Anda di halaman 1dari 12

TERM OF REFRENCE (TOR)

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA INDIVIDU


DENGAN PENYAKIT MENULAR (TB PARU)

PUSKESMAS PAGAR GADING


KABUPATEN BENGKULU SELATAN
TAHUN 2019
TERM OF REFRENCE (TOR)
PENDIDIKAN KESEHATAN PADA INDIVIDU
DENGAN PENYAKIT MENULAR (TB PARU)

Disetujui,
Kepala Puskesmas Pagar Gading

JUNAIDI, SKM
NIP. 19690525 199101 1 001
TERM OF REFERENCE (TOR)
PENDIDIKAN KESEHATAN PADA INDIVIDU
DENGAN PENYAKIT MENULAR (TB PARU)
PUSKESMAS PAGAR GADING TAHUN 2019

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu program pemerintah yang harus
dijalankan untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat dan berkualitas,
dalam melaksanakan program layanan kesehatan itu pemerintah Indonesia telah
dilengkapi dengan segenap unit pelaksana teknis yang lengkap mulai dari jenjang
pelayanan tingkat pertama sampai pelayanan lanjutan. Pelayanan kesehatan tingkat
pertama menjadi tanggung jawab Puskesmas. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
Jenis penyakit yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu
penyakit menular, penyakit menular merupakan hal yang harus dicegah dan dihindari
untuk mencegah terjadinya penurunan status kesehatan masyarakat. Salah satu jenis
penyakit menular tersebut adalah TB Paru, pencegahan penularan merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan yang bersifat preventif dimana pelayanan preventif menjadi
tugas utama dari Puskesmas.
Puskesmas Pagar Gading merupakan salah satu Puskesmas yang terletak di
Kabupaten Bengkulu Selatan Kecamatan Pino Raya, Puskesmas Pagar Gading
membawahi 11 wilayah kerja yaitu 9 Desa dan 2 UPT. Angka penderita TB Paru di
Puskesmas Pagar Gading Sebanyak 5 orang bila pasien tidak dibekali dengan
pengetahuan yang baik maka resiko penyebaran penyakit akan tinggi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang TB Paru diharapkan
pasien mengerti tentang penyakit TB Paru.
2. Tujuan Khusus
a. Pasien mampu memahami pengertian penyakit Tuberkulosis (TBC).
b. Pasien mampu memahami tentang penyebab penyakit Tuberkulosis (TBC).
c. Pasien mampu memahami tentang cara penularan penyakit Tuberkulosis
(TBC).
d. Pasien mampu memahami tentang cara pengobatan penyakit Tuberkulosis
(TBC).
e. Pasien mampu memahami tentang cara pencegahan penyakit Tuberkulosis
(TBC).
f. Pasien mampu memahami etika batuk

C. Fasilitator
1. Dokter
2. Perawat Poli Umum
3. Bidan Poli Umum

D. Metode Pendidikan Kesehatan


1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab

E. Media dan Alat


1. Leaflet
2. Status Rekam Medik
3. Alat Tulis

F. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan setiap ada pasien TB Paru yang datang untuk kontrol, ada
pasien dengan indikasi TB Paru, dan pasien dengan batuk-batuk lebih dari 7 hari.

G. Tempat
Tempat pendidikan kesehatan dilakukan di Poli Umum Puskesmas Pagar Gading
H. Langkah-langkah Kegiatan
No Tahap Kegiatan Kegiatan pasien

1. Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab


 Memperkenalkan diri salam
 Menjelaskan tujuan pendidikan  Mendengarkan
kesehatan
 Apersepsi dengan cara menggali
pengetahuan yang dimiliki pasien
dan keluarga tentang penyakit
tuberculosis
2. Pelaksanaan  Menjelaskan materi  Mendengarkan
 Pasien dan keluarga  Bertanya
memperhatikan penjelasan tentang
penyakit tuberculosis (TB Paru)
 Pasien dan keluarga menanyakan
tentang hal-hal yang belum jelas
3. Penutup  Menyimpulkan materi  Mendengarkan
 Mengevalusi pasien dan keluarga  Menjawab
tentang materi yang telah diberikan salam
 Mengakhiri pertemuan

I. Evaluasi
1. Apakah pengertian dari penyakit tuberkulosis?
2. Apakah penyebab penyakit tuberkulosis?
3. Apa saja tanda gejala penyakit tuberkulosis?
4. Bagaimana cara penularan penyakit tuberculosis?
5. Bagaimana pengobatan dari penyakit tuberculosis?
6. Bagaimana cara pencegahan dari penyakit tuberculosis ?
7. Bagaimana etika batuk yang baik dan benar?
Lampiran Materi
1. Pengertian
TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
micobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman micobacterium tuberculosis
menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh yang lain.
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis
yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak
adalah paru-paru (IPD, FK, UI).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Mansjoer , 2010).
TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain (Padila, 2012). Kuman TB berbentuk batang
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pewarnaan yang disebut pula
Basil Tahan Asam (BTA).

2. Penyebab
Etiologi Tuberculosis Paru adalah Mycobacterium Tuberculosis yang
berbentuk batang dan Tahan asam ( Price, 1997 ). Penyebab Tuberculosis adalah M.
Tuberculosis bentuk batang panjang 1 – 4 /m. Dengan tebal 0,3 – 0,5 m. selain itu
juga kuman lain yang memberi infeksi yang sama yaitu M. Bovis, M. Kansasii, M.
Intracellutare.
Penyakit TBC paru disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
Tuberculosis). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan
Asam (BTA), kuman TBC cepat mati terhadap sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup selama beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percik dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernapasan. Selama kuman TBC masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasa,
kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui
system peredaran darah, system saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran
langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seseorang penderita
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasl
pemeriksaan dahak negative (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Myobacterium
Tuberculosis :
a. Herediter : resistensi seseornag terhadap infeksi kemungkinan diturunkan.
b. Jenis kelamin : pada akhir masa anak-anak dan remaja, angka kematian dan
kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
c. Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
d. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan
infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.
e. Keadaan stress : situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi,
stress emosional, kelelahan yang kronik).
f. Meningkatnya sekresi steroid adrenaql yang menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
g. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebuh mudah.
h. Nutrisi : status nutrisi kurang
i. Infeksi berulang : HIV, Measles, Pertusis.
j. Tidak mematuhi aturan perubahan.

3. Klasifikasi Tuberculosis
Menurut DepKes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :
a. Berdasarkan organ yang terinfeksi
1) TB Paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi
menjadi 2, yaitu :
a) TB Paru BTA Positif, disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-
kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya
positif, atau 1 spesimen dahak SPS positif disertai dengan pemeriksaan
radiologi paru menunjukkann gambaran TB aktif.
b) TB Paru BTA Negatif , apabila dalam 3 pemeriksaan specimen dahak
SPS BTA negatif dan pemeriksaan rasiologi dada menunjukkan gambaran
TB aktif. TB Paru dengan BGA (-) dan gambaran radioogi positif dibagi
berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukkan keparahan yakni
kerusakan luas dianggap berat.
2) TB ekstra paru yaitu tuberculosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selapu otak, selapu jantung (pericardium), kelenjar
limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin.
TBC ekstra paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
a) TBC ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
b) TBC ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, Tb
tulang belakang, Tb saluran kencing dan alat kelamin.
b. Berdasarkan Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberpa tipe penderita :
1) Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari satu bulan.
2) Kambuh (relaps) adalah penderita TBC yang belum pernah mendapat
pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan
hasil pemeriksaan BTA positif.
3) Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan
disuatu kabupaten lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita
pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.
4) Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang sudah
berobat palig kurang 1 bulan attau lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih
kemudian datang kembali berobat.

4. Tanda dan Gejala


a. Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum, malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah. ( Mansjoer,
2010)
a. Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan Berat badan
b. Demam : subfebril menyerupai influenza.
c. Batuk : batuk kering (non produktif), batuk produktif (sputum)
d. Sesak Nafas : pada penyakit TB yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah ½
bagian paru-paru.
e. Nyeri dada
f. Malaise : anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat
malam.

5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien penyakit TBC apabila tidak
ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi, diantaranya yaitu :
a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, faringitis.
b. Komplikasi lanjut :
1) Obstruksi jalan napas, seperti SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis)
2) Kerusakan parenkim berat, seperti SOPT atau Fibrosis paru Cor pulmonal,
amilosis, dan karsinoma paru.

6. Cara Penularan
Penyakit tuberculosis (TBC) bisa ditularkan melalui kontak langsung dengan
pasien TBC, seperti terpapar hembusan nafasnya, cairan tubuhnya, dan apabila
menggunakan sendok dan handuk secara bersamaan.

7. Pengobatan
Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik,
terutama di daerah paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan berupa foto
rontgen dada, tes laboratorium untuk dahak dan darah, juga tes tuberkulin
(mantoux/PPD). Pengobatan TBC adalah pengobatan jangka panjang, biasanya
selama 6 – 9 bulan.
Kondisi ini diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk
meminum obat dan kontrol ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi biasanya
setelah 2-3 pekan meminum obat, gejala-gejala TBC akan hilang sehingga pasien
menjadi malas meminum obat dan kontrol ke dokter.
Jika pengobatan TBC tidak tuntas, maka ini dapat menjadi berbahaya karena
sering kali obat-obatan yang biasa digunakan untuk TBC tidak mempan pada kuman
TBC (resisten). Akibatnya, harus diobati dengan obat-obat lain yang lebih mahal dan
"keras". Hal ini harus dihindari dengan pengobatan TBC sampai tuntas.
Pengobatan jangka panjang untuk TBC dengan banyak obat tentunya akan
menimbulkan dampak efek samping bagi pasien. Efek samping yang biasanya terjadi
pada pengobatan TBC adalah nyeri perut, penglihatan/pendengaran terganggu,
kencing seperti air kopi, demam tinggi, muntah, gatal-gatal dan kemerahan kulit, rasa
panas di kaki/tangan, lemas, sampai mata/kulit kuning.
Itu sebabnya penting untuk selalu menyampaikan efek samping yang timbul
pada dokter setiap kali kontrol sehingga dokter dapat menyesuaikan dosis, mengganti
obat dengan yang lain, atau melakukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan.
Pengobatan untuk penyakit-penyakit lain selama pengobatan TBC pun
sebaiknya harus diatur dokter untuk mencegah efek samping yang lebih
serius/berbahaya. Penyakit TBC dapat dicegah dengan cara:
 Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif.
 Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan yang
sehat, dan berolahraga.
 Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin
ini secara rutin diberikan pada semua balita.
 Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan diobati, dapat
kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan menjaga
kesehatan tubuhnya.

8. Cara Pencegahan
Cara penularan TBC perlu diwaspadai dengan mengambil tindakan-tindakan
pencegahan selayaknya untuk menghindarkan infeksi tetes dari penderita ke orang.
Salah satu cara adalah batuk dan bersin sambil menutup mulut/hidung dengan sapu
tangan atau tissue untuk kemudian didesinfeksi dengan lysol atau dibakar. Bila
penderita berbicara, jangan terlampau dekat dengan lawan bicaranya. Ventilasi
yang baik dari ruangan juga memperkecil bahaya penularan.
Anak-anak dibawah usia satu tahun dari keluarga yang menderita TBC perlu
divaksinasi BCG sebagai pencegahan, bersamaan dengan pemberian isoniazid 2-10
mg/kg selama 6 buan (kemoprofilaksis)
 Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita tuberkulosisi paru BTA postif. Pemeriksaan meliputi tes
tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan
radiologis foto thorax diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila massih
negatif diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil tes
tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
 Mass chest x-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok
populasi tertentu misalnya : karyawan rumahsakit/puskesmas/balai pengobatan,
penghuni rumah tahanan dan siswa-siswi pesantren.
a. Untuk Penderita :
1) Minum obat sampai habis sesuai petunjuk
2) Menutup mulut ketika batuk atau bersin
3) Tidak meludah di sembarang tempat
4) Meludah di tempat yang terkena sinar matahari langsung atau ditempat yang
sudah ada karbol/lisol
b. Untuk Keluarga :
1) Jemur kasur seminggu sekali
2) Buka jendela lebar-lebar agar udara dan sinar matahari bisa langsung masuk
c. Pencegahan lain :
1) Imunisasi BCG pada bayi
2) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi
Daftar Pustaka

Doengoes Marilynn E. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta


Mansjoer dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. FK UI. Jakarta
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Nuha medika. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai