Anda di halaman 1dari 27

1

DATA PASIEN
Miss Penty, wanita 20 tahun
KELUHAN PASIEN
- Nyeri bagian abdomen sebelah kanan bawah.
- Keluhan tersebut sejak 2 hari yang lalu dan disertai dengan nyeri epigastris yang
dalam beberapa jam berpindah nyerinya ke abdomen kanan.
- Nyeri menjadi tetap dan menjadi lebih parah sehingga sejak beberapa jam lalu
mendapat demam.
- Mengeluh mual dan muntah serta nafsu makan berkurang.
DATA
- Pergerakan ususnya masih terdengar.
- Tidak ada riwayat diare maupun perubahan pola BAB ( buang air besar ).
- Tidak memiliki riwayat mikturisi yang abnormal dan vaginal discharge.
- Periode menstruasi masih normal dan teratur setiap bulannya.
- Tidak pernah melakukan operasi sebelumnya dan tidak memiliki riwayat luka pada
abdomen.

PEMERIKSAAN FISIK
- Kondisi umum terlihat sakit sedikit.
- Tekanan darah 100/60 mmHg dan terlihat berkeringat.
- Pulse rate 104/menit
- Suhu tubuhnya 38 C.
- Respiratory rate 24/menit.
- Conjunctiva tidak anemic.
- Berdasarkan pemeriksaan abdomen :
o Tidak ada pembesaran abdomen akan tetapi terdapat nyeri tekan pada bagian
bagian kuadran kanan bawah, tidak terdapat jaringan parut pada abdomen.
o Tidak ditemukan tanda kekakuan otot pada daerah Mc Buney.
o Terdapat penurunan suara bising usus.
o Liver , gall blader, spleen tidak terpalpasi.
o Psoas sign dan batuk positif yang biasa dikenal sebgai Rovsing’s sign.
o Tidak ditemukan tanda-tanda abnormalitas pada Flank regions.
2

- Pemeriksaan DRE ( digital rectal examination ) dan ditemukan sphincter tone normal,
intact mukosa, non collapse ampulla dan nyeri terutama pada posisi arah jam 9 sampai
12.
- Tidak ada keabnormalan pada rongga Douglas dan tidak ada nyeri saat menggerakan
portio.

PEMERIKSAAN LAB
- Pemeriksaa darah :
o Hb 12.1 gr%
o WBC 15.200/mm3.
- Pemeriksaan urine
o leukosit, eritrosit dan bakteri tidak terdeteksi.
o Tes kehamilan : negatif

PEMERIKSAAN USG
- Bagian uterus dan adnexa normal.
- Bladder normal.
- Apendiks ditemukan pada tes perbandingan dan tidak ada massa dan abses di
periapendiks.
- Tidak ada tanda pengumpulan cairan intraperitoneal.

TREATMENT
Dokter melakukan operasi apendictomy setelah IV fluid dan antibiotik empiris
diberikan. Hasil operasi didapatkan apendiks gangrene dengan ukuran sebesar 10 cm
panjangnya dan 1,5 cm diameternya yang mana berisi fecalith pada bagian sepertiga
proksimal. Dan tercium bau busuk dari pengumpulan pus sekitar apendiks kurang
lebih 5 cc.

LEARNING ISSUE
1. Embriologi, Anatomi dan Histologi
Apendiks
2. Appendicitis
3. Pemeriksaan – pemeriksaan
3

EMBRIOLOGI MIDGUT

Pembentukan dari midgut dimulai pada minggu ke-5, dimana akan membentuk bagian distal
dari duodenum sampai 2/3 proximal dari transverse colon.
4

Pada pembentukkan midgut terjadi beberapa tahapan pembentukkan yaitu:


 Physiological Herniation
Primary intestinal loop dikarakteristikkan dengan pemanjangan yang cepat dari cephalic
limb. Karena terdapat perkembangan yang cepat dan ekspansi dari liver, maka abdominal
cavity seakan-akan menjadi sempit untuk menampung intestinal loop, dan mereka
memasuki extraembryonic cavity pada umbilical cord selama perkembangan minggu
ke-6.
5

 Rotation of The Midgut


Primary intestinal loop berotasi disekitar axis yang dibentuk oleh superior mesenteric
artery. Bila dilihat dari depan, rotasi berputar berlawanan arah jam, dan berputar
sebanyak 270 derajat. Selama rotasi, pemanjangan dari intestinal loop tetap berlanjut, dan
jejunum, dan ileum membentuk beberapa coiled loops. Rotasi terjadi selama herniasi
(pada rotasi sekitar 90 derajat).
6

 Retraction of Herniated Loops


Pada minggu ke-10 intestinal loops yang mengalami herniasi mulai untuk kembali ke
abdominal cavity, akan tetapi faktor-faktor yang menyebabkan ini masih belum diketahui.
Diperkirakan hal ini terjadi akibat regresi dari mesonerphric kidney, berkurangnya
pertumbuhan dari liver, dan ekspani dari abdominal cavity. Pada bagian proximal dari
jejunum merupakan bagian yang pertama kali masuk lalu menempati bagian pada sisi
kiri. Kemudian untuk bagian yang lain memasuki bagian kanan secara bertahap.
Kemudian untuk cecal bud yang merupakan turunan dari caudal limb yang muncul pada
minggu ke-6 merupakan bagian dari gut yang terakhir masuk.
7
8

ANATOMI APENDIKS

Appendix vermivormis berupa pipa buntu yang berbentuk seperti cacing berukuran
6-10 cm timbul dari posteriomedial aspect bagaian inferior caecum terhadap ileocecal
junction.
Letak Appendix vermiformis bervariasi, tetapi biasanya terletak retrosekal. Letak
pangkal Appendix lebih ke dalam dari titik batas antara 1/3 lateral dan 2/3 medial garis
miring antara spina iliaca anterior superior dan annulus umbilicalis (titik mc burney).
Appendix memiliki meso-appendix yang menggantung pada mesenterium bagian
akhir ileum. Meso-appendix melekat terhadap caecum dan bagian proksimal dari appendix
vermiformis.

Vaskularisasi :
 Arteri : Abdominal aorta bercabang superior mesenteric arteri bercabang menjadi
ileocolic arteri bercabang menjadi appendicularis arteri
 Vena : Caecum dan appendix menuju ileocolica vena menuju ke superior
mesenteric vena

Persarafan caecum dan appendix vermiformis:


 Simpatis : Berasal dari medulla spinalis torakal bagian kaudal
 Parasimpatis : berasal dari kedua nervus vagus.

Limfe:
Pembuluh limfe dari caecum dan appendix menuju ke kelenjar limfe dalam meso-appendix
dan ke nodus limphoidei ileocolici yang teratur sepanjang ileocolica arteri. Pembuluh
Limfe afferent di tamping oleh nodus limphoidei mesenterica superior
9
10

HISTOLOGI APENDIKS

Appendix adalah penonjolan keluar (evaginasi) dari dinding cecum. Lumen tidak teratur,
kecil dan sempit karena banyak folikel limfoid dalam dindingnya. Kelenjar usus lebih
sedikit dan pendek.
Terdiri dari :
1. Lapisan mukosa
Epitel selapis silindris, dengan banyak sel goblet, lamina propria dibawahnya yang
mengandung kelenjar intestinal (kripti lieberkuhn) dan mukosa muskularis. Lamina
propria banyak jaringan limfoid yang difus dan sering terlihat sampai ke
submukosa.
2. Lapisan submukosa
Lympnodulus dengan pusat germinal, sangat vascular  banyak pembuluh darah
3. Lapisan muskularis eksterna
Terdiri atas lapisan sirkular dalam dan lapisan longitudinal luar. Ketebalan
bervariasi : ganglia parasimoatis plexus mientericus auerbach (diantara lapisan
sirkular dan longitudinal).
4. Lapisan serosa
Lapisan yang terluar karena apendiks ini intraperitoneum.
11

Gambar : Appendix
12

APPENDICITIS

Definisi
 Peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan dindingnya (Sylvia edisi 4
hal.401)
 Inflamasi pada kuadran kanan bawah yang dihubungkan dengan adanya obstruksi
pada sekitar 50-80% kasus,pada umumnya obstruksi ini diakibatkan karena adanya
fecalith atau bias juga akibat adanya batu empedu ataupun tumor (tetapi hal nin
jarang sekali). (Handbook of Gastroenterology Yamada edisi 2)

Etiologi
 Appendiceal luminal obstruction, obstruksi yang paling banyak karena fecalith akibat
dari akumulasi dan inspissations dari fecal matter yang mengandung vegetable fibers.
Selain itu bisa dikarenakan oleh pembesaran lymphoid follicles yang berhubungan
dengan viral infection (measles), inspissated barium, worms (pinworms, Ascaris, dan
taenia) dan tumor (carcinoid atau carcinoma).
 Appendiceal ulceration, penyebab ulcerationnya masih tidak diketahui meskipun virus
mungkin merupakan etiologinya.
 Infeksi Yeersinia organism, karena high complement fixation antibody titer ditemukan
pada >30% kasus appendicitis.

Epidemiologi
 Pria lebih rentan terkena apendiksitis dibandingkan dengan wanita, rasionya 3:2
 Dewasa muda yaitu sekitar usia20-30 tahun lebih sering terjadi

Faktor Resiko
 Sering mengonsumsi makanan rendah serat
13

Manifestasi Klinis
 Abdominal discomfort
 Anorexia
 Pain
Lokasi inisialnya di periumbilical region, kemudian bermigrasi ke right lower
quadrant. Periumbilical abdominal pain merupakan visceral type, akibat dari
distensi pada appendiceal lumen. Nyerinya disampaikan oleh slow-conducting C
fibers, biasanya poorly localized pada periumbilical region atau epigastric region.
Umumnya visceral pain  mild disertai cramping dan betahan hingga 4-6 jam.
Akibat penyebaran inflamasi pada parietal peritoneal surface, nyerinya menjadi
somatik, steady, lebih parah dan diperburuk oleh gerakan atau batuk. Parietal
afferent nerve adalah A delta fibers yang bersifat fast conducting dan unilateral.
Serabut saraf ini dapat melokalisasi nyeri di right lower quadrant.
 Nusea dan vomiting  terjadi pada 50-60% kasus, vomiting biasanya self limited.
 Change in bowel habit
 Urinary frequency dan dysuria  jika letak appendix berdekatan dengan bladder.
 Abdominal tenderness
Terpalpasi pada McBurney’s point (terletak pada satu pertiga antara anterior iliac
spine dan umbilicus). Abdominal tenderness secara komplit tidak ada jika terdapat
retrocecal ato pelvic appendix, dimana tenderness terpalpasi pada flank ketika
dilakukan rectal atau pelvic examination.
 Reffered rebound tenderness
 Hyperesthesia  pada kulit right lower quadrant
 Positive psoas and obturator sign
 Temperature
Biasanya normal atau slightly elevated (37,20-380 C), tapi bisa juga > 38,30 C jika
sudah terjadi perforation.
 Tachycardia  peningkatannya sesuai denga peningkatan temperature.
14

 Rigidity dan tenderness  merupakan marked perkembangan penyakit menuju


keadaan perforasi.
 Distention  apabila sudah berkembang menjadi peritonitis.
 Mass  berkembang jika terjadi localized perforation tetapi tidak akan terdeksi
sebelum tiga hari setelah onset. Earlier presence of mass menunjukan adanya
carcinoma pada cecum atau Crohn’s disease.
 Perforasi  jarang terjadi sebelum 24 jam setelah onset gejala, tapi kecepatannya
meningkat sebanyak 80% setelah 48 jam.
 Moderat leukocytosis 10.000-18.000 cells/μL (shift to the left), lekocytosis >20.000
cells/μL mungkin menunjukan adanya perforasi.
 Anemia dan blood stool  primary diagnosisnya carcinoma pada cecum atau
Crohn’s disease.
 Hemourinaria  urin mungkin mengandung WBC atau RBC tanpa bacteria jika
appendix terletak disebelah kanan ureter atau bladder.
 Radiograph  adanya fecalith (5% pasien) pada right lower quadrant (terutama
pada children).
 USG  adanya enlarge and thick-walled appendix. USG berguna untuk
mengeksklusi ovarian cyst, ectopic pregnancy atau tuboovarian abscess.
 CT  thickened appendix dengan periappendiceal stranding dan sering terdapat
fecalith.

Patofisiologi
15

a. Peranan Lingkungan: diet dan higiene


Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan
tekanan intrasekal yang berakibat sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan flora normal kolon.
 Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendisitis. Diet memainkan peran
utama pada pembentukan sifat feses, yang mana penting pada pembentukan fekalit.
Kejadian apendisitis jarang di negara yang sedang berkembang, dimana diet dengan tinggi
serat dan konsistensi feses lebih lembek. Kolitis, divertikulitis dan karsinoma kolon adalah
penyakit yang sering terjadi di daerah dengan diet rendah serat dan menghasilkan feses
dengan konsistensi keras.

b. Peranan Obstruksi
Terdapat lima stage apendisitis akut yang disebabkan oleh adanya obstruksi lumen.
 Early stage of appendicitis:
Obstruksi lumen merupakan faktor penyebab dominan dalam apendisitis akut. Fekalit
merupakan penyebab terjadinya obstruksi lumen apendiks pada  20% anak-anak dengan
apendisitis, terjadinya fekalit berhubungan dengan diet rendah serat. Frekuensi obstruksi
meningkat sesuai dengan derajat proses inflamasi. Fekalit ditemukan 40% pada kasus
apendisitis sederhana (simpel), sedangkan pada apendisitis akut dengan gangren tanpa
ruptur terdapat 65% dan  apendisitis akut dengan gangren disertai ruptur terdapat 90%.
Apendistis di mulai dari obstruksi lumen oleh sumbatan feses atau fekalit. Feses yang
terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan obstruksi dan akan mengalami
penyerapan air dan terbentuklah fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan.
Selain fekalit, penyebab obstruksi lumen lainnya ialah hiperplasia limfoid. Jaringan
limfoid yang terdapat di submukosa apendiks akan mengalami edema dan hipertrofi
sebagai respon terhadap infeksi virus di sistem gastrointestinal atau sistem respiratorius,
16

yang akan menyebabkan obstruksi lumen apendiks. Megakolon kongenital terjadi obstruksi
pada kolon bagian distal  yang diteruskan ke dalam lumen apendiks dan hal ini merupakan
salah satu alasan terjadinya apendisitis pada neonatus.
Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa
apendiks karena parasit seperti Entamoeba hystolityca dan benda asing mungkin tersangkut
di apendiks untuk jangka waktu yang lama tanpa menimbulkan gejala, namun cukup untuk
menimbulkan risiko terjadinya perforasi.
Apendiks menghasilkan mukus 1-2 ml perhari. Mukus itu normalnya dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Obstruksi yang terjadi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus
makin banyak, ia terkumpul selama adanya obstruksi lumen apendiks yang menyebabkan
distensi lumen akut sehingga akan terjadi kenaikkan tekanan intraluminer dan sebagai
akibatnya terjadi obstruksi arterial serta iskemia.
Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema,
diapedesis bakteri (perpindahan bakteri dari lumen usus masuk ke dalam submukosa), dan
ulserasi mukosa sampai kerusakan seluruh lapisan dinding apendiks. Pada saat ini terjadi
apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.

 Suppurative appendicitis:
Dengan adanya bakteri dalam submukosa maka tubuh akan bereaksi berupa
peradangan supurativa yang menghasilkan pus (disebut juga acute suppurative
appendicitis). Peradangan ini secara cepat meluas melalui submukosa menembus tunika
muskularis dan tunika serosa. Ketika lapisan serosa yang terinflamasi menyentuh
peritoneum parietal, maka pasien akan merasakan nyeri yang berpindah dari periumbilicus
ke abdomen kuadran kanan bawah, yang nyerinya semakin parah dibandingkan dengan
nyeri pada awalnya.
17
18

 Gangrenous appendicitis:
Keluarnya pus dari dinding yang masuk ke dalam lumen apendiks akan
mengakibatkan tekanan intraluminer akan semakin meningkat, sehingga desakan pada
dinding apendiks akan bertambah besar menyebabkan gangguan pada sistem vasa dinding
apendiks. Mula-mula akan terjadi penekanan pada vasa limfatika, kemudian vena dan
terakhir adalah arteri. Akibatnya akan terjadi edema dan iskemia dari apendiks, infark
seterusnya melanjut menjadi gangren. Pada akhirnya, end arteri yang menyuplai apendiks
akan terjadi trombosis dan apendiks yang tersumbat itu dapat menjadi nekrosis atau
gangrenosa.

 Perforated appendicitis:
Keadaan ini akan terus berlanjut dimana dinding apendiks akan mengalami perforasi,
sehingga pus akan tercurah kedalam rongga peritoneum dengan akibat terjadinya
peradangan pada peritoneum parietal. Hasil akhir dari proses peradangan tersebut sangat
tergantung dari kemampuan organ dan omentum untuk mengatasi infeksi tersebut, jika
infeksi tersebut tidak bisa diatasi akan terjadi peritonitis umum. Pada anak-anak omentum
belum berkembang dengan sempurna, sehingga kurang efektif untuk mengatasi infeksi, hal
19

ini akan mengakibatkan apendiks cepat mengalami komplikasi.


Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.

 Phlegmonous appendicitis or abscess:


Patologi apendisitis dapat mulai di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan
dinding apendik dalam waktu 24-48 jam pertama. Usaha pertahanan tubuh adalah
membatasi proses radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau
adneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah
infiltrat apendiks. Jika perforasi terbungkus oleh omentum atau perlengketan usus halus
maka dapat muncul abses lokal (disebut juga phlegmonous appendicitis or focal abscess).
Jika tidak tertutup maka akan terjadi peritonitis yang menyebar keseluruh cavum
peritoneum.
Apendik yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya.
Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Pada suatu
ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan sebagai mengalami eksaserbasi
akut.
20

Diagnosis
ALVARADO Scale
Manifestasi Klinis Jumlah
Symptoms Nyeri yang berpindah 1
Anorexia 1
Nausea / vomit 1
Sign RLQ* tenderness 2
Rebound 1
Tempratur meningkat 1
Lab Leukositosis 2
Shift to the left 1
*RLQ:Right Lower Quadrant
Keterangan
 0-4 : tidak jelas
 5-6 : dignosa tidak pasti appendicitis,perlu dilakukan pemeriksaan tambahan (CT
scan)
 7-8 : Kemiripan sangat tinggi dengan appendicitis
 9-10 : Positif appendicitis,segera lakukan operasi

Diagnosa Banding
Tergantung dari 4 faktor utama :
- Lokasi anatomis
- Staging Proses
- Umur
- Jenis Kelamin

1. Acute Messenteric Adenitis


 Biasanya terjadi pada anak-anak
 Nyeri tidak tajam dan diffuse
21

 Dapat sembuh sendiri

2.Acute Gastroenteritis
 Dapat sembuh sendiri
 Karakteristik : diare air,mual, muntah
 Hasil lab : Normal

3.Infeksi urogenital pria


 Torsion testis dan acute epididimitis
 Seminal vasculitis : membesar dan nyeri tekan seminal

4.Intussusception
 Tidak akan terdapat pada anak > 2tahun,
 Karakteristik : bloody mucoid stool

5.Perforated peptic ulcer


6.Infeksi traktus urinary
 Hasil pemeriksaan urin : bakteriuria
 Costovertebral angel tenderness

7.Batu ureter
 Hematuria
 Tidak terdapat leukositosis

8.Penyakit kandungan dan kebidanan


a Pelvic inflammatory disease
 Biasanya terjadi bilateral tapi paling sering dikanan
 Nyeri lebih dibawah
 Cervical motion akan terasa nyeri
b Ruptur follicle the graff
 Pemeriksaan fisik normal
22

 Hasil lab normal


 Tidak terjadi demam
c Ectopic pregnancy rupture
 Rupture tuba atau ovarian kanan
 Menstruasi tidak normal
 Peningkatan Hcg
 Vaginal exam : cervical motion dan adnexal tenderness

Gambaran Histopatologi Appendicitis Akut


Makroskopis
 Eksudasi neutrofil di mukosa,sub mukosa dan muskularis propria
 Pembuluh darah sub serosal : congesti
 Akibat reaksi inflamasi : Membran menjadi merah dan granular serta edema

Stage lanjut(Acute Suppurtive Appendicitis)


 Eksudasi : Fibrinopurulent
 Abses di dinding sepanjang ulcer dan terdapat foci suupurative mukosa

Acute gangrenous Appendicitis


 Hemmorrhagic,gangrene ulceration,gangrene nekrosis hitam kehijauan, dapat
rupture kapan saja dan menjadi peritonitis.

Mikroskopis
 Infiltrasi neutrofil di muskularis propria
 Mukosa ulkus
23

Treatment appendicitis

1. Preoperative
 Preoperative antibiotic untuk menurunkan infeksi postoperative
 Broad spectrum gram negative anaerob
 Carbapenem good option (antibiotic cephalosporine generasi ke2)
2. Treatment suspected acute appendicitis
 IV crystalloid therapy apabila sudah ada manifestasi klinis dehidrasi
 Not receive anything by mouth
 Administer parenteral analgesic & antiemetic
 Β hCG harus diperiksa untuk menyingkirkan kehamilan ektopik
 IV antibiotic sebelum dilakukan Laparotomy
 Dilakukan surgical Laparotomy

Komplikasi

- Wound infection
- Abdominal/pelvic abcess
- Perforasi menjadi peritonitis hingga menjadi sepsis

Paling banyak terjadi komplikasi dari appendicitis akut ialah appendicular


rupture yang membutuhkan penanganan surgical yang cepat. Terdapat pula komplikasi
lainnya seperti appendicular mass/infiltrate, abcess dan suppurative pylebhlebitis.

- Appendicular rupture : terjadi rupture appendiks yang dapat menyebabkan


obstruksi yang konten didalamnya terdapat jaringan nekrosis yang dapat masuk ke
peritoneal cavity
24

- Appendicular mass : pada kasus ini appendikdicitis yang berkembang jadi


gangrene dan small intestine ditutupi oleh jaringan yang terinflamasi di sekitarnya
namun belum terdapat pus dan discrete lainnya ,appendicular mass berkembang
pada 3 hari setelah serangan akut appendicitis. Hal ini teraba sebagai masa yang
nyeri pada right iliac fosa. Appendicular mass dapat berkembang menjadi
appendicular abcess dan ukurannya menjadi membesar.
- Appendicular abses : merupaan proses supuratif yang progresif dalam
terbentuknya apendicular mass menjadi appendicular abses yang melingkupi
omentum, cecum yang inflamasi dan coil dari small intestine.
- Suppuratif pylephlebitis : ini akibat komplikasi dari gangrene appendicitis namun
jarang terjadi. Hal ini terapatnya inflamasi dari vascular pada portal venous system
(pylephlebitis)

Prognosis
Baik apabila segera ditangani.

APPENDECTOMY
25

Indikasi :
- Persistent abdominal pain (colicky pain)
- Leucocytosis
- Clinical sign of localized or diffuse peritonitis

Kontraindikasi :
- Sedang menggunakan Immunosupressive therapy
- Severe portal hypertension
- Coagulopathy
- Tidak boleh dilakukan pada trimester pertama kehamilan
- COUGH SIGN
- Pasien diminta untuk batuk. Pada saat batuk, pasien akan merasa sakit di bagian
right lower abdominal quadrant karena terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal.
Ini menandakan adanya apendisitis.

USG

Apendix normal tidak terlihat melalui pemeriksaan USG.


Saat apendix nampak pada pemeriksaan USG, diduga mengalami inflamasi. Di mana pada
apendicitis akut, pemeriksaan USG dapat menunjukkan:
- Lumen tubular dengan diameter > 6 mm
- Adanya fekalit
- Udara intralumen
- Penebalan dinding apendix > 2 mm
- Pengumpulan cairan pwricecal

Dengan pemeriksaan graded compression USG, diagnosis apendisitis semakin kuat.


Pemeriksaan USG pada apendisitis akut memiliki sensitifitas 55 – 96 % dan spesifitas 85 –
26

98 % sedangkan dengan menggunakan kompresi pemerriksaan menjadi lebih akurat.


Pemeriksaan USG dengan kompresi dapat menilai diameter apendix pada dimensi
anteroposterior sehingga diagnosis apendisitis dapat ditegakkan, dimana diameterrnya > 6
mm.

PEMERIKSAAN

 Rovsing sign (+)


Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah, apabila kita melakukan
penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri
lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan.
 Psoas sign (+)
Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh peradangan yang
terjadi pada apendiks. Ada 2 cara memeriksa :
1. Aktif : Pasien telentang, tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa,
pasien memfleksikan articulatio coxae kanan lalu terjadi nyeri perut kanan bawah.
2. Pasif : Pasien miring kekiri, paha kanan dihiperekstensikan
pemeriksa, nyeri perut kanan bawah
 Obturator sign (+)
Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan
kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan
peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium

 Cough Sign
27

Pasien diminta untuk batuk. Pada saat batuk, pasien akan merasa sakit di bagian
right lower abdominal quadrant karena terjadi peningkatan tekanan intra-abdominal.
Ini menandakan adanya apendisitis.

Anda mungkin juga menyukai