Anda di halaman 1dari 22

REFARAT

ILEUS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya
SMF Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Abepura

Jelita Kogoya
Liliana Roa
Yulius Ambolon

PEMBIMBING
dr. Astuti Tamher, Sp.Rad

SMF RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABEPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2018
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1


BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 2
1. Anatomi Abdomen ......................................................................................................................... 2
2. Ileus Obstruksi ................................................................................................................................ 6
3. Ileus Paralitik .................................................................................................................................. 7
4. Pendekatan Klinia .......................................................................................................................... 8
BAB III GAMBARAN RADIOLOGI ILEUS ............................................................................. 10
1. Ileus Obstruksi .............................................................................................................................. 10
1.1 Invaginasi.................................................................................................................... 13
1.2 Hirschsprung’s disease ............................................................................................... 15
1.3 Volvulus...................................................................................................................... 17
2. Ileus Paralitik ................................................................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN

Ileus merupakan salah satu kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai,
merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan apendisitis akut. Ileus
sendiri merupakan suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus terganggu.
Gerak peristaltik seperti gerakan kontraksi bergelombang yang merupakan suatu aktivitas otot
polos usus yang terkoordinasi dengan baik dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan otot
polos usus, system saraf simpatis, system saraf parasimpatis, keseimbangan elektrolit, dan
sebagainya.
Ileus dibagi menjadi dua yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Keduanya mempunyai
perbedaan yang cukup berarti tak terkecuali dalam bidang radiologi. Baik ileus obstruktif
maupun ileus paralitik mempunyai gambaran khas yang berbeda. Mengingat penanganan ileus
dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka hal ini sangat berpengaruh pada mortalitas
ileus. Operasi juga sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai,
keterampilan dokter, dan kemampuan ekonomi pasien.
Hal-hal yang dapat berpengaruh pada faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi pola
manajemen pasien ileus yang akhirnya berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut
juga berpengaruh dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya.
Karena itu, makalah mengenai ileus ini diharapkan agar para pembaca dapat mengerti
mengenai ileus baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik dan juga perbedaan masing-masing,
tak terkecuali mengenai gambaran radiologis khas pada masing-masing ileus

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Abdomen

Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan meluas dari
drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen dibagi menjadi dua bagian, abdomen
yang sebenarnya yaitu rongga sebelah atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga
sebelah bawah dan lebih kecil. Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma,
di bagian bawah pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi muscle
abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang tulang
punggung dan muscle psoas dan quadratus lumborum. Bagian dari rongga abdomen dan
pelvis beserta daerah-daerahnya. Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran
pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar.

Lambung

Hepar
Pankreas
Kolon transversum
Kandung Empedu

Kolon asenden Kolon desenden

Usus Halus
Kandung kencing

Gambar 1. Organ Abdomen

2
1.1 Lambung
Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di belakang costae
bagian bawah beserta tulang rawannya. Corpus, bagian terbesar terletak di tengah.
Pylorus, suatu kanalis yang menghubungkan corpus dengan duodenum. Bagian corpus
dekat dengan pylorus disebut anthrum pyloricum.
Usus halus merupakan bagian terpanjang dari saluran pencernaan dan terbentang dari
pylorus pada gaster sampai juncture ileocaecalis. Sebagian besar pencernaan dan absorpsi
makanan berlangsung di dalam usus halus. Usus halus terbagi atas tiga bagian
1.2 Usus Halus (Small Bowel)
a. Duodenum
Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C dnegan panjang sekitar 10 inci (25
cm) yang merupakan organ penghubung gaster dengan jejunum. Duodenum adalah
oragan penting karena merupakan tempat muara dari ductus choledochus dan ductus
pancreaticus. Duodenum terletak pada region epigastrica dan umbilicalis dan untuk
tujuan deskripsi dibagi menjadi empat bagian. Pars superior duodenum, pars descendens
duodenum, pars horizontalis duodenum, tunica mucosa dan papillae duodeni.
b. Jejunum dan ileum
Jejunum dan ileum panjnagnya 20 kaki (6m), dua per lima bagian atas merupakan
jejunum. Masing-masing bagian mempunyai gambaran yang berbeda tetepai terdapat
perubahan yang bertahap dari bagian yang satu ke bagian yang lain, jejunum dimulai
pada juncture duodenojejunalis dan ileum berakhir pada juncture ileocaecalis.
Lengkungan-lengkungan jejunum dan ileum dapat bergerak dnegan bebas dan melekat
pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk
kipas dan dikenal sebagai mesenterium.

Mukosa usus halus menunjukkan modifikasi struktural khusus yang meningkatkan luas
permukaan sel untuk absorpsi nutrient dan cairan. Modifikasi ini mencakup plika
sirkularis, vili dan mikrovili. Berbeda dari rugae lambung, plika sirkularis adalah lipatan
atau peninggian mukosa (dengan inti submukosa) permanen yang berpilin dan terjulur ked
ala lumen usus. Plika sirkularis makin mengecil kea rah ileum. Vili adalah tonjoloan
permanen lamina propria mukosa mirip jari yang terjulur ke dalam lumen usus. Vili

3
dilapisi oleh epitel selapis silindris dan juga lebih menonjol di bagian proksimal usus
halus. Tinggi vili berkurang kea rah ileum usus halus. Bagian tengah jaringan ikat masing-
masing vilus mengandung kapiler limfe yang disebut lacteal (vas lymphaticum central),
kapiler darah dan berkas otot polos. Setiap vilus memiliki bagian tengah yaitu lamina
propria yang biasanya berisi pembuluh darah, kelenjar limfe, saraf, otot polos dan jaringan
ikat longgar tidak teratur. Selain itu, lamina propria adalah tempat penyimpanan sel imun
misalnya limfosit, sel plasma, eosinofil, makrofag dan selm mast. Serat otot polos dari
muskularis mukosa meluas ke bagian tengah vili dan berperan dalam pergerakan vili.
Efek ini menigkatkan kontak vili dengan produk makanan di usus. Mikrovili adalah
juluran sitoplasma yang mealpisi apeks sel absorptive usus. Mikrovili tampak dibaawah
mikroskop cahaya berupa limbus striatus (striated border). Mikrovili dilapisi oleh suatu
selubung glikoprotein glikokaliks yang mengandung enzim limbus striatus misalnya
laktase , peptidase, sukrase, lipase dan enzim lain yang penting untuk pencernaan.

Gambar 2. Histologi Usus Halus

1.3 Usus Besar (Large Bowel)


Usus besar adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari katup ileocolica yaitu
tempat sisa makanan. Panjang usus besar kira-kira satu setengah meter.
1.4 Hepar
Hepar adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas dalam
rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hepar Secara luar dilindungi oleh
tulang costae.

4
1.5 Kandung Empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan membran
berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan bawah hepar, sampai di
pinggiran depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas centimeter. Kandung empedu
terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher.
1.6 Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip dengan kelenjar
ludah. Panjangnya kira-kira lima belas centimeter, mulai dari duodenum sampai limpa.
Pankreas dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala pankreas yang terletak di sebelah kanan
rongga abdomen dan di dalam lekukan abdomen, badan pankreas yang terletak di
belakang lambung dalam di depan vertebre lumbalis pertama, ekor pankreas bagian yang
runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa.
1.7 Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal di sebelah
kanan dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum. Dapat diperkirakan dari
belakang, mulai dari ketinggian vertebre thoracalis sampai vertebre lumbalis ketiga ginjal
kanan lebih rendah dari kiri, karena hepar menduduki ruang banyak di sebelah kanan.
Panjang ginjal 6 sampai 7½ centimeter. Pada orang dewasa berat kira-kira 140 gram.
Ginjal terbagi menjadi beberapa lobus yaitu : lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus
caudatus, lobus sinistra.
1.8 Limpa
Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara fundus
ventrikuli dan diafragma.

5
Gambar 3.
Anatomi Radiografi Foto Polos Abdomen

2. Ileus Obstruksi
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya
daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus
terganggu.Ileus obstruktif disebut juga ileus mekanik. Ileus obstruktif disebabkan oleh
berbagai hal:
a. Adhesi
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya berasal dari
rangsangan peritoneum akibat adanya peritonitis setempat atau umum. Adhesi dapat
berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, mungkin setempat
maupun luas.
b. Hernia
Kelemahan atau defek pada dinding rongga peritoneum memungkinkan penonjolan
keluar suatu kantong peritoneal (kantong hernia) sehingga segmen suatu dalaman dapat
terjepit.

6
c. Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum. Obstruksi bisa terjadi
dimana-mana pada bagian usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal, tempat lumen
paling sempit. Cacing tersebut menyebabkan kontraksi lokal dinding usus yang disertai
reaksi radang setempat.
d. Invaginasi
Umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon asendens dan mungkin
terus sampai keluar dari rektrum, dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian
usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Pada bayi dan anak-anak
biasanya spontan dan irreversible, sedangkan pada dewasa jarang terjadi.
e. Volvulus
Pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus. Volvulus di usus halus agak jarang
ditemukan. Biasanya volvulus didapatkan di bagian ileum.
f. Kelainan kongenital
Gangguan passase usus dapat berupa stenosis maupun atresia.
g. Radang kronik
h. Tumor
i. Tumpukan sisa makanan

3. Ileus Paralitik
Ileus paralitik merupakan suatu keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu melakukan
kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik disebut juga ileus adinamik
atau non mekanik. Ileus paralitik ini bukan merupakan suatu penyakit primer usus, melainkan
akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga
perut, toksin, obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus, dan ileus
obstruktif yang lama.
Etiologi Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen.
Keadaan ini biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam. Beratnya ileus paraltik pasca
operasi bergantung pada lamanya operasi, seringnya manipulasi usus dan lamanya usus
berkontak dengan dunia luar. Selain itu, bisa juga dari inflamasi intraperitoneal atau
retroperitoneal (apendisitis, diverticulitis, dan sebagainya), gangguan metabolik
(hipokalemia), obat-obatan (antikolinergik, opioid, dan sebagainya).

7
4. Pendekatan Klinia
a. Anamnesis
Keluhan pasien tergantung pada waktu perkembangan ileus terjadi, penyakit yang
mendasari, komplikasi dan faktor penyerta. Pasien dapat mengeluh perut kembung (oleh
karena distensi abdomen), anoreksia, mual dan obstipasi dan mungkin disertai muntah. Nyeri
abdomen yang tidak begitu berat namun bersifat kontinu dan lokasi nyeri yang tidak jelas
adalah karakteristik keluhan pasien ileus. Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan untuk
mendeteksi adanya kemungkinan miopati atau neuropati yang disebabkan oleh penyakit
herediter.
b. Pemeriksaan Fisik
Pasien biasanya berbaring dengan tenang. Pada pemeriksaan perkusi abdomen dapat
ditemukan perkusi timpani. Pada palpasi, pasien menyatakan perasaan tidak enak pada perut
dan tidak dapat menunjuk dengan jelas lokasi nyeri. Auskultasi harus dilakukan secara
cermat oleh karena dapat ditemukan bising usus yang lemah, jarang, dan bahkan dapat tidak
terdengar sama sekali. Dapat terdengar low pitched gurgle, suara berdenting yang lemah
yang kadang dapat dicetuskan dengan cara menepuk perut pasien, atau dapat terdengar suara
air bergerak (succusion splash) saat pasien berpindah posisi. Pemeriksaan fisik perlu
dilakukan secara berulang karena komplikasi dapat timbul seiring waktu berjalan sehingga
dapat terjadi perubahan hasil pemeriksaan fisik. Demam, hipotensi, atau tanda-tanda sepsis
merupakan tanda bahaya akan terjadinya komplikasi yang mengancam jiwa.
c. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium penting dalam mencari penyakit yang mendasari ileus paralitik
serta merencanakan manajemen terapinya. Pemeriksaan yang penting untuk dilakukan
yaitu leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa darah, dan amilase. Pemeriksaan
elektrolit serum, blood urea nitrogen, dan kreatinin membantu dalam menilai adanya
ketidakseimbangan cairan dan ada tidaknya dehidrasi serta derajat dehidrasi. Pemeriksaan
leukosit penting dalam menilai ada tidaknya infeksi atau inflamasi.
 Pemeriksaan radiologi sangat membantu dalam menegakkan diagnosis, membedakan ileus
paralitik dengan ileus obstruksi, dan untuk memahami penyebabnya. Sebagai awal, dapat
dilakukan pemeriksaan foto abdomen polos dengan posisi supine dan tegak. Untuk
membedakan ileus paralitik dan ileus obstruksi, perlu diperhatikan derajat distensi

8
abdomen, volume cairan dan gas intraluminal Pada ileus paralitik akan ditemukan distensi
lambung, usus halus dan usus besar oleh karena terdapat kelainan pada akumulasi gas dan
cairan, namun akumulasi gas dan cairan pada ileus paralitik tidak sebanyak pada obstruksi
intestinal. Selain itu gas lebih banyak terdapat di colon loop dari distensi usus ringan dan
dapat terlihat di sebelah atas atau berdekatan dengan lokasi proses inflamatorik misalnya
pada pankreatitis. Loop ini disebut juga sentinel loops. Air fluid level berupa suatu
gambaran line up (segaris). Selain itu terdapat gambaran stepladder pattern.

9
BAB III
GAMBARAN RADIOLOGI DIAGNOSIS ILEUS

1. Ileus Obstruksi
Pemeriksaan foto polos abdomen dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis obstruksi
usus pada lebih dari 60 % kasus. Dilakukan dengan dua posisi yaitu supine dan tegak (atau
lateral dekubitus bila pasien tidak bisa tegak) merupakan pemeriksaan awal yang berguna
untuk menentukan letak obstruksi dan mencari penyebabnya. Pada posisi tegak atau lateral
dekubitus dapat terlihat multiple air fluid levels dan stepladder pattern. Stepladder patern
dengan multiple air fluid levels dan tidak terlihat gas di dalam kolon adalah tanda
patognomonik Dapat ditemukan scalloped effect oleh karena udara dan cairan yang
berkumpul di kolon proksimal dari obstruksi.
Pada tahap awal strangulasi, sulit dibedakan dengan obstruksi simple, namun bila sudah
mencapai tahap lanjut, maka usus yang nekrotik akan kehilangan kontur mukosanya dan
mengalami edema sehingga tampak gambaran thumbprinted dan bentuk coffee bean. Untuk
membedakan ileus paralitik dengan ileus obstruksi, maka perlu diperhatikan derajat distensi
intestinal, jumlah cairan dan gas intralumen, dan pola distribusi air fluid-levels. Pada obstruksi
intestinal, akumulasi gas dan cairan lebih banyak sedangkan air fluidlevels lebih panjang dan
terlihat lebih jelas. Selain itu dapat ditemukan stepladder pattern. Apabila multiple air fluid-
levels terlihat sebagai pola string of beads, maka terdapat kecenderungan adanya obstruksi
parsial atau komplit derajat tinggi

10
Gambar 4.
Obstruksi usus halus (kiri) foto polos abdomen pasien dengan obstruksi usus halus
posisi supine ; (kanan) foto dari pasien yang sama dengan posisi tegak, menunjukkan
adanya air-fluid levels.

Walaupun pemeriksaan foto polos abdomen dapat menegakkan diagnosis pada sebagian besar
kasus obstruksi intestinal, namun evaluasi lebih lanjut diperlukan (misalnya dengan CT-scan atau
radiografi barium) pada 20-30 % kasus. Sensitivitas CT-scan adalah 80-90 % sedangkan
spesifisitasnya adalah 70-90% dalam deteksi obstruksi usus halus. Pada pemeriksaan CT-scan,
adanya transisi yang jelas antara bagian usus yang berdilatasi dengan yang kolaps, dilatasi usus
proksimal, dekompresi usus distal dan dengan kontras intralumen tidak dapat melalui zona
transisi, serta kolon mengandung sedikit gas atau cairan, maka hal-hal tersebut mengarah pada
diagnosis pasti obstruksi intestinal. Sedangkan bila terlihat titik transisi yang tidak terdapat
adanya struktur ekstralumen atau abnormalitas dinding usus mneyiratkan adanya pita adhesi atau
kongenital. Perubahan pada ketebalan dinding usus, massa ekstralumen dan penemuan lain
menyediakan informasi penting mengenai penyebab dari obstruksi. Pemeriksaan CT-scan

11
abdomen berguna dalam mendiagnosis tuberkulosis gastrointestinal. CT-scan dapat
menunjukkan adanya penebalan dinding usus yang asimetris, dan nodus –nodus yang melebar.

Gambar 5.
CT-Scan menunjukkan adanya dilatasi jejunum dengan transisi yang jelas, bagian
distal kolaps. Tampak usus halus sesuai dengan gambaran obstruksi usus halus
komplit.

Gambar 6.
Foto Polos Abdomen Di dapatkan udara bebas di bawah
diafragmayang disebabkan oleh perforasi usus

12
Gambar 7.
Foto Polos Abdomen
Tampak udara bebas dalam rongga abdomen

1.1 Invaginasi
Invaginasi adalah suatu keadaan gawat darurat akut dibidang ilmu bedah dimana suatu
segmen usus masuk kedalam lumen usus bagian distalnya sehingga dapat menimbulkan
gejala obstruksi dan pada fase lanjut apabila tidak segera dilakukan reposisi dapat
menyebabkan strangulasi usus yang berujung pada perforasi dan peritonitis. Suatu segmen
usus berikut mesenterium atau mesokolon masuk ke lumen usus bagian distal oleh suatu
sebab. Proses selanjutnya adalah proses obstruksi usus strangulasi berupa rasa sakit dan
perdarahan peranal. Sakit mula-mula hilang timbul kemudian menetap dan sering disertai
rangsangan muntah. Darah yang keluar peranal merupakan darah segar yang bercampur
lendir.Proses obstruksi usus sebenarnya sudah terjadi sejak invaginasi, tetapi penampilan
klinik obstruksi memerlukan waktu, umumnya setelah 10-12 jam sampai menjelang 24
jam.

13
a. Gambaran radiologi
Foto polos abdomen 3 posisi akan ditemukan tanda-tanda obstruksi dengan gambar “air-
fluid levels” dan distribusi udara dalam usus tidak merata

Gambar 8.
Foto polos abdomen. Tampak airfluid levels pada usus

Pemeriksaan barium enema digunakan untuk tujuan diagnostik dan terapi, dimana akan
terlihat gambaran “cupping” dan “coilspring” (gambar 2). Untuk tujuan terapi, barium
enema dikerjakan dengan tekanan hidrostatik untuk mendorong usus yang masuk ke arah
proksimal, teknik ini dapat dikerjakan bila belum ada tanda-tanda obstruksi usus yang jelas,
seperti muntah- muntah hebat, perut distensi, dan dehidrasi berat.

14
Gambar 9.
Foto barium enema. Tampak cupping dan coilspring pada usus

1.2 Hirschsprung’s disease


Hirschsprung’s disease (HD) disebut juga Megacolon congenital atau Aganglionic
megacolon congenital adalah suatu kelainan kongenital ditandai tidak adanya sel-sel saraf
yang disebut sel-sel parasimpatetik ganglion intramural pada lapisan otot (pleksus
myenteric) dan lapisan submucosa (pleksus Auerbach dan Meissner) yang umumnya
terjadi pada bagian distal colon yaitu rectum dan sebagian colon sigmoid Aganglionic
pada dinding colon bagian distal menyebabkan berkurangnya kemampuan relaksasi dan
motilitas yang optimal sehingga menimbulkan konstriksi dan colon bagian proksimalnya
menjadi dilatasi, sisa makanan terjebak dan tidak dapat didorong ke bagian distal untuk
dikeluarkan. Bagian colon yang mengalami dilatasi inilah yang menyebabkan megacolon.
Secara umum ada 2 tipe HD berdasar letak segmen aganglionik pada rectum dan colon :
tipe I : segmen aganglionik pada daerah distal sigmoid dan rektum disebut short segmen.
Tipe II: segmen aganglionik dapat sampai colon dan terminal ileum yang disebut long
segmen. Daerah perbatasan antara segmen ganglion dan ganglion disebut zona transitional

15
Gambar 10.
Foto polos abdomen penderita Hirschsprung disease posisi AP-supien:gb a tampak dilatasi pada
system usus dan gambaran feses (mottled appearance di proksimal) dan tak tampak gambaran
udara/feses dibagian distal (di rongga pelvis-rektum dan sigmoid). Gb.c. posisi setengah duduk:
gambaran air fluid level (kadang-kadang ada) gb.d. Posisi Left Lateral Decubitus (LLD) : air
fluid level (+), multiple

a. Gambaran radiologi
Tanda-tanda pada foto polos abdomen adalah seperti gambaran obstruksi usus letak
rendah, yaitu distensi sistema usus, air fluid level, gambaran mottled sign, udara dalam
rectum negatif. Sistem skoring dari 8 tanda, yaitu: 1). zona transisional, 2). kontraksi
irreguler, 3). index rectosigmoid (lebar maximum rectum dibagi lebar maximum sigmoid ;
abnormal jika kurang dari 1, 4). spasmus, 5). adanya gambaran cobble stone mukosa pada
WSCE (Water Soluble Contrast Enema), 6). Mukosa rreguler, 7). mukosa yang bergerigi
dan 8). retensi kontras (evakuasi lambat setelah 24 jam). Penilaian sistem skoring dalam
menentukan diagnostik HD adalah: 1). Nilai 1-3 : kemungkinan HD 40% dengan criteria
penilaian : rendah; 2). Nilai 4-5 : kemungkinan HD 66% dengan criteria penilaian :
sedang; 3). Nilai 6-8 : kemungkinan HD 100% dengan criteria penilaian : tinggi.

16
Gambar 11.
Beberapa gambaran HD pada pemeriksaan Barium enema: Zone transisi dan spasme (no.2),
kontraksi regular, mucosa irregular dan bergerigi dan cobblestone mucosa (no.4), Index
Rectosigmoid (no. 3) dan evakuasi lambat

1.3 Volvulus
Volvulus merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari
segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis
radiimesenterii sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang
ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa
gejala dan tanda strangulasi

17
Gambar 12.
Pemeriksaan Barium Enema pada seorang wanita berumur 53 tahun dengan
gambaran klinis dari obstruksi usus. Gambar di atas menunjukkan gambaran a bird-
peak appearance (arrow). Pada pembedahan telah di konfirmasi bahwa ini adalah
cecal volvulus.

18
2. Ileus Paralitik

Gambar 13.
Foto polos abdomen ileus paralitik

19
Pada ileus paralitik terdapat dilatasi usus secara menyeluruh dari gaster sampai rektum.
Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone
appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran
vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang
juga distensi tampak pada tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendek-pendek
yang berbentuk seperti tangga atau disebut juga step ladder appearance di usus halus dan air fluid
level yang panjang-panjang di kolon.

20

Anda mungkin juga menyukai