen agak kurang.

b. Obstruksi dibawah pylorus. Obstruksi terjadi mulai dari pylorus sampai


ileocaecal junction, obstruksi ini sering ditemukan pada :
- Adhesion (perlengketan)
- Hernia interna
- Volvulus
- Gumpalan Ascaris
Pada obstruksi ini muntahannya faeculent (feces) warna kuning seperti tinja.
Serangan nyeri perut agak jarang, tetapi perut lebih distensi.

24
3.4. Klasifikasi

1. ILEUS MEKANIK

Paralise colon distal (pseudoparalise)a. Berdasarkan Lokasi Obstruksi


 Letak Tinggi : Bila mengenai usus halus (dari gaster sampai ke ileum
terminal)
 Letak Rendah : Bila mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai
anus)

b. Berdasarkan sifat sumbatan :


 Partial obstruction : Terjadi sumbatan sebagian lumen.
 Simple obstruction : terjadi sumbatan total yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah. Biasanya terjadi pada obstruksi usus
yang disebabkan oleh tumor atau askaris.
 Strangulated obstruction: Terjadi jepitan pembuluh darah sehingga
terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang
ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari
jaringan gangren. Biasanya terjadi pada obstruksi usus yang
disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus.
a. Berdasarkan kecepatan timbul (speed of onset):
 Akut : dalam hitungan jam
 Kronik : dalam hitungan minggu
 Kronik dengan serangan akut

2. ILEUS NEUROGENIK
a. Adinamik/Ileus Paralitik : Ileus timbul karena adanya lesi saraf (terjepit,
peritonitis umum) sehingga terjadi paralisis yang berakibat ileus paralitik. 1
b. Dinamik/Ileus Spastika : Ileus terjadi karena rangsangan saraf, keracunan,
histeri, neurasteni, sehingga timbul kenaikan rangsang terlalu kuat saraf
parasimpatik di tunika muskularis yang berkontraksi bersamaan dimana
normalnya bergantian yang berakibat spasme dan makanan tidak bisa menuju
distal. 1
3. ILEUS VASCULAR
Ileus yang berhubungan dengan penyakit jantung, karena adanya
thrombus/embolus pada pembuluh darah sehingga timbul iskemik, gangren,
nekrosis, bisa juga perforasi.

Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok


(Bailey,2002):
a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.

25
3.5. Patofisiologi
Etiologi1  penyumbatan intestinal  penyempitan lumen usus  pasase lumen usus terganggu

Bagian proksimal3 obstrusi tersumbat  Pengumpulan isi lumen2

Distensi4

Tekanan intralumen sekresi kelenjar pencernaan aliran air dan Na+

Iskemik akumulasi cairan dan gas - Dehidrasi


terus bertambah - Hipotensi
Kehilangan cairan ke
Peritoneum seluruh bagian obstruksi
menyumbat
Nekrosis

Permabilitas hiperperistaltik

- Kolik abdomen
- Muntah

Kehilangan cairan dan elektrolit

- Perfusi jaringan
- Asidosis metabolit
- Syok hipovolumik

3.6. Manifestasi Klinis

1. Obstruksi sederhana

26
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian
oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri
kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan
timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun
obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering
dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal
sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.1,2,10

Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.  Distensi
abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin
jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic
sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah
distal.10

1. Obstruksi disertai proses strangulasi

Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan
nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau
hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana
nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan
tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.

2. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat


sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus
menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan
timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum
obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.
Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu
mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus,
akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian.
Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering
mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan
dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi
abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan
akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan
terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.

27
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002; Sabiston, 1995)
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).
Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada (Winslet, 2002;
Sabiston, 1995):
1. Lokasi obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
4. Ada atau tidaknya iskemia usus
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok
hypovolemik, pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap
setiap penyakit yang dicurigai ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus
diperiksa (Winslet, 2002).
Nyeri abdomen biasanya agak tetap pada mulanya dan kemudian menjadi bersifat
kolik. Ia sekunder terhadap kontraksi peristaltik kuat pada dinding usus melawan
obstruksi. Frekuensi episode tergantung atas tingkat obstruksi, yang muncul
setiap 4 sampai 5 menit dalam ileus obstruktif usus halus, setiap 15 sampai 20
menit pada ileus obstruktif usus besar. Nyeri dari ileus obstruktif usus halus demikian
biasanya terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen, sedangkan yang dari
ileus obstruktif usus besar biasanya tampil dengan nyeri intaumbilikus. Dengan
berlalunya waktu, usus berdilatasi, motilitas menurun, sehingga gelombang
peristaltik menjadi jarang, sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda

28
dan diganti oleh pegal generalisata menetap di keseluruhan abdomen. Jika nyeri
abdomen menjadi terlokalisasi baik, parah, menetap dan tanpa remisi, maka ileus
obstruksi strangulata harus dicurigai (Sabiston, 1995). Muntah refleks ditemukan
segera setelah mulainya ileus obstruksi yang memuntahkan apapun makanan dan
cairan yang terkandung, yang juga diikuti oleh cairan duodenum, yang
kebanyakan cairan empedu (Harrison’s, 2001). Setelah ia mereda, maka muntah
tergantung atas tingkat ileus obstruktif. Jika ileus obstruktif usus halus, maka muntah
terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus
didekompresi dengan regurgitasi, sehingga tak terlihat distensi. Jika ileus obstruktif
usus besar, maka muntah timbul lambat dan setelah muncul distensi. Muntahannya
kental dan berbau busuk (fekulen) sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan
sekunder terhadap stagnasi. Karena panjang usus yang terisi dengan isi demikian,
maka muntah tidak mendekompresi total usus di atas obstruksi (Sabiston, 1995).
Distensi pada ileus obstruktif derajatnya tergantung kepada lokasi obsruksi dan makin
membesar bila semakin ke distal lokasinya. Gerkakan peristaltik terkadang dapat
dilihat. Gejala ini terlambat pada ileus obstruktif usus besar dan bisa minimal atau
absen pada keadaan oklusi pembuluh darah mesenterikus (Sabiston, 1995).
Konstipasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut ( dimana feses dan
gas tidak bisa keluar) dan relatif (dimana hanya gas yang bisa keluar) (Winslet,
2002). Kegagalan mengerluarkan gas dan feses per rektum juga suatu gambaran
khas ileus obstruktif. Tetapi setelah timbul obstruksi, usus distal terhadap titik
ini harus mengeluarkan isinya sebelum terlihat obstipasi. Sehingga dalam ileus
obstruktif usus halus, usus dalam panjang bermakna dibiarkan tanpa terancam di
usus besar. Lewatnya isi usus dalam bagian usus besar ini memerlukan waktu,
sehingga mungkin tidak ada obstipasi, selama beberapa hari. Sebaliknya, jika ileus
obstruktif usus besar, maka obstipasi akan terlihat lebih dini. Dalam ileus
obstuksi sebagian, diare merupakan gejala yang ditampilkan pengganti obstipasi
(Sabiston, 1995).
Dehidarasi umumnya terjadi pada ileus obstruktif usus halus yang disebabkan
muntah yang berulang-ulang dan pengendapan cairan. Hal ini menyebabkan kulit
kering dan lidah kering, pengisian aliran vena yang jelek dan mata gantung dengan
oliguria. Nilai BUN dan hematokrit meningkat memberikan gambaran polisitemia
sekunder (Winslet, 2002).
Hipokalemia bukan merupakan gejala yang sering pada ileus obstruktif
sederhana. Peningkatan nilai potasium, amilase atau laktat dehidrogenase di
dalam serum dapat sebagai pertanda strangulasi, begitu juga leukositosis atau
leukopenia (Winslet, 2002). Pireksia di dalam ileus obstruktif dapat digunaklan
sebagai petanda (Winslet, 2002) :
1. Mulainya terjadi iskemia
2. Perforasi usus

29
3. Inflamasi yang berhubungan denga penyakit obsruksi
Hipotermi menandakan terjadinya syok septikemia. Nyeri tekan abdomen yang
terlokalisir menandakan iskemia yang mengancam atau sudah terjadi. Perkembangan
peritonitis menandakan infark atau perforasi (Winslet, 2002).
Sangat penting untuk membedakan antara ileus obstruktif dengan strangulasi
dengan tanpa strangulasi, karena termasuk operasi emergensi. Penegakan
diagnosa hanya tergantung gejala kilnis. Sebagai catatan perlu diperhatikan
(Winslet, 2002):
1. Kehadiran syok menandakan iskemia yang sedang berlansung
2. Pada strangulasi yang mengancam, nyeri tidak pernah hilang total
3. Gejala-gejala biasanya muncul secara mendadak dan selalu berulang
4. Kemunculan dan adanya gejala nyeri tekan lokal merupakan tanda yang
sangat penting, tetapi, nyeri tekan yang tidak jelas memerlukan penilaian
rutin. Pada ileus obstruktif tanpa strangulasi kemungkinan bisa terdapat area
dengan nyeri tekan lokal pada tempat yang mengalami obstruksi; pada
srangulasi selalu ada nyeri tekan lokal yang berhubungan dengan kekakuan
abdomen..
5. Nyeri tekan umum dan kehadiran kekakuan abdomen/rebound tenderness
menandakan perlunya laparotomy segera.
6. Pada kasus ileus obstruktif dimana nyeri tetap asa walaupun telah diterapi
konservatif, walaupun tanpa gejala-gejala di atas, strangulasi tetap harus
didiagnosa.
7. Ketika srangulasi muncul pada hernia eksternal dimana benjolan tegang,
lunak, ireponibel, tidak hanya membesar karena reflek batuk dan benjolan
semakin membesar.
Pada ileus obstruksi usus besar juga menimbulkan sakit kolik abdomen yang
sama kualitasnya dengan sakit ileus obstruktif usus halus, tetapi intensitasnya
lebih rendah. Keluhan rasa sakit kadang-kadang tidak ada pada penderita lanjut
usia yang pandai menahan nafsu. Muntah-muntah terjadi lambat, khususnya bila
katup ileocaecal kompeten. Muntah-muntah fekulen paradoks sangat jarang.
Riwayat perubahan kebiasaan berdefekasi dan darah dalam feses yang baru
terjadi sering terjadi karena karsinoma dan divertikulitis adalah penyebab yang
paling sering. Konstipasi menjadi progresif, dan obstipasi dengan ketidakmapuan
mengeluarkan gas terjadi. Gejala-gejala akut dapat timbul setelah satu minggu

30
(Harrison’s, 2001).

3.7. Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan
penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi
sebelumnya atau terdapat hernia (Sjamsuhudajat & Jong, 2004; Sabara, 2007).
Pada ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan
pada ileus obstruksi usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada
ileus obstruksi usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif usus besar
onset muntah lama (Anonym, 2007)
Pemeriksaan Fisik

31
1. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan
turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat
adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat
dilihat gerakan peristaltik usus (Gambar 2.4) yang bisa bekorelasi dengan
mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah. Penderita tampak
gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik (Sabiston, 1995; Sabara, 2007)

2. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau
nyeri tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal (Sabiston, 1995; Sabara, 2007).

3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik
gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang.
Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah
berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak
ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan
dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata (Sabiston, 1995).

32
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rektum
dan pelvis. Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor serta tidak
adanya feses di dalam kubah rektum menggambarkan ileus obstruktif usus
halus. Jika darah makroskopik atau feses postif banyak ditemukan di dalam
rektum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas lesi
intrinsik di dalam usus (Sabiston, 1995). Apabila isi rektum menyemprot;
penyakit Hirdchprung (Anonym, 2007).
4. Radiologi
Pemeriksaan sinar-X bisa sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi diagnosis
ileus obstruktif serta foto abdomen tegak dan berbaring harus yang pertama
dibuat. Adanya gelung usus terdistensi dengan batas udara-cairan dalam pola
tangga pada film tegak sangat menggambarkan ileus obstruksi sebagai
diagnosis. Dalam ileus obstruktif usus besar dengan katup ileocaecalis
kompeten, maka distensi gas dalam kolon merupakan satu-satunya gambaran
penting (Sabiston, 1995). Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya
perforasi-peritonitis. Barium enema diindikasikan untuk invaginasi, dan
endoskopi disarankan pada kecurigaan volvulus (Anoym, 2007).
5. Laboratorium

Leukositosis, dengan pergeseran ke kiri, biasanya terjadi bila terdapat


strangulasi, tetapi hitung darah putih yang normal tidak menyampingkan
strangulasi. Peningkatan amilase serum kadang-kadang ditemukan pada semua
bentuk ileus obstruktif, khususnya jenis strangulasi (Harrison’s, 2001)

6. Pemeriksaan colok dubur


· Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
· Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
· Feses yang mengeras : skibala

33
· Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
· Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
· Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

3.8. Diagnosis Banding


Ileus dapat disebabkan oleh adanya proses dalam intraabdominal dan retroperitoneal,
termasuk iskemik usus, kolik ureter, fraktur pelvis dan setelah operasi abdomen. Jika
terjadi ileus paralitik, nyeri biasanya tidak terlalu berat dan lebih konstan.
Obstipasi dan distensi abdomen menunjukkan adanya obstruksi usus besar. Muntah
jarang terjadi dan nyeri tidak bersifat kolik. Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan
adanya hasil foto roentgen yang menunjukkan adanya obstruksi dilatasi kolon bagian
proksimal.
Obstruksi usus halus dapat dikacaukan dengan gastroenteritis akut, apendisitis akut
dan pankreatitis akut. Obstruksi strangulasi mempunyai keluhan yang mirip dengan
pankreatitis akut, enteritis iskemik atau penyumbatan vaskular mesenterika yang
berhubungan dengan trombosis vena. Ileus obstruksi harus dibedakan dengan ileus
paralitik.

3.9. Penatalaksanaan
Pre-operatif
Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :
1. Penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus sampai
pencapaian tingkat normal hidrasi dan konsentrasi elektrolit bisa dipantau dengan

34
mengamati pengeluaran urin (melalui kateter), tanda vital, tekanan vena sentral
dan pemeriksaan laboratoriumberurutan.
2. Dekompressi tractus gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan intralumen
dengan tujuan untuk dekompressi lambung sehingga memperkecil kesempatan
aspirasi isi usus, dan membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran
pencernaan,sehingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan
peningkatan tekanan intalumen.
3. Pemberian antibiotika untuk pencegahan pertumbuhan bakteri berlebihan
bersama dengan produk endotoksin dan eksotoksin.

Terapi Operatif
Secara umum, pasien dengan obstruksi intestinal komplit membutuhkan terapi
operatif. Pendekatan non – operatif pada beberapa pasien dengan obstruksi intestinal
komplit telah diusulkan, dengan alasan bahwa pemasangan tube intubasi yang lama
tak akan menimbulkan masalah yang didukung oleh tidak adanya tanda-tanda
demam, takikardia, nyeri tekan atau leukositosis. Namun harus disadari bahwa terapi
non operatif ini dilakulkan dengan berbagai resikonya seperti resiko terjadinya
strangulasi pada daerah obstruksi dan penundaan terapi pada strangulasi hingga
setelah terjadinya injury akan menyebabkan intestinal menjadi ireversibel. Penelitian
retrospektif melaporkan bahwa penundaan operasi 12 – 24 jam masih dalam batas
aman namun meningkatkan resiko terjadinya strangulasi.
Pasien dengan obstruksi intestinal sekunder karena adanya adhesi dapat diterapi
dengan melepaskan adhesi tersebut. Penatalaksanaan secara hati hati dalam
pelepasan adhesi tresebut untuk mencegah terjadinya trauma pada serosa dan untuk
menghindari enterotomi yang tidak perlu. Hernia incarcerata dapat dilakukan secara
manual dari segmen hernia dan dilakukan penutupan defek.
Penatalaksanaan pasien dengan obstruksi intestinal dan adanya riwayat keganasan
akan lebih rumit. Pada keadaan terminal dimana metastase telah menyebar, terapi
non-operatif, bila berhasil, merupakan jalan yang terbaik; walaupun hanya sebagian
kecil kasus obstruksi komplit dapat berhasil di terapi dengan non-operatif. Pada
kasus ini, by pass sederhana dapat memberikan hasil yang lebih baik baik daripada
by pass yang panjang dengan operasi yang rumit yang mungkin membutuhkan
reseksi usus.
Pada saat dilakukan eksplorasi, terkadang susah untuk menilai viabilitas dari segmen
usus setelah strangulasi dilepaskan. Bila viabilitas usus masih meragukan, segmen
tersebut harus dilepaskan dan ditempatkan pada kondisi hangat, salin moistened
sponge selama 15-20 menit dan kemudian dilakukan penilaian kembali. Bila warna
normalnya telah kembali dan didapatkan adanya peristaltik, berarti segmen usus
tersebut aman untuk dikembalikan. Ke depannya dapat digunakan Doppler atau
kontras intraoperatif untuk menilai viabilitas usus.

Terapi umum
1.Istirahat

 Dirawat di ruangan gawat darurat


 Segera pasang sonde lambung (NGT)

35
 Selang rectal
 Pasang kateter

2.Diet

 Pasien puasa
 Nutrisi perenteral total sampai ada bising usus atau mulai flatus

3,Medikamentosa
Obat pertama :

 Prostigmin 3 x 1 sampai IV untuk memacu mobilitas usus


 Antibiotik

OBAT ANTIEMETIK
• Antagonis reseptor H1
• Antagonis reseptor muskarinik
• Antagonis reseptor dopamin
• Antagonis reseptor serotonin
• Cannabinoid
• Steroid
Antagonis reseptor H1
• Cinnarizine, cyclizine, dimenhydrinate, promethazine
• Tidak dapat digunakan utk mual-muntah krn rangsangan pada CTZ
• Efektif utk mabuk kendaraan dan mual-muntah krn rangsangan pada lambung
• Diberikan sebelum timbul gejala mual-muntah
• Puncak antiemetik : 4 jam, bertahan selama 24 jam
• KI : wanita hamil trimester I (kec. Promethazine)
Antagonis reseptor muskarinik
• Hyoscine
• Untuk mual-muntah krn gangguan labirin dan rangsangan lokal di lambung
• Tidak dapat digunakan utk mual muntah krn rangsangan pada CTZ

36
• Puncak antiemetik : 1-2 jam
• ES : drowsiness, mulut kering, penglihatan kabur, retensi urin

3.10. Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir
dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat
peritonitis umum.
Komplikasi dari ileus obstruktif antara lain terjadinya nekrosis usus, perforasi usus,
Sepsis, Syok-dehidrasi, Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan
malnutrisi, Pneumonia aspirasi dari proses muntah, gangguan elektrolit, meninggal.

 Peritonitis septikemia
 Syok hipovolemia
 Perforasi usus
 ganguan elektrolit
 pnemonia aspirasi dari proses muntah
 sepsis
 nekrosis usus
 perfusi usus

3.11. Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi,
tempatdan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka
toleransinyaterhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat
rendah sehinggameningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih
tinggi dibandingkan obstruksi usus halus.

Obstruksi yang tak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka kematian sekitar


5%. Kebanyakan yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut usia. Obstruksi
yang disertai dengan strangulasi mempunyai angka kematian 8%. Kalau operasi
dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala yang bersangkutan.

4. Memahami & Menjelaskan Tindakan Bedah & Operasi dalam Islam


Terkadang seorang muslim diuji oleh Allah dengan suatu penyakit, dia ingin sembuh dari
penyakit tersebut, dia mengetahui bahwa berobat dianjurkan, akan tetapi penyakit di
mana dia diuji oleh Allah dengannya, jalan menuju kepada kesembuhannya menurut para
dokter adalah operasi.
Tidak sedikit penyakit di mana kesembuhannya tergantung setelah Allah
kepada operasi medis, tanpa operasi penyakit penderita akan memburuk dan

37
membahayakannya, jika tim medis melakukannya dan penderita sembuh dengan izin
Allah berarti mereka telah menyelamatkannya. Tanpa ragu ini termasuk perbuatan yang
dipuji oleh ayat di atas. Adapun dari sunnah maka ada beberapa hadits yang bisa
dijadikan pijakan dalam menetapkan dibolehkannya operasi medis, di antaranya:
1. Hadits hijamah (berbekam)
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw berbekam di kepalanya. (HR. Al-Bukhari). Dari Jabir
bahwa dia menjenguk orang sakit. Dia berkata, “Aku tidak meninggalkan tempat ini
sebelum kamu berbekam karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ”Padanya
terdapat kesembuhan”. (HR. Al-Bukhari). Hadits tersebut menetapkannya
disyariatkannya hijamah dan sudah dimaklumi bahwa hijamah dilakukan dengan
membedah atau menyayat tempat tertentu pada tubuh untuk menyedot darah kotor dan
membuangnya. Jadi disyariatkannya hijamah merupakan dasar dibolehkannya membedah
tubuh untuk membuang penyakit atau penyebab penyakit.
2. Hadits Jabir bin Abdullah
Jabir bin Abdullah berkata, “Rasulullah SAW mengirim seorang tabib kepada Ubay bin
Kaab maka tabib tersebut memotong pembuluh darahnya dan menempelnya dengan besi
panas”. (HR. Muslim). Dalam hadits ini Nabi SAW menyetujui apa yang
dilakukan oleh tabib tersebut terhadap Ubay bin Kaab, dan apa yang dilakukan oleh
tabib tersebut adalah salah satu bentuk operasi medis yaitu pemotongan terhadap
anggota tertentu. Kemudian dari sisi pertimbangan kebutuhan penderita kepada
operasi yang tidak lepas dari dua kemungkinan yaitu menyelamatkan hidup
dan menjaga kesehatan, pertimbangan yang dalam kondisi tertentu bisa mencapai
tingkat dharurat maka tidak ada alasan yang rajih menolak operasi medis.
Syariat Islam tidak melarang operasi medis secara mutlak dan tidak membolehkan
secara mutlak, syariat meletakkan larangan pada tempatnya dan pembolehan
pada tempatnya, masing-masing diberi hak dan kadarnya. Jika operasi medis memenuhi
syarat-syarat yang diletakkan syariat maka dibolehkan karena dalam kondisi ini target
yang diharapkan yaitu kesembuhan dengan izin Allah bisa diwujudkan, sebaliknya jika
tim medis berpandangan bahwa operasi tidak bermanfaat, tidak mewujudkan sasarannya
atau justru menambah penderitaan penderita maka dalam kondisi ini syariat melarangnya.
Inilah syarat-syarat dibolehkannya operasi medis yang diletakkan oleh fuqaha Islam
dalam buku-buku mereka, syarat-syarat ini diambil dari dasar-dasar kaidah syariat.
1) Hendaknya operasi medis disyariatkan.
2) Hendaknya penderita membutuhkannya.
3) Hendaknya penderita mengizinkan.
4) Hendaknya tim medis menguasai.
5) Hendaknya peluang keberhasilan lebih besar.

38
6) Hendaknya tidak ada cara lain yang lebih minim mudharatnya.
7) Hendaknya operasi medis berakibat baik.
8) Hendaknya operasi tidak berakibat lebih buruk daripada penyakit penderita.

Perlakuan operasi menurut syariat hukumnya mubah yang bertujuan untuk kemaslatan
hidup disamping memberikan dorongan hidup dan lepas dari najis,dampak negatif pada
tubuh dan ancaman kematian serta merubah sunnatullah.

Firman Allah, “Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Al-Maidah: 32).

Colok dubur dalam islam


Semua harus dilandasi dengan takwa dan rasa takut kepada Allah, Allah Ta’ala
menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An’am ayat 119:

“(padahal) sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya


atasmu. Kecuali apa yang terpaksa.”

39
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. Mechanical Intestinal Obstruction. http://www.Merck.com .(Diakses 21 Mei 2011)


Anonymous. Ileus. [Online].2011 Mei [6 screens]. Available
from:URL:http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.html.
Biley & Love’s . Short Practice of Surgery Ed: 26th by Norman S. Williams , Christopher JK
Bulstrode (Editor), P. Ronan O'Connell(Editor)
Ganiswara, SG, Setiabudy, R, Suyatna, FD, dkk, (2006), Farmakologi Dan Terapi, Edisi 5, Gaya
Baru, Jakarta
http://ilmubedah.info/ileus-obstruksi-definisi-etiologi-gambaran-klinik-diagnosis-terapi-
prognosis
http://www.infokedokteran.com
http://www.suara-islam.com/index.php
https://www.mdguidelines.com/intestinal-obstruction

Price, SA ., Wilson, LM . 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol 1. Ed.
6. Jakarta : EGC.
Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi vol.2 . Ed. 7. Jakarta : EGC. 648-649

Sjamsuhidajat r, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC,2003.

Sofwan, Achmad. 2014. Tractus Digestivus. Fakultas Kedokteran YARSI


www.fk.uwks.ac.id/elib/.../TRAKTUS%20GASTROINTESTINAL

40

Anda mungkin juga menyukai