DATA PASIEN
Miss Penty, wanita 20 tahun
KELUHAN PASIEN
- Nyeri bagian abdomen sebelah kanan bawah.
- Keluhan tersebut sejak 2 hari yang lalu dan disertai dengan nyeri epigastris yang
dalam beberapa jam berpindah nyerinya ke abdomen kanan.
- Nyeri menjadi tetap dan menjadi lebih parah sehingga sejak beberapa jam lalu
mendapat demam.
- Mengeluh mual dan muntah serta nafsu makan berkurang.
DATA
- Pergerakan ususnya masih terdengar.
- Tidak ada riwayat diare maupun perubahan pola BAB ( buang air besar ).
- Tidak memiliki riwayat mikturisi yang abnormal dan vaginal discharge.
- Periode menstruasi masih normal dan teratur setiap bulannya.
- Tidak pernah melakukan operasi sebelumnya dan tidak memiliki riwayat luka pada
abdomen.
PEMERIKSAAN FISIK
- Kondisi umum terlihat sakit sedikit.
- Tekanan darah 100/60 mmHg dan terlihat berkeringat.
- Pulse rate 104/menit
- Suhu tubuhnya 38 C.
- Respiratory rate 24/menit.
- Conjunctiva tidak anemic.
- Berdasarkan pemeriksaan abdomen :
o Tidak ada pembesaran abdomen akan tetapi terdapat nyeri tekan pada bagian
bagian kuadran kanan bawah, tidak terdapat jaringan parut pada abdomen.
o Tidak ditemukan tanda kekakuan otot pada daerah Mc Buney.
o Terdapat penurunan suara bising usus.
o Liver , gall blader, spleen tidak terpalpasi.
o Psoas sign dan batuk positif yang biasa dikenal sebgai Rovsing’s sign.
o Tidak ditemukan tanda-tanda abnormalitas pada Flank regions.
2
- Pemeriksaan DRE ( digital rectal examination ) dan ditemukan sphincter tone normal,
intact mukosa, non collapse ampulla dan nyeri terutama pada posisi arah jam 9 sampai
12.
- Tidak ada keabnormalan pada rongga Douglas dan tidak ada nyeri saat menggerakan
portio.
PEMERIKSAAN LAB
- Pemeriksaa darah :
o Hb 12.1 gr%
o WBC 15.200/mm3.
- Pemeriksaan urine
o leukosit, eritrosit dan bakteri tidak terdeteksi.
o Tes kehamilan : negatif
PEMERIKSAAN USG
- Bagian uterus dan adnexa normal.
- Bladder normal.
- Apendiks ditemukan pada tes perbandingan dan tidak ada massa dan abses di
periapendiks.
- Tidak ada tanda pengumpulan cairan intraperitoneal.
TREATMENT
Dokter melakukan operasi apendictomy setelah IV fluid dan antibiotik empiris
diberikan. Hasil operasi didapatkan apendiks gangrene dengan ukuran sebesar 10 cm
panjangnya dan 1,5 cm diameternya yang mana berisi fecalith pada bagian sepertiga
proksimal. Dan tercium bau busuk dari pengumpulan pus sekitar apendiks kurang
lebih 5 cc.
LEARNING ISSUE
1. Embriologi, Anatomi dan Histologi
Apendiks
2. Appendicitis
3. Pemeriksaan – pemeriksaan
3
EMBRIOLOGI MIDGUT
Pembentukan dari midgut dimulai pada minggu ke-5, dimana akan membentuk bagian distal
dari duodenum sampai 2/3 proximal dari transverse colon.
4
ANATOMI APENDIKS
Appendix vermivormis berupa pipa buntu yang berbentuk seperti cacing berukuran
6-10 cm timbul dari posteriomedial aspect bagaian inferior caecum terhadap ileocecal
junction.
Letak Appendix vermiformis bervariasi, tetapi biasanya terletak retrosekal. Letak
pangkal Appendix lebih ke dalam dari titik batas antara 1/3 lateral dan 2/3 medial garis
miring antara spina iliaca anterior superior dan annulus umbilicalis (titik mc burney).
Appendix memiliki meso-appendix yang menggantung pada mesenterium bagian
akhir ileum. Meso-appendix melekat terhadap caecum dan bagian proksimal dari appendix
vermiformis.
Vaskularisasi :
Arteri : Abdominal aorta bercabang superior mesenteric arteri bercabang menjadi
ileocolic arteri bercabang menjadi appendicularis arteri
Vena : Caecum dan appendix menuju ileocolica vena menuju ke superior
mesenteric vena
Limfe:
Pembuluh limfe dari caecum dan appendix menuju ke kelenjar limfe dalam meso-appendix
dan ke nodus limphoidei ileocolici yang teratur sepanjang ileocolica arteri. Pembuluh
Limfe afferent di tamping oleh nodus limphoidei mesenterica superior
9
10
HISTOLOGI APENDIKS
Appendix adalah penonjolan keluar (evaginasi) dari dinding cecum. Lumen tidak teratur,
kecil dan sempit karena banyak folikel limfoid dalam dindingnya. Kelenjar usus lebih
sedikit dan pendek.
Terdiri dari :
1. Lapisan mukosa
Epitel selapis silindris, dengan banyak sel goblet, lamina propria dibawahnya yang
mengandung kelenjar intestinal (kripti lieberkuhn) dan mukosa muskularis. Lamina
propria banyak jaringan limfoid yang difus dan sering terlihat sampai ke
submukosa.
2. Lapisan submukosa
Lympnodulus dengan pusat germinal, sangat vascular banyak pembuluh darah
3. Lapisan muskularis eksterna
Terdiri atas lapisan sirkular dalam dan lapisan longitudinal luar. Ketebalan
bervariasi : ganglia parasimoatis plexus mientericus auerbach (diantara lapisan
sirkular dan longitudinal).
4. Lapisan serosa
Lapisan yang terluar karena apendiks ini intraperitoneum.
11
Gambar : Appendix
12
APPENDICITIS
Definisi
Peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan dindingnya (Sylvia edisi 4
hal.401)
Inflamasi pada kuadran kanan bawah yang dihubungkan dengan adanya obstruksi
pada sekitar 50-80% kasus,pada umumnya obstruksi ini diakibatkan karena adanya
fecalith atau bias juga akibat adanya batu empedu ataupun tumor (tetapi hal nin
jarang sekali). (Handbook of Gastroenterology Yamada edisi 2)
Etiologi
Appendiceal luminal obstruction, obstruksi yang paling banyak karena fecalith akibat
dari akumulasi dan inspissations dari fecal matter yang mengandung vegetable fibers.
Selain itu bisa dikarenakan oleh pembesaran lymphoid follicles yang berhubungan
dengan viral infection (measles), inspissated barium, worms (pinworms, Ascaris, dan
taenia) dan tumor (carcinoid atau carcinoma).
Appendiceal ulceration, penyebab ulcerationnya masih tidak diketahui meskipun virus
mungkin merupakan etiologinya.
Infeksi Yeersinia organism, karena high complement fixation antibody titer ditemukan
pada >30% kasus appendicitis.
Epidemiologi
Pria lebih rentan terkena apendiksitis dibandingkan dengan wanita, rasionya 3:2
Dewasa muda yaitu sekitar usia20-30 tahun lebih sering terjadi
Faktor Resiko
Sering mengonsumsi makanan rendah serat
13
Manifestasi Klinis
Abdominal discomfort
Anorexia
Pain
Lokasi inisialnya di periumbilical region, kemudian bermigrasi ke right lower
quadrant. Periumbilical abdominal pain merupakan visceral type, akibat dari
distensi pada appendiceal lumen. Nyerinya disampaikan oleh slow-conducting C
fibers, biasanya poorly localized pada periumbilical region atau epigastric region.
Umumnya visceral pain mild disertai cramping dan betahan hingga 4-6 jam.
Akibat penyebaran inflamasi pada parietal peritoneal surface, nyerinya menjadi
somatik, steady, lebih parah dan diperburuk oleh gerakan atau batuk. Parietal
afferent nerve adalah A delta fibers yang bersifat fast conducting dan unilateral.
Serabut saraf ini dapat melokalisasi nyeri di right lower quadrant.
Nusea dan vomiting terjadi pada 50-60% kasus, vomiting biasanya self limited.
Change in bowel habit
Urinary frequency dan dysuria jika letak appendix berdekatan dengan bladder.
Abdominal tenderness
Terpalpasi pada McBurney’s point (terletak pada satu pertiga antara anterior iliac
spine dan umbilicus). Abdominal tenderness secara komplit tidak ada jika terdapat
retrocecal ato pelvic appendix, dimana tenderness terpalpasi pada flank ketika
dilakukan rectal atau pelvic examination.
Reffered rebound tenderness
Hyperesthesia pada kulit right lower quadrant
Positive psoas and obturator sign
Temperature
Biasanya normal atau slightly elevated (37,20-380 C), tapi bisa juga > 38,30 C jika
sudah terjadi perforation.
Tachycardia peningkatannya sesuai denga peningkatan temperature.
14
Patofisiologi
15
b. Peranan Obstruksi
Terdapat lima stage apendisitis akut yang disebabkan oleh adanya obstruksi lumen.
Early stage of appendicitis:
Obstruksi lumen merupakan faktor penyebab dominan dalam apendisitis akut. Fekalit
merupakan penyebab terjadinya obstruksi lumen apendiks pada 20% anak-anak dengan
apendisitis, terjadinya fekalit berhubungan dengan diet rendah serat. Frekuensi obstruksi
meningkat sesuai dengan derajat proses inflamasi. Fekalit ditemukan 40% pada kasus
apendisitis sederhana (simpel), sedangkan pada apendisitis akut dengan gangren tanpa
ruptur terdapat 65% dan apendisitis akut dengan gangren disertai ruptur terdapat 90%.
Apendistis di mulai dari obstruksi lumen oleh sumbatan feses atau fekalit. Feses yang
terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan mengalami
penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan.
Selain fekalit, penyebab obstruksi lumen lainnya ialah hiperplasia limfoid. Jaringan
limfoid yang terdapat di submukosa apendiks akan mengalami edema dan hipertrofi
sebagai respon terhadap infeksi virus di sistem gastrointestinal atau sistem respiratorius,
16
yang akan menyebabkan obstruksi lumen apendiks. Megakolon kongenital terjadi obstruksi
pada kolon bagian distal yang diteruskan ke dalam lumen apendiks dan hal ini merupakan
salah satu alasan terjadinya apendisitis pada neonatus.
Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa
apendiks karena parasit seperti Entamoeba hystolityca dan benda asing mungkin tersangkut
di apendiks untuk jangka waktu yang lama tanpa menimbulkan gejala, namun cukup untuk
menimbulkan risiko terjadinya perforasi.
Apendiks menghasilkan mukus 1-2 ml perhari. Mukus itu normalnya dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Obstruksi yang terjadi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus
makin banyak, ia terkumpul selama adanya obstruksi lumen apendiks yang menyebabkan
distensi lumen akut sehingga akan terjadi kenaikkan tekanan intraluminer dan sebagai
akibatnya terjadi obstruksi arterial serta iskemia.
Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema,
diapedesis bakteri (perpindahan bakteri dari lumen usus masuk ke dalam submukosa), dan
ulserasi mukosa sampai kerusakan seluruh lapisan dinding apendiks. Pada saat ini terjadi
apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Suppurative appendicitis:
Dengan adanya bakteri dalam submukosa maka tubuh akan bereaksi berupa
peradangan supurativa yang menghasilkan pus (disebut juga acute suppurative
appendicitis). Peradangan ini secara cepat meluas melalui submukosa menembus tunika
muskularis dan tunika serosa. Ketika lapisan serosa yang terinflamasi menyentuh
peritoneum parietal, maka pasien akan merasakan nyeri yang berpindah dari periumbilicus
ke abdomen kuadran kanan bawah, yang nyerinya semakin parah dibandingkan dengan
nyeri pada awalnya.
17
18
Gangrenous appendicitis:
Keluarnya pus dari dinding yang masuk ke dalam lumen apendiks akan
mengakibatkan tekanan intraluminer akan semakin meningkat, sehingga desakan pada
dinding apendiks akan bertambah besar menyebabkan gangguan pada sistem vasa dinding
apendiks. Mula-mula akan terjadi penekanan pada vasa limfatika, kemudian vena dan
terakhir adalah arteri. Akibatnya akan terjadi edema dan iskemia dari apendiks, infark
seterusnya melanjut menjadi gangren. Pada akhirnya, end arteri yang menyuplai apendiks
akan terjadi trombosis dan apendiks yang tersumbat itu dapat menjadi nekrosis atau
gangrenosa.
Perforated appendicitis:
Keadaan ini akan terus berlanjut dimana dinding apendiks akan mengalami perforasi,
sehingga pus akan tercurah kedalam rongga peritoneum dengan akibat terjadinya
peradangan pada peritoneum parietal. Hasil akhir dari proses peradangan tersebut sangat
tergantung dari kemampuan organ dan omentum untuk mengatasi infeksi tersebut, jika
infeksi tersebut tidak bisa diatasi akan terjadi peritonitis umum. Pada anak-anak omentum
belum berkembang dengan sempurna, sehingga kurang efektif untuk mengatasi infeksi, hal
19
Diagnosis
ALVARADO Scale
Manifestasi Klinis Jumlah
Symptoms Nyeri yang berpindah 1
Anorexia 1
Nausea / vomit 1
Sign RLQ* tenderness 2
Rebound 1
Tempratur meningkat 1
Lab Leukositosis 2
Shift to the left 1
*RLQ:Right Lower Quadrant
Keterangan
0-4 : tidak jelas
5-6 : dignosa tidak pasti appendicitis,perlu dilakukan pemeriksaan tambahan (CT
scan)
7-8 : Kemiripan sangat tinggi dengan appendicitis
9-10 : Positif appendicitis,segera lakukan operasi
Diagnosa Banding
Tergantung dari 4 faktor utama :
- Lokasi anatomis
- Staging Proses
- Umur
- Jenis Kelamin
2.Acute Gastroenteritis
Dapat sembuh sendiri
Karakteristik : diare air,mual, muntah
Hasil lab : Normal
4.Intussusception
Tidak akan terdapat pada anak > 2tahun,
Karakteristik : bloody mucoid stool
7.Batu ureter
Hematuria
Tidak terdapat leukositosis
Mikroskopis
Infiltrasi neutrofil di muskularis propria
Mukosa ulkus
23
Treatment appendicitis
1. Preoperative
Preoperative antibiotic untuk menurunkan infeksi postoperative
Broad spectrum gram negative anaerob
Carbapenem good option (antibiotic cephalosporine generasi ke2)
2. Treatment suspected acute appendicitis
IV crystalloid therapy apabila sudah ada manifestasi klinis dehidrasi
Not receive anything by mouth
Administer parenteral analgesic & antiemetic
Β hCG harus diperiksa untuk menyingkirkan kehamilan ektopik
IV antibiotic sebelum dilakukan Laparotomy
Dilakukan surgical Laparotomy
Komplikasi
- Wound infection
- Abdominal/pelvic abcess
- Perforasi menjadi peritonitis hingga menjadi sepsis
Prognosis
Baik apabila segera ditangani.
APPENDECTOMY
25
Indikasi :
- Persistent abdominal pain (colicky pain)
- Leucocytosis
- Clinical sign of localized or diffuse peritonitis
Kontraindikasi :
- Sedang menggunakan Immunosupressive therapy
- Severe portal hypertension
- Coagulopathy
- Tidak boleh dilakukan pada trimester pertama kehamilan
- COUGH SIGN
- Pasien diminta untuk batuk. Pada saat batuk, pasien akan merasa sakit di bagian
right lower abdominal quadrant karena terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal.
Ini menandakan adanya apendisitis.
USG
PEMERIKSAAN
Cough Sign
27
Pasien diminta untuk batuk. Pada saat batuk, pasien akan merasa sakit di bagian
right lower abdominal quadrant karena terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal.
Ini menandakan adanya apendisitis.