COLIK ABDOMEN
A. PENGERTIAN
Colik abdomen adalah nyeri atau trauma pada abdomen yang dapat
diseebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam yang biasanya menimbulkan
kerusakan suatu organ atau beberapa organ seperti hepar,line,ginjal. (kapita
selekta,hal.302)
Colik abdomen secara tipikal menimbulkan rasa nyeri tekan dan rigiditas
otot pada daerah terjadinya rembesan darah atau isi perut. Tanda-tanda ini dapat
timbul sehingga 12 jam atau lebih pasca trauma, sehingga kadang-kadang diperlukan
lavase peritoneal berguna untuk mengetahui adanya perdarahan intra abdomen pada
suatu trauma tumpul, bila dengan pemeriksaan fisik dan radiologik. Diagnosa masih
diragukan, test ini tidak boleh dilakukan pada penderita yang tidak kooperatif,
melawan dan yang memerlukan operasi abdomen segera. (kapita selekta,hal. 302-
307)
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyerang
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual potensial.
Dua kategori dasar dari nyeri yang secara umum diketahui :
Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera
spesifik
Nyeri kronis
Nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode
Faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri :
Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah factor, termasuk
pengalaman masa lalu dengan nyeri. Factor-faktor ini dapat meningkatkan atau
menurunkan persepsi nyeri pasien, meningkat dan menurunnya toleransi terhadap
nyeri dan pengaruh sikap respon terhadap nyeri.
Abdomen akut adalah kondisi dimana gejala utama nyeri diperut terjadi
secara tiba-tiba dan untuk penanggulangannyya biasanya tindakan pembedahan
diperlukan. Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut ialah nyeri
perut. Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau
diluar abdomen seperti organ-organ dirongga toraks.
Sifat nyeri adalah rasa nyeri yang timbul pada pasien dengan abdomen akut
dapat berupa nyeri yang terus menerus atau nyeri yang bersifat kolek. Nyeri yang
bersifat kolek adalah nyeri visceral akibat spasme otot polos visceral. Karena
kontraksi ini terjadi secara intermiten maka nyeri dirasakkan. Nyeri, kolek biasanya
disebabkan hambatan pasase dari organ yang berongga obstruksi usus, batu ureter,
peningkatan takanan intraliminen / kolek.
B. ETIOLOGI
Colik abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam
yang biasanya dapat menimbulkan kerusakan satu organ atau beberapa organ.
C. POHON MASALAH
Colik abdomen
Obstruksi
Infalmasi usus
Kembung Obstipasi
Diare Mual - Muntah Anoreksia
E. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
1. Segera lakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya. Jika
penderita dalam keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan selain
pemberantasan syok (operasi)
2. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau trauma tumpul
bila ada persangkaan perlukaan intestinal
3. Luka tembus merupakan indikasi dilakukannya tindakan laparatomi
eksplorasi bila ternyata peritoneum robek. Luka karena memakai anastesi
local. Bila rektus posterior tidak sobek, maka tidak dilakukan laparatomi
4. Penderita dengan colek abdomen atau nyeri abdomen yang terkesan ada
perdarahan hebat yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda
perlukaan abdomen lainnya memerlukan pembedahan
5. Laparatomi
Prioritas umum adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung.
Gumpalan kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah
tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menemukan sumber perdarahan
sendiri
Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus halus dicegah dengan mengisolasikan
bagian usus yang terperforasi tadi dengan mengklem segera mungkin setelah
perdarahan teratasi
Melalui eksplorasi yang seksama amati dan teliti seluruh alat didalamnya,
korban trauma tembus memerlukan pengamatan khusus terhadap adanya
kemungkinan perlukaan pada pangkreas dan doedenum
Hematom retro peritoneal yang tidak meluas atau berpulsasi tidak boleh
dibuka
Perlukaan khusus perlu terapi
Rongga peritoneal harus dicuci dengan larutan garam fisiologis sebelum
ditutup
Kulit dan lemak subkutan dibiarkan terbuka bila ditemukan kontaminasi
fekal, penutupan primer yang terhambat akan terjadi dalam waktu 4 – 5 hari
kemudian.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Mengistirahatkan klien supaya jangan lebih banyak bergerak
Letakkan klien dalam posisi miring sehingga jika muntah dapat bebas
dikeluarkan dan tidak mengganggu jalan nafas
Memberikan cairan pariental kepada klien
Mengistirahatkan saluran pencernaan dan dekompensasi lambung dengan
pemasangan pipa lambung.
Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi
Sebelum menentukan tindakan palpasi mengamati dengan seksama perut
pasien akan diperoleh data yang membantu dalam menegakkan diagnosis.
2. Palpasi
Selalu melakukan palpasi dibagian lain dari abdomen yang tidak
dikeluhkan adanya nyeri. Hal ini berguna sebagai perbandingan antara bagian
yang tidak nyeri dengan bagian yang nyeri.
3. Perkusi
Nyeri kolek menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara
bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui
pemeriksaan pekak hati.
4. Auskultasi
Pasien dengan peritoritis umum bising usus akan melemah atau
menghilang sama sekali. Sedangkan pada peritonitis local bising usus dapat
terdengar normal.
Pemeriksaan rektal
Pasien dengan keluhan nyeri perut harus dilakukan pemeriksaan rectal,
nyeri yang difus kurang memberikan informasi, mungkin pada periotiritis murni
nyeri pada satu sisi menunjukkan adanya kelainan di daerah peluis seperti
apendiksitis, abses, atau adneksitis.
Pemeriksaan penunjang
Permintaan pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya yang
bermacam-macam tidak diperlukan pada pasien dengan abdomen akut. Beberapa test
laboratorium tertentu mutlak ditentukan antara lain Hb / Ht untuk kemungkinan
adanya perdarahan akut dehidrasi, hitung leokosit menunjukkan adanya proses
peradangan, hitung trombosit dan factor-faktor koagulasi disamping memerlukan
untuk persiapan pembedahan juga dapat membantu menegakkan kemungkinan
demam berdarah yang memberikan gejala-gejala mirip abdomen akut.
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan antara lain pemeriksaan darah,
urin dan fases. Sedangkan pemeriksaan radiologist adalah foto polos dada, foto polos
abdomen, angiografi, pemeriksaan dengan kontras, ultrasonografi (USG), CT-Scan,
endoskopi, dan parasentesis.
Pada foto polos abdomen, gambaran gas difus dengan udara mencapai
ampula rekti menunjukkan adanya ileus paralitik, khususnya bila bising usus
menghilang. Distensi usus yang berisi gas terjadi pada obstruksi usus. Air fluid level
terjadi pada obstruksi usus halus bagian distal. Distensi sekum dengan usus halus
yang mengalami dilatasi terjadi pada obstruksi usus besar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Provocative / Palliative
Disebabkan karena pijitan pada perut klien yang terlalu keras, yang diperberat
oleh karena melakukan aktivitas fisik yang terlalu banyak. Usaha yang
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri klien mengatur posisi senyaman
mungkin.
2. Quality / Quantity
Nyeri dirasakan waktu banyak bergerak dan disentuh atau ditekan-tekan.
Klien tampak gelisah dan meringis kesakitan.
3. Regional
Klien merasa nyeri pada bagian perut sebelah kiri hingga menembus ke
bagian belakang.
4. Severity Scale
Klien merasakan nyeri dengan skala nyeri 3 ( nyeri berat )
Skala nyeri :
0 : tidak ada nyeri
1 : Nyeri ringan
2 : Nyeri sedang
3 : Nyeri berat
4 : Nyeri sangat berat
5. Timing
Klien merasakan nyeri perut muncul setelah banyak bergerak, disentuh
dengan di tekan-tekan di bagian perut.
Genogram
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Klien
Laki-laki meninggal
Perempuan meninggal
Tinggal serumah
V. PSIKOLOGIS
A. Psikologi
Kadang-kadang klien merasa cemas dan khawatir akan penyakit yang
dideritanya, tetapi klien pasrah dengan keadaanya dan keinginan untuk
sembuh sangat besar. Klien mampu beradaptasi dan menerima keadaan yang
menimpanya. Dan menerima segala tindakan yang diberikan dokter dan
perawat RS.
B. Sosial
Hubungan klien dengan keluarganya cukup baik, terlihat dari adanya
keluarga yang menjenguk klien. Hubungan klien dengan ahli kesehatan
cukup baik, keterbukaan klien pada saat berkomunikasi dengan perawat atau
ahli kesehatan lainnya.
C. Spiritual
Klien beragama islam, selama dirawat di RS klein hanya bisa berdo’a untuk
kesembuhannya.
TTV
TD : 120 / 80 mmHg
N : 88x / menit
R : 28x / menit
S : 36 0 C
Golongan darah :A
B. Head to toe
1. Kepala
Bentuk dan ukuran simetris, kulit kepala tampak bersih, tidak ada benjolan,
tidak ada peradangan ataupun perdarahan.
2. Rambut
Rambut klien lurus, tampak beruban, rambut bersih, tidak terdapat kutu
ataupun ketombe.
3. Mata (penglihatan)
Struktur mata simetris, tidak ada kotoran yang melekat, gerak bola mata baik,
refleks cahaya baik, klien tidak memakai alat bantu kaca mata, konjungtiva
anemis.
4. Hidung (penciuman)
Bentuk simetris, tidak ada secret dan benda asing lain. Fungsi penciuman
baik / normal, dapat membedakan bau alcohol dan minyak angin.
5. Telinga (pendengaran)
Bentuk simetris, tidak ada serumen dan cairan pada lubang telinga, tidak ada
peradangan, kebersihan cukup baik, fungsi pendengaran baik dan tidak
menggunakan alat Bantu pendengaran.
6. Mulut dan Gigi
Bibir terlihat kering dan pecah-pecah, tidak tercium bau mulut, tidak terdapat
peradangan dan perdarahan, katrol tidak menggunakan gigi palsu, tidak
terdapat hiperemik tepi lidah.
7. Leher
Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tyroid dan
tidak ada keterbatasan gerak pada leher.
8. Thorax (fungsi pernapasan)
Inspeksi : Pergerakan simetris, tidak ada memakai alat Bantu pernapasan,
gerakan dada normal, frekuensi napas 28x / menit. Tidak terdapat bunyi
tambahan.
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
9. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolan.
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada abdomen sinistra hingga menembus
kebelakang
Perkusi : terdengar bunyi timpani
Auskultasi : terdengar bising usus 6x / menit.
10. Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, klien tidak memakai selang kateter, dan
tidak terdapat nyeri.
11. Integumen
Kulit terlihat bersih, turgor kulit baik (bila dicubit dapat kembali kurang dari
2 detik), kulit agak dingin S: 36 0 C, kebersihan kuku baik, warna kulit sawo
matang.
12. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Keadaanya cukup bersih, kedua ekstremitas atas dapat digerakkan, tidak ada
lesi, tidak terdapat fraktur, terpasang infuse RL 20 tetes / menit di tangan kiri,
tidak ada kelainan ataupun cacat.
Ekstremitas bawah
Keadaan cukup bersih, tidak ada lesi, oedem maupun fraktur dan tidak ada
kelainan atau cacat.
VIII PENGOBATAN
Tanggal 02 Agustus 2009
Infus RL 20 tetes / menit
Inj. Ketorolag IV / 2x1 gr/amp
Ranitidin IV / 2x1 gr/amp
Tanggal 03 Agustus 2009
Infus RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxon IV / 2x1 gr/amp
Ketorolag IV / 2x1 gr/amp
Ranitidin IV / 2x1 gr/amp
Tanggal 04 Agustus 2009
P.O Cipro
Asmef
Ranitidin 2x1 tab
Fungsi obat :
Ceftriaxon ; sefalosforin gol.III yang berguna untuk infeksi saluran
pernafasan ; otitis media akut,dll
Ketorolag ; untuk mengeluarkan isi lambung yang biasanya digunakan untuk
operasi
Ranitidin ; obat lambung untuk menurunkan asam lambung yang efek
sampingnya seperti kontipasi, diare,dll
Ciprofloxacin ; antibiotic sefalosforin gol.II untuk infeksi seperti saluran
pernapasan.
Asamefenamat ; obat anti nyeri yang bersifat asam yang bisa meiritasi
mukosa lambung.
IX. ANALISA DATA
No Data Subjektif dan Data Objektif Etiologi Masalah
1. DS : - Klien mengatakan nyeri pada Obstruksi Nyeri (akut)
bagian perut abdomen
- Klien mengatakan nyeri terasa
di tusuk-tusuk hingga
menembus ke belakang
DO : - Klien terlihat meringis
kesakitan apabila menahan rasa
nyeri
- Skala nyeri 3 (nyeri berat)
0 : tidak ada nyeri
1 : nyeri ringan
2 : nyeri sedang
3 : nyeri berat
4 : nyeri sangat berat
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C
2. DS : Klien mengatakan tidak dapat Nyeri Ketidakmampuan
melakuakan aktivitas karena melakuakan
merasakan nyeri aktivitas
DO : - Klien melakukan aktivitas
dengan bantuan keluarga
- Skala aktivitas 2 (memerlukan
bantuan orang lain)
- Klien hanya berbaring di
tempat tidur
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C
X. DAFTAR MASALAH
No Diagnosa Keperawatan Tanggal muncul
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan obstruksi abdomen 03 – 08 – 09
ditandai dengan :
DS : - Klien mengatakan nyeri pada bagian perut
- Klien mengatakan nyeri terasa di tusuk-tusuk
hingga menembus ke belakang
DO : - Klien terlihat meringis kesakitan apabila menahan
rasa nyeri
- Skala nyeri 3 (nyeri berat)
0 : tidak ada nyeri
1 : nyeri ringan
2 : nyeri sedang
3 : nyeri berat
4 : nyeri sangat berat
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik 03 – 08 – 09
dan nyeri ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan tidak dapat melakuakan aktivitas
karena merasakan nyeri
DO : - Klien melakukan aktivitas dengan bantuan
keluarga
- Skala aktivitas 2 (memerlukan bantuan orang lain)
- Klien hanya berbaring di tempat tidur
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan 03 – 08 – 09
nyeri ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan tidak dapat makan hanya bisa
minum
DO : - Klien terlihat lemah
- Mukosa bibir kering
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C
4. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan 03 – 08 – 09
rasa nyeri ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan tidak bisa tidur karena merasakan
nyeri
DO : - Konjungtiva anemis
- Skala nyeri 3 (nyeri berat)
- TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 88x/mnt
R : 24x/mnt
S : 360 C