Anda di halaman 1dari 13

Novi Tejaya

102013282
Alamat Korespondesi : Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta. Jl. Arjuna Utara No.6,
Jakarta 11510. Telephone : ( 021 ) 5694-2061 (hunthing). Fax : (021) 563-17321.
Email: novitejaya@ymail.com

Abstrak
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan apendicitis akuta.
Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi. Diagnosis obstruksi ileus
sebenarnya mudah dan bersifat universal, tetapi untuk mengetahui proses patologik yang
sebenarnya di dalam rongga abdomen tetap merupakan hal yang sulit. Obstruksi usus termasuk
dalam salah satu penyebab tersering dari akut abdomen selain appendicitis, kolik bilier,
kolesistitis, divertikulitis, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis
mesenterika dan kolik renal.

Kata kunci : ileus obstruksi, hernia inguinalis

Abstract
Intestinal obstruction is an urgency in abdominal surgery are often found , is 60-70 %
of all cases of acute abdominal not apendicitis akuta . Cases has most often from obstructive
ileus is adhesion . The diagnosis of obstructive ileus is actually easy and universal , but to know
the actual pathological process in the abdominal cavity remains a difficult thing . Intestinal
obstruction is included in one of the most common cause of acute abdomen in addition to
appendicitis, biliary colic, cholecystitis, diverticulitis, perforated viscus, pancreatitis, peritonitis,
salpingitis, mesenteric adenitis, and renal colic .

Keywords : obstructive ileus , inguinal hernia


Pendahuluan
Ileus adalah suatu keadaan dimana terjadinya obstruksi pada usus. Ileus dapat terjadi
disebabkan oleh bermacam-macam penyebab. Hal yang paling sering terjadi ileus adalah hernia.
Hernia juga terdiri dari bermacam-macam jenis. Hernia yang paling sering terjadi dan
menyebabkan ileus adalah hernia inguinalis. Saat terjadinya hernia inguinalis, usus dapat terjepit
di pintu masuk hernia dan menyebabkan hernia incarcerate. Dapat pula terjadi komplikasi seperti
hernia stranggulata. Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.1
Bahaya strangulasi yang amat ditakuti sering tidak disertai gambaran klinik khas yang
dapat mendukungnya. Untuk dapat melaksanakan penanggulanagan penderita obstruksi ileus
dengan cara yang sebaik-baiknya, diperlukan konsultasi antara disiplin yang bekerja dalam satu
tim untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Penanganan hernia yang cepat dan tepat perlu
dilakukan agar hernia tidak memburuk. Operasi merupakan hanya dilakukan untuk hernia
inguinalis lateralis.2
Skenario kasus 9 adalah sebagai berikut: Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke IGD
RS dengan keluhan nyeri perut hebat yang disertai mual muntah sejak 12 jam yang lalu. Selain
itu, pasien tersebut juga mengeluh adanya benjolan pada lipat pahanya yang bersifat hilang
timbul sejak 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak kesakitan, tekanan darah
130/80 mmHg, nadi 92 x/menit, frekuensi nafas 24 x/menit, suhu 36,50 C. Pada pemeriksaan
fisik abdomen, tampak distensi abdomen, nyeri tekan positif dan bising usu meningkat. Tampak
massa pada regio inguinal sinistra dengan ukuran 2 cm x 2 cm, konsistensi kenyal, tidak melekat
pada jaringan sekitar, batas tegas, bising usus positif, dan terdapat nyeri.

Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat dilakukan langsung terhadap pasien
(autoanamnesis) atau diajukan pada keluarga pasien maupun orang yang mengantarkan pasien ke
tempat praktik dokter tersebut (alloanamnesis). Apabila pasien merupakan seorang anak
biasanya bisa ditanyakan juga beberapa hal yang diperlukan kepada orang tuanya. Di dalam
anamnesis ini terdiri dari serangkaian pertanyaan yang perlu ditanyakan ke pasien tersebut di
mana dengan anamnesis ini diharapkan dapat mengarahkan seorang dokter untuk dapat
mendiagnosa suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi
identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
keluarga, dan riwayat sosial ekonomi. Anamnesis sangat penting untuk mendirikan diagnosis.
70% diagnosis dapat diketahui dari anamnesis. Bedasarkan anamnesis, dapat ditentukan sifat dan
beratnya penyakit dan terdapatnya factor-faktor yang mungkin menjadi latar belakang penyakit.1
Prioritas dari anamnesis ini adalah memberitahukan nama, jenis kelamin, dan usia pasien,
menjelaskan secara rinci keluhan utama, menjelaskan riwayat penyakit dahulu yang signifikan,
riwayat keluarga, pengobatan dan alergi, temuan positif yang relevan dalam penyelidikan
fungsional, dan menempatkan keadaan sekarang dalam konteks situasi sosial pasien. Presentasi
anamnesis harus mengarah pada keluhan atau masalah.1
Untuk ileus gejala yang juga sering menyertai biasanya berupa nyeri, muntah, ditemukan
massa/benjolan di regio lipat paha. Mengenai keluhan nyeri, dapat dianyakan Kapan nyeri
imbul? Apakah timbulnya bertahap atau mendadak? Nyeri seperti apa (berdenyut, tajam,
membakar)? Terus menerus atau hilang timbul? Sifat nyeri ‘kolik’ (bertambah atau berkurang
dalam suatu siklus)? Dimana letaknya (menjalar, ke punggung)? Apa yang memperberat nyeri
(gerakan, postur, makan)? Apa yang mengurangi nyeri? Adakah gejala penyerta (muntah, diare,
refluks asam, nyeri punggung, sesak napas, perdarahan gastrointestinal, disuria, gastrointestinal,
atau hematuria)? Adakah episode sebelumnya (kapan terjadi dan seberapa sering)? Mengenai
muntah, seberapa sering muntah? Apa yang dimuntahkan?.1
Mengenai massa/benjolan yang ditemukan dapat ditanyakan hal-hal terkait seperti kapan
pertama kali menyadari ada massa dan oleh siapa ditemukan? Benjolan terasa nyeri, rasa tidak
enak? Adakah gejala sistemik penurunan berat badan, anoreksia, demam? Adakah gejala yang
berkaitan dengan obstruksi usus (nyeri abdomen, muntah, konstipasi absolut atau distensi
abdomen)? Adakah perubahan kebiasaan buang air besar? Pernahkah ada hematemesis, melena,
atau perdarahan rektal, gejala ganguan pencernaan, steatorea? Adakah tanda-tanda ikterus dan
gejala anemia?.1
Tanyakan riwayat peyakit dahulu, khususnya gangguan atau operasi perut. Adakah
anamnesis ganggguan raadang usus? Apakah diketahui riwayat hernia atau aneurisma aorta
abdominalis? Adakah pembedahan perut sebelumnya? tanyakan juga hal berkenaan dengan
obat-obatan yang mungkin menyebabkan nyeri atau menutupi tanda gangguan perut (OAINS,
kortikosteroid, dl)? Kebiasaan minum alkohol, merokok? Adakah riwayat kanker usus atau
penyakit ginjal polikistik dalam keluarga?.1
Anamnesis yang didapatkan seorang laki-laki berusia 45 tahun dengan keluhan nyeri perut
hilang timbul disertai mual muntah sejak 12 jam lalu. Selain itu pasien juga mengeluh adanya
benjolan pada lipat paha yang bersifat hilang timbul pada 1 tahun yang lalu.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik abdomen, dilakukan dengan 4 cara, yaitu dimulai dari inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien dalam
keadaan berbaring dan relaks, kedua lengan berada di samping, dan pasien bernapas melalui
mulut. Ketika melakukan palpasi, pasien diminta untuk menekukkan kedua lutut dan pinggulnya
sehingga otot-otot abdomen menjadi relaks. Tangan pemeriksa harus hangat untuk menghindari
terjadinya reflex tahanan otot oleh pasien.3

Inspeksi
Setelah melakukan inspeksi menyeluruh dan keadaan sekitarnya secara cepat, perhatikan
abdomen untuk memeriksa hal berikut ini, distensi yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh
lemak, cairan, janin, atau udara, sedangkan penyebab dari pembengkakan yang terlokalisasi,
antara lain hernia atau pembesaran organ tertentu. Pada distensi abdomen yang menyeluruh,
terutama jika disebabkan oleh asites, umbilikus dapat menonjol keluar. Kelainan-kelainan
lainnya pada inspeksi dapat meliputi bercak-bercak kecil makulopapular berwarna merah yang
tidak bermakna, memar umbilikus.Peristaltik yang terlihat (gelombang kontraksi usus) dapat
dijumpai pada individu normal yang kurus, tetapi sebaliknya pada orang yang gemuk, gerakan
peristaltik hanya terlihat di sebelah proksimal dari letak lesi obstruktif usus. Dapat juga dilihat
jika ada vena-vena yang mengalami dilatasi, bila ada trombosis pada vena porta. Benjolan pada
regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata.4

Palpasi
Abdomen harus diperiksa secara sistematis, terutama jika pasien menderita nyeri
abdomen.Selalu tanyakan kepada pasien letak nyeri yang dirasa maksimal dan periksa bagian
tersebut paling akhir. Isi abdomen dapat bergerak, semi-solid, tersembunyi di balik organ lain,
dsb. Lakukan palpasi pada setiap kuadran secara berurutan, yang awalnya dilakukan tanpa
penekanan yang berlebihan dan dilanjutkan dengan palpasi secara dalam (jika tidak terdapat area
nyeri yang diderita atau diketahui). Kemudian, lakukan palpasi secara khusus terhadap beberapa
organ. Tahanan abdomen merupakan suatu refleks penegangan otot-otot abdominal yang
terlokalisasi yang tidak dapat dihindari pasien dengan sengaja.Adanya tahanan tersebut
merupakan tanda iritasi peritoneum perifer atau tanda nyeri tekan yang tajam dari organ di
bawahnya.4
Adapun teknik sederhana untuk memastikan jenis hernia, yakni zieman’s test, thumb test,
dan finger test. Zieman’s test dilakukan dengan meletakkan jari kedua di atas annulus internus
(terletak diatas ligamentum inguinale pada pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum). Jari
ketiga diletakkan diatas annulus eksternus (terletak di atas ligamentum inguinale sebelah lateral
tuberkulum pubikum). Jari keempat diletakkan di atas fossa ovalis (terletak di bawah
ligamentum inguinale di sebelah mediap dari arteri femoralis). Lalu penderita disuruh batuk atau
mengejan, bila terdapat hernia akan terasa impulse atau dorongan pada ujung jari pemeriksa.
Teknik ini dikerjakan bila tidak didapatkan benjolan yang jelas.5,6
Thumb test dilakukan bila benjolannya jelas. Benjolan dipegang diantara ibu jari dan jari
lain, kemudian cari batas atas dari benjolan tersebut. Bila batas atas dapat ditentukan, berarti
benjolan berdiri sendiri dan tiak ada hubungan dengan kanalis inguinalis (jadi bukan merupakan
suatu kantong hernia). Bila batas atas tidak dapat ditentukan berarti benjolan itu merupakan
kantong yang ada kelanjutannya dengan kanalis inguinalis), selanjutnya pegang leher benjolan
ini dan suruh penderita batuk untuk merasakan impulse pada tangan yang memegang benjolan
itu.5,6
Finger test dilakukan dengan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk
hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari tersebut digeser
sampai kuku berada diatas spermatic cord dan permukaan volar jari menghadap ke dinding
ventral scrotum. Dengan menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari
tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat dipastikan selanjutnya akan
berada dalam kanalis inguinalis. Bila terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa impuls pada
ujung jari, bila hernia inguinalis medialis maka teraba dorongan pada bagian samping jari.5,6

Perkusi
Perkusi berguna (khususnya pasien yang gemuk) untuk memastikan adanya pembesaran
beberapa organ, khususnya hati, limpa, atau kandung kemih. Lakukan selalu perkusi dari daerah
resonan ke daerah pekak, dengan jari pemeriksa yang sejajar dengan bagian tepi organ. Shifting
dullness (pekak beralih) adalah suatu daerah pekak yang terdapat di bawah permukaan horizontal
cairan intraperitoneal (asites). Kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu sebelum
melakukan pemeriksaan asites.4
Perkusi khususnya harus dilakukan dengan lembut dan bermanfaat untuk menilai jumlah
distensi yang menyertai obstruksi usus dan dapat digunakan untuk menyingkirkan adanya vesika
urinaria terdistensi sebagai sebab nyeri abdomen akuta. Pada ileus obstruksi perkusi cenderung
hipertimpani.4

Auskultasi
Seorang pemeriksa mungkin membutuhkan waktu selama beberapa menit sebelum dapat
mengatakan dengan yakin bahwa bising usus tidak terdengar. Bising usus yang meningkat dapat
ditemukan pada, setiap keadaan yang menyebabkan peningkatan peristaltik, seperti, obstruksi
usus, diare, jika terdapat darah dalam pencernaan yang berasal dari saluran cerna atas.Bising
usus dapat menurun atau menghilang pada keadaan, paralisis usus (ileus), perforasi, peritonitis
generalisata. Auskultasi biasanya dilakukan sebelum palpasi karena palpasi bisa mengubah sifat
dari bising usus.3,4
Berdasarkan skenario di dapat pasien kesakitan, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
92x/menit, frekuensi nafas 24x/menit, suhu 36,5C. Pada pemeriksaan fisik abdomen tampak
distensi abdomen, nyeri tekan (+), bising usus meningkat. Pada perjalanan awal obstruksi usus,
auskultasi abdomen terdengar bising usus yang hiperaktif berupa suara gemuruh akibat gerakan
peristaltik yang terlampau kuat (borborigmus). Kemudian pada perjalanan lanjut obstruksi usus,
bising usus menjadi sangat minimal atau tidak dapat ditemukan. Pada region inguinal sinistra
tampak massa dengan ukuran 2x2 cm, konsistensi kenyal, tidak melekat pada jaringan sekitar,
berbatas tegas, nyeri tekan (+), bising usus (+).4

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi abdomen sangat penting dalam menegakkan diagnosis obstruksi
usus, umumnya dilakukan dengan posisi tegak dan telentang dan lateral dekubitus. Obstruksi
mekanis usus halus ditandai oleh adanya gas di seluruh kolon, tetapi sedikit atau tidak ada gas
dalam usus halus. Bila foto polos abdomen tidak memberikan kepastian diagnosis akhir,
dilakukan pemeriksaan radiografi dengan barium (enema barium) untuk mengetahui letak
obstruksi.3,4
Pemeriksaan laboratorium juga diperlukan, terutama untuk menyingkarkan diagnosis
infeksi selain ileus (misalnya infeksi oleh Chlamydia sp. pada sindrom inguinal). Gambaran
laboratorium awal perjalanan obstruksi usus mekanik sederhana (ileus et causa hernia
inguinalis), kadar laboratorium umumnya dalam batas normal. Dengan berlalunya waktu, lebih
banyak cairan disekuestrasi di dalam lumen usus dan timbul dehidrasi. Ileus et causa hernia
inguinalis dicerminkan oleh peningkatan dalam nitrogen urea darah (BUN), hematokrit dan berat
jenis urina. Penurunan dalam kadar serum natrium, klorida dan kalium juga manifestasi lebih
lanjut. Juga dengan muntah parah dalam obstruksi proksimal (di atas pylorus), terjadi alkalosis
dan harus didokumentasi dengan pengukuran bikarbonat serum maupun pH arteri. Akhirnya
hitung leukosit biasanya hanya meningkat sedang dalam obstruksi mekanik sederhana (15.000
sampai 20.000). dalam obstruksi strangulata (ileum strangulata dengan usus gangrenosa), hitung
leukosit bisa membumbung tinggi ke tingkat antara 30.000 dan 50.000.5
Beberapa ahli menganggap demam, takikardia, leukositosis dan nyeri tekan abdomen
terbatas sebagai yang cukup bermakna dalam membedakan obstruksi mekanik sederhana dari
strangulata. Tetapi lainnya telah memperhatikan tumpang tindih tanda ini pada pasien dengan
kedua keadaan dan tak diragukan bahwa timbul pengecualian, semua obstruksi umumnya harus
diterapi cepat dengan penggantian cairan dan elektrolit serta dengan intervensi bedah dini, jika
tidak terlihat perbaikan objektif kontinu.5

Diagnosis
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, working diagnosis
yang didapat adalah ileus obstruktif et causa hernia inguinalis incarcerata. Dengan differential
diagnosis ileus obstruktif et causa hernia strangulata dan limfadenopati.
Ileus obstruksi dapat diartikan sebagai kegagalan usus untuk melakukan propulsi
(pendorongan) isi dari saluran cerna (intestinal content). Kondisi tersebut dapat terjadi dalam
berbagai bentuk baik yang terjadi pada usus halus maupun usus besar (kolon), baik yang
diakibatkan oleh obstruksi mekanik maupun akibat gangguan motilitas karena gangguan
neuromuscular atau proses iskemik.7
Terdapat 2 jenis obstruksi ileus, (1) Non-mekanis (misalnya, ileus paralitik atau ileus
adinamik), peristaltik usus dihambat akibat pengaruh toksin atau trauma yang memengaruhi
pengendalian otonom motilitas usus. (2) Mekanis, terjadi obstruksi di dalam lumen usus atau
obstruksi mural yang disebabkan oleh tekanan ekstrinsik. Obstruksi mekanis selanjutnya
digolongkan sebagai obstruksi mekanis simpleks (hanya terdapat satu tempat obstruksi) dan
obstruksi lengkung tertutup (sedikitnya terdapat 2 tempat obstruksi).Obstruksi lengkung tertutup
tidak dapat didekompresi, sehingga tekanan intralumen meningkat cepat dan mengakibatkan
terjadinya penekanan pembuluh darah, iskemia, dan infark (strangulasi).7
Obstruksi ileus termasuk dalam salah satu penyebab tersering dari akut abdomen selain
appendicitis, kolik bilier, kolesistitis, divertikulitis, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis,
salpingitis, adenitis mesenterika dan kolik renal. Dari sudut nyeri abdomen, dapat terjadi karena
rangsangan visceral, rangsangan somatik, dan akibat peristaltik. Pada anamnesis perlu dievaluasi
mengenai nyeri yang disampaikan pasien tersebut apakah nyeri yang disampaikan terlokalisir,
atau sukar ditentukan lokasinya. Adanya nyeri tekan pada pemeriksaan fisik seseorang, juga
menunjukkan bentuk nyeri tersebut. Nyeri tekan biasanya berasal dari nyeri yang melibatkan
serosa. Nyeri ini dapat terjadi akibat infeksi yang kontinyu (terus menerus) serta ulkus lanjut.
Nyeri somatik biasanya nyerinya terlokalisasi.7

Hernia
Hernia, dalam pengelompokannya terdiri dari, hernia reduksibel, jika isi hernia dalam
struktur muskulatur sekitarnya masih dapat digerakkan. Dikatakan ireduksibel atau inkarserata
jika isi hernia tidak dapat direduksi lagi. Jenis hernia yang lainnya adalah, hernia strangulata, jika
hernia tersebut menyebabkan tahanan pada pembuluh darah daerah di sekitarnya. Hernia
eksternal menonjol melewati semua lapisan dinding abdomen, sedangkan hernia internal
merupakan tonjolan usus melalui suatu defek di dalam kavum peritoneal. Selain yang telah
disebutkan diatas, hernia dapat ditentukan berdasarkan letak anatomisnya, salah satunya adalah
hernia pada lipat paha atau hernia inguinal. Hernia stranggulata juga merupakan hernia yang
dapat mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapatkan darah
akibat pembuluh darah pemasoknya terjepit. Nekrosis usus menimbulkan gejala obstruksif klinis.
Pada bayi dapat terjadi hernia umbilicalis.7
Pada obstruksi sederhana yang terlibat hanya lumen usus, sedangkan pada strangulasi
peredaran darah juga terganggu dan dapat mengakibatkan nekrosis dinding usus. 7
Hernia inguinal adalah tonjolan pada lipat paha yang timbul dengan maneuver valsalva,
diklasifikasikan sebagai direk atau indirek. Periksa pada posisi telentang, ulang langkah-langkah
di atas. Gejala dan manifestasi klinisnya termasuk pembesaran inguinal yang asimptomatik.
Pasien mungkin akan mengeluh dari perasaan penuh atau mengganjal. Batuk dan mengejan akan
memicu timbulnya hernia berukuran kecil. 7
Limfadenopati adalah pembesaran getah bening seperti tumor yang biasa terdapat pada
daerah kepala, servikal, supraklavicula, axilla, dan inguinal. Limfadenopati pada kebanyakan
pasien biasa disertai nyeri, tetapi ada juga yang tidak disertai nyeri. Secara umum terdapat
pembesaran lebih dari 1cm, dan merupakan gambaran klinis yang jinak. Konsistensi tumor pada
limfodenopati lunak. Tanda dan gejalanya seperti demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari
38 oC, sering keringat malam, kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.7
Gejala utamanya berupa distensi abdomen dan nyeri kolik. Distensi, cairan dan udara akan
mengumpul pada bagian proksimal dari area yang tersumbat (obstruksi), dan memicu terjadinya
distensi usus pada bagian proksimal dan kolapsnya usus bagian distal obstruksi. Jika obstruksi
terjadi pada bagian duodenum atau proksimal yeyunum maka gejala distensi hampir tidak terjadi,
dan isi usus lebih banyak dimuntahkan. Sementara jika obstruksi letaknya lebih distal maka foto
polos abdomen akan menampilkan gambaran air-fluid level dan akan menyerupai gambaran
seperti anak tangga.5
Nyeri pada simple obstruksi bersifat kolik dan umumnya berlokasi di regio periumbilical.
Gejala ini dapat disertai dengan meningkatnya suara peristaltik usus.5
Obstruksi usus halus pada bagian yang lebih proksimal akan menimbulkan gejala awal
berupa muntah yang berat, dan gangguan elektrolit. Gangguan elektrolit ini akan memicu
hipokalemia, hikloremia, dan alkalosis metabolik. Dapat pula terjadi asidosis metabolik yang
disertai dengan dehidrasi berat. Pada kasus obstruksi usus halus yang lebih distal, cairan yang
hilang dan masuk ke dalam lumen usus serta rongga peritoneum merupakan cairan iso-osmotik,
sehingga tidak langsung menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit. Gangguan elektrolit
biasanya muncul kemudian.5

Etiologi
Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh beberapa sebab seperti perlekatan usus atau
adhesi yakni dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus, jaringan parut karena ulkus
yang disebabkan adanya tindakan pembedahan terdahulu atau penyakit Crohn, hernia incarcerata
yang merupakan usus terjepit di dalam pintu hernia, dan neoplasma. Selain itu obstruksi usus
halus dapat pula disebabkan oleh intususepsi, volvulus, benda asing seperti kumpulan cacing
askariasis, batu empedu yang masuk ke usus mealui fistula kolesisenterik, penyakit radang usus,
striktur, fibrokistik, dan hematoma.2
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi diyakini
ada tiga penyebab, yaitu; peninggian tekanan intra abdomen yang berulang seperti kelebihan
berat badan, sering mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan,
sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran kencing, adanya
tumor yang mengakibatkan sumbatan usus, batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis,
asthma, emphysema, alergi, kehamilan dan terjadinya ascites. Selain itu, adanya kelemahan
jaringan /otot dan tersedianya kantong sejak dari bayi turut menyebabkan hernia inguinalis.8

Epidemiologi
Di RSCM, pada tahun 1989, Kartowisastro dan Wiriasoekarta melaporkan 58% kasus
obstruksi mekanik usus halus disebabkan oleh hernia strangulata adalah salah satu keadaan
darurat yang sering dijumpai oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus
terbanyak. Mc Iver mencatat 44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna
yang mengalami strangulasi.
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan, sebagai
akibat dari operasi yang dilakukan. Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya
sekali operasi intra abdomen, terjadi adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus
merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen
merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang
memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi. Untuk
obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.5

Patofisiologi
Karena terdapat obstruksi pada usus, maka usus di bagian distal menjadi kolaps,
sementara bagian proksimalnya berdilatasi. Usus yang berdilatasi ini menyebabkan
penumpukan cairan dan gas. Distensi usus ini juga bisa membahayakan karena bisa menekan
pembuluh darah sehingga terjadi iskemik.9
Distensi usus juga menyebabkan perubahan ekologi di susu itu sendiri, seperti kuman
yang ada di susu bisa tumbuh berlebihan sehingga bisa terjadi translokasi kuman itu sendiri.
Obstruksi yang terjadi ini juga bisa menyebabkan muntah yang menyebabkan air dan elektrolit
lolos dari tubuh, sehingga bisa terjadi syok. Bukan hanya elektrolit saja yang bisa lolos, namun
juga zat bersifat toksik yang ada di usus dapat lolos ke sirkulasi sistemik, sehingga bisa
berkembang juga menjadi peritonitis.9

Penatalaksanaan
Dasar pengobatan obstruksi usus halus adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan
(bersifat konservatif dan suportif), menghilangkan peregangan dan muntah dengan melakukan
intubasi dan dekompresi (pemasangan pipa nasogastrik), memperbaiki peritonitis dan syok (bila
ada), mengobati kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat, dan
menghilangkan obstruksi untuk memulihkan kontinuitas dan fungsi usus kembali normal.10
Pada preoperasi pasien dipuasakan dan dilakukan pemasangan NGT, disertai dengan
resusistasi cairan dan elektrolit. Defisit cairan dapat dikoreksi dengan NaCl fisiologis atau ringer
laktat. Foley kateter dipasang untuk menilai kecukupan urin. Jika terjadi dehidrasi berat atau
pada pasien dengan problem cardiovaskular, dilakukan pemasangan CVP. Jika urin pasca
rehidrasi telah mencapai normal, maka segera lakukan pemberian KCl, karena rehidrasi dalam
jumlah banyak dapat menyebabkan hipokalemia. Jika keputusan operasi telah dibuat, maka
pemberian analgetik berupa morfin atau petidin dapat dilakukan. Antibiotik spektrum luas juga
harus diberikan.10
Indikasi operasi adalah pasien dengan ileus obstruksi usus total, atau obstruksi yang
disertai adanya tanda-tanda strangulasi, atau pasien dengan obstruksi simple yang tidak
mengalami resolusi setelah 24-48 jam pemasangan NGT dan rehidrasi. Semua sepakat bahwa
pasien ileus obstruksi yang disertai dengan gejala peritonitis harus dilakukan operasi emergensi.
Waktu optimal untuk operasi adalah segera setelah resusistasi cairan dan elektrolit selesai
dilakukan. Pada saat eksplorasi; cara mudah untuk menemukan area obstruksi adalah dengan
mengidentifikasi usus yang kolaps dan ditelusuri ke arah proksimal sampai pada area obstruksi
dan bagian proksimal yang mengalami distensi.10
Jika penyebab obstruksi hernia inguinal, maka insisi hernia standar dapat dilakukan.
Adalah hal yang penting untuk menilai viabilitas usus pada hernia inguinal atau femoral. Artinya
jika hernia mengalami reduksi spontan setelah dilakukan anastesi, maka laparotomi dengan insisi
midline mutlak harus dikerjakan. Jika memungkinkan, reseksi dapat dilakukan pada insisi
standar hernia. Sejak berkembangnya operasi minimal invasif, ahli bedah dapat melakukan
pendekatan laparoskopi pada pasien-pasien obstruksi usus halus. Band adhesive yang simple
dapat direlease dengan teknik laparoskopi. Harus diperhatikan pada saat insersi trokar mengingat
kondisi usus yang distensi.7,8

Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain perforasi usus, sepsis, syok-dehidrasi,abses,
pneumonia aspirasi dari proses muntah dan meninggal.

Prognosis
Hasil koreksi bedah pada hernia inkarserata dan strangulata menunjukkan perlunya
perbaikan semua hernia secara elektif. Jika reseksi usus diperlukan, maka mortalitas meningkat
lebih lanjut. Sering terjadi sekunder akibat syok septik yang ditimbulkan oleh jaringan gangren.
Data tersebut juga menekankan sifat gawat darurat hernia inkarserata. Mortalits sekitar 8%
dalam pasien hernia femoralis inkarserata yang dioperasi dalam 24 jam, tetapi mortalitas
meningkat sampai 50% jika lebih dari 24 jam telah berlalu antara inkarserasi dan perbaikan
bedah. Morbiditas juga meningkat, dan infeksi luka merupakan komplikasi pasling lazim pasca
bedah, yang timbul dalam 5-10% pasien hernia inkarserata atau strangulata.5
Kesimpulan
Suatu massa/benjolan yang timbul di regio inguinal dapat diperkirakan suatu hernia, jika
disertai komplikasi dengan adanya obstruksi usus halus (secara mekanis akibat hernia) maka
pasien yang menunjukkan gejala seperti mual, muntah, nyeri. Penanganan segera untuk pasien
obstruksi usus ileum (ileus) dengan disertai herni inguinalis harus segera mendapat penangan,
tatalaksana umumnya berupa operasi herniotomi dan atau herniorafi. Pengawasan terhadap
keadaan umum pasien sebelum dan sesudah operasi penting guna kesembuhan dan keselamatan
dari pasien tersebut.
Daftar pustaka

1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2010. h. 55.
2. Manaf N M dan Kartadinata H. Obstruksi ileus. CDK. Nomer: 29; 1983. Diunduh dari
www.kalbe.co.id/files/cdk/...ObstruksiIleus.../06_ObstruksiIleus.pdf. Minggu, 13 Mei 2012.
3. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2010. h. 77-85, 89.
4. Riwanto I, Ahmad HH, John P, Tadjuddin T, Ibrahim A. Usus halus, appendiks, kolon dan
anorektum. Dalam: Sjamsuhidajat-de Jong. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC;
2010.h. 738-59.
5. Palanivelu C. Operative manual of laparoscopic hernia surgery. Ed 1. India: GEM
Foundation; 2011. p. 39-58.
6. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WK, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran. Ed 3.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2010. h. 313-7.
7. Hayes PC, Mackay TW. Diagnosis dan terapi.Jakarta: Buku Kedokteran EGC;2009.h.117.
8. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM. Sabiston textbook of surgery the biological basis
of modern surgical practice. 19th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2012. p. 1114-28.
9. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. ed. 6. vol I.
Jakarta: EGC; 2011. h. 450-4.
10. Townsend CM. Buku saku ilmu bedah sabiston. ed. 17. Jakarta: EGC; 2010. h. 548-51, 608-
15.

Anda mungkin juga menyukai