Anda di halaman 1dari 21

Foto Radiologi

Ileus Obstruktif

Disusun oleh:

Andrea Novita R. 1815067


Aprilia Rahmayani 1815077
Theodore Nicholas C. 1815070
Irman Hambali 1815075

Pembimbing:
dr. Justin Ginting, Sp.Rad

SMF ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT IMMANUEL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................3
1.1 Latar Belakang............................................................................................3
BAB II..............................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................5
2.1 Anatomi Usus.....................................................................................................5
2.2 Pemeriksaan Radiologi..............................................................................13
2.2.1 Foto Polos Abdomen..........................................................................................13
2.2.2 CT-Scan Abdomen............................................................................................17
2.2.3 USG.....................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................21

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.
Gangguan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus yang
disebut ileus obstruktif atau oleh gangguan peristaltik yang selanjutnya disebut
sebagai ileus paralitik.
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang
sering dijumpai dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus gawat abdomen.
Gawat perut dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa
inflamasi, dan penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian
kelainan dapat disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang
mengakibatkan perforasi saluran cerna atau perdarahan.
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Di
Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap
tahunnya. Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif
tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004
menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia.
Metode pencitraan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis ileus adalah
foto polos abdomen 3 posisi, Foto Thorax, USG, CT-scan, serta MRI.
Pemeriksaan penunjang yang sering dipakai untuk penyakit ileus adalah foto
polos abdomen 3 posisi. FPA mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada
obstruksi usus halus, sedangkan 84% pada obstruksi kolon. Foto polos
abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu: Tiduran terlentang (supine),
sinar dari arah vertikal dengan proyeksi antero posterior (AP); Duduk atau
setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar horizontal

3
proyeksi AP; Tiduran miring kekiri (Left Lateral decubitus = LLD ), dengan
sinar horizontal proyeksi AP.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Usus

1.1 Usus Halus

a. Duodenum

Duodenum atau juga disebut dengan usus 12 jari merupakan

usus yang berbentuk seperti huruf C yang menghubungkan antara

gaster dengan jejunum. Duodenum melengkung di sekitar caput

pancreas. Duodenum merupakan bagian terminal/muara dari system

apparatus biliaris dari hepar maupun dari pancreas. Selain itu

duodenum juga merupakan batas akhir dari saluran cerna atas. Dimana

saluran cerna dipisahkan menjadi saluran cerna atas dan bawah oleh

adanya ligamentum Treitz (m. suspensorium duodeni) yang terletak

pada flexura duodenojejunales yang merupakan batas antara duodenum

dan jejunum. Di dalam lumen duodenum terdapat lekukan- lekukan

kecil yg disebut dengan plica sircularis.Duodenum terletak di cavum

abdomen pada regio epigastrium dan umbilikalis. Duodenum memiliki

penggantung yg disebut dengan mesoduodenum. Duodenum terdiri atas

beberapa bagian yaitu:

 Duodenum pars Superior

 Duodenum pars Descendens

 Duodenum pars Horizontal

5
 Duodenum pars Ascendens

b.Ileum dan Jejunum

Jejunum dan ileum juga sering disebut dengan usus halus/usus

penyerapan membentang dari flexura duodenojejunales sampai ke

juncture ileocacaecalis. Jejunum dan ileum ini merupakan organ

intraperitoneal. Jejunum dan ileum memiliki penggantung yang disebut

dengan mesenterium yang memiliki proyeksi ke dinding posterior

abdomen dan disebut dengan radix mesenterii. Pada bagian akhir dari

ileum akan terdapat sebuah katup yang disebut dengan va lvulla

ileocaecal (valvulla bauhini) yang merupakan suatu batas yang

memisahkan antara intestinum tenue dengan intestinum crassum. Selain

itu, juga berfungsi untuk mencegah terjadinya refluks fekalit maupun

6
flora normal dalam intestinum crassum kembali ke intestinum tenue,

dan juga untuk mengatur pengeluara zat sisa penyerapan nutrisi.

Berikut adalah perbedaan antara jejunum dan duodenum.

1.2 Usus Besar

7
Usus besar merupakan tempat dimana air diabsorbsi dari sisa-sisa yang

yang tidak dapat dicerna dari cairan chyme, mengubahnya menjadi feses

semisolid yang disimpan secara temporer dan dikumpulkan sampai proses

defekasi terjadi. Usus besar terdiri dari cecum, apendik, colon ascenden,

transversum, desenden, sigmoid, rektum dan anal canal. Usus besar dibedakan

dari usus halus oleh :

- Apendices omental : kecil, berlemak, dan proyeksi seperti omentum

- Tiga taenia coli : (1) mesokolika, dimana melekat pada mesocolon

transversum dan sigmoid; (2) omental, dimana melekat apendices

omentalis; dan (3) bebas (libera) dimana mesokolon lainnya selain

apendices omental melekat.

- Haustra : sakulasi dari dinding colon diantara taenia

- Kaliber yang lebih besar

Taenia coli bermula dari base apendik sebagai lapisan longituinal tebal

dan berpisah membentuk tiga ikatan. Taenia berjalan sepanjang usus besar,

bersatu kembali pada pertemuan rektosigmoid menjadi sebuah lapisan

longitunal yang mengelilingi rektum. Karena taenia lebih pendek dari usus,

colon menjadi sakulasi diantara taenia, membentuk haustra.

a. Cecum dan apendiks

Sekum merupakan bagian pertama dari usus besar yang berlanjut

menjadi colon asenden. Sekum merupakan kantong intestinal yang tidak

begitu jelas, kira-kira mempunyai panjang dan lebar 7,5 cm, berlokasi

pada kuadran kanan bawah, dimana berjalan pada inferior fosa iliakan ke

8
pertemuan dari ileum terminal dan sekum. Bila distensi dengan feses atau

udara, sekum dapat diraba pada dinding abdomen anterolateral. Sekum

biasanya berjalan pada 2,5 cm dari ligamentum inguinal, dan sebagian

besar ditutup oleh peritoneum, dan dapat diangkat dengan bebas.

Bagaimanapun, sekum tidak memiliki mesenterium. Karena relatif bebas,

sekum dapat terlepas dari fossa iliaka, tetapi biasanya terikat pada dinding

abdomen lateral oleh satu atau lebih lipatan dari lipatan sekal dari

peritoneum. Ileum terminal memasuki sekum secara oblik dan per bagian

memasuki sekum tersebut.

Appendiks merupakan divertikulum intestinal (6-9 cm pada panjang)

yang mengandung massa jaringan limfoid. Apendiks berjalan dari aspek

9
posteromedial dari inferior sekum ke pertemuan ileosekal. Apendik

memiliki mesenteri triangular pendek, mesoapendiks, yang mana berasal

dari sisi posterior dari mesenterium dari ileum terminal. Mesoapendik

berikatan dengan sekum dan bagian proksimal dari apendik. Posisi dari

apendik bervariasi, tetapi biasanya retrosekal.

b. Colon

Colon dideskripsikan sebagai 4 bagian, yaitu asenden, transversum,

desenden, dan sigmoid yang berurutan satu sama lain dalam sebuah

lengkungan. Colon berjalan pertama pada sisi kanan dari usus halus, dan

berjalan superior dan anterior dari usus halus, kek kiri, dan inferior

kembali.

Colon asenden merupakan bagian kedua dari usus besar. Colon tersebut

melintas secara superior pada sisi kanan dari cavitas abdomen dari sekum

ke lobus kanan dari hepar, dimana berbelok ke kiri pada fleksura colica

dextra (fleksura hepatika). Colon asenden lebih sempit dari sekum dan

berada pada retroperitoneal sepanjang sisi kanan dari dinding posterior

abdomen. Colon asenden ditutupi oleh peritoneum pada bagian anterior

dan pada sisi nya, bagaimanapun, kurang lebih 25% dari manusia memiliki

mesenterium yang pendek. Colon asenden dipisahkan dari dinding

anterolateral abdomen oleh omentum mayor. Suplai darah ke colon

asenden dan fleksura kolika kanan berasal dari cabang arteri mesenterika

superior, ileokolika dan arteri kolika dextra. Anastomosis arteri – arteri ini

dan dengan cabang dextra dari arteri kolika media, pertama dari serial

10
arkade anastomosis yang dilanjutkan oleh kolika sinistra dan arteri

sigmoid untuk membentuk jalur arterial kontinu, arteri marginal (arteri

juxtracolika). Cabang dari vena mesenterika superior, ileokolika dan vena

kolika dextra, mengalirkan daraj dari colon asenden. Pembuluh limfatik

melewati pertama ke nodus limfa epikolika dan parakolika, kemudian ke

ileokolika dan nodul limfa colika dextra, dan dari nodul limfa mesenterika

superior.

Colon transversum (kira-kira panjang 45 cm) merupakan bagian ketiga,

paling panjang, dan bagian paling mobile pada usus besar. Colon

transversum melintasi abdomen dari fleksura kolika dextra ke fleksura

kolika sinistra, dimana berbelok secara inferior untuk menjadi colon

desenden. Fleksura kolika sinistra (fleksura splenikus) biasanya lebih

superior, lebih akut, dan sedikit bebas dibandingkan fleksura kolika dextra.

Hal tersebut berjalan anterior ke bagian inferior dari ginjal kiri dan

berikatan ke diafragma melalui ligamentum prenikokolika. Mesenterium

dari colon transversum, mesocolon transversum, berputar kebawah, sering

berada pada inferior dari krista iliaka dan berlekatan atau bergabung

dengan dinding posterior dari bursa omentalis. Suplai darah dari colon

transversum adalah arteri kolika media, sebuah cabang dari arteri

mesenterika superior. Bagaimanapun, colon transversum juga memperoleh

suplai darah arteri dari arteri kolika dextra dan sinistra. Aliran vena dari

colon transversum melalui vena mesenterika superior. Aliran limfatik dari

11
colon transversum berasal dari nodul limfatik kolika media, dimana

berbelok mengalir ke nodul mesenterika superior.

Colon desenden berjalan pada posisi retroperitoneal diantara fleksura

kolika sinistra dan fossa iliaka sinistra, dimana berlanjut dengan colon

sigmoid. Peritoneum menutupi colon pada bagian anterior dan lateral dan

berikatan dengan dinding posterior abdominal. Walaupun retroperitoneal,

colon desenden, khususnya pada fosa iliaka, memiliki mesenterium pendek

kira-kira 33% pada orang, dan bagaimanapun, biaasanya tidak cukup

panjang untuk menyebabkan volvulus. Sewaktu berjalan turun, colon

melintasi pada sisi anterior dari batas lateral ginjal kiri. Seperti pada colon

asenden, colon desenden memiliki sebuah paracolic gutter (kiri) pada

aspek lateralnya.

Colon sigmoid, memiliki karakteristik bentuk S dengan panjang yang

bervariasi (biasanya diperkirakan 40 cm), menghubungan antara colon

desenden dengan rektum. Colon sigmoid berjalan dari fosa iliaka ke

segmen S3, dimana bergabung dengan rektum. Akhir dari taenia coli, kira-

kira 15 cm dari anus, mengindikasikan pertemuan rektosigmoid. Colon

sigmoid biasanya memiliki mesenterium yang panjang dan bebas pada

pergerakan, khususnya pada bagian tengah. Akar dari mesocolon sigmoid

memiliki ikatan bentuk V terbalik, berjalan pertama secara medial dan

superior sepanjang pembuluh iliaka eksternal dan kemudian secara medial

dan inferior dari bifurkasio dari pembuluh iliaka komunis ke aspek anterior

dari sakrum. Pada ureter kiri dan pembagian dari arteri komunis iliaka

12
sinistra berjalan secara retroperitoneal, posterior ke apeks dari akar

mesocolon sigmoid. Apendices omentalis dari colon sigmoid biasanya

panjang, mereka menghilang sewaktu mesenterium sigmoid berakhir.

Taenia coli juga menghilang sebagaimana otot longitudinal pada dinding

dari colon meluas untuk membentuk lapisan lengkap pada rektum.

2.2 Pemeriksaan Radiologi

2.2.1 Foto Polos Abdomen

Ileus merupakan penyakit abdomen akut yang dapat muncul secara

mendadak yang memerlukan tindakan sesegera mungkin. Maka dari itu

pemeriksaan abdomen harus dilakukan secara segera tanpa perlu

persiapan. Pada kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi,

yaitu :

1. Posisi terlentang (supine): sinar dari arah vertical, dengan proyeksi

antero-posterior (AP)

2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri (erect), bila

memungkinkan, dengan sinar horizontal proyeksi AP

3. Tiduran miring ke kiri ( left lateral decubitus ), dengan arah

horizontal, proyeksi AP.

Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat

mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu dipersiapkan

ukuran kaset dan film ukuran 35x 45cm.

Hal – hal yang dapat dinilai pada foto – foto di atas ialah:

13
1. Posisi terlentang (supine)

- Dinding abdomen, yang penting yaitu: lemak preperitoneal

kanan dan kiri baik atau menghilang.

- Garis psoas kanan dan kiri: baik, menghilang atau adanya

pelembungan (bulging).

- Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang

radioopak.

- Kontur ginjal kanan dan kiri.

- Gambaran udara usus :

 Normal

 Pelebaran lambung, usus halus, kolon

 Penyebaran dari usus – usus yang melebar

 Keadaan dinding usus

 Jarak antara dua dinding usus yang berdampingan

2. Posisi duduk atau setengah duduk atau tegak ( Erect)

- Gambaran udara bebas di bawah diafragma

3. Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)

- Hampir sama seperti posisi duduk, hanya udara bebas letaknya

antara hati dengan dinding abdomen

a. Ileus obstruktif letak tinggi


Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling
distal di iliocaecal junction) dan kolaps usus di distal sumbatan.
Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan
gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang

14
menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus
yang sirkuler menyerupai kosta. Tampak air fluid level pendek-pendek
berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance karena

cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi.


Gambaran Herring bones appearance
b. Ileus obstruksi letak rendah
Tampak dilatasi usus halus di proksimal sumbatan (sumbatan di kolon)
dan kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang
mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance,
karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel

15
membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai
kosta. Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak di
tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level pendek-pendek
berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance karena
cairan transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid
level panjang-panjang di kolon.

Gambaran Air Fluid Level

2.2.2 CT-Scan Abdomen

16
CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras

kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat

dan lokasi dari obstruksi. CT lebih sensitif daripada radiografi dan akan

menunjukkan penyebab ~ 80% dari kasus. Fitur pada CT dapat

meliputi:

 Loop usus kecil melebar >2,5-3 cm dari dinding luar ke dinding

luar

  Loop kaliber normal atau kolaps dibagian distal

 Tanda feses usus kecil

Obstruksi loop tertutup didiagnosis ketika loop usus dengan panjang

bervariasi pada dua titik yang berdekatan di sepanjang jalurnya.

Mungkin sebagian atau lengkap dengan fitur karakteristik :

 Distribusi radial dari beberapa dilatasi, loop usus berisi cairan

 Peregangan pembuluh mesenterika yang konvergen menuju titik

torsio

 Konfigurasi berbentuk u atau berbentuk c

  Beak sign di lokasi tapering fusiform

 Whirl sign yang mencerminkan rotasi putaran usus di sekitar

titik tetap

Strangulasi didefinisikan sebagai obstruksi loop tertutup yang


terkait dengan iskemia usus. Terutama terlihat ketika diagnosis tertunda
(hingga 10% dari obstruksi usus halus) dan berhubungan dengan
mortalitas yang tinggi. Fitur tidak spesifik dan termasuk:

17
 Menebal dan meningka tka n atenuasi dinding usus
 Halo atau tanda target
 Pneumatosis intestinalis
 Gas vena portal
 Cairan terlokalisasi atau perdarahan di mesenteries

Kontras oral positif biasanya tidak diperlukan untuk diagnosis obstruksi


usus halus:

 Biasanya, encer dalam pengaturan SBO dan biasanya tidak


mencapai titik transisi sebelum pemindaian terjadi
 Dapat mengaburkan evaluasi dinding usus kecil, membatasi
evaluasi iskemia usus.

18
2.2.3 USG

Menurut Ali Nawaz, Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan

gambaran dan penyebab dari obstruksi. Tes yang dilakukan samping

tempat tidur ini membantu mendiagnosis obstruksi usus kecil, temuan

yang menunjukkan obstruksi usus kecil:

 Usus melebar (diameter >2,5 cm)

 Peristaltik yang tidak efektif

o Menghasilkan penampakan "to-and-fro" atau

"whirling" dari isi intra- lumina l

 Menonjol terdapat valvulae conniventes

 Terdapat dalam jejunal loop yang melebar

Luasnya obstruksi biasanya tersirat daripada dicari secara langsung

berdasarkan keterlibatan kolon asendens / desendens, morfologi loop usus kecil

(pola lipatan mukosa tinggi terdapat di jejunum, tidak ada di ileum), dan

keterlibatan lambung. Temuan yang menunjukkan iskemia / infark usus (akan

membutuhkan evaluasi bedah segera):

 Cairan bebas ekstraluminal

o Penampilan segitiga "runcing" dari cairan bebas antar-loop sering

disebut sebagai tanda tanga

 Kehilangan peristaltik

 Penebalan dinding usus >3 mm

o Dengan kehilangan arsitektur mural

19
o Gas mural

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi, F. Charles, et al. Swatrtz’s Principles of Surgery, Ninth


Edition. New York : The McGraw-Hill Companies; 2010.
2. Moore, Keith L, Dalley, Arthur F. Moore Clinically Anatomi, 5th
Edition. Lippincott Williams and Wilkins; 2006.

3. Sinicrope, Frank A., et. al. Ileus and bowel obstruction, October 2013,
th edition. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18847534

4. Souvik A, Hossein MZ, Amitabha D et. al. Etiology and outcome of


acute intestinal obstruction: a review of 367 patients in Eastern India.
Saudi J Gastrointestinal. 2010 October; 16(4): 285-287. Available from:
http://www. ncb i. nlm. nih. go v/p mc/a rtic le s/PMC2995099/? too
l=p ub med

5. William M. Thompson et.al Accuracy of Abdominal Radiography in


Acute Small-Bowel Obstruction: Does Reviewer Experience Matter?
American Journal of Roentgenology 2017 188:3, W233-W238

21

Anda mungkin juga menyukai