Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DIARE

DISUSUN OLEH

Kelompok 6

Harma Listiawati (PK 115017045)


Amelia Febrina (PK 115017088)
Mukdianto Mahadju (PK 115017025)

SEMESTER VII

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU

TAHUN AJARAN 2020


A. PENGERTIAN

Diare adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x sehari dengan atau
tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung kurang dari
tujuh hari yang sebelumnya sehat (Mansjoer 2000).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang


terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja
yang encer atau cair (Suriadi dan Yuliani, 2001 : 83).

Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya,
dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat (Ngastiyah 2005).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

Diare adalah inflamasi membrane mukosa lambung danusus halus yang di


tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit
(cecyly, Betz.2002).

B. ETIOLOGI
Faktor penyebab gastroenteritis adalah:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi internal :
a) Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor,
versinia aoromonas dan sebagainya.
b) Infeksi virus : entero virus ( v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
c) Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris,
srongyloidis,protozoa, jamur).
2) infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA,
tonsilitis, bronkopneumonia, dan lainnya.

b. Faktor malabsorbsi:
1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
(Mansjoer arief, 2000)

C. ANATOMI FISIOLOGI
1. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian :
a) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir
dan pipi.
b) Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya
oleh tulang maksilaris, palatum
2. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.
3. Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan
kolumna vertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung
ke depan, menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk
esofagus ke dalam lambung adalah kardia.
4. Gaster ( Lambung ) Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian 13
atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik,
terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan limpa,menempel di
sebelah kiri fudus uteri.
5. Intestinum minor ( usus halus )
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm,
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan obstruksi
hasil pencernaan makanan.
Usus halus terdiri dari :
a) Duodenum.
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian
kanan duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut papila
vateri.
b) Yeyunum .
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa panjangnya ± 2-3 meter.
c) Ileum.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia panjangnya sekitar ± 4-5 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

6. Intestinium Mayor ( Usus besar )


Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar dari
dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang,
dan jaringan ikat.
Lapisan usus besar terdiri dari :
a) Seikum.
Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti
cacing sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
b) Kolon asendens.
Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur
keatas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati membengkak ke kiri,
lengkungan ini di sebut Fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon
transversum.
c) Appendiks ( usus buntu ).
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum.
d) Kolon transversum.
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon
desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura
hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
e) Kolon desendens.
Panjang ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membunjur dari
atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri,
bersambung dengan kolon sigmoid.
f) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga
pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S.Ujung bawahnya
berhubung dengan rectum.Fungsi kolon : Mengabsorsi air dan elektrolit
serta kimus dan menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan
kolon ada 2 macam :1) Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi
gabungan otot polos dan longitudinal namun bagian luar usus besar yang
tidak terangsang menonjol keluar menjadi seperti kantong.2) Pergarakan
pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus besar yang
mendorong feses ke arah anus.
7. Rektum dan Anus
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os
koksigis. Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rectum dengan dunia luar ( udara luar ). Terletak di antara pelvis, dindingnya
di perkuat oleh 3 sfingter :
a. Sfingter Ani Internus
b. Sfingter Levator Ani
c. Sfingter Ani Eksternus
D. PATOFISIOLOGI

Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Diare adalah meningkatnya


motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari
gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan
sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam
tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi
asidosis metabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan
toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa
intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan
terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan
makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan motilitas intestinal
dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.

Berdasarkan Hasan (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan


timbulnya diare adalah:

a. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare tidak karena peningkatan isi rongga usus.
b. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltic usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain :
1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
3. Kram abdominal.
4. Demam.
5. Mual dan muntah.
6. Anoreksia.
7. Lemah.
8. Pucat.
9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.
10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diaremeliputi:
pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan. Pemberian cairan pada pasien
diare dan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan.
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa untuk
diare akut.
b. Cairan Parenteral.
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung
berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan.
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
2) Dehidrasi sedang.
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.
3) Dehidrasi berat.
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1
ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral 2
c. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja
dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dsb).
1) Obat anti sekresi.
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.Klorrpomozin,
dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
2) Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak
beladora, opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut
lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pectin, charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
3) Antibiotic.
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.
Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari.
Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA, faringitis,
bronchitis / bronkopeneumonia.

H. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Renyatan Hiporomelik
3. Kejang
4. Bakterikimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikimia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan


sebagai berikut :

a) Dehidrasi ringan.
Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
b) Dehidrasi sedang.
Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara
serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c) Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti tanda
dihidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma,
otot kaku sampai sianosis.
I. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan dengan
pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 : 98)
Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :
a. Identitas Klien
1) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor medical record.
2) Identitas klien
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku dan gaya hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Bab cair lebih dari 3x.
2) Riwayat Keperawatan Sekarang.
Pada umumnya pasien masuk rumah sakit dengan keluhan BAB cair
berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur
lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah
napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun
dan gejala penurunan kesadaran.
3) Riwayat Keperawatan Dahulu.
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, dll.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan
lain-lain.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun
2) Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan
suhu tubuh meningkat.
3) Keadaan sistem tubuh
a) Mata : cekung, kering, sangat cekung
b) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah,
minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus,
minum sedikit atau kelihatan tidak bisa minum
c) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
d) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
e) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
f) Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pemenuhan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
yang berlebihan dengan intake yang kurang adekuat
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu
makan
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
4. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan sering BAB
5. Gangguan eliminasi BAB : Diare berhubungan dengan peningkatan frekuensi
defekasi

K. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Gangguan pemenuhan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put
yang berlebihan dengan intake yang kurang adekuat
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Turgor kulit elastis dan mukosa bibir lembab

Intervensi :
a. Kaji status dehidrasi : mata, tugor kulit dan membran mukosa.
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
b. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan.
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi
ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk
pengganti cairan.
c. Monitor TTV.
Rasional : Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan
keefektifan intervensi.
d. Pemeriksaan laboratorium sesuai program : elektrolit, Hb, Ph, dan
albumin.
Rasional : Untuk menentukan kebutuhan penggantian dan
keefektifan terapi.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti diare dan
antibiotik.
Rasional : Untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan / elektrolit

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu


makan
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : BB klien kembali normal dan nafsu makan meningkat

Intervensi :
a. Timbang BB tiap hari.
Rasional : Untuk memberikan info tentang kebutuhan diet atau
keefektifan terapi.
b. Monitor intake dan out put.
Rasional : Untuk mengetahui berapa banyak masukan dan pengeluaran
cairan ke dalam tubuh.
c. Hindari makanan buah-buahan dan hindari diet tinggi serat.
Rasional : Memungkinkan aliran usus untuk memastikan kembali
proses pencernaan, protein perlu untuk integritas jaringan.
d. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan.
Rasional : Mulut yang bersih dapat menigkatkan rasa makanan.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional : membantu kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan
pencernaan dan fungsi usus.

3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.


Tujuan : Hipertermi teratasi
Kriteria hasil : Tubuh tidak panas dan suhu tubuh normal (S : 36-37 o C)

Intervensi :
a. Observasi vital sign.
Rasional : Membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan
keefektifan intervensi.
b. Berikan kompres air hangat.
Rasional : Untuk mengurangi / menurunkan rasa panas yang
disebabkan oleh infeksi.
c. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan banyak minum.
Rasional : Untuk mengurangi dehidrasi yang disebabkan oleh out put
yang berlebihan.
d. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan pakaian tipis, longgar
dan menyerap keringat.
Rasional : Agar pasien merasa nyaman.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti piretik.
Rasional : Untuk membantu memulihkan kondisi tubuh dan mengurangi
terjadinya infeksi.

4) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan sering BAB


Tujuan : Kerusakan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil : Kulit utuh dan tidak ada lecet pada area anus.

Intervensi :
a. Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap BAB.
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda iritasi pada kulit misal :
kemerahan pada luka..
b. Ajarkan selalu cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pakaian.
Rasional : Untuk mempertahankan teknik aseptic atau antiseptik.
c. Hindari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.
Rasional : Untuk menghindari pada daerah anus terdapat kuman, bakteri,
karena bakteri suka daerah yang lembab.
d. Observasi keadaan kulit.
Rasional : Pada daerah ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan
memerlukan pengobatan lebih intensif.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.
Rasional : Untuk membantu memulihkan kondisi badan.

5) Gangguan eliminasi BAB : Diare berhubungan dengan peningkatan frekuensi


defekasi).
Tujuan : BAB dengan konsistensi lunak / lembek, warna kuning.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan rasional
program pengobatan dan meningkatkan fungsi usus mendekati normal.

Intervensi :
a. Observasi / catat frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlah . Rasional
: Diare sering terjadi setelah memulai diet.
b. Dorong diet tinggi serat dalam batasan diet, dengan masukan cairan
sedang sesuai diet yang dibuat. Rasional: Meningkatkan konsistensi feses
meskipun cairan perlu untuk fungsi tubuh optimal, kelebihan jumlah
mempengaruhi diare.
c. Batasi masukan lemak sesuai indikasi. Rasional : Diet rendah lemak
menurunkan resiko feses cairan dan membatasi efek laksatif penurunan
absorbsi lemak.
d. Awasi elektrolit serum. Rasional : Peningkatan kehilangan gaster
potensial resiko ketidakseimbangan elektrolit, dimana dapat
menimbulkan komplikasi lebih serius / mengancam.
e. Berikan obat sesuai indikasi anti diare.
Rasional : Mungkin perlu untuk mengontrol frekuensi defekasi sampai
tubuh mengatasi perubahan akibat bedah.
L. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tindakan yang
lebih, dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan
kolaborasi dengan tim kesehatan lain yakni dokter, ahli gizi, dan keluarga.

M. EVALUASI
1. Pasien tidak diare lagi
2. Konsitensi feses berbentuk dan tidak cair
3. Pasien tidak merasa mulas
4. Suhu tubuh pasien normal
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1.

Agung Seto. Jakarta.

Ngastiyah, 2005. Asuhan Keperawatan Pada penyakit Dalam. Edisi 1. EGC, Jakarta

Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI Jakarta,
2000

https://www.academia.edu/8880588/Makalah_Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_K
eperawatan_pada_Pasien_dengan_Masalah_Diare

http://eprints.ums.ac.id/6075/2/J200060055.PDF.

http://repo.stikesperintis.ac.id/168/1/48%20HASYIM%20AJIS.pdf

Anda mungkin juga menyukai