Anda di halaman 1dari 8

2.7.

1 anatomi kolon dan rectum


1. KOLON
A. Anatomi Fisiologi Kolon
Usus besar memanjang dari ujung akhir dari ileum sampai anus. Panjangnya
bervariasi sekitar 1.5 m. Ukuran Usus besarberbentuk tabung muskular berongga
dengan panjang sekitar 1.5 m (5 kaki) yang terbentang dari saekum hingga kanalis ani.
Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar 6.5 cm
(2.5 inci). Makin dekat anus diameternya akan semakin kecil. Usus besar terdiri dari 6
bagian yaitu saekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon
sigmoid dan rektum.
Bagian-bagian usus besar :
a. Caecum dan Appendix Vermiformis
Merupakan struktur intraperitoniale dan bagian pertama dari usus besar. Pada
dinding posteromedial melekat appendix vermiformis yakni di ujung
ileum.Appendix vermiformis berbentuk tabung sempit yang berongga dan
ujungnya buntu. Terdapat agregasi jaringan limfatik yang luas di dindingnya dan
menggantung pada ileum terminal oleh mesoappendix yang berisi vasa
appendicularis. (Drake et al , 2014)
b. Colon
Terletak di superior caecum dan terdiri dari colon ascendens, colon transversum,
colon descendens, dan colon sigmoideum. Terdapat flexura coli dextra di tempat
pertemuan colon ascendens dan colon transversum, flexura coli sinistra berda di
tempat pertemuan colon transversum dan colon descendens . Terdapat sulcus
paracollici dextra dan sinistra di lateral colon ascendens dan colon descendens.
Colon sigmoideum dimulai dari atas aperture pelvis superior sampai ke vertebra
S3, bentuknya seperti huruf S, ujung awal berhubungan dengan colon ascendens
dan ujung akhir berhubungan dengan rectum. (Drake et al , 2014)
c. Rectum dan canalis analis
Merupakan lanjutan dari colon sigmoideum, daerah pertemuan rectosigmoideum
terletak pada vertebra S3. Canalis analis merupakan lanjutan dari usus besar yang
terletak di inferior rectum. (Drake et al , 2014)

B. Struktur kolon
Struktur usus besar:
1. Saekum
Merupakan kantong yang terletak di bawah muara ileum pada usus besar. Panjang
dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5 cm. Saekum terletak pada fossailiaka
kanan di atas setengah bagian lateralis ligamentum inguinale. Biasanya saekum
seluruhnya dibungkus oleh peritoneum sehingga dapat bergerak bebas, tetapi tidak
mempunyai mesenterium. Terdapat perlekatan ke fossa iliaka di sebelah medial
dan lateral melalui lipatan peritoneum yaitu plika caecalis, menghasilkan suatu
kantong peritoneum kecil, recessus retrocaecalis.
2. Kolon asenden
Bagian ini memanjang dari saekum ke fossa iliaka kanan sampai ke sebelah kanan
abdomen.Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan dan di hati
membelok ke kiri.Lengkungan ini disebut fleksura hepatika (fleksura coli dextra)
dan dilanjutkan dengan kolon transversum.
3. Kolon Transversum
Merupakan bagian usus besar yang paling besar dan paling dapat bergerak bebas
karena tergantung pada mesokolon, yang ikut membentuk omentum
majus.Panjangnya antara 45-50 cm, berjalan menyilang abdomen dari fleksura coli
dekstra sinistra yang letaknya lebih tinggi dan lebih ke lateralis.Letaknya tidak
tepat melintang (transversal) tetapi sedikit melengkung ke bawah sehingga terletak
di region umbilikus.
4. Kolon desenden
Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri, dari atas
ke bawah, dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri, bersambung
dengan sigmoid, dan dibelakang peritoneum.
5. Kolon sigmoid
Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang lebih 40 cm dan
berbentuk lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari apertura pelvis superior
(pelvic brim) sampai peralihan menjadi rektum di depan vertebra S-3. Tempat
peralihan ini ditandai dengan berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak + 15 cm
di atas anus.Kolon sigmoid tergantung oleh mesokolon sigmoideum pada dinding
belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas (mobile).
6. Rektum
Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolon sigmoid dengan
panjang sekitar 15 cm. Rektum memiliki tiga kurva lateral serta kurva
dorsoventral.Mukosa rektum lebih halus dibandingkan dengan usus besar. Rektum
memiliki 3 buah valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian
distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian
proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile.Kedua bagian ini
dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana bagian anterior lebih panjang
dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari
usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal,
dikelilingi oleh spinkterani (eksternal dan internal ) serta otot-otot yang mengatur
pasase isi rektum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas,
medial dan depan
Usus besar terdiri atas membrane mukosa tanpa adanya lipatan kecuali pada
bagian distalnya (rektum).Vili usus tidak dijumpai pada usus ini.Kelenjar usus
yang berukuran panjang ditandai dengan banyaknya sel goblet, sel absorptif dan
sedikit sel enteroendokrin.Di dalam lamina propria, banyak dijumpai sel limfoid
dan nodul yang sering kali menyebar sampai ke dalam submukosa.Banyaknya
jaringan limfoid ini berkaitan dengan banyaknya bakteri di dalam usus
besar.Muskularis terdiri atas berkas-berkas longitudinal luarnya mengelompok
dalam 3 pita longitudinal yang disebut taenia coli.Pada kolon bagian
intraperitoneal, lapisan/ tunika serosa ditandai dengan tonjolan kecil yang terdiri
atas jaringan lemak, yaitu apendiks epiploika.Di daerah anus, membran mukosa
membentuk sederetan lipatan memanjang, yaitu kolumna rektalis Morgagni.
(Junqueira, 2007)

C. Fungsi Kolon
Fungsi utama dari kolon adalah menyerap air dan elektrolit dari kimus menjadi
bentuk padat feses dan menyimpan feses sampai bisa dieksresikan.Sekitar1500 ml
kimus biasanya melewati katub iliosaekal menuju usus besar setiap hari.
Kebanyakan air dan elektrolit dalam kimus ini diserap di dalam kolon,
biasanya hanya meninggalkan sekitar 100ml dari cairan yang akan dieksresikan ke
dalam feses. Pada pokoknya semua ion diserap dan hanya meninggalkan 1 hingga 5
miliequivalen setiap ion sodium dan klorida di dalam feses.Kebanyakan penyerapan
di usus besar terjadi di pertengahan proksimal dari kolon, sehingga dapat disebut juga
kolon penyerapan (absorbing colon). (Guyton, 2006)
Fungsi utama usus besar untuk menyimpan feses sebelum defekasi. Feses
merupakan massa padat yang terbentuk dari sisa-sisa makanan yang tak tercerna,
komponen empedu yang tidak diserap dan cairan, semuanya diekstraksi oleh H2O dan
garam dari isi lumen di dalam kolon. (Sherwood, Lauralee., 2011)
a. Motilitas
Motilitas utama terjadi di kolon yaitu kontraksi haustra yang dipicu ritmisitas
autonom sel-sel otot polos kolon. Proses ini tidak mendorong isi dalam usus
melainkan mengaduk maju-mundur secara perlahan sehingga isi tersebut terpajan
ke mukosa penyerapan. Beberapa saat setelah makan akan terjadi peningkatan
motilitas dan terjadi pergerakan massa yakni mendorong isi kolon kebagian distal
usus besar yang merupakan tempat penyimpanan sampai terjadi defekasi.
(Sherwood, Lauralee., 2011)
b. Sekresi
Usus besar tidak mengeluarkan enzim pencernaan apapun karena telah selesai saat
kimus menuju kolon. Terjadi sekresi kolon berupa larutan mukus basa (NaHCO3)
yang berfungsi melindungi mukosa dari cedera mekanis dan kimiawi salah
satunya dengan menetralkan asam iritan yang dikeluarkan dari fermentasi bakteri
lokal. (Sherwood, Lauralee., 2011)
c. Absorpsi
Dalam keadaan normal, kolon dapat menyerap garam dan H2O. Penyerapan
natrium dilakukan secara aktif dan penyerapan klorida secara pasif menuruni
gradien listrik serta H2O secara osmotik. Elektrolit serta vitamin K yang disintesis
oleh bakteri kolon juga diserap. (Sherwood, Lauralee., 2011)

D. Penyakit yang dapat menyerang kolon


Selayaknya organ tubuh lain, usus besar juga bisa terkena gangguan
pencernaan. Penyakit yang menyerang organ ini pun bermacam-macam intensitasnya,
baik yang ringan maupun yang parah. Salah satu penyakit yang sering diderita banyak
orang yaitu penyakit diare. Diare ditandai dengan gejala khas berupa keluarnya
kotoran yang encer atau berair. Penyakit ini dapat disebabkan oleh adanya infeksi
ringan pada usus besar.
Di sisi lain, penyakit yang lebih parah seperti kanker juga dapat terjadi pada
usus besar. Sel kanker yang menyerang kolon bahkan bisa menyebar sampai bagian
rektum. Bila sudah stadium lanjut, gejalanya akan membuat pasien merasakan nyeri
yang tak kunjung menghilang dan diare berkelanjutan. Penyakit lainnya yang juga
berhubungan dengan masalah pada usus besar adalah:
 Kolitis (radang usus besar),
 Kolitis ulseratif,
 Polip kolon,
 Penyakit crohn,
 Divertikulitis,
 Wasir,
 Sindrom iritasi usus besar (ibs),
 Salmonellosis, dan
 Shigellosis.

2. RECTUM
A. Anatomi Fisiologi Rektum
Rektum merupakan sebuah saluran yang berawal dari ujung usus besar dan berakhir di
anus. Rektum berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum akan kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (defekasi). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem syaraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
seringkali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan
kembali dilakukan (Tortora dan Derrickson, 2019).

Keterangan:
1. Colon Asendens
2. Colon Transversum
3. Colon Desendens
4. Sigmoid
5. Rectosigmoid
6. Rektum
7. Ileum
8. Appendiks

Panjang rektum sekitar 15-20cm dan berbentuk-S. Mula-mula rektum mengikuti


kecembungan os sacrum, flexura sacralis, lalu memutar ke belakang setinggi os
coccygis dan berjalan melalui dasar pelvis, flexura perinealis. Akhirnya rektum
menjadi canalis analis dan berakhir pada anus. Sepertiga atas rektum merupakan
bagian yang sangat lebar yaitu ampulla recti. Jika ampulla terisi maka timbul
perasaan ingin defekasi (Leonhardt , 2016).

Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai


kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar pada kira-kira waktu
yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh reflex gastrokolika yang biasanya
bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan mencapai lambug dan setelah
pencernaan dimulai, maka peristaltik di dalam usus akibat rangsangan isi usus,
gerakan peristaltik merambat ke kolon dan sisa makanan akhirnya terdorong, dan
makanan yang mencapai sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk kedalam
sekum disertai gerakan peristaltik keras terjadi di dalam kolon. Tekanan di intra
abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan diafragma dan otot abdominal,
sfingter anus akan mendorong dan kerjanya berakhir (Judha dkk, 2012).
Rektum merupakan bagian distal dari usus besar yang dimulai dari setinggi
corpus sacralis tiga (Tortora dan Derrickson, 2019). Rektum dibagi menjadi 3 bagian
diantaranya yaitu :
a. Rektum bagian bawah, yaitu sepanjang 3 - 6 cm dari anal verge
b. Rektum bagian tengah, yaitu sepanjang 6 – 10 cm dari anal verge
c. Rektum bagian atas, yaitu sepanjang sekitar 10 - 15 cm dari anal verge,
umumnya rektum mencapai batas atasnya sekitar 12 cm dari anal verge.

Sepertiga atas rektum dikelilingi oleh peritoneum pada permukaan anterior dan
lateralnya. Lokasi dari tumor rektum umumnya diidentifikasi berdasarkan jarak
dari anal verge, linea dentata, atau cincin anorektal ke bagian distal tumor. Dalam
menentukan perluasan tumor primer pada rektum, sangatlah penting untuk
mengetahui lapisan-lapisan dindingnya. Lapisan dinding rektum dari lumen ke
arah luar yaitu sebagai berikut : mukosa, lamina propria, muskularis mukosa,
submukosa, muskularis propia yang terdiri dari otot sirkuler dan otot longitudinal
dan serosa (Tortora dan Derrickson, 2019).

B. Fungsi Rectum
Fungsi rektum adalah sebagai tempat perhentian terakhir feses sebelum dikeluarkan
dari tubuh melalui anus. Ketika feses sudah sampai di rektum, akan terjadi penyerapan
terakhir, yaitu penyerapan elektrolit untuk membuat feses lebih padat. Selain itu,
rektum memiliki banyak otot yang mendukung proses defekasi atau pembuangan
feses. Ketika feses memasuki rektum, sistem saraf akan mengirimkan sinyal ke otak
untuk memicu orang untuk segera melakukan defekasi. Otot-otot rektum juga
mendukung proses defekasi dengan melakukan kontraksi. Semakin besar tekanan
pada dinding rektum akibat rektum terisi feses, ini akan memicu otot berkontraksi dan
mendorong feses ke anus.

C. Penyakit Pada Rectum


Jika terjadi kelainan pada rektum, maka rektum akan mengalami gangguan fungsi.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh kelainan pada rektum antara lain sebagai
berikut:
a) Hemoroid
Hemoroid adalah kondisi dimana pembuluh darah di rektum meradang. Biasanya
ini muncul akibat sulit buang air besar.
b) Inkontinensia fekal
Kondisi ini adalah ketika rektum kehilangan kemampuannya untuk mengontrol
feses yang masuk ke dalamnya dan mengeluarkannya melalui anus. Inkontinensia
fekal sering dialami orangtua sehingga mereka kesulitan menahan buang air besar.
c) Kanker rektum
Kanker rektum biasanya dimulai dari munculnya tumor di lapisan dalam usus
besar. Risiko terkena kanker

Anda mungkin juga menyukai