Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Sistem Persepsi
Sensori Modul I ini yang berjudul “Indera Penglihatan“ dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Di dalam pengerjaan makalah ini melibatkan banyak pihak yang sangat membantu
dalam banyak hal. Oleh sebab itu, kami penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-
dalamnya kepada :
1. Ns. Nurhafizah Nasution, M.Kep selaku dosen tutor Fakultas Kedokteran Universitas
Batam Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan arahan akademik
kepada kami.
2. Ns. Cica Maria, S.Kep., M.Biomed selaku dosen pakar Fakultas Kedokteran
Universitas Batam Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan arahan
akademik kepada kami.
3. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak
bisa penulis sebutkan semuanya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai kasus pembelajaran Modul I pada Sistem Persepsi Sensori yang
membahas tentang “Indera Penglihatan“ juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam laporan
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Atas
perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB PENDAHULUAN........................................................................................................1
1. 1............................................................................................................ Latar Belakang
....................................................................................................................................1
1. 2.......................................................................................................................... Tujuan
....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Skenario......................................................................................................................2
2.2 Step 1: Identifikasi Masalah.......................................................................................3
2.3 Step 2: Menetapkan Masalah.....................................................................................4
2.4 Step 3: Analisis Masalah............................................................................................4
2.5 Step 4: Skema.............................................................................................................6
2.6 Step 5: Menetapkan Tujuan Pembelajaran/LO..........................................................7
2.7 Step 6: Mengumpulkan Sumber Informasi................................................................7
DAFTAR PUSAKA............................................................................................................33
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran materi mata kuliah keperawatan
1. Step 1 : Idenfikasi Istilah
2. Step 2 : Menetapkan Masalah
2. Step 3 : Analisa Masalah/ Brainstorming
3. Step 4 : Skema
4. Step 5 : Menetapkan Tujuan Pemebelajaran/ LO
5. Step 6 :Mengumpulkan Sumber Informasi
6. Step 7 : Kesimpulan Akhir
2.1 Skenario I
KASUS ANAK X
An. X seorang balita berusia 25 bulan, dibawa keluarga ke Rumah Sakit “AMM”.
Keluarga mengatakan mata kanannya merah, An.X sering menggosok-gosok matanya, ada
bercak kecil putih dan mata agak menonjol sejak terjatuh tengkurap dari tempat tidur satu
minggu yang lalu. Sebelum ke RS keluarga hanya membawa anak ke tukang pijit bayi karena
anak sering rewel akobat jatuh tersebut. Keluarga juga menjelaskan kepada perawat, bahwa
sebelum terjatuh An. X sudah sebulan sulit untuk diberi makan, badannya terlihat lebih kurus
dari biasanya, dan mata kanan An. X terlihat seperti mata kucing di malam hari.
Setelah Anamnesa, perawat Z (calon Ners) melakukan pemeriksaan fisik mata
menggunakan Penlight terhadap An. X, dan dari hasil pencatatan perawat Z bahwa An. X
mengalami strabismus, tampak seperti mata glaucoma, terjadi konjungtivitis, didapatkan
konjungtiva injeksi, palpebral agar hiperemis, kornea tampak tidak jernih. Selanjutnya dokter
datang membantu dengan menggunakan Loupe, dan terlihat mata kanan sedikit
proptosis/eksoftalmus, abrasi kornea, anisocoria dan hypopion, pada kamera okuli anterior
mata kanan dokter juga menemukan adanya darah setinggi tiga millimeter, pupil terlihat
leukokoria. Pada pemeriksaan funduskopi dengan direct ophthalmoscope dokter menemukan
adanya massa bewarna putih kekuningan di intra okuler kanan. Pada mata kiri tidak
ditemukan papil edema.
Dokter menyampaikan pada keluarga bahwa An. X harus dirawat segera karena penyakit
matanya tergolong serius. Penyakit mata An. X selain mengancam penglihatan juga dapat
mengancam jiwanya. Sebelum diagnosa medis dari dokter. Sementara perawat Z menduga
kalau An. X mengalami katarak komplikata atau mengalami penyakit gangguan mata khusus
retinoblastoma. Bagaimana anda menjelaskan tentang penyakit yang sebenernya terjadi pada
An. X dari gejala dan tanda yang telah ditemukan tersebut dan bagaimana pelaksanaan
asuhan keperawatan terhadap penyakit yang dialami oleh An. X?
Indra Penglihatan
Konjungtiva,
sclera, otot-
otot, kornea,
koroid, badan
siliaris,
Pemeriksaan Pada Anak
iris(pupil), X
lensa, retina, Mata miopia, Mata hypermetropia,
fovea, bintik presbiopia, astigmant, buta warna, rabun
nouta, senja, glaukoma, katarak, konjungtivis,
degenerasi makula, refraksi, keratitis,
vitreous, Retinoblastoma
aqueous, alis
mata, bulu
mata, kelopak
mata. Asuhan Keperawatan
E. Gejala Presbiopi
Presbiopi berkembang secara bertahap. Oleh sebab itu, seseorang terkadang
baru menyadari gejalanya setelah melewati usia 40 tahun. Beberapa gejala
yang umumnya dialami oleh penderita presbiopi adalah:
Kebiasaan menyipitkan mata
Butuh lampu yang lebih terang ketika membaca
Kesulitan membaca huruf yang berukuran kecil
Penglihatan kabur ketika membaca pada jarak normal
Sakit kepala atau mata menegang setelah membaca dalam jarak dekat
Cenderung memegang objek lebih jauh untuk bisa melihatnya lebih
jelas.
F. Komplikasi Presbiopi
Jika dibiarkan tidak tertangani, presbiopi dapat menjadi semakin parah.
Akibatnya, penderita presbiopi akan mengalami banyak kesulitan dalam
melakukan pekerjaan dan aktivitasnya sehari-hari.
Selain itu, presbiopi yang dibiarkan akan menyebabkan mata bekerja lebih
keras dari seharusnya, terutama saat sedang melakukan pekerjaan dengan
ketelitian tinggi dalam melihat. Lama-kelamaan, hal ini dapat menyebabkan
mata lelah dan sakit kepala.
G. Pencegahan Presbiopi
E. Pengobatan
Tidak ada pengobatan atau tindakan yang dapat dilakukan untuk mengobati
masalah gangguan persepsi warna. Namun penderita buta warna ringan dapat
belajar mengasosiasikan warna dengan objek tertentu.
Untuk mengurangi gejala dapat digunakan kacamata berlensa dengan filter
warna khusus yang memungkinkan pasien melakukan interpretasi kembali
warna.
6) Kelainan Gangguan Mata Rabun Senja
B. Etiologi
Respon terapi:
b) Laser iridoplasti
1. Bedah insisi
a. Iridektomi bedah insisi
Pupil dibuat miosis total menggunakan miotik tetes.Kemudian
dilakukan insisi 3 mm pada kornea-sklera 1 mm di belakang limbus.
Insisi dilakukan agar iris prolaps. Bibir insisi bagian posterior ditekan
sehingga iris perifer hamper selalu prolaps lewat insisi dan kemudian
dilakukan iridektomi. Luka insisi kornea ditutup dengan jahitan dan
bilik mata depan dibentuk kembali dg NaCl 0,9%.
b. Trabekulektomi
Indikasi tindakan ini dilakukan pada keadaan glaukoma akut yang
berat atau setelah kegagalan tindakan iridektomi perifer, glaukoma
C. Manifestasi klinis
1. Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram.
Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.
2. Kesulitan melihat ketika malam hari.
3. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya.
4. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
5. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau
beraktifitas lainnya.
6. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak
nyamanmenggunakannya.
7. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat,
misalnya cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
8. Jika melihat hanya dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat
ganda.
D. Pemeriksaan penunjang
1. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyari- sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi: TIO (12 -25 mmHg)
9) Konjungtivitis
A. Definisi
Konjungtivitis adalah mata merah akibat peradangan pada selaput yang
melapisi permukaan bola mata dan kelopak mata bagian dalam (konjungtiva
mata). Selain mata merah, conjunctivitis atau konjungtivitis dapat disertai
dengan rasa gatal pada mata dan mata berair. Konjungtiva mengandung
pembuluh darah yang akan melebar saat terjadi konjungtivitis. Pelebaran
pembuluh darah tersebutlah yang menyebabkan gejala mata merah.
Konjungtivitis ini sering menyebabkan mata merah pada bayi, sakit mata pada
anak-anak, maupun orang dewasa.
B. Gejala Konjungtivitis
Konjungtivitis atau conjunctivitis dapat terjadi pada salah satu atau kedua
mata. Gejala utama konjungtivitis adalah mata merah. Penyebab mata merah
pada penderita konjungtivitis adalah pelebaran pembuluh darah di selaput
yang melapisi permukaan bola mata dan kelopak mata bagian dalam
(konjungtiva).
Selain mata merah, konjungtivitis dapat menimbulkan gejala lain, seperti:
Rasa gatal pada mata
Rasa sakit atau seperti terbakar pada mata
Mata berair
Mata belekan atau banyak kotoran mata
Sulit membuka mata saat bangun tidur
F. Komplikasi Konjungtivitis
B. Etiologi
Etiologi keratitis berupa faktor yang dapat merusak epitel kornea. Etiologi ini
dibagi menjadi etiologi infeksi dan noninfeksi.
1. Etiologi Keratitis Infeksi
Bakteri, jamur, virus, maupun protozoa dapat menyebabkan keratitis
infeksi. Infeksi Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. merupakan
penyebab keratitis yang paling sering ditemukan. Berikut ini
merupakan etiologi keratitis yang disebabkan oleh proses infeksi:
Bakteri: Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella
catarrhalis, spesies Neisseriae, Corynebacterium diphtheriae,
spesies Listeriae, Mycobacteria, Spirochete
Jamur: spesies Aspergillus, spesies Fusarium, Candida albicans
Virus: Herpes simplex, Herpes zoster, sitomegalovirus, Epstein-
barr virus
Protozoa: spesies Acanthamoeba, spesies Onchocerca, spesies
Leishmania [3,11]
2. Etiologi Keratitis Noninfeksi
Penyebab keratitis noninfeksi dapat disebabkan oleh berbagai etiologi.
Berikut ini merupakan penyebab noninfeksi keratitis.
Trauma epitelium kornea
Gangguan autoimun, seperti rheumatoid arthritis dan lupus
eritematosus sistemik
Malposisi dan gangguan struktur kelopak mata, seperti entropion
dengan trikiasis dan lagoftalmos
Dakriosistitis kronik
Kortikosteroid topikal
Radiasi ultraviolet
G. Pencegahan Pterygium
Pencegahan pterigium dapat dilakukan dengan mengenakan kacamata hitam
atau topi saat beraktivitas di luar ruangan. Hal ini bertujuan untuk
menghindari paparan sinar matahari, asap, atau debu yang dapat memicu
pterigium.
Untuk mencegah mata terasa kering, kelembapan mata dapat dijaga dengan
menggunakan obat tetes air mata buatan. Selain berguna untuk mencegah
pterigium, penggunaan pelumas pada mata juga dapat mencegah kambuhnya
pterigium.
14) Blefaritis
A. Definisi
Blefaritis adalah peradangan yang terjadi pada kelopak mata dan
menyebabkan kelopak mata menjadi bengkak serta memerah. Penyakit ini
tidak menular dan hanya bersifat sementara. Meski demikian, penyakit ini
biasanya dapat kambuh atau muncul kembali setelah sembuh.
Blefaritis dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
Blefaritis anterior, ditandai dengan peradangan pada kulit di bagian
depan kelopak mata atau sekitar pangkal bulu mata.
Blefaritis posterior, ditandai dengan penyumbatan pada kelenjar mata
yang terletak di bagian dalam kelopak mata – tepatnya area yang
bersentuhan dengan bola mata.
Blefaritis campuran, merupakan gabungan antara blefaritis anterior dan
posterior.
B. Penyebab
Penyebab blefaritis tergantung pada masing-masing jenisnya:
D. Gejala
Blefaritis ditandai dengan pembengkakan pada kelopak mata yang dapat
dengan mudah dilihat. Selain itu, beberapa tanda blefaritis lainnya adalah:
1) Mata terasa panas atau terbakar
2) Keluar air mata berlebih atau kering
3) Gatal pada kelopak mata
4) Sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
5) Kelopak mata memerah
6) Mata memerah
7) Gangguan penglihatan
8) Adanya kerak atau kotoran mata, terutama saat bangun tidur
9) Pertumbuhan bulu mata yang abnormal atau kerontokan bulu mata
(pada kasus yang parah)
E. Pengobatan blefaritis
15.Retinoblastoma
A. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina. Kasus in jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia
klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus
bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada
bagian mata yang lain terdeteks1 pada sat pemer1ksaan evaluas1. in1 menunjukkan
pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan
retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo,
2006 ).
1. Derajat I intraokular
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.
c. penyebaran ke ueva.
2. Derajat Il orbita
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.
b. Nervous optikus
F. Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan
local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis
ekstrokular regional, dan metastatic. Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral
kedua matanya masih terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang
memiliki riwayat keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien
dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau keluar karena, penyakit
intraocular vang sudah lanjut, balk pada waktu masuk atau setelah gagal pengobatan
local.
Jenis terapi
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma.
Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk
meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua
tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi arena hambatan pertumbuhan
orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan
konservatif mungkin bisa diambil. Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma,
invasi ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak
dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap
atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada sat diagnosis tumor
sudah menvebar Ke ekstraokular. Massa orbita harus dihindari Pembedahan
1. Identitas
Identitas pasien
Nama: An.X
Umur: 2 tahun 1 bulan
2. Keluhan utama
Pasien dibawah kerumah sakit karena mata kananya merah dan An.x sering menggosok-
gosok matanya, adea bercak putih dan mata agak menonjol sejak terjatuh tengkurap dari
tempat tidur 1 minggu yang lalu. Keluarga pasien mengatakan sebelum di bawah
kerumah sakit An.X dibawah ke tukang pijit bayi karna sering rewel akibat jatuh.
Keluarga menjelaskan pada perawat sebelum An.X jatuh sudah sebulan sulit untuk diberi
makan, badanya terlihat lebih kurus, dan mata kanan An.X terlihat seperti mata kucing
pada malam hari.
3. Anamnesa
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan mata external
Posisi mata.
Alis mata (evebrows).
4. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan kamera okuli anterior: dokter menemukan adanya darah setinngi tiga
millimeter.
- Pemeriksaan funduskopi: diect ophtalmoscope dokter menemukan adanya massa
berwarna putih kekuningan di intra okuler kanan. Pada mata kiri tidak ditemukan
pupil edema.
Do:
Pasien tampak memiliki mata
starbimus
Pasien tampak seperti mata
glukoma
Pasien tampak pupil leukokoria
Mata kanan pasien tampak
merah
Mata kanan An.X terlihat seperti
mata kucing pada malam hari
Pada kornea tampak tidak jernih
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensorik pengelihatan b.d Pupil terlihat seperti leukokori dan kornea
tidak jernih
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu alat indera pada manusia adalah mata atau indera penglihatan , yang disebut
juga dengan fotoreseptor karena mampu menerima rangsangan fisik yang berupa cahaya.
Ada 3 lapisan jaringan atu selaput yang membungkus bola mata dari luar kedalam yaitu
sklera , koroid , dan retina.
Pada mata juga terdapat alat-alat tambahan yaitu otot-oto mata , pelupuk-pelupuk mata
dan kelenjar air mata , kotak mata ( rongga tempat mata ) & bulu mata.
Ada beberapa pemeriksaan pada mata yang harus dilakukan untuk mengecek fungsi
penglihatan diantaranya, pemeriksaan fisik mata, pemeriksaan gerakan otot mata, tes
ketajaman penglihatan, pemeriksaan lapang pandang, tes buta warna, tonometry,.
Pada mata juga sering ditemukan kelainan-kelainan atau penyakit yang dapat
menyebabkan kerusakan pada mata seperti miopi, hipermetropi, presbiopi, katarak,
astigmatisma dan lain-lain. Seperti pada kasus anak,x yang menederita gangguan indera
penglihatan retinoblastoma dengan masalah keperawatan gangguan persepsi sensorik
penglihatan b.d pupil terlihat seperti leukokori dan kornea tidak jernih, yang dapat diatasi
dengan asuhan keperawatan.
Fatehiyah. Arumingtyas, Laras, Estri. Widyarti, Sri. Rahayu, Sri, 2011, "Biologi Molekular,
Prinsip Dasar Analisis", PT Penerbit Erlangga Jakarta.
Haryanto. 2011 . Fungsi dan Cara Menggunakan Penlight LED Alat Senter Medis. Diakses pada
di https://www.galerimedika.com/blog/Fungsi-dan-Cara-Menggunakan-Penlight-LED-
Alat-Senter-Medis tanggal 01 Maret pada pukul 10.25
Himayani, Rani. 2019. Penatalaksanaan Kasus Ruptur Palpebra dan Margo Inferior Pada Usia
Remaja. http://repository.lppm.unila.ac.id/17097/1/2150-2870-1-PB.pdf, diakses pada 01
Maret 2022 pukul 10.32 WIB
Mighty Bright. 2012. Penjelasan Loupe. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.
Starr, Cecie. Taggart, Ralph. Evers, Christine. Starr, Lisa, 2012, "Biologi Kesatuan dan
Keragaman Makhluk Hidup", Edisi 12, Buku 1, Penerbit Salemba Teknika, Jakarta.
Angela A, Tri W, Aditya T. Degenerasi macula terkait usia, Retina. Ilmu kesehatan mata, Bagian
ilmu penyakit mata FKUGM. Hal 109-114. 2007
Liesegang TJ., Skuta GL., Cantor LB,. Retina and Vitreous. Basic and ClinicalCurse.Section 12 .
San Fransisco, California : American Academy of Ophthalmology.2003-2004.