B. GENITALIA INTERNA
1.2 MIKROSKOPIS
A. OVARIUM
B. TUBA UTERINA
C. UTERUS
D. CERVIX
E. VAGINA
LO.2 MM LEUKORHEA / KEPUTIHAN
2.1 DEFINISI
Leukorrhea atau keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang
vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal
setempat (Kusmiran, 2012).
Keputihan merupakan pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan darah.
Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari
hampir semua penyakit kandungan (Manuaba, 2010).
Leukorrhea atau fluor albus atau keputihan adalah cairan yang keluar
berlebihan dari vagina dan bukan darah. Leukorrhea dibedakan menjadi dua
macam, yaitu leukhorrea normal dan leukorrhea abnormal (Sibagariang, 2010).
2.2 ETIOLOGI
Keputihan yang fisiologis dapat disebabkan oleh:
1. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin sehingga
bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan keputihan.
2. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
5. Mukus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks
yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus.
2. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan, seperti rektovaginalis atau fistel
vesikovaginal, cedera persalinan dan radiasi kanker genetalia.
4. Neuplasma jinak, Tumor jinak yang ada pada lumen akan mengakibatkan
peradangan dan akhirnya mengalami keputihan.
5. Kanker
6. Fisik , Akibat adanya tampon, penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) dan kejadian trauma pada alat genetalia.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanita
mulai dari usia muda, usia reproduktif, maupun usia tua, dan tidak mengenal
tingkat pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak
dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah.
Fluor albus patologis sering disebabkan oleh infeksi, salah satunya bakteri
vaginosis (BV) yang merupakan penyebab tersering (40%-50% kasus),
vulvovaginal candidiasis (VC), 80%-90% disebabkan oleh candida albicans,
Trichomoniasis (TM) disebabkan oleh Trichomoniasis vaginalis, angka
kejadiannya sekitar 5%-20% dari kasus infeksi vagina (Setyana, 2013).
2.4 KLASIFIKASI
Menurut beberapa ahli, ada dua jenis leukorrhea, yaitu leukorrhea
normal (fisiologis) dan leukorrhea abnormal (patologis).
a. Leukorrhea normal (fisiologis)
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus
yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Keputihan nomal
dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, saat terangsang, hamil,
kelelahan, stress, dan sedang mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB.
Keputihan normal memiliki ciri-ciri seperti tidak berwarna atau jernih, tidak berbau
dan tidak menimbulkan rasa gatal (Sibagariang, 2010).
b. Leukorrhea abnormal (patologis)
Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit.
Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka). Jejas ini dapat
diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi,
prakanker dan neoplasma ganas. Kuman yang menginfeksi vagina seperti jamur
kandida albikan, parasit tricomonas, E.coli, Staphylokokus, Treponema Pallidum,
Kondiloma Aquminata dan Herpes, serta luka di daerah vagina, benda asing yang
tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks.
2.5 PATOFISIOLOGI
Keputihan yang fisiologis terjadi karena pengaruh hormon estrogen dan
progesterone yang berubah keadaannya terutama pada saat siklus haid, sehingga
jumlah dan konsistensi sekresi vagina berbeda. Sekresi meningkat pada saat
ovulasi atau sebelum haid. Bakteri dalam vagina telah menyesuaikan diri dengan
perubahan ini dan biasanya tidak terjadi gangguan. Laktobasili mengubah glikogen
dalam cairan vagina menjadi asam laktat. Asam laktat ini mempertahankan ke-
asaman vagina dan mencegah pertumbuhan bakteri yang merugikan. Bila kadar
salah satu atau kedua hormone berubah secara dramatis, keseimbangan pH yang
ketat ini akan terganggu. Laktobasili tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya
sehingga mudah terjadi infeksi.
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan candida pada sel epitel vagina.
Kemampuan melekat ini lebih baik pada candida albicans daripada spesies candida
lainnya. Kemudian candida mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan
kerusakan ikatan protein sel penjamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain
itu candida juga mengeluarkan mikro-toksisn diantaranya glikotoksis yang mampu
meng- hambat aktivitas fagositosis dan menekan system imun lokal. Terbentuknya
kolonisasi candida memudahkan proses imunisasi tersebut berlangsung sehingga
menimbulkan gejala pada penjamu (Kusmiran, 2012).
DIAGNOSIS BANDING
• Kanker Serviks
Kanker serviks adalah kanker leher rahim / kanker mulut rahim tumor ganas yang
tumbuhdi dalam serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
Vagina) yang di sebabkan oleh virus Human Papiloma Virus (HPV).
• Infeksi Klamidia
Klamidia adalah penyakit menular seksual yang sangat umum yang disebabkan
oleh bakteri Chlamydia trachomatis, yang dapat merusak organ reproduksi wanita.
Meskipun gejala klamidia biasanya ringan atau tidak ada, komplikasi serius dapat
menyebabkan kerusakan ireversibel, termasuk infertilitas. Klamidia dapat
ditularkan selama hubungan seks vaginal, anal, atau oral. Klamidia juga dapat
ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya saat melahirkan per vaginal.
Wanita yang memiliki gejala mungkin memiliki keputihan abnormal atau rasa
terbakar saat buang air kecil.
• Vaginitis atrofik
Vaginitis atrofik adalah bentuk vaginitis tidak menular yang biasanya disebabkan
oleh penurunan hormon karena menopause, operasi pengangkatan indung telur,
2.8 TATALAKSANA
a. Terapi farmakologi
Obat obatan untuk keputihan Patologis :
1.Antiseptik : Povidone Iodin
Sediaan ini berbentuk larutan 10% povidon iodin dan ada yang diperlengkapi
dengan alat douche-nya sebagai aplikator larutan ini. Selain sebagai anti infeksi
yang disebabkan jamur Kandida, Trikomonas, bakteri atau infeksi campuran, juga
sebagai pembersih. Tidak boleh digunakan pada ibu hamil dan menyusui. Bila
terjadi iritasi atau sensitif pemakaian harus dihentikan.
2.Antibiotik
- Clotrimazole: Memiliki aktivitas antijamur dan antibakteri. Untuk infeksi kulit
dan vulvovaginitisyang disebabkan olehCandida albicans. Efek samping:
pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar,eritema, edema ,gataldan urtikaria.
Sediaan dan posologi : Tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar
1%dioleskan 2 kali sehari . Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100 mg
digunakansekali sehari pada malam hari selama 7 hari atau tablet vagina; 500 mg,
dosis tunggal.
- Tinidazole: Tinidazole adalah obat antiparasit yang digunakan untuk membrantas
infeksiProtozoa, Amuba.Efek samping obat ini sama seperti Metronidazole tetapi
dengan kelebihan tidak perlu minum dengan waktu yang panjang sehingga
mengurangi efek sampingnya.Tinidazole sebagai preparat vaginal digunakan untuk
infeksi Trichomonas. Biasadikombinasi dengan Nystatin sebagai anti jamurnya.
Bentuk sediaan yang ada adalah vaginal tablet.
- Metronidazole: Diberikan peroral ( 2 gram sebagai dosis tunggal , 1gr setiap 12
jam x 2 atau 250 mg3xsehari selama 5-7 hari) untuk infeksibTrichomonas
vaginalis.Diberikan 500 mg 2xsehari selama seminggu dan lebih baik secara
mitraseksual.Untuk infeksi Gardnerella vaginalis. Efek samping adalah mual
kadang kadang muntah, rasa seperti logam dan intoleransi terhadap
alkohol.Metronidazol tidak boleh diberikan pada trimester pertama kehamilan.
- Nimorazole: Nimorazole merupakan antibiotika golongan Azol yang terbaru.
Selain dalamsediaan tunggal dalam bentuk tablet oral (diminum) juga ada
kombinasinya (Chloramphenicol dan Nystatin) dalam bentuk vaginal tablet.
Penisilin
- Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya
makanan dalam saluran cerna
- Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak
terhambat makanan dalam absorbsinya.
Efek samping : Reaksi alergi , nefropati, syok anafilaksis, efek toksik
penisilinterhadap susunan saraf menimbulkan gejala epilepsi karena pemberian IV
dosis besar.
4. Anti-Virus : Asiklovir
Hambat enzim DNA polimerase virus. Sediaan dalam bentuk oral, injeksi dan
krimuntuk mengobati herpes dilabia.Efek samping :Oral : pusing, mual, diare,sakit
kepalaTopikal : Kulit kering dan rasa terbakar dikulit.Kontraindikasi : tidak boleh
digunakan pada ibu.
b. Terapi Nonfarmakologi
1) Perubahan Tingkah Laku Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh
jamur lebih cepat berkembang di lingkungan yang hangat dan basah maka untuk
membantu penyembuhan menjaga kebersihan alat kelamin dan sebaiknya
menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun serta tidak menggunakan
pakaian dalam yang ketat. Keputihan bisa ditularkan melalui hubungan seksual
dari pasangan yang terinfeksi oleh karena itu sebaiknya pasangan harus mendapat
pengobatan juga.
2) Personal Hygiene Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat
kelamin sangat membantu penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering,
seperti penggunaan tisu basah atau produk panty liner harus betul- betul steril.
Bahkan, kemasannya pun harus diperhatikan. Jangan sampai menyimpan
sembarangan, misalnya tanpa kemasan ditaruh dalam tas bercampur dengan
barang lainnya. Karena bila dalam keadaan terbuka, bisa saja panty liner atau tisu
basah tersebut sudah terkontaminasi. Memperhatikan kebersihan setelah buang
air besar atau kecil. Setelah bersih, mengeringkan dengan tisu kering atau handuk
khusus. Alat kelamin jangan dibiarkan dalam keadaan lembab.
3) Pengobatan Psikologis Pendekatan psikologik penting dalam pengobatan
keputihan. Tidak jarang keputihan yang mengganggu, pada wanita kadang kala
pemeriksaan di laboratorium gagal menunjukkan infeksi, semua pemgujian telah
dilakukan tetapi hasilnya negatif namun masalah atau keluhan tetap ada.
Keputihan tersebut tidak disebabakan oleh infeksi melainkan karena gangguan
psikologi seperti kecemasan, depresi, hubungan yang buruk, atau beberapa
masalah psikologi yang lain yang menyebabkan emosional. Pengobatan yang
dilakukan yaitu dengan konsultasi dengan ahli psikologi. Selain itu perlu
dukungan keluarga agar tidak terjadi depresi. (Saragih, 2010).
2.9 PENCEGAHAN
Menurut Wijayanti (2009) dalam Sulistianingsih (2011) bila ingin
terhindar dari keputihan, anda mesti menjaga kebersihan daerah sensitif itu.
Berikut hal-hal yang dapat dilakukan :
1) Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak menggangu kestabilan pH
di sekitar vagina. Salah satunya produk pembersih yang terbuat dari bahan dasar
susu. Produk seperti ini mampu menjaga keseimbangan pH sekaligus
meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang
tak bersahabat. Sabun antiseptik biasa umumnya bersifat keras dan terdapat flora
normal di vagina. Ini tidak menguntungkan bagi kesehatan vagina dalam jangka
panjang.
2) Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina
harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel halus yang
mudah terselip di sana sini dan akhirnya mengundang jamur dan bakteri
bersarang di tempat itu.
3) Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian.
4) Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab, usahakan
cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai. Tak ada salahnya anda
membawa cadangan celana dalam untuk berjaga-jaga manakala perlu
menggantinya.
5) Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun. Celana
dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana di sekitar organ intim
panas dan lembab.
6) Pakaianluarjugadiperhatikan.Celanajeanstidakdianjurkankarenapori- porinya
sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana bahan non jeans agar sirkulasi
udara di sekitar organ intim bergerak leluasa.
7) Ketika haid sering-seringlah berganti pembalut.
8) Gunakan panty liner di saat perlu saja. Jangan terlalu lama. Misalkan saat
bepergian ke luar rumah dan lepaskan sekembalinya anda di rumah.
2.10 KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering adalah bila kuman telah naik ke panggul sehingga
terjadi penyakit yang dikenal dengan penyakit radang panggul. Komplikasi
jangka panjang lebih mengerikan lagi yaitu kemungkinan wanita tersebut akan
mandul akibat rusak dan lengketnya organ organ dalam kemaluan terutama tuba
fallopii.
2.11 PROGNOSIS
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon
terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang.
Dengan perawatankesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif.
Vaginosis bakterial mengalami kesembuhan rata – rata 70 – 80% dengan regimen
pengobatan. Kandidiasis mengalami kesembuhan rata rata 80 -95 %.
Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata – rata 95 % (Amiruddin,2003)