Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

COLIK ABDOMEN

A. PENGERTIAN
Colik abdomen adalah nyeri atau trauma pada abdomen yang dapat
diseebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam yang biasanya menimbulkan
kerusakan suatu organ atau beberapa organ seperti hepar,line,ginjal. (kapita
selekta,hal.302)
Colik abdomen secara tipikal menimbulkan rasa nyeri tekan dan rigiditas
otot pada daerah terjadinya rembesan darah atau isi perut. Tanda-tanda ini dapat
timbul sehingga 12 jam atau lebih pasca trauma, sehingga kadang-kadang diperlukan
lavase peritoneal berguna untuk mengetahui adanya perdarahan intra abdomen pada
suatu trauma tumpul, bila dengan pemeriksaan fisik dan radiologik. Diagnosa masih
diragukan, test ini tidak boleh dilakukan pada penderita yang tidak kooperatif,
melawan dan yang memerlukan operasi abdomen segera. (kapita selekta,hal. 302-
307)
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyerang
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual potensial.
Dua kategori dasar dari nyeri yang secara umum diketahui :
 Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera
spesifik
 Nyeri kronis
Nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode
Faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri :
Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah factor, termasuk
pengalaman masa lalu dengan nyeri. Factor-faktor ini dapat meningkatkan atau
menurunkan persepsi nyeri pasien, meningkat dan menurunnya toleransi terhadap
nyeri dan pengaruh sikap respon terhadap nyeri.
Abdomen akut adalah kondisi dimana gejala utama nyeri diperut terjadi
secara tiba-tiba dan untuk penanggulangannyya biasanya tindakan pembedahan
diperlukan. Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut ialah nyeri
perut. Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau
diluar abdomen seperti organ-organ dirongga toraks.
Sifat nyeri adalah rasa nyeri yang timbul pada pasien dengan abdomen akut
dapat berupa nyeri yang terus menerus atau nyeri yang bersifat kolek. Nyeri yang
bersifat kolek adalah nyeri visceral akibat spasme otot polos visceral. Karena
kontraksi ini terjadi secara intermiten maka nyeri dirasakkan. Nyeri, kolek biasanya
disebabkan hambatan pasase dari organ yang berongga obstruksi usus, batu ureter,
peningkatan takanan intraliminen / kolek.

B. ETIOLOGI
Colik abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam
yang biasanya dapat menimbulkan kerusakan satu organ atau beberapa organ.

C. POHON MASALAH

Colik abdomen

Obstruksi

Kurang Informasi Nyeri Akut

Gangguan Pola Tidur


Intoleransi Aktivitas

Infalmasi usus

Kembung Obstipasi
Diare Mual - Muntah Anoreksia

Resti Kurang Volume Nutrisi krg dari keb tubuh


Cairan
( www.pohon masalah colik abdomen.com)
D. MANIFESTASI KLINIS
 Nyeri pada abdomen
 Hipotermi
 Hipoksia
 Trauma abdomen
 Perdarahan

E. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
1. Segera lakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya. Jika
penderita dalam keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan selain
pemberantasan syok (operasi)
2. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau trauma tumpul
bila ada persangkaan perlukaan intestinal
3. Luka tembus merupakan indikasi dilakukannya tindakan laparatomi
eksplorasi bila ternyata peritoneum robek. Luka karena memakai anastesi
local. Bila rektus posterior tidak sobek, maka tidak dilakukan laparatomi
4. Penderita dengan colek abdomen atau nyeri abdomen yang terkesan ada
perdarahan hebat yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda
perlukaan abdomen lainnya memerlukan pembedahan
5. Laparatomi
 Prioritas umum adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung.
Gumpalan kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah
tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan
sendiri
 Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus halus dicegah dengan mengisolasikan
bagian usus yang terperforasi tadi dengan mengklem segera mungkin setelah
perdarahan teratasi
 Melalui eksplorasi yang seksama amati dan teliti seluruh alat didalamnya,
korban trauma tembus memerlukan pengamatan khusus terhadap adanya
kemungkinan perlukaan pada pangkreas dan doedenum
 Hematom retro peritoneal yang tidak meluas atau berpulsasi tidak boleh
dibuka
 Perlukaan khusus perlu terapi
 Rongga peritoneal harus dicuci dengan larutan garam fisiologis sebelum
ditutup
 Kulit dan lemak subkutan dibiarkan terbuka bila ditemukan kontaminasi
fekal, penutupan primer yang terhambat akan terjadi dalam waktu 4 – 5 hari
kemudian.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
 Mengistirahatkan klien supaya jangan lebih banyak bergerak
 Letakkan klien dalam posisi miring sehingga jika muntah dapat bebas
dikeluarkan dan tidak mengganggu jalan nafas
 Memberikan cairan pariental kepada klien
 Mengistirahatkan saluran pencernaan dan dekompensasi lambung dengan
pemasangan pipa lambung.

F. KRITERIA PENGKAJIAN FOKUS


1. Data Subjektif
a. Kaji tingkat kesadaran klien dengan galscow (respon membuka mata,
bicara dan motorik)
 Membuka mata : membantu klien dalam menentukan deficit
noerologis
 Respon verbal : harus di observasi dengan hati-hati
 Respon motorik : gerakan spontan
b. Kaji factor yang berhubungan dengan
 Adanya nyeri
 Adanya perdarahan
2. Data objektif
a. Kaji batasan karakteristik
 Gelisah, nyeri abdomen, gerakan tidak tertuju, status mental, analisa
gas darah.
 Sirkulasi : frekuensi nadi dan pernapasan menurun, tekanan darah dan
suhu meningkat, adanya tekanan tinggi pada arteri, bradikardi,
respirasi tidak teratur, pernapasan ataksia.
 Pernapasan :
o Napas spontan melalui hidung / tidak
o Napas spontan melalui mulut
o Jalan napas oral

Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi
Sebelum menentukan tindakan palpasi mengamati dengan seksama perut
pasien akan diperoleh data yang membantu dalam menegakkan diagnosis.
2. Palpasi
Selalu melakukan palpasi dibagian lain dari abdomen yang tidak
dikeluhkan adanya nyeri. Hal ini berguna sebagai perbandingan antara bagian
yang tidak nyeri dengan bagian yang nyeri.
3. Perkusi
Nyeri kolek menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara
bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui
pemeriksaan pekak hati.
4. Auskultasi
Pasien dengan peritoritis umum bising usus akan melemah atau
menghilang sama sekali. Sedangkan pada peritonitis local bising usus dapat
terdengar normal.
Pemeriksaan rektal
Pasien dengan keluhan nyeri perut harus dilakukan pemeriksaan rectal,
nyeri yang difus kurang memberikan informasi, mungkin pada periotiritis murni
nyeri pada satu sisi menunjukkan adanya kelainan di daerah peluis seperti
apendiksitis, abses, atau adneksitis.

Pemeriksaan penunjang
Permintaan pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya yang
bermacam-macam tidak diperlukan pada pasien dengan abdomen akut. Beberapa test
laboratorium tertentu mutlak ditentukan antara lain Hb / Ht untuk kemungkinan
adanya perdarahan akut dehidrasi, hitung leokosit menunjukkan adanya proses
peradangan, hitung trombosit dan factor-faktor koagulasi disamping memerlukan
untuk persiapan pembedahan juga dapat membantu menegakkan kemungkinan
demam berdarah yang memberikan gejala-gejala mirip abdomen akut.
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan antara lain pemeriksaan darah,
urin dan fases. Sedangkan pemeriksaan radiologist adalah foto polos dada, foto polos
abdomen, angiografi, pemeriksaan dengan kontras, ultrasonografi (USG), CT-Scan,
endoskopi, dan parasentesis.
Pada foto polos abdomen, gambaran gas difus dengan udara mencapai
ampula rekti menunjukkan adanya ileus paralitik, khususnya bila bising usus
menghilang. Distensi usus yang berisi gas terjadi pada obstruksi usus. Air fluid level
terjadi pada obstruksi usus halus bagian distal. Distensi sekum dengan usus halus
yang mengalami dilatasi terjadi pada obstruksi usus besar.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :


1. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan obstruksi abdomen
Tujuan :
Nyeri dan ketidaknyamanan reda atau penurunan dalam intensitas nyeri dan
ketidaknyamanan.
Intervensi :
 Gunakan skala pengkajian nyeri untuk mengidentifikasi nyeri
 Kaji dan catat karakteristik nyerinya
 Berikan analgetik sesuai yang diresepkan untuk meningkatkan peredaan nyeri
yang optimal
Rasionalnya :
 Untuk mengetahui tingkatan nyeri yang diderita
 Mengetahui jenis nyeri agar perawatan berjalan dengan efektif
 Menghasilkan peredaan nyeri dan meningkatkan kenyamanan serta
mempertahankan control pasien
2. Resiko koping tidak efektif yang berhubungan dengan antisipasi dan stress dari
nyeri
Tujuan :
Meningkatkan keefektifan koping
Intervensi :
 Ajarkan pasien cara yang sesuai dan aman untuk menggunakan analgesic
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menggunakan strategi koping yang
efektif
 Bantu pasien untuk merencanakan dan ikut serta dalam aktivitas
Rasionalnya :
 Membantu dalam proses pemberian terapy yang tepat
 Membantu memecahkan masalah dan mencari solusi yang tepat
 Menemukan skala aktifitas yang dapat dilakukan klien
3. Nutrisi, perubahan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
makanan tak adekuat,laktasif kronis / berlebihan
Intervensi :
 Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan
sebanyak mungkin.
 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian terapi nutrisi dalam program
pengobatan rumah sakit
Rasionalnya :
 Menentukan intervensi pemberian diet yang diberikan
 Menentukan diet yang sesuai dengan kondisi untuk meningkatkan derajat
kesehatan
4. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi berhubungan dengan perangsangan
muntah.
Intervensi :
 Awasi tanda-tanda vital
 Status membran mukosa
 Pantau turgor kulit
Rasionalnya :
 Mengetahui keadaan umum klien
 Mengetahui derajat dehidrasi
 Menilai keelastisan kulit sebagai tanda dan gejala dehidrasi

DAFTAR PUSTAKA

Arif,Mansjour dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI


Marilynn E,Doegoes dkk. 1995. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC

Prof,Dr.H.Slamet Soyono,SpPD. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. FKUI

Purnawan,Junaidi,et al. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Media Aesculapius. FKUI

Soelarto,Reksoprodjo. 1994. Ilmu Bedah. FKUI

Thoedere,R,Schrock,MD. Ilmu Bedah. Buku Kedokteran

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.M


DENGAN DIAGNOSA MEDIS COLIK ABDOMEN
DIRUANG PERAWATAN BEDAH (MAWAR)
RSUD. PAMBALAH BATUNG AMUNTAI
I. BIODATA
A. Identitas Klien / Pasien
1. Nama : Tn.M
2. Tempat / Tgl lahir : 53 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
6. Status marital : Kawin
7. Pendidikan / Pekerjaan : SMP / Petani
8. Bahasa yang digunakan : Banjar
9. Alamat lengkap : Ds. Murung Panggang
10. Kiriman dari : Datang sendiri
11. Tanggal MRS : 01 – 08 – 09 Jam : 10.00 wita
12. Nomor register : 16 08 73
13. Tanggal pengkajian : 03 – 08 – 09

B. Penanggung jawab klien / pasien


1. Nama : Ny.S
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Hubungan dengan klien : Istri
4. Tempat / Tgl lahir : 47 tahun
5. Pendidikan / Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Alamat lengkap : Ds. Murung Panggang

II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


A. Alasan dirawat : Klien mengeluh nyeri perut sebelah kiri
hingga menembus kebagian belakang. ±
2 hari.
B. Keluhan utama : Nyeri perut abdomen

1. Provocative / Palliative
Disebabkan karena pijitan pada perut klien yang terlalu keras, yang diperberat
oleh karena melakukan aktivitas fisik yang terlalu banyak. Usaha yang
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri klien mengatur posisi senyaman
mungkin.
2. Quality / Quantity
Nyeri dirasakan waktu banyak bergerak dan disentuh atau ditekan-tekan.
Klien tampak gelisah dan meringis kesakitan.
3. Regional
Klien merasa nyeri pada bagian perut sebelah kiri hingga menembus ke
bagian belakang.
4. Severity Scale
Klien merasakan nyeri dengan skala nyeri 3 ( nyeri berat )
Skala nyeri :
0 : tidak ada nyeri
1 : Nyeri ringan
2 : Nyeri sedang
3 : Nyeri berat
4 : Nyeri sangat berat
5. Timing
Klien merasakan nyeri perut muncul setelah banyak bergerak, disentuh
dengan di tekan-tekan di bagian perut.

III. RIWAYAT KESEHATAN


A. Riwayat kesehatan sebelum sakit
Sebelum dirawat di RS klien tidaj pernah mengalami penyakit seperti ini dan
tidak pernah masuk RS sebelumnya.
B. Riwayat kesehatan sekarang
Sejak 2 hari yang lalu klien merasakan nyeri perut sebelah kiri hingga terasa
menembus kebagian belakang dan oleh pihak keluarga klien langsung dibawa
ke RSUD. Pambalah Batung Amuntai.
C. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga klien tidak pernah menderita penyakit seperti yang dialami
oleh klien, dan keluarga klien tidak mempunyai penyakit keturunan seperti
asma, hipertensi, DM, dll.

Genogram
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Klien
Laki-laki meninggal
Perempuan meninggal
Tinggal serumah

IV. AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI


A. Makan dan minum
Di rumah : Klien makan 3x sehari berupa nasi, lauk pauk, dan sayur.
Klien makan menghabiskan 1 - 1½ piring setiap kali makan. Klien
tidak mempunyai makanan pantangan. Klien minum air teh, dan
air putih ± 8 – 9 gelas / hari.
Di RS : Klien tidak bisa makan karena apabila di isi makanan perut
klien terasa nyeri, klien hanya makan sedikit-sedikit semampunya
dank lien hanya minum untuk membasahi bibir dan tenggorokan.
B. Eliminasi (BAB – BAK)
Di rumah : Klien 1 – 2x sehari BAB, konsistensi padat, lunak, warna
kekuningan berbau khas, klien BAK tergantung banyaknya cairan
yang dikonsumsi.
Di RS : Klien tidak pernah BAB, tetapi selama di ruang inap dan pada
waktu pengkajian klien BAB 1x. Klien BAK ± 4 – 5x sehari,
warna kuning jernih dan berbau khas.
C. Istirahat dan tidur
Di rumah : Klien tidur ± 6 – 7 jam pada malam hari dan kadang-kadang
istirahat siang 1 – 2 jam / hari
Di RS : Klien banyak istirahat ditempat tidur, walau terkadang
terganggu oleh rasa nyeri yang dirasakan klien. Klien tidur malam
± 4 – 5 jam sehari.
D. Aktivitas
Di rumah : Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasa sebagai petani
Di RS : Klien tidak bisa melakukan aktivitas sehingga dibantu oleh
keluarganya.
E. Kebersihan diri
Di rumah : Klien mandi 2x sehari, gosok gigi, cuci rambut dan potong
kuku bila dirasakan panjang.
Di RS : Selama di RS klien belum ada mandi, hanya di seka-seka oleh
keluarganya dengan handuk kecil yang dibasahi.
F. Rekreasi
Di rumah : Klien menghibur dirinya dengan menonton acara di TV
Di RS : Klien tidak dapat melakukan hal itu.

V. PSIKOLOGIS
A. Psikologi
Kadang-kadang klien merasa cemas dan khawatir akan penyakit yang
dideritanya, tetapi klien pasrah dengan keadaanya dan keinginan untuk
sembuh sangat besar. Klien mampu beradaptasi dan menerima keadaan yang
menimpanya. Dan menerima segala tindakan yang diberikan dokter dan
perawat RS.
B. Sosial
Hubungan klien dengan keluarganya cukup baik, terlihat dari adanya
keluarga yang menjenguk klien. Hubungan klien dengan ahli kesehatan
cukup baik, keterbukaan klien pada saat berkomunikasi dengan perawat atau
ahli kesehatan lainnya.
C. Spiritual
Klien beragama islam, selama dirawat di RS klein hanya bisa berdo’a untuk
kesembuhannya.

VI. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan umum : Klien terlihat gelisah dan meringis kesakitan
Kesadaran : Composmenthis
Penampilan : Bersih

TTV
TD : 120 / 80 mmHg
N : 88x / menit
R : 28x / menit
S : 36 0 C
Golongan darah :A
B. Head to toe
1. Kepala
Bentuk dan ukuran simetris, kulit kepala tampak bersih, tidak ada benjolan,
tidak ada peradangan ataupun perdarahan.
2. Rambut
Rambut klien lurus, tampak beruban, rambut bersih, tidak terdapat kutu
ataupun ketombe.
3. Mata (penglihatan)
Struktur mata simetris, tidak ada kotoran yang melekat, gerak bola mata baik,
refleks cahaya baik, klien tidak memakai alat bantu kaca mata, konjungtiva
anemis.
4. Hidung (penciuman)
Bentuk simetris, tidak ada secret dan benda asing lain. Fungsi penciuman
baik / normal, dapat membedakan bau alcohol dan minyak angin.
5. Telinga (pendengaran)
Bentuk simetris, tidak ada serumen dan cairan pada lubang telinga, tidak ada
peradangan, kebersihan cukup baik, fungsi pendengaran baik dan tidak
menggunakan alat Bantu pendengaran.
6. Mulut dan Gigi
Bibir terlihat kering dan pecah-pecah, tidak tercium bau mulut, tidak terdapat
peradangan dan perdarahan, katrol tidak menggunakan gigi palsu, tidak
terdapat hiperemik tepi lidah.
7. Leher
Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tyroid dan
tidak ada keterbatasan gerak pada leher.
8. Thorax (fungsi pernapasan)
Inspeksi : Pergerakan simetris, tidak ada memakai alat Bantu pernapasan,
gerakan dada normal, frekuensi napas 28x / menit. Tidak terdapat bunyi
tambahan.
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
9. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolan.
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen sinistra hingga menembus
kebelakang
Perkusi : terdengar bunyi timpani
Auskultasi : terdengar bising usus 6x / menit.
10. Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, klien tidak memakai selang kateter, dan
tidak terdapat nyeri.
11. Integumen
Kulit terlihat bersih, turgor kulit baik (bila dicubit dapat kembali kurang dari
2 detik), kulit agak dingin S: 36 0 C, kebersihan kuku baik, warna kulit sawo
matang.
12. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Keadaanya cukup bersih, kedua ekstremitas atas dapat digerakkan, tidak ada
lesi, tidak terdapat fraktur, terpasang infuse RL 20 tetes / menit di tangan kiri,
tidak ada kelainan ataupun cacat.
Ekstremitas bawah
Keadaan cukup bersih, tidak ada lesi, oedem maupun fraktur dan tidak ada
kelainan atau cacat.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


LABORATORIUM tanggal 02 Agustus 2009
Hematologi
A Hasil Nilai Normal
Jenis Pemeriksaan
W: 9,9 – 13,6 gr %
1 Hemoglobin 12,1
P : 11,3 – 15,7 gr %
W: 3100 – 10300 / mm3
2 Leokosit 5700
P : 2600 – 8800 / mm3
W: 12800 – 434000 / mm3
3 Trombosit 235000
P : 134000 – 377000 / mm3
4 Golongan darah A

B Kimia Darah Hasil Nilai Normal


1 Glukose – puasa 76 – 110 mg / dl
- 2 JJP 67 < 140 mg / dl
- sewaktu < 200 mg / dl
2 Creatinin 1,05 < 1,4 mg / dl
3 Urea 19,7 10 – 50 mg / dl
4 SGOT 20 Up to 25 u / l
5 SGPT 11 Up to 29 u / l

RADIOLOGI tanggal 02 Agustus 2009

VIII PENGOBATAN
Tanggal 02 Agustus 2009
Infus RL 20 tetes / menit
Inj. Ketorolag IV / 2x1 gr/amp
Ranitidin IV / 2x1 gr/amp
Tanggal 03 Agustus 2009
Infus RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxon IV / 2x1 gr/amp
Ketorolag IV / 2x1 gr/amp
Ranitidin IV / 2x1 gr/amp
Tanggal 04 Agustus 2009
P.O Cipro
Asmef
Ranitidin 2x1 tab

Fungsi obat :
Ceftriaxon ; sefalosforin gol.III yang berguna untuk infeksi saluran
pernafasan ; otitis media akut,dll
Ketorolag ; untuk mengeluarkan isi lambung yang biasanya digunakan untuk
operasi
Ranitidin ; obat lambung untuk menurunkan asam lambung yang efek
sampingnya seperti kontipasi, diare,dll
Ciprofloxacin ; antibiotic sefalosforin gol.II untuk infeksi seperti saluran
pernapasan.
Asamefenamat ; obat anti nyeri yang bersifat asam yang bisa meiritasi
mukosa lambung.
IX. ANALISA DATA
No Data Subjektif dan Data Objektif Etiologi Masalah
1. DS : - Klien mengatakan nyeri pada Obstruksi Nyeri (akut)
bagian perut abdomen
- Klien mengatakan nyeri terasa
di tusuk-tusuk hingga
menembus ke belakang
DO : - Klien terlihat meringis
kesakitan apabila menahan rasa
nyeri
- Skala nyeri 3 (nyeri berat)
0 : tidak ada nyeri
1 : nyeri ringan
2 : nyeri sedang
3 : nyeri berat
4 : nyeri sangat berat
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C
2. DS : Klien mengatakan tidak dapat Nyeri Ketidakmampuan
melakuakan aktivitas karena melakuakan
merasakan nyeri aktivitas
DO : - Klien melakukan aktivitas
dengan bantuan keluarga
- Skala aktivitas 2 (memerlukan
bantuan orang lain)
- Klien hanya berbaring di
tempat tidur
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C

3. DS : Klien mengatakan tidak dapat Mual dan nyeri Nutrisi kurang


makan dari kebutuhan
hanya bisa minum tubuh
DO : - Klien terlihat lemah
- Mukosa bibir kering
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C
4. DS : Klien mengatakan tidak bisa tidur Nyeri Gangguan pola
karena merasakan nyeri istirahat dan tidur
DO : - Konjungtiva anemis
- Skala nyeri 3 (nyeri berat)
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C

X. DAFTAR MASALAH
No Diagnosa Keperawatan Tanggal muncul
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan obstruksi abdomen 03 – 08 – 09
ditandai dengan :
DS : - Klien mengatakan nyeri pada bagian perut
- Klien mengatakan nyeri terasa di tusuk-tusuk
hingga menembus ke belakang
DO : - Klien terlihat meringis kesakitan apabila menahan
rasa nyeri
- Skala nyeri 3 (nyeri berat)
0 : tidak ada nyeri
1 : nyeri ringan
2 : nyeri sedang
3 : nyeri berat
4 : nyeri sangat berat
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik 03 – 08 – 09
dan nyeri ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan tidak dapat melakuakan aktivitas
karena merasakan nyeri
DO : - Klien melakukan aktivitas dengan bantuan
keluarga
- Skala aktivitas 2 (memerlukan bantuan orang lain)
- Klien hanya berbaring di tempat tidur
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan 03 – 08 – 09
nyeri ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan tidak dapat makan hanya bisa
minum
DO : - Klien terlihat lemah
- Mukosa bibir kering
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C
4. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan 03 – 08 – 09
rasa nyeri ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan tidak bisa tidur karena merasakan
nyeri
DO : - Konjungtiva anemis
- Skala nyeri 3 (nyeri berat)
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C

XI. INTERVENSI KEPERAWATAN


No Hari/Tgl
Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional
Jam
1. Senin Rasa nyeri dapat 1. Kaji penyebab nyeri 1. Menentukan
I
03/08/09 teratasi dalam 2 x 24 intervensi yang
10.00 jam perawatan tepat
Wita dengan criteria : 2. Monitor TTV 2. Mengetahui
- klien tidak kondisi
mengeluh 3. Atur posisi klien klien
- klien tidak gelisah 3. Memberikan rasa
atau tenang 4. Kerjasama dengan nyaman
- skala nyeri 0 tim kesehatan 4. Untuk mengetahui
dalam pengobatan klien
pemberian obat- lebih lanjut
obatan
2. Senin Klien dapat 1. Kaji perkembangan 1. Untuk menentukan
03/08/09 beraktivitas dengan aktivitas klien intervensi
10.00 criteria : selanjutnya untuk
wita - klien tidak dibantu pemeriksaan
lagi oleh keluarga sehingga mampu
II atau perawat mengontrol dan
- klien merasa tidak beraktivitas
lemah 2. Bantu dalam 2. Untuk
- skala aktivitas 0 melakukan aktivitas memudahkan
Beraktivitas
3. Senin Setelah dilakukan 1. Berikan makanan 1. Agar klien tidak
03/08/09 perawatan klien yang tidak merasa mual dan
10.00 diharapkan merangsang saluran nyeri
wita - klien tidak merasa cerna
nyeri dan mual 2. Monitor TTV 2. Mengetahui
- klien dapat makan keadaan
III 3. Sajikan makanan umum klien
yang bervariasi 3. Menambah nafsu
4. Anjurkan makan Makan
sedikit tapi sering 4. Memberikan
waktu
untuk usus
mencerna
4. Senin Dalam 2 x 24 jam 1. Monitor TTV 1. Mengetahui
IV
03/08/09 setelah dilakukan keadaan
10.00 intervensi : 2. Berikan obat- umum klien
wita Pola tidur klien obatan 2. Kolaborasi tim
kembali normal yang sesuai advis medis dengan
dari dokter perawatan dan
usaha mengurangi
rasa nyeri
3. Lakukan kajian 3. Memberikan
masalah gangguan informasi dasar
tidur klien
4. Lakukan persiapan 4. Mengatur pola
tidur malam dengan tidur
pola tidur klien
5. Ciptakan
lingkungan 5. Meningkatkan
yang nyaman dan tidur
tenang
6. Siapkan tempat
tidur 6. Meningkatkan
yang nyaman dan kenyamanan tidur
bersih

XII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Hari/Tgl Dx
No Implementasi Evaluasi
Jam Kep
1. Senin 1. Mengkaji penyebab S : Klien mengatakan
03/08/09 nyeri nyeri
10.30 2. Memonitor TTV pada bagian perut
Wita 3. Menganjurkan klien sebelah kiri hingga
mengubah posisi yang menembus ke belakang
menurut klien nyaman O : - Skala nyeri 3 (nyeri
(lateral) berat)
4. Memberikan obat sesuai - Klien meringis
I anjuran dokter kesakitan
Infus RL 20 tpm - TTV
Inj Ketorolag IV/2x1 TD : 120/80 mmHg
gr/amp N : 88x/mnt
Ranitidin IV/2x1 gr/amp R : 24x/mnt
S : 360 C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
(1,2,3,dan 4)
2. Senin 1. Mengkaji perkembangan S : Klien mengatakan
03/08/09 aktivitas klien tidak
10.30 2. Membantu klien bisa beraktivitas karena
wita melakukan aktivitas nyeri
yang O : - Klien dibantu
klien tidak mampu keluarga
mengerjakan sendiri untuk melakukan
aktivitas
II - Skala aktivitas 2
(memerlukan bantuan
orang lain)
- Klien lemah
- Klien hanya tidur
ditempat tidur
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
(1 dan 2)
3. Senin III 1. Memberikan infuse S : Klien tidak dapat
03/08/09 glukosa 5 % 20 tpm makan,
10.30 2. Memonitor TTV hanya minum air putih
wita 3. Memberikan diet khusus sedikit demi sedikit
dengan kolaborasi O : - KU lemah
dengan - Bibir klien kering
ahli gizi berupa bubur - TTV
saring TD : 120/80 mmHg
4. Menganjurkan klien N : 88x/mnt
makan sedikit tapi sering R : 24x/mnt
S : 360 C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
(1,2,3 dan 4)
4. Senin 1. Memonitor TTV S : Klien tidak bisa tidur
03/08/09 2. Memberikan obat-obatan ataupun beristirahat
10.30 sesuai advis dokter karena terkadang nyeri
wita 3. Melakukan kajian datang tiba-tiba
masalah O : - Konjungtiva anemis
gangguan tidur klien - Skala nyeri 3 (nyeri
4. Melakukan persiapan berat)
IV tidur - KU lemah dan lesu
malam dengan pola tidur - TTV
klien TD : 120/80 mmHg
5. Menciptakan lingkungan N : 88x/mnt
yang nyaman dan tenang R : 24x/mnt
6. Menyiapkan tempat tidur S : 360 C
yang bersih dan nyaman A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

XIII. CATATAN PERKEMBANGAN


No Hari/Tgl Dx Catatan Perkembangan
Jam Kep
1. Selasa S : Klien mengatakan masih merasa nyeri pada
04/08/09 bagian perut sebelah kiri hingga menembus ke
09.00 belakang
wita O : - Skala nyeri 2 (nyeri sedang)
- Klien terkadang masih terlihat meringis
kesakitan
I - TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 88x/mnt
R : 20x/mnt
S : 37,10 C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2. Selasa S : Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas
04/08/09 seorang diri
09.00 O : - Klien dibantu keluarga untuk melakukan
wita aktivitas
II - Skala aktivitas 2 (memerlukan bantuan orang
lain)
- Klien hanya berbaring ditempat tidur
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
3. Selasa III S : Klien dapat makan dan minum walaupun
04/08/09 hanya
09.00 sedikit demi sedikit
wita O : - Klien dapat menghabiskan bubur setengah
dari porsi yang disediakan
- KU klien masih lemah
- Mukosa bibir klien mulai lembab
- TTV
TD : 130/90 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 370 C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
4. Selasa S : Klien mengatakan sudah bisa tidur karena
04/08/09 terkadang nyeri itu menghilang
09.00 O : - KU klien baik
wita - Raut wajah klien berseri
- TTV
IV TD : 130/90 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 370 C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
5. Rabu S : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan
05/08/09 kemarin
09.30 telah berkurang dan terkadang nyeri itu tidak
wita ada
O : - Skala nyeri 0 (tidak ada nyeri)
- Klien tidak meringis kesakitan lagi
I - TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 84x/mnt
R : 28x/mnt
S : 36,50 C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan (klien pulang)
6. Rabu S : Klien sudah bisa melakukan aktivitas ringan
05/08/09 seorang diri
09.30 O : - Klien terlihat berjalan keluar ruangan tanpa
wita bantuan keluarga
II
- Skala aktivitas 0 (tidak memerluakan bantuan
orang lain)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan (klien pulang)
7. Rabu III S : Klien sudah bisa makan dan minum tanpa
05/08/09 Keluhan
09.30 O : Klien menghabiskan makanan dari porsi yang
wita Disediakan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan (klien pulang)

Anda mungkin juga menyukai