PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri akut abdomen atau akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen
dapat terjadi karena masalah bedah dan non bedah. Secara definisi pasien dengan akut
abdomen datang dengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangusng
kurang dari 24 jam. Pada beberapa pasien dengan akut abdomen perlu dilakukan
resusitasi dan tindakan segera maka pasien dengan nyeri abdomen yang berlangsung akut
harus ditangani segera. Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang dihadapi
ini suatu kasus bedah atau non bedah, jika kasus bedah maka tindakan operasi harus
segera dilakukan.
Penyebab tersering akut abdomen antara lain appendisitis, kolik, bilier,
kolisistis, divertikulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis,
salpingitis, adenitis mesenterika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang menyebabkan
akut abdomen antara lain nekrosis hepatoma, infark lien, pneumonia, infark miokard,
ketoasidosis, diabetikum, inflamasi aneurisma, volvulus sigmoid, caecum atau lambung
dan herpes zooster.1
1.2 Tujuan
Mampu mengetahui anamnesis yang berhubungan dengan sistem digestivus
Mampu mengetahui pemeriksaan fisik dan penunjangnya
Mampu mengetahui diagnosis kerja dan diagnosis banding dari kasus yang diberikan
Mampu mengetahui etiologinya
Mampu mengetahui faktor risikonya
Mampu mengetahui patofisiologinya
Mampu mengetahui gejala klinisnya
Mampu mengetahui komplikasinya
Mampu mengetahui penatalakasanaannya
Mampu mengetahui pencegahannya
Mampu mengetahui progonosisnya
Mampu mengetahui epidemiologinya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anamnesis
Gambaran atau diagram usia dan keadaan kesehatan atau usia dan penyebab
kematian, apakah bersumber dari saudara kandung, orangtua, dan kakek nenek.
Dokumen yang menunjukan ada atau tidak adanya penyakit khusus dalam keluarga,
seperti hipertensi, penyakit arteri koroner, dan sebagainya.
Riwayat pribadi dan sosial
Jelaskan tentang tingkat pendidikan, suku bangsa keluarga, keadaan rumah tangga
saat ini, minat individu, dan gaya hidup.2
2.2 Pemeriksaan
2.2.1 Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk mendapatkan atau mengidentifikasi
tanda suatu penyakit atau kelainan yang ada pada daerah abdomen. Ada berbagai
cara untuk membagi permukaan dinding perut dalam beberapa region
1. Dengan menarik garis tegak lurus terhadap garis median umbilikus, sehingga
dinding depan abdomen terbagi atas 4 daerah atau regio yaitu kuadran kanan
atas, kuadran kiri atas, kuadran kiri bawah, dan kuadran kanan bawah.
Kepentingannya adalah untuk menyederhanakan laporan. Misalnya untuk
kepentingan konsultasi atau pemeriksaan kelainan yang mencakup daerah yang
luas.
2. Pembagian yang lebih spesifik dengan menarik dua garis sejajar dengan dua
garis median dan dua garis transversal yaitu yang menghubungkan dua titik
paling bawah dari arkus kosta dan yang menghubungkan kedua SIAS.
Berdasarkan pembagian spesifik tersebut, maka permukaan abdomen terbagi
menjadi 9 regio yaitu epigastrium, hipokondrium kanan, hipokondrium kiri,
umbilikus, lumbal kanan, lumbal kiri, hipogastrium atau regio suprapubik,
iliaka kanan, iliaka kiri. Maksudnya agar pasien dapat menunjukan dengan
tepat lokasi rasa nyeri serta melakukan deskripsi penjalaran rasa nyeri tersebut.
Selain pembagian regio terdapat juga beberapa titik dan garis pada dinding
abdomen yang perlu diketahui yaitu:
1. Titik Mc Burney
Yaitu titik pada dinding perut kanan bawah yang terletak pada 1/3 lateral dari
garis yang menghubungkan SIAS dengan umbilikus. Dianggap sebagai lokasi
apendiks, dan terasa nyeri tekan bila terdapat apendisitis
3
2. Garis Schuffner
Yaitu garis yang menghubungkan titik arkus kosta kiri dengan umbilicus
(dibagi 4) dan diteruskan sampai SIAS kanan yang merupakan titik VIII. Garis
Schuffner merupakan petunjuk untuk pembesaran limpa.3
Teknik- teknik pemeriksaan abdomen:
Inspeksi abdomen termasuk:
- Kulit; kemungkinan temuan jaringan parut, striae, vena
-Umbilikus; kemungkinan temuan hernia, inflamasi
- Kontur untuk bentuk, kesimetrisan, pembesaran organ, atau adanya massa;
kemungkinan temuan penonjolan pinggang, penonjolan suprapubik, pembesaran
hati, atau limpa, tumor
-Adanya gelombang peristaltik; kemungkinan temuan obstruksi GI
-Adanya pulsasi; kemungkinan temuan peningkatan aneurisma aorta
Auskultasi abdomen untuk:
-Bisisng usus; kemungkinan temuan peningkatan atau penurunan motilitas
- Bruit; kemungkinan temuan bruit stenosis arteri renalis
-Friction rub; kemungkinan temuan tumor hati, infak limpa
Perkusi abdomen untuk pola bunyi timpani dan pekak. Kemungkinan temuan
asites, obstruksi GI, uterus hamil, tumor ovarium.
Hepar
-Perkusi batas tumpul hepar pada garis midklavikular. Kemungkinan temuan
hepatomegali.
-Raba tepi hepar, jika memungkinkan, bersamaan dengan pasien menarik napas.
Kemungkinan temuan tepi yang keras menunjukan sirosis.
-Perhatikan adanya nyeri tekan dan massa. Kemungkinan temuan nyeri tekan pada
hepatitis ataugagal jantung kongestif; massa tumor.
Limpa
-Perkusi sepanjang kiri bawah dada anterior, perhatikan perubahan dari timpani
menjadi pekak.
-Periksa adanya tanda perkusi splenikus. Coba untuk meraba limpa dengan posisi
pasien telentang dan berbaring miring ke kanan dengan tungkai fleksi pada
pinggang dan lutut.
Ginjal
-Coba palpasi masing-masing ginjal. Kemungkinan temuan pembesaran karena
kista, kanker hidronefrosis
-Periksa nyeri tekan sudut kostovertebral. Kemungkinan temuan nyeri tekan pada
infeksi ginjal.
2.3 Diagnosis
2.3.1 Diagnosis kerja
Apendisitis Akut
Divertikulum meckel
Merupakan anomali perkembangan terlazim pada usus halus, yang timbul
sekitar 2 persen populasi. Mekanisme yang bertanggung jawab bagi anomali
ini
adalah
kegagalan
duktus
omfalomesenterika
(vitelinus)
yang
laparotomi (75%). Karena ada variasi komplikasi dan rentang usia timbulnya
dari dari masa bayi sampai usia tua, maka ada beberapa presentasi klinis yang
mungkin dan bervariasi. Masalah patologi terlazim adalah ulserasi, obstruksi
dan peradangan akuta. Kadang-kadang peradangan akut dalam atau sekitar
divertikulum menimbulkan gejala yang tak dapat dibedakan dari yang
berhubungan dengan apendisitis akuta. Mual, anoreksia dan ketidaknyamanan
atau nyeri periumbilikus lazim yang ditemukan bersama apendisitis akuta
jarang ditemukan dalam pasien divertikulum meckel. Tanda fisik yang lazim
adalah nyeri tekan lokalisata atau massa yang dapat dipalpasi dalam kuadran
kanan bawah abdomen, tanda klasik obstruksi usus.5
Limfadenitis mesenterika
Limfadenitis mesenterika yang biasa didahului oleh
enteritis
atau
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan
menaikkan tekanan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah
timbulnya apendisitis akut.4
9
2.6 Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel, limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama, mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
10
11
Keterangan:
12
13
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi
untuk menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang: tirah baring
dalam posisi fowler medium (setengah duduk), pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan
dan elektrolit, pemberian antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, transfusi untuk
mengatasi anemia, dan penanganan syok septik secara intensif bila ada.
Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang
cenderung menggelembung ke arah rektum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan
kombinasi antibiotik (ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindamisin). Dengan
sediaan ini abses segera menghilang, dan apendiktomi dapat dilakukan 6-12 minggu
kemudian. Pada abses yang tetap progresif harus segera dilakukan drainase.
Tromboflebitis supurativ dari sitem portal jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi
yang letal. Hal ini harus kita curigai bila ditemukan demam sepsis, mengigil,
hepatomegali, dan ikterus setelah terjadi perforasi apendiks. Pada keadaan ini
diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi dengan drainase.
Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa abses subfrenikus dan fokal sepsis
intrabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.7
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Medikamentosa
Ada 3 prinsip utama pola pemberian antibiotik pada penderita yang di diagnosis
dengan apendisitis akut, yaitu :
1. Antibiotik diberikan preoperatif bila diduga telah terjadi perforasi.
2. Antibiotik diberikan preoperatif, dan terus dilanjutkan bila dijumpai apendiks
perforasi atau gangren.
3. Antibiotik diberikan preoperatif pada semua penderita dengan apendisitis akut
dan dilanjutkan hingga 3-5 hari.8
14
Hasil penelitian menunjukkan obat yang digunakan pada kasus apendisitis akut
adalah antibiotika, analgetika, terapi cairan, antiulser dan antiemetika. Jenis
antibiotika yang digunakan pasien apendisitis akut adalah sefalosporin generasi III
(sefotaksim dan seftriakson), sefalosporin generasi IV (sefpirom), metronidazol,
aminoglikosida (gentamisin), penisilin (ampisilin), dan karbapenem (meropenem).
Pada saat KRS antibiotika yang paling banyak digunakan adalah siprofloksasin.
Jenis analgetika yang digunakan adalah ketorolak trometamin, metamizol Na, dan
tramadol HCl. Dosis obat yang digunakan semuanya sesuai dengan pustaka dengan
rute pemberian iv dan per oral pada saat KRS. Efektivitas obat pada kasus
apendsitis akut ditunjukkan dengan penurunan leukosit, LED, dan intensitas nyeri
serta tidak didapatkan infeksi luka operasi (ILO). Problem obat pada kasus
apendisitis akut hanya ditemukan pada satu pasien yaitu reaksi alergi
(hipersensitifitas) terhadap sefotaksim.11
Metronidazol dan tinidazol
Metronidazol memperlihatkan daya amubisid langsung. Pada biakan E.histolytica
dengan kadar metronidazol 1-2ug/ml, semua parasit musnah dalam 24 jam. Sampai
saat ini belum ditemukan amuba yang resisten terhadap metronidazol. Tinidazol
memperlihatkan spektrum antimikroba
yang sama
dengan metronidazol.
15
yang rendah. Masa paruh tinidazol 12-24 jam. Kadar plasma setelah 24 jam, 10
ug/ml.
Efek samping yang paling sering dikeluhkan ialah sakit kepoala, mual, mulut
kering, dan rasa kecap logam. Muntah, diare, dan spasme usus jarang dialami.
Lidah berselaput, glositis dan stomatitis dapat terjadi selama pengobatan dan ini
mungkinberkaitan dengan moniliasis. Efek samping lain dapat berupa pusing,
vertigo, ataksia, parastesia pada ekstremiatas, urtikaria, flushing, pruritus, disuria,
sistitis, rasa tekan pada pelvik, juga kering pada mulut, vagina dan vulva.
Pada pasien dengan riwayat penyakit darah atau dengan gangguan SSP, pemberian
obat tidak dianjurkan. Bila ditemukan ataksia, kejang, atau gejala susunan saraf
pusat yang lain, maka pemberian obat harus segera dihentikan. Metronidazol telah
diberikan pada berbagai tingkat kehamilan tanpa peningkatan kejadian teratogenik,
prematuritas dan kelainan pada bayi yang dilahirkan. Namun penggunaan pada
trimester pertama kehamilan tidak dianjurkan.
Dosis
16
Tramadol
Adalah analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor u yag lemah,
sebagian dari analgetiknya ditimbulkan oleh inhibisi ambilan norepinefrin.
Tramadol sama efektif dengan morfin atau meperidin untuk nyeri ringan sampai
sedang, tetapi untuk nyeri berat atau kronik lebih lemah. Tramadol mngalami
metabolisme di hati dan ekskresi oleh ginjal, dengan masa paruh eliminasi 6 jam
untuk tramadol dan 7, 5 jam untuk metabolit aktifnya. Analgesia timbul dalam 1
jam setelah pengguanaan secara oral dan mencapai puncaknya dalam 2-3 jam.
Lama analgesia sekitar 6 jam. Dosis maksimum per hari yang dianjurkan 400 mg.
Efek samping yang umum mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, dan sakit
kepala. Karena efek inhibisinya sebgaiknya tidak digunakan pada pasien yang
menggunakan penghambat monoamin-oksidase (MAO).12
2.9.2 Non Medikamentosa
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks.
Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi
fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang
peristaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
a. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan
kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan
dipuasakan
b. Tindakan operatif ; appendiktomi
c. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak
di tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri
tegak di luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.10
Tidak ada cara yang dapat mencegah perkembangan lanjut terjadinya apendisitis
akut.
Operasi apendektomi emergensi merupakan satu-satunya tindakan yang harus
dilakukan untuk dapat mengurangi morbiditas dan mencegah mortalitas penderita.
Dalam 24 jam pertama timbulnya gejala, dapat terjadi perforasi sebanyak kurang
17
dari 20%, tapi meningkat cepat menjadi lebih 70% setelah 48 jam.
Pada penderita yang tidak dapat segera dilakukan tindakan operasi, penanganannya
dilakukan dengan perawatan konservatif, penderita diobservasi ketat, istirahat total
di tempat tidur, diet makanan yang tidak merangsang peristaltik dan pemberian
antibiotik broad spektrum. Pasang drain bila terjadi abses.10
2.10 Pencegahan
Sampai saat ini, tidak ada metode yang akurat untuk mengetahui bagaimana
mencegah usus buntu. Namun, Anda dapat mengurangi risiko kematian dari usus buntu
dengan memahami gejala-gejala umum dari kondisi tersebut, untuk mendapatkan
pengobatan yang tepat sebelum berkembang menjadi serangan yang lebih parah. Ada
beberapa tindakan pencegahan yang disarankan tetapi tidak ada cara standar untuk
mencegah usus buntu dari terjadi.
1. Makanlah makanan kaya serat. Ada korelasi yang tinggi antara usus buntu dan
diet serat rendah. Diet serat tinggi dapat lembut dengan sistem pencernaan. Diet
serat larut terdiri dari buah-buahan dan sayuran biji-bijian, roti gandum, wortel,
timun, zucchini, dan seledri merupakan diet serat non-larut. Mempertahankan diet
yang baik dan seimbang juga dapat membantu mencegah usus buntu. Asupan
Cairan juga penting untuk menjaga tubuh cukup terhidrasi.
2. Ukuran efektif yang paling baik untuk mencegah usus buntu dari berkembang
menjadi lebih parah bentuknya akan pengakuan dari tanda-tanda awal umum
radang usus buntu. Ini mungkin termasuk sakit perut terutama pada kuadran kanan
bawah perut, terasa dari pusar ke bawah ke sisi kanan bawah perut, dan / atau
muntah, kehilangan nafsu makan, perut bengkak, demam, sembelit dan mual.
Setelah diobati, infeksi dapat berlanjut menyebabkan pecahnya usus buntu yang
akan memerlukan operasi pengangkatan segera. Oleh karena itu, penting untuk
mengenali gejala ini sebagai cara untuk mencegah usus buntu bagi kemajuan di
lebih kondisi serius dengan mendapatkan diagnosis yang tepat dan pengobatan.
3. Ambil suplemen yang akan menjaga daya tahan tubuh yang kuat terhadap infeksi.
Beta Carotene vitamin C dan seng dapat meningkatkan kekebalan tubuh saat
koenzim A bantu proses tubuh untuk detoksifikasi.13
18
2.11 Prognosis
Dengan diagnosis yang adekuat serta pembedahan , tingkat mortalitas dan
morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnose akan menimbulkan
morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulangan dapat terjadi
bila apendiks tidak di angakat. Terminology apendisitis kronis sebenarnya tidak ada.7
2.12 Epidemiologi
Insiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi dari pada di negara
berkembang. Namum dalam tiga empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun
secara bermakna. Hal ini di duga di sebabkan oleh meningkatnya penggunaan makan
berserat dalam menu sehari hari
Apendisitis dapat di temukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari
satu tahun jarang di laporkan. Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun,
setelah itu menurun . insidens pada laki- laki dan perempuan umumnya sebanding,
kecuali pada umur 20-30 tahun insiden lelaki lebih tinggi.4
BAB III
PENUTUP
Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga
umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu
sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan
19
berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing
ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan.
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah, dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat
juga keluhan anoreksia, malaise, demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat
konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah.
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan
antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi
diberikan drain diperut kanan bawah.
Dengan diagnosis yang adekuat serta pembedahan , tingkat mortalitas dan
morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnose akan menimbulkan morbiditas
dan mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulangan dapat terjadi bila apendiks tidak
di angakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcellus, Setiati Siti. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid I. Jakarta: EGC; 2007. Hal 303,
20
2. Bickley S. Lynn. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi 5.
Jakarta: EGC; 2008. Hal 2, 15.
3. Santoso Mardi. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan Diabetes
Indonesia; 2004. Hal 73-76
4. Sjamsuhidayat R, de Jong Wim. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005. Hal
640-645
5. Sabiston C. David. Buku ajar bedah (essentials of surgery) bagian 2. Jakarta: EGC; 2004.
Hal 3-11
6. Sabiston C. David. Buku ajar bedah (sabistons essential surgery)) bagian 1. Jakarta:
EGC; 2004. Hal 498
7. Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rkhmi, Wardhani Ika Wahyu, Seiowulan
Wiiwiek. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FK UI;
2007. Hal 307-310.
8. Apendisitis Akut. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/46451611/apendisitis-akut, 21
Mei 2011.
9. Penyakit apendisitis akut, definisi, insiden, patogenesis, diagnosis, pelaksanaan. Diunduh
dari
http://ilmubedah.info/definisi-insiden-patogenesis-diagnosis-penatalaksanaan-
21