JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No 6, Kebon Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/ Tanggal Ujian/ Presentasi: OKTOBER 2020
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN, JAKARTA
NIM : 112018109
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 17 tahun
Pekerjaan :-
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis/ Alloanamnesis
2
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien anak 14 tahun di ICU dalam keadaan sopor (E2M2V1) yang diakibatkan
pasca gagal napas, dengan SLE DAN SJS, dengan mata merah sejak 5 hari yang lalu
(hari ke 16 perawatan). Disertai kotoran pada kedua mata dan kelopak mata yg tidak
dapat tertutup sempurna. Pasien. Tiga hari yang lalu (hari ke 17 perawatan) pasien telah
diberikan terapi.
C. STATUS GENERALIS
3
D. STATUS OPHTALMOLOGIS
OD OS
OD PEMERIKSAAN OS
Koreksi
4
Edem (-) Edem (-)
Injeksi konjungtiva (+) Injeksi konjungtiva (+)
Conjunctiva
Injeksi siliar (+) Injeksi siliar (+)
Bangunan patologis (-) Bangunan patologis (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Hiperemis (-) Sclera Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Bulat (+) Bulat (+)
Kornea
Edem (-) Edem (-)
Infiltrat (+) Infiltrat (+)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Arcus senilis (-) Arcus senilis (-)
Kedalaman : cukup Kedalaman : cukup
Camera Oculi
Hipopion (-) Hipopion (-)
Anterior
Hifema (-) Hifema (-)
5
Letak : ditengah Letak : ditengah
Lensa
Warna : jernih Warna : jernih
Shadow test ( - ) Shadow test (- )
Fundus Okuli
Refleks fundus
Ratio arteri : vena
C/D ratio
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula lutea
Retina
Eksudat
Perdarahan
E. RESUME
Subjektif
Anak berusia 17 tahun dengan mata kanan merah dan kedua mata tidak dapat
menutup sempurna.
Objektif
6
OD OS
F. DIAGNOSIS KERJA
Dasar diagnosis:
Mata merah
Injeksi silier
Injeksi konjungtiva
White spot di kornea
Palpebra tidak dapat menutup sempurna
G. DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivtis Bakterial
Keratokonjungtivtis Bekterial
Dry eye disease
I. PENATALAKSANAAN
Non Farmakoterapi :
o Rawat Inap
o Lid tapping ODS
Farmakoterapi :
Empiris
o Ciprofloxacin 0.3% ODS tiap jam selama 2 hari dan di tapering.
o Atropine 1% ODS 2x1
7
J. PROGNOSIS
OD OS
8
Tinjauan Pustaka
Keratopati Eksposure
Keratopati eksposur atau keratitis pajanan adalah kelainan yang disebabkan penutupan tutup yang
tidak sempurna (lagophthalmos), diikuti dengan pengeringan kornea (mata kering) meskipun produksi air
mata normal. Lagophthalmos didapatkan pada saat berkedip atau penutupan lembut, dengan penutupan
paksa yang penuh. Penyebabnya termasuk neuroparalalitik, terutama kelumpuhan saraf wajah, penurunan
tonus otot seperti pada parkinsonisme, kelainan mekanis seperti jaringan parut kelopak mata,
pengencangan kulit pada ekzematous dan post-blepharoplasty, dan proptosis.1
Faktor Resiko
Keratopati pajanan adalah gangguan klinia yang dikaitkan dengan gangguan neuroparalitik,
penurunan tonus otot, gangguan kelopak mata mekanik, dan kelainan posisi bola mata. Pasien yang dibius
di unit perawatan intensif (ICU) yang menerima ventilasi mekanik berisiko paparan keratopati dan
selanjutnya dapat terjadi keratitis infeksi yang dapat menyebabkan efek pada penglihatan. Perkembangan
keratopati telah dikaitkan dengan banyak faktor risiko, seperti penutupan kelopak mata yang tidak
lengkap (lagophthalmos) dan edema konjungtiva (kemosis).1,2
Sampai saat ini, investigasi yang mempelajari frekuensi dan faktor risiko keterlibatan kornea pada
pasien ICU telah melaporkan hasil yang bervariasi. Sebagai contoh, keratopati superfisial terdapat pada
40% dari 50 pasien ICU yang dipilih secara acak yang 90% diintubasi. Sebagai perbandingan, dari 143
pasien dengan ventilasi mekanik yang tinggal melebihi 1 minggu, hanya 20% yang ditemukan memiliki
gangguan okular, tetapi frekuensinya meningkat dengan sedasi terus menerus (35%). 2
Penelitian pencegahan dilakukan untuk menentukan frekuensi keratopati pajanan dan faktor-
faktor yang terkait di antara pasien sedasi pada ventilasi mekanik yang tidak menerima segala bentuk
perawatan mata. Ditemukan keratopati pajanan pada pasien yang tidak diberikan pengobatan
polyethylene dan carboxymethylcellulose.3
Lagoftalmos
Lagoftalmos adalah suatu keadaan dimana kelopak mata tidak dapat menutup bola mata dengan
sempurna. Kelainan ini akan mengakibatkan trauma konjungtiva dan kornea, sehingga konjungtiva dan
9
selaput bening menjadi kering dan terjadi infeksi. Infeksi ini dapat dalam bentuk konjungtivitis atau suatu
keratitis.4
Penyebab lagoftalmos dapat dibagi menjadi paralisis nervus fasial, lagoftalmus sikatrikal,
lagoftalmos nokturnal, lagoftalmos pada pasien koma, dan proptosis. Pada keadaan pasien shopor dapat
diketahui lagoftalmos dengan refleks kedip pasien yang minimal sehingga menyebabkan keratopati
pajanan.4
Mata Kering
Gejala klinis keratitis eksposur merupakan gejala klinis mata kering. Mata kering terjadi ketika
volume atau fungsi mata tidak adekuat. Mata kering diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan penyebabnya
yaitu defisit aqueous, evaporasi, dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan dipengaruhi faktor internal
seperti usia dan hormon, sedangkan eksternal dipengaruhi cuaca panas, kering. Evaporasi dipengaruhi
faktor ekstrinsik seperti defisiensi vitamin A, kontak lens, dan konjungtivitis alergi. Sedangkan faktor
intrinsik evaporasi dipengaruhi defisiensi kelenjar meibom pada blefaritis posterior, kelainan kleopak
seperti proptosis, nerve injury, dan jarang mengedip yang disebabkan penyakit parkinson atau
penggunaan layar komputer berlebihan. Pada defisit aqueous disebabkan penyakit autoimun sindroma
sjogen dan non sindroma sjogen yang dipengaruhi defisiensi lakrimasi, obstruksi lakrimal, dan refleks
hiposekresi. Refleks hiposekresi dapat disebabkan sensori maupun motorik, Sesori dipengaruhi pada
penderita diabetes, dan keratitis neutrofik, sedangkan motor berkaitan dengan kelumpuhan saraf wajah
yaitu saraf kranial VII (facialis). Gejala yang muncul berupa rasa kekeringan, sensasi panas, dengan
kemerahan pada konjungtiva maupun injeksi silier.1,5
Pemeriksaan Fisik
Perubahan epitel puncatate ringan yang melibatkan sepertiga inferior kornea, terutama dengan
lagophthalmos nokturnal. Terdapat kerusakan epitel dan stroma, terkadang mengarah ke perforasi.
Terdapat perubahan fibrovaskular inferior dengan degenerasi Salzmann dan dapat berkembang seiring
waktu. Dan terakhir dapat terjadi Infeksi sekunder. 1
10
Gambar 1 Defek epitel inferior.1
11
Pada pemeriksaan mata kering didapatkan konjungtiva hiperemis, dan kreatinisasi, dapat
dilakukan tes flourescein. Pada kornea dapat ditemukan erosi epitel punctate, gambaran filamen pada
pemernaan flourescein atau rose begal. Pada pemeriksaan anjuran dapat dilakukan schirmer. 1
Komplikasi
Komplikasi termasuk abrasi kornea, ulserasi, keratitis mikroba, perforasi dan bekas luka kornea
yang menyebabkan hilangnya penglihatan. Selain itu, keratopati pita dapat muncul sebagai komplikasi
12
EK kronis. Yang menjadi pertimbangan khusus adalah pasien dengan penyakit mata kering yang sudah
ada sebelumnya, yang dapat membuat EK lebih resisten terhadap pengobatan dan dapat memperburuk
prognosisnya.5
Tatalaksana
Dilakukan lid tapping pada mata dengan lagoftalmus pasien untuk tatalaksana mata kering.
Pengobatan tergantung pada keparahan paparan dan apakah pemulihan diantisipasi. Air mata buatan dapat
diberikan pada siang hari dan salep (oinments) pada malam hari. Memasang tutup mata atau lid tapping
pada malam hari bisa menjadi alternatif untuk salep. Perban silikon hidrogel atau lensa kontak skleral.
Tindakan dapat dilakukan tarsorrhaphy sementara atau jahitan beku, overlay pencangkokan membran
ketuban.
Pada eksposur yang sudah permanen dilakukan tindakan tarsorrhaphy permanen. Penyisipan
tutup atas berat emas untuk kelumpuhan saraf wajah. Tarsorrhaphy sentral permanen, pencangkokan
membran ketuban atau flap konjungtiva saat penglihatan buruk.
13
Daftar Pustaka
1. Bowling B. Kanski's Clinical Opthalmology a systematic approach. Ed 8th. New York. Elsevier.
2016. p. 119-22, 24, 27, 207-9.
2. Jamal H, et all. Exposure keratopathy in sedated and ventilated patients. Journal of Critical Care
(2012) 27, 537–541
3. Shan H, MIn D. Prevention of exposure keratopathy in intensive care unit. Int J Opthalmol. Vol
3, no(4). Dec 18 (2010)
4. Lagophthalmos Evaluation and Treatment - American Academy of Ophthalmology [Internet]..
Tersedia pada: https://www.aao.org/eyenet/article/lagophthalmos-evaluation-treatment
5. Eva PR, Augsburger JJ. Voughan & Asbury's general opthalmology. Ed 19th. New York. Mc.
Graw Hill Lange. 2018. p. 266-9
6. Exposure Keratopathy - American Academy of Ophthalmology [Internet].. Tersedia pada:
https://eyewiki.aao.org/Exposure_Keratopathy
14