NPM: 1102018021
Kelompok: A-10
Kematian merupakan fakta biologis, akan tetapi kematian juga memiliki dimensi
sosial dan psikologis. Secara biologis kematian merupakan berhentinya proses aktivitas
dalam tubuh biologis seorang individu yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak,
berhentinya detak jantung, berhentinya tekanan aliran darah dan berhentinya proses
pernafasan.
Sihab (2008) mengatakan bahwa kematian pemutusan segala kelezatan duniawi, dia
adalah pemisah antara manusia dan pengaruh kenyamanan hidup orang- orang yang lalai.
Dalam menentukan seseorang telah mati atau belum, terdapat banyak kriteria yang
menjadi landasan untuk hal tersebut. Seperti kriteria yang tercantum dalam Harvard Report
on Irreversible Coma (1968), yaitu:
1. Pasien tidak bereaksi lagi terhadap stimulus (dari stimulus tidak menyakitkan sampai
menyakitkan)
2. Tidak terdapat tanda tanda pernafasan spontan dalam jangka waktu 1 jam,
3. Refleks (vestibulo-okular, refleks kornea, refleks terhadap cahaya, dan lain-lain) tidak
ada, dan
4. EKG tidak terdapat gelombang atau datar.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga terdapat kriteria tentang kematian yang intinya
adalah terdapat prakondisi tertentu (pasien koma, nafas berhenti, tidak responsif, dibantu
ventilator, terdapat tanda tanda kerusakan otak struktural yang tidak dapat diperbaiki),
meyakini tidak terdapat penyebab koma dengan berhentinya nafas yang reversible dan
meyakini bahwa refleks batang otak telah hilang permanen.
Setelah terjadi kematian maka akan terdapat beberapa perubahan pada tubuh. Perubahan
tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa saat setelah meninggal atau
beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran darah berhenti, pernafasan
berhenti, refleks cahaya dan kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah
beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas dan dapat digunakan untuk
mendiagnosis kematian lebih pasti (termasuk lama waktu kematian). Tanda-tanda tersebut
antara lain :
1. Rigor mortis (kaku mayat)
Berasal dari bahasa latin Rigor berarti “stiff” atau kaku, dan mortis yang berarti tanda
kematian (sign of death). Rigor mortis merupakan tanda kematian yang disebabkan oleh
perubahan kimia pada otot setelah terjadinya kematian, dimana tanda ini susah digerakkan
dan dimanipulasi. Awalnya ketika rigor mortis terjadi otot berkontraksi secara acak dan tidak
jelas bahkan setelah kematian somatis.
Rigor mortis adalah tanda kematian yang dapat dikenali berupa kekakuan otot yang
irreversible yang terjadi pada mayat. Kelenturan otot dapat terjadi selama masih terdapat
ATP yang menyebabkan serabut aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam
otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi
kaku.
4. Pembusukan
Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja
bakteri. Proses autolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh enzim yang dilepaskan oleh sel-
sel yang sudah mati. Mula-mula yang terkena ialah nucleoprotein yang terdapat pada
kromatin dan sesudah itu sitoplasmanya. Seterusnya dinding sel akan mengalami kehancuran
dan akibatnya jaringan akan menjadi lunak atau mencair.
1. Forensik Entomologi
Aktivitas serangga dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan
menentukan umur serangga yang biasa ditemukan pada jenazah. Lalat pemakan bangkai
(Zoosaprofag) biasanya digunakan dalam entomologi forensik, untuk penentuan umur suatu
mayat karena serangga tersebut sering ditemukan pada mayat. Serangga yang tertarik Pada
mayat, secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok:
1. spesies nekrofagus; yang memakan jaringan tubuh mayat,
2. kelompok predator dan parasit; yang memakan serangga nekrofagus
3. spesies omnivore yang memakan baik jaringan tubuh mayat dan juga memakan serangga
lain. Dari tiga kelompok ini, kelompok spesies nekrofagus adalah kelompok spesies yang
paling penting dalam membantu membuat perkiraan saat kematian. Sejalan dengan proses
pembusukan, beberapa generasi serangga dapat menetap pada tubuh mayat. Berbagai faktor
seperti derajat pembusukan, penguburan, terendam dalam air, proses mumifikasi dan kondisi
geografi dapat menentukan kecepatan kerusakan tubuh mayat , dan berapa tipe serangga dan
berapa generasi serangga yang dapat ditemukan.11
3. PERTUMBUHAN RAMBUT
Pengetahuan mengenai rata-rata tumbuh rambut mula memberi petunjuk dalam
membuat perkiraan kapan saat cukur terakhir. Sejak rambut berhenti pertumbuhannya pada
saat kematian maka panjang dari jenggot mayat mungkin dapat menjadi pemikiran tentang
lamanya waktu antara kematian dan cukur terakhir. Gonzales dkk, pada tahun 1954
mengatakan rata-rata pertumbuhan rambut adalah 0,4 mm/hari, sedangkan Balthazard seperti
yang dikutip oleh Derobert dan Le Breton tahun 1951 mengatakan rata-rata pertumbuhan
rambut adalah 0,5 mm/hari, dan menurut Glaister pada tahun 1973 adalah 1-3 mm/minggu,
akan tetapi pada tiap2 individu mempunyai perbedaan dalam rata pertumbuhan dalam area
yang sama, juga variasi rata-rata dari satu tempat ke tempat lain di muka dan juga berbeda
dari satu individu ke individu yang lain.
LO 2 MM VISUM ET REPERTUM
Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas
permintaan tertulis resmi dari penyidik yang berwenang mengenai fakta temuan hasil
pemeriksaan medik dan pendapat terhadap manusia, baik korban hidup atau korban mati
ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di
bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Jenis Visum et Repertum dapat dibagi berdasarkan korbannya adalah sebagai berikut :
1. Visum Et Repertum Korban Mati
2. Visum et Tepertum Korban Hidup, yang terdiri atas :
1) Visum et Repertum Kejahatan susila ;
2) Visum et Repertum Penganiyaan / Perlukaan ;
3) Visum et Repertum Psikiatri
Korban mati yang dimintakan Visum et Repertum adalah korban yang diduga akibat
kematian tidak wajar. Adapun kematian tidak wajar merupakan dugaan kematian akibat
pembunuhan, bunuh diri, keracunan, kecelakaan lalu lintas dan kematian di tempat yang tidak
wajar.
a. Dasar Hukum
Prosedur permintaan Visum et Repertum mayat (korban mati) telah diatur dalam Pasal 133
dan 134 KUHAP. Dengan merujuk kedua pasal dalam KUHAP tersebut dapat diartikan
bahwa Permintaan Visum et Repertum mayat berupa bedah jenazah, maka hukumnya
”mutlak” atau tidak dapat ditolak.
Apabila diperlukan pemeriksaan bedah mayat dan keluarga keberatan, maka penyidik
wajib menjelaskan kepada keluarga korban hingga keluarga korban dapat memahami
tujuan dan kepentingan pemeriksaan. Penyidik juga masih dapat menerapkan Pasal 222
KUHP yang akan memberikan sangsi pidana apabila keluarga menghalang- halangi guna
pemeriksaan jenazah untuk keadilan
Berdasarkan Pasal 134 KUHAP maka seorang penyidik hanya mempunyai kewajiban
menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan diadakannya pemeriksaan bedah
mayat tersebut. Dapat disimpulkan disini sekali lagi bahwa apabila penyidik sudah
meminta untuk dilakukan pemeriksaan bedah mayat maka bersifat ”mutlak” atau
obligatory dan tidak dapat ditolak.
c. Buat
1) pengiriman mayat ini harus sesegara mungkin, oleh karena semakin lama maka proses
pembusukan juga berlangsung dan hasil pemeriksaan menjadi kurang optimal ;
2) pengirim mayat harus diantar oleh penyidik sendiri. Jangan lupa menyertakan label
mayat yang diikatkan pada ibu jari kaki kiri atau jika tidak ada maka pada bagian dari
tubuh ;
3) mengikuti pemeriksaan mayat oleh dokter. Dengan penyidik ikut dalam mengantar
mayat dan turut serta selama dalam pemeriksaan akan memberikan keuntungan kepada
penyidik oleh karena penyidik dapat memberi keterangan terkait kasusnya dan
mendapatkan informasi yang terkini dari dokter pemeriksa. Hal tersebut juga sudah
tertuang di dalam Instruksi Kapolri No. 20/E/INS/IX/75.
Pemeriksaan bedah jenazah oleh dokter membutuhkan waktu kurang lebih 1 – 3 jam
tergantung kesulitan kasusnya. Seorang dokter forensik akan melakukan pemeriksaan
lebih teliti dan relatif lebih cepat oleh karena lebih banyak memiliki pengalaman. Hasil
dari pemeriksaan dari seorang Dokter Forensik juga mempunyai nilai yang ”lebih” jika
dibandingkan dengan dokter lainnya, hal ini terkait dengan pendidikan, pengalaman dan
kompetensinya.
Hasil dari pemeriksaan dokter dapat seketika itu pula dikeluarkan setelah pemeriksaan
selesai dalam bentuk Visum et Repertum Sementara. Namun umumnya oleh karena
berkaitan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lanjutan lainnya maka Visum et Repertum
Definif memerlukan kisaran waktu antara 1-2 minggu tergantung rumit dan banyaknya
kasus.
Permintaan Visum et Repertum untuk korban hidup pada prinsipnya hampir sama
dengan tata cara permintaan Visum et Repertum terhadap korban mati. Namun karena
korban hidup juga statusnya sebagai pasien maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain:
1. korban hidup dengan luka-luka umumnya akan mencari pertolongan terlebih dahulu
ke dokter atau rumah sakit terlebih dahulu baru ke polisi. Memang tidak ada peraturan
yang menyebutkan korban luka harus diantar oleh petugas kepolisian, namun
sebaiknya polisi mengantarkan korban oleh karena mengingat status korban tersebut
sebagai barang bukti sekaligus memastikan identitas dari korbannya ;
2. prinsipnya cara penulisan dari SPV hampir sama dengan cara penulisan SPV terhadap
korban mati. Di dalam SPV harus menyebutkan dugaan tindak pidana yang
dimaksud ;
3. oleh karena Visum et Repertum merupakan surat keterangan, maka dapat dibuat
berdasarkan catatan rekam medik yang telah menjadi bukti sejak datangnya SPV ;
4. dalam pembuatan Visum et Repertum tidak memerlukan ijin dari pasien oleh karena
sudah diminta berdasarkan hukum. Hal demikian memang berbeda dengan surat
keterangan medis yang memang memerlukan ijin dari pasien.
Pemerkosaan - Pembunuhan
Pada pemerkosaan – pembunuhan, sama seperti pada semua pembunuhan, dokter yang
terkait dengan pemeriksaan tubuh harus memulai pada tempat kejadian. Hal ini bukan berarti
mereka harus datang sendirian, namun penyidik dari kantor mereka harus datang. Pada
tempat kejadian, tubuh harus dimanipulasi dan disentuh sesedikit mungkin. Tempat kejadian
bukanlah tempat untuk memeriksa tubuh mayat, baik dokter maupun penyidik. Manipulasi
pada tubuh pada tempat kejadian dapat merusak barang bukti.
Pemindahan Tubuh Mayat
Sebelum memindahkan tubuh dari tempat kejadian, kantong kertas harus ditempatkan pada
tangan untuk mengamankan barang bukti yang dapat dicengkeram atau di bawah kuku.
Kantong kertas yang digunakan harus plastik, karena disana terdapat kondensasi dari
kelembaban di dalam kantong plastik ketika tubuh berunah dari lingkungan yang dingin ke
hangat. Sebagai tambahan untuk melindungi tangan, tubuh harus dibungkus kertas putih yang
bersih atau ditempatkan pada kantong tubuh yang bersih. Hal ini mengandung 2 tujuan :
mencegah hilangnya barang bukti dari tubuh yang dipindahkan pada rumah duka, dan
mencegah tubuh dari pengambilan debris dari mobil transpotasi ke tubuh yang kemudian
dapat dibingungkan dengan keabsahan barang bukti
Pengumpulan Alat Bukti di Tempat Kejadian Perkara
Untuk kepentingan penyidikan, alat bukti sangat penting. Pengumpulan alat bukti dilakukan
di tempat kejadian perkara, selanjutnya alat bukti tersebut dikirim ke laboratorium forensik
untuk dianalisis. Barang bukti/material kimia, biologik dan fisik yang ditemukan ditempat
kejadian perkara dapat berupa:
1. Material kimia: alkohol, obat-obatan, atau bahan kimia lain yang ditemukan di tempat
kejadian perkara
2. Material fisik: serat pakaian, selimut, kain penyekap korban dll.
3. Material biologik: cairan tubuh, air liur, semen/sperma, darah, rambut dll.
Bagian pertama dari autopsi terdiri dari pemeriksaan tangan terhadap benda asing
yang tergenggam di tanagn atau ada di bawah kuku. Sampel – sampel dari rambut kepala
akan harus diambil dan ditahan. Ini dapat dibandingkan dengan rambut yang ditemukan
pada genggaman tangan
Cairan mani dalam vagina untuk membuktikan adanya persetubuhan. Swab dilakukan
dengan bantuan spekulum. Dengan cotton but dilakukan swab pada forniks posterior
vagina dan permukaan mulut rahim.
Rambut
Sebelum perkembangan teknologi DNA, analisis rambut, pada bagian yang
paling penting, terbatas untuk pemeriksaan mikroskopik. Salah satu yang harus
ditentukan adalah warna rambut, ras, asalnya dari tubuh dan karakteristik
umumnya. Sekarang sudahmungkin untuk melakukan analisa DNA pada rambut.
Bekas Gigitan
Suatu bentuk bukti yang menyinggung bekas gigitan ini. Bekas gigitan dapat sebagai
sidik jari seseorang. Sejumlah orang diidentifikasi positif dan narapidana berdasarkan
bekas gigitan. Akhirnya, setiap kasus dimana ada bekas gigitan tampak pada seseorang,
baik hidup maupun mati, tanda pertama kali harus di swab untuk memperoleh saliva
untuk tes DNA. Bekas gigitan harus dilakukan fotografi, dengan skala yang tampak pada
gambar. Jika ahli gigi forensik dihubungi dengan telepon, ia harus dipanggil pada saat
pemeriksaan langkah tersebut diatas begiutu juga mengambil tambalan. Jika tersangka
ditangkap, pengadilan akan meminta dapatkah dilakukan perbandingan antara bekas
gigitan pada korban dengan gigi pelaku.
Tanpa pewarnaan
Untuk melihat apakah ada spermatozoa yang masih bergerak
Umumnya, dalam 2-3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa
yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang sampai 3-4 jam
Cara pemeriksaan: satu tetes lendir vagina diletakan pada kaca obyek, dilihat dengan
pembesaran 500 x serta kondensor diturunkan. Perhatikan gerakan sperma.
Spermatozoa dapat ditemukan 3-6 hari pasca persetubuhan
Dengan pewarnaan
Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada
nyala api. Pulas dengan HE, methy lene blue atau malachite green
Malachite green adalalh cara yang mudah dan baik digunakan.
Warnai dengan larutan malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci dengan
air mengalir dan setelah itu lakukakn counterstain dengan Eosin Yellowish 1%
selama 1 menit, terakir cuci lagi dengan air
Terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher( merah muda), ekor (hijau)
Reaksi Berberio
Dasar reaksi: menentukan adanya spermin dalam semen
Merupakan reaksi penentu ada/ tidaknya mani
Reagen yang digunakan larutan asam pikrat jenuh
(+) kristal spermin pikrat yang kekuning-kuningan berbentuk jarum dengan ujung
tumpul, kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal
Reakssi florence
Dasar reaksi adalah untuk menentukan ada/ tidaknya kholin.
Cara pemeriksaan: Ekstrak diletakan pada kaca obyek, biarkan mengering, tutup
dengan kaca penutup. Reagen dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup.
(+) kristal kholin-periodida berwarna cokelat, berbentuk jarum dengan ujung sering
terbelah.
(+) palsu ekstrak jaringan berbagai organ (putih telur, ekstrak seranggga) akan
memberikan warna serupa.
Pewarnaan baecchi
Untuk mengetahui adanya spermatozoa pada bercak kain
Dengan jarum diambil 1-2 helai benang, leyakkan pada gelas obyek dan diuraikan
sampai serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan gelas tutup dan balsem kanada,
periksa dengan mikroskop pembesaran 400 kali. Serabut pakaian tidak mengambil
warna, spermatozoa dengan kepala berwarna merah dan ekor merah muda terlihat
banyak menempel pada selaput benang.
Pemeriksaan DNA
Pada tahun 1980, Alec Jeffreys dengan teknologi DNA berhasil mendemonstrasikan
bahwa DNA memiliki bagian-bagian pengulangan (sekuen) yang bervariasi. Hal ini
dinamakan polimorfisme, yang dapat digunakan sebagai sarana identifikasi spesifik
(individual) dari seseorang. Perbedaan sidik DNA setiap orang atau individu layaknya sidik
jari, sidik DNA ini juga bisa dibaca. Tidak seperti sidik jari pada ujung jari seseorang yang
dapat diubah dengan operasi, sidik DNA tidak dapat dirubah oleh siapapun dan dengan alat
apapun. Bahkan, sidik DNA mempunyai kesamaan pada setiap sel, jaringan dan organ pada
setiap individu. Oleh karena itu sidik DNA menjadi suatu metode identifikasi yang sangat
akurat (Lutfig and Richey, 2000).
LO 4 PANDANGAN ISLAM TERHADAP PEMERKOSAAN DAN PEMBUNUHAN
1. Jinayat terhadap jiwa (jinayat an-nafsi) = jinayat yang mengakibatkan hilangnya nyawa
(pembunuhan). Pembunuhan jenis ini terbagi tiga:
b. Pembunuhan yang mirip dengan sengaja (syibhu al-’amdi) = Membunuh dengan cara dan
alat yang biasanya tidak membunuh.
Sangsi Hukuman:
c. Pembunuhan karena keliru (al-khatha’) atau pembunuhan tidak sengaja, kesalahan semata
tanpa direncanakan, dan tidak ada maksud membunuh sama sekali. Misalnya = memanah
binatang buruan atau sejenisnya, namun ternyata anak panahnya nyasar mengenai orang
hingga meninggal dunia.
Sangsi Hukuman:
Diyat berupa 100 ekor unta secara berangsur-angsur selama tiga tahun.
Dan tidaklah layak bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena
tersalah, (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga
terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia
mukmin, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan
jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan
kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya
(si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak
memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai
cara tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.(Qs. An-Nisa`: 92)
2. Jinayat kepada badan selain jiwa = Penganiayaan yang tidak sampai menghilangkan
nyawa:
ْ
ال ُش َجا ُج َوال َج َرا ُحLuka-luka .1
Kejahatan terhadap jiwa atau anggota badan yg diancam hukuman serupa (qishash) atau diyat
(ganti rugi dari si pelaku kepada si korban atau walinya).Pembunuhan dengan sengaja, semi
sengaja, menyebabkan kematian karena kealpaan, penganiayaan dengan sengaja, atau
menyebabkan kelukaan tanpa sengaja.Memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan persis
seperti apa yg dilakukan terhadap korban
1. 1. Pembunuhan sengaja,
2. 2. Pembunuhan menyerupai sengaja,
3. 3. Pembunuhan karena kesalahan, (tidak sengaja).
4. 4. Penganiayaan sengaja,
5. 5. Penganiayaan karena kesalahan (tidak sengaja).
Larangan membunuh
Islam melarang umatnya membunuh seseorang manusia atau seekor binatang sekalipun,
kalau itu tidak berdasarkan kebenaran hukumnya. Dalam Islam orang-orang yang halal darah
atau boleh dibunuh karena perintah hukum dengan prosedurnya adalah orang-orang murtad,
yaitu orang-orang Islam yang berpindah agama dari Islam ke agama lainnya, sesuai dengan
hadis Rasulullah saw: Man baddala diynuhu faqtuluwhu (barangsiapa yang menukar
agamanya maka bunuhlah dia). Ketentuan ini dilakukan setelah orang murtad itu diajak
kembali ke agama Islam selama batas waktu tiga hari, kalau selama itu dia tidak juga sadar
baru dihadapkan ke pengadilan.
Ada tiga macam jenis pembunuhan dalam Islam yang mempunyai hukum qishash
yang berbeda, yaitu pembunuhan sengaja, semi sengaja dan tidak sengaja. Pembunuhan
sengaja adalah seseorang sengaja membunuh orang lain yang darah dan keselamatan jiwanya
dilindungi. Yaitu dengan menggunakan alat untuk membunuh seperti senjata api dan senjata
tajam.
Tindak pidana pembunuhan secara sengaja jika memenuhi unsur-unsur: (1) orang
yang melakukan pembunuhan adalah orang dewasa, berakal, sehat, dan bermaksud
membunuh; (2) terbunuh adalah orang yang terpelihara darahnya (tidak halal untuk dibunuh);
dan (3) alat yang digunakan untuk membunuh dapat mematikan atau menghilangkan nyawa
orang. Jika pembunuh sengaja dimaafkan oleh keluarga terbunuh maka sipembunuh wajib
membayar diyat berat berupa 100 ekor unta, terdiri dari 30 ekor unta betina berumur 3-4
tahun, 30 ekor unta betina berumur 4-5 tahun, dan 40 ekor unta betina yang sedang bunting.
Pembunuhan semi sengaja adalah menghilangkan nyawa orang lain dengan alat yang tidak
biasa digunakan untuk membunuh dan tidak dimaksudkan untuk membunuh. Ia juga
harus membayar diyat berat kalau sudah dimaafkan keluarga terbunuh dengan cara
mengangsurnya selama 3 tahun. Sementara pembunuhan tidak sengaja adalah seperti orang
melempar buah mangga di pohon lalu terkena seseorang di bawah pohon mangga tersebut
sehingga mati.
Diyat bagi kasus seperti ini adalah diyat ringan, yaitu 100 ekor unta terdiri atas 20 ekor unta
betina berumur 1-2 tahun, 20 ekor unta betina berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta jantan
berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta betina berumur 3-4 tahun, dan 20 ekor unta betina berumur
4-5 tahun. Pihak pembunuh wajib membayarnya dengan mengangsur selama 3 tahun, setiap
tahun wajib membayar sepertiganya. Kalau tidak dapat dibayar 100 ekor unta, maka harus
dibayar 200 ekor lembu atau 2.000 ekor kambing.
Perkosaan dalam bahasa Arab disebut al wath`u bi al ikraah (hubungan seksual dengan
paksaan). Jika seorang laki-laki memerkosa seorang perempuan, seluruh fuqaha sepakat
perempuan itu tak dijatuhi hukuman zina (had az zina), baik hukuman cambuk 100 kali
maupun hukuman rajam. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364;
Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, Juz 24 hlm. 31; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al
Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab,
Juz 20 hlm.18).
Pembuktian perkosaan sama dengan pembuktian zina, yaitu dengan salah satu dari
tiga bukti (al bayyinah) terjadinya perzinaan berikut; Pertama, pengakuan (iqrar) orang yang
berbuat zina sebanyak empat kali secara jelas, dan dia tak menarik pengakuannya itu hingga
selesainya eksekusi hukuman zina.Kedua, kesaksian (syahadah) empat laki-laki Muslim yang
adil (bukan fasik) dan merdeka (bukan budak), yang mempersaksikan satu perzinaan (bukan
perzinaan yang berbeda-beda) dalam satu majelis (pada waktu dan tempat yang sama),
dengan kesaksian yang menyifati perzinaan dengan jelas. Ketiga, kehamilan (al habl), yaitu
kehamilan pada perempuan yang tidak bersuami.