BAB I
PENDAHULUAN
Invaginasi atau intususepsi adalah suatu kondisi akut abdomen dimana masuknya
segmen usus proksimal (intussusceptum) ke rongga lumen usus yang lebih distal
(intussuscipiens) yang umumnya terjadi pada anak-anak, dan jarang terjadi pada
dewasa.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Usus halus terletak di cavitas abdominal, inferior dari gaster dan hepar.
Usus halus berbentuk tubuler yang memanjang dari pilorus gaster ke
caecum usus besar dengan panjang sekitar 6 m (jika dibentangkan dalam
bentuk kadaver). Usus halus menggantung dari dinding posterior abdomen
yang ditahan oleh mesenterium yang mengandung pembuluh darah
mesenterika superior, pembuluh limfe, dan saraf otonom. Mesenterium
memiliki panjang sekitar 15 cm dan berjalan dari fleksura
duodenojejunalis sampai sendi sakro iliaka dekstra. Batas distalnya
memiliki panjang yang jelas sama dengan panjang usus. Usus halus di
perdarahi oleh arteri mesenterika superior dan dipersarafi oleh pleksus
mesenterikus superior. Usus halus terdiri dari 3 segmen yaitu duodenum,
jejunum, dan ileum.
2.2.1 Definisi
Invaginasi adalah masuknya segmen usus proksimal (intussuseptum) ke
rongga lumen usus yang lebih distal (intussuscipien) sehingga menimbulkan
gejala obstruksi berlanjut strangulasi usus. Pemberian nama invaginasi bergantung
hubungan antara intussuseptum dan intussuscipien, misalnya ileoileal
menunjukkan invaginasi hanya melibatkan ileum saja, ileo-kolika berarti ileum
sebagai intussuseptum dan kolon sebagai intussuscipiens.
Daerah yang secara anatomis paling mudah mengalami invaginasi adalah
ileosaecal, dimana ileum yang lebih kecil dapat masuk dengan mudah kedalam
sekum yang longgar. Paling sering masuknya ileum terminal ke kolon. Invaginasi
dapat menyebabkan obstruksi usus baik partial maupun total.1,2
Gambar 2.2 :
invaginasi
2.2.2 Epidemiologi
Invaginasi
merupakan penyebab obstruksi intestinal yang paling banyak terjadi pada anak-
anak pada usia 2 bulan sampai 12 bulan. Lebih dari 60% terjadi pada anak usia
kurang dari 1 tahun, dan 80% pada anak usia kurang dari 2 tahun. Invaginasi
jarang terjadi pada usia kurang dari 3 bulan dan lebih dari 6 tahun.
Di Amerika serikat diperkirakan insiden invaginasi sekitar 1,5-4 kasus
per setiap 1000 kelahiran hidup. Laki-laki terkena lebih banyak daripada
perempuan dengan rasio 3:2. dominasi laki-laki bahkan lebih besar pada
kelompok usia 6-9 bulan. Kejadian puncak selama dua musim dalam setahun, saat
musim semi/musim panas dan pertengahan musim dingin. Hal ini berkorelasi
dengan variasi musiman peningkatan jumlah kasus gastroenterits dan infeksi
pernapasan bagian atas oleh karena virus.
6
Bayi yang mengalami invaginasi biasanya bayi sehat, meyusu, gizi baik
dan dalam pertumbuhan optimal. Terjadinya invaginasi juga dihubungkan dengan
adanya gangguan peristaltik, 10% didahului oleh pemberian makanan padat dan
diare. Pada dewasa invaginasi jarang ditemui, hanya 5% dari obstruksi usus
mekanik, 20% kasus tidak diketahui penyebabnya, kasus yang ditemui sekitar
80%, kebanyakan disebabkan oleh karsinoma kolon primer. Invaginasi juga sering
terjadi pada post operasi karena edema atau adhesi.3,6
2.2.3 Etiologi
Pada anak kurang dari 1 tahun 90-95% invaginasi tidak diketahui
penyebabnya atau dikenal dengan istilah infantil idiopathic intussusception. Pada
30% kasus diikuti dengan virus gastroenteritis atau ISPA. Pada saat operasi hanya
ditemukan penebalan dinding ileum terminal berupa hipertrofi jaringan limfoid
(peyer patches) akibat adanya infeksi virus (limphadenitis) yang mengikuti suatu
gastroenteritis atau infeksi saluran nafas. Keadaan ini menimbulkan
pembengkakan bagian intussuseptum, edema intestinal dan obstruksi aliran vena
menyebabkan obstruksi intestinal lalu perdarahan.
Faktor prepitasi invaginasi pada anak dapat berupa infeksi virus, pengaruh
dari perubahan diet yaitupada usia 4-9 bulan perubahan pemberian makanan cair
ke padat. Pemberian makanan selain susu ketika umur kurang dari 4 bulan akan
berakibat buruk terhadap bayi, karena sistem pencernaan bayi pada usia ini belum
tumbuh kembang sempurna. Pemberian makanan pada usia itu berpeluang
terjadinya invaginasi usus halus.infeksi rotavrus yan menyerang saluran
pencernaan anak dengan gejala utama berupa diare juga dicurigai sebagai salah
satu penyebab invaginasi, dan tindakan traisional berupa pijat perut srta tindakan
medis pemberian obat anti-diare juga berperan dalam timbulnya invaginasi.2,3,6
2.2.4 Klasifikasi invaginasi
Lokasi pada saluran cerna yang sering terjadi invaginasi biasanya pada
segmen yang bebas bergerak atau yang mengalami adhesif. Berdasarkan lokasinya
invaginasi dibagi menjadi 4 tipe yaitu :
1. entero-enterica : usus halus masuk ke dalam usus halus
2. Colo-kolika : kolon masuk ke dalam kolon
3. Ileo-colica : ileum terminal yang masuk ke dalam kolon ascenden
4. Ileo-caecal : ileum terminal masuk ke dalam caecum di mana lokus
minorisnya adalah katup ileocaecal.
7
2.2.5 Patofisiologi
klinik obstruksi umumnya memerlukan waktu setelah 10-12 jam sampai dengan
24 jam. Perjalanan penyakit ini bersifat progresif yang dapat semakin memburuk
hingga dapat menyebabkan terjadinya sepsis.
Infeksi abdomen
muntah
Kehilangan cairan dan elektrolit
Volume cairan dan eksraseluler
menurun
Syok hipovolemik
9
c. Defekasi feses campur lendir (kerusakan mukosa) atau darah (lapisan dalam
dinding usus) dikenal dengan istilah red current jelly)
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik abdomen kadang ditemukan tanda-tanda :
Palpasi :
a. Terdapat nyeri tekan
b. Adanya suatu massa di kuadran kanan atas atau pertengahan perut teraba
seperti sossis (sausage sign).
c. Adanya sensasi kekosongan pada kuadran kanan bawah abdomen karena
masuknya sekum pada kolon ascenden (dance sign)
Perkusi :
- Pada bagian yang mengalami invaginasi terdapat bunyi timpani.
Auskultasi :
- ditemukan bising usus yang menikat
Pemeriksaan Rectal Toucher :
Pada pemeriksaan Rectal Toucher didapatkan pseudoportio yaitu sensasi
seperti portio vagina akibat invaginasi usus yang lama, terdapat lendir
berdarah.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan foto polos
abdomen tiga posisi, barium enema, USG, dan CT-scan. ditemukan tanda-tanda
obstruksi yaitu air fluid level dan peningkatan udara perut.
1. foto polos Abdomen
Pada pemeriksaan foto polos abdomen, awal kemungkinan masih normal dan
untuk foto polos berikutnya mungkin menunjukkan berkurang atau
menghilangnya udara usu. Dijumpai tanda obstruksi dilatasi dan massa di
kwadran tertentu dari abdomen menunjukkan dugaaan kuat suatu invaginasi.
Terlihat tanda obstruksi berupa distensi abdomen, air fluid level, hering bone
appearance (gambaran plika sirkularis usu halus);
11
Gambar 2.4 : jaringan lunak yang berbentuk sosis di tengah-tengah foto X-ray
menunjukkan opasitas jaringan lunak yang besar di kuadran kanan atas yang
tampaknya menonjol ke dalam suatu intralumen (mungkin colon transversum)
2. barium enema/colon in loop
Pada barium enema (colon in loop) menunjukkan defek pengisian (filling
defect ), cupping sign dan letak invaginasi. Barium enema dapat pula digunakan
sebagai terapi reposisi dengan tekanan tinggi, bila belum ada tanda-tanda
obstruksi usus yang jelas seperti muntah hebat, perut distensi dan dehidrasi berat
serta kejadian dibawah 24 jam. Barium enema dilakukan dengan teknik
memberikan tekanan hidrostatik untuk mendorong usus yang masuk kearah
proksimal dengan maksimal tekanan 120 mmHg.
Gambar 2.5: colon in loop pada intusseption bagian usus masuk hingga fleksura
lienalis
Level 2 kepastian diagnosis, bila ditemukan dua kriteria mayor atau satu
kriteria 1 mayor ditambah 3 kriteria minor.
Level 3 kepastian diagnosis, bila ditemukannya empat atau lebih kriteria
minor.
Adapun kriteria mayor yang ditentukan adalah:
1. bukti adanya obstruksi intestinal
a. riwayat muntah hijau
b. distensi abdomen dan bising usus yang menghilang
c. pada foto polos abdomen, menunjukkan gambaran air fluid level
atau dilatasi usus halus
2. gambaran dari invaginasi
a. adanya massa di abdomen
b. tampak massa di rektum (pada pemeriksaan colok dubur)
c. Prolaps intestinal
d . foto polos abdomen menunjukkan gambaran intussusepi atau
massa jaringan lunak
e. pada CT-scan (computed tomography), menunjukkan gambaran
intussusepsi
3. Adanya bukti gangguan vaskularisasi intestinal, atau adanya kongesti akibat
bendungan vena.
a. keluarnya darah dari rectum
b. red current jelly stoole
c. pada saat colok dubur terdapat bercakan darah pada sarung tangan
Adapun kriteria minor adalah:
1.
usia dibawah 1 tahun
2.
Nyeri abdomen yang hilang timbul (kolik)
3.
Muntah
4.
Anak tampak letargi
5.
Pucat
6.
Syok hipovolemic
7.
Pada foto polos abdomen, gambaran abnormal dengan distribusi udara yang
tidak merata dan tidak spesifik.1,2,3,6
2.2.8 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan pada invaginasi adalah reposisi usu yang telah masuk
ke lumen usus lainnya, reposisi akut invaginasi merupakan prosedur emergency
dan dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan. Pada saat terdiagnosis
invaginasi maka dilakukan tatalaksana awal untuk memperbaiki keadaan pasien
yaitu :
- Pemasangan pipa nasogatric untuk dekompresi lambung.
14
sebagai medium kontras bisa mengalami hambatan bila ada obstruksi usus halus.
Dan masalah tambahan reduksi dengan dengan udara yaitu fenomena reduksi
palsu, dimana udara masuk ke usus halus sebelum reduksi komplit
intussuseptum. Keberhasilan lebih baik yaitu dengan reduksi hidrostatik atau
pneumatik ditemukan pada intusscepsi ileokolika daripada intussuscepsi yang
lebih proksimal dengan usus halus.
2. Tindakan operatif
Selain dengan barium enema terdapat tindakan reduksi operatif secara manual
(milking) dan reseksi usus. Tindakan ini dilakukan bila terdapat kegagalan pada
terapi hidrostatik maupun pneumatik, ataupun pasien dengan keadaan tidak stabil,
dimana didapatkan peningkatan suhu, peningkatan angka leukosit, mengalami
gejala berkepanjangan atau ditemukan sudah lanjut yang ditandai dengan distensi
abdomen, feses berdarah, gangguan sistema usus yang berat sampai timbul syok,
perforasi, atau peritonitis. Maka dilakukan operasi laparotomi dengan insisi
tranversal abdominal kuadran kanan bawah. Tindakan selama operasi tergantung
pada penemuan keadaan usus, Reposisi manual dapat dilakukan dengan cara
milking yaitu gerakan seperti memerah susu dengan tujuan untuk mengeluarkan
invaginat, dilakukan secara halus dan sabar. Reseksi usus dilakukan apabila pada
kasus yang tidak berhasil direduksi dengan cara manual, bila viabilitas usus
diragukan atau ditemukan kelainan patologis patologis sebagai penyebab
invaginasi. Setelah usus di reseksi dilakukan anastomosis end to end apabila hal
ini memungkinkan, bila tidak mungkin maka dilakukan eksteriorasi atau
enterostomi.
invaginasi
Keadaan umum baik, < Keadaan umu jelek, >
24 jam, perut tidak 24 jam, perut
kembung kembung
Reduksi hidrostatik Perbaikan keadaan
barium umum
Laparatomi
Gagal Berhasil invaginasi
release Eksplorasi
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, Jong WD, editors. Buku ajar ilmu bedah. 2 nd ed. Jakarta:EGC;
2004
18