Anda di halaman 1dari 17

1

Apendisitis Akut
Defita Firdaus
10-2010-290
Mahasiswa Kedokteran Semester 4 Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11470
Email :defita.carol@gmail.com

Pendahuluan
Nyeri akut abdomen atau akut abdomen adalah suatu kegawatan abdomen dapat
terjadi karena masalah bedah dan non bedah. Secara definisi pasien dengan akut abdomen
datang dengan keluhan nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangusng kurang dari 24
jam. Pada beberapa pasien dengan akut abdomen perlu dilakukan resusitasi dan tindakan
segera maka pasien dengan nyeri abdomen yang berlangsung akut harus ditangani segera.
Identifikasi awal yang penting adalah apakah kasus yang dihadapi ini suatu kasus bedah atau
non bedah, jika kasus bedah maka tindakan operasi harus segera dilakukan.
Penyebab tersering akut abdomen antara lain appendisitis, kolik, bilier, kolisistis,
divertikulitis, obstruksi usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis
mesenterika dan kolik renal. Sedangkan yang jarang menyebabkan akut abdomen antara lain
nekrosis hepatoma, infark lien, pneumonia, infark miokard, ketoasidosis, diabetikum,
inflamasi aneurisma, volvulus sigmoid, caecum atau lambung dan herpes zooster.




2

Anamnesis
Wawancara riwayat kesehatan adalah percakapan dengan pasien yang memiliki suatu
tujuan. Tidak seperti percakapan sosial yang mengekspresikan kebutuhan dan minat anda
sendiri disertai tanggung jawab hanya pada diri sendiri, tujuan utama wawancara praktisi
pasien adalah meningkatkan kesejahteraan pasien. Tujuan percakapan dengan pasien terbagi
tiga: membina hubungan saling percaya dan mendukung, mengumpulkan informasi, dan
membagi informasi.
1
Format riwayat kesehatan adalah kerangka terstruktur untuk menyusun informasi
pasien dengan format tertulis atau verbal. Beberapa komponen riwayat kesehatan:
Identifikasi data
Mengidentifikasi data seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan.
Sumber riwayat biasanya pasien, tetapi dapat juga dari anggota keluarga, teman, surat
rujukan atau rekam medis.
Keluhan utama
Satu atau lebih gejala atau kekhawatiran pasien yang menyebabkan pasien mencari
perawatan
Penyakit saat ini
Menjelaskan keluhan utama, gambarkan bagaimana perkembangan setiap gejala,
tunjukan tujuh gambaran dari setiap gejala yaitu lokasi (di mana, apakah menyebar),
kualitas (seperti apa rasanya), kuantitas atau keparahan (seberapa parah), waktu
terjadinya gejala (kapan mulai dirasakan, sudah berapa lama, seberapa sering gejala
muncul), kondisi saat gejala terjadi (meliputi faktor lingkungan, aktivitas individu,
reaksi emosi, atau keadaan lain yang berperan terhadap timbulnya penyakit), faktor
yang meredakan atau memperburuk penyakit, manifesatasi terkait (apakah anda
mengenali hal-hal lain yang menyertai gejala tersebut). Kemudian juga termasuk
pikiran dan perasaan klien mengenai penyakitnya. Poin pengkajian dapat mencakup
medikasi, alergi, kebiasaan merokok, alkohol, karena kerap kali terkait dengan
penyakit yang sedang diderita.
Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak, penyakit yang dialami saat dewasa
lengkap dengan waktunya yang sedikitnya mencakup empat kategori berikut: medis,
3

pembedahan; obstetrik/ginekologik dan psikiatrik, termasuk praktik mempertahankan
kesehatan seperti imunisasi, uji skrining, masalah gaya hidup, dan keamanan rumah.
Riwayat keluarga
Gambaran atau diagram usia dan keadaan kesehatan atau usia dan penyebab
kematian, apakah bersumber dari saudara kandung, orangtua, dan kakek nenek.
Dokumen yang menunjukan ada atau tidak adanya penyakit khusus dalam keluarga,
seperti hipertensi, penyakit arteri koroner, dan sebagainya.
Riwayat pribadi dan sosial
Jelaskan tentang tingkat pendidikan, suku bangsa keluarga, keadaan rumah tangga
saat ini, minat individu, dan gaya hidup.
2
Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan abdomen adalah untuk mendapatkan atau mengidentifikasi tanda
suatu penyakit atau kelainan yang ada pada daerah abdomen. Ada berbagai cara untuk
membagi permukaan dinding perut dalam beberapa region
1. Dengan menarik garis tegak lurus terhadap garis median umbilikus, sehingga dinding
depan abdomen terbagi atas 4 daerah atau regio yaitu kuadran kanan atas, kuadran kiri
atas, kuadran kiri bawah, dan kuadran kanan bawah. Kepentingannya adalah untuk
menyederhanakan laporan. Misalnya untuk kepentingan konsultasi atau pemeriksaan
kelainan yang mencakup daerah yang luas.
2. Pembagian yang lebih spesifik dengan menarik dua garis sejajar dengan dua garis
median dan dua garis transversal yaitu yang menghubungkan dua titik paling bawah
dari arkus kosta dan yang menghubungkan kedua SIAS. Berdasarkan pembagian
spesifik tersebut, maka permukaan abdomen terbagi menjadi 9 regio yaitu epigastrium,
hipokondrium kanan, hipokondrium kiri, umbilikus, lumbal kanan, lumbal kiri,
hipogastrium atau regio suprapubik, iliaka kanan, iliaka kiri. Maksudnya agar pasien
dapat menunjukan dengan tepat lokasi rasa nyeri serta melakukan deskripsi penjalaran
rasa nyeri tersebut.
2

Selain pembagian regio terdapat juga beberapa titik dan garis pada dinding abdomen
yang perlu diketahui yaitu:


4

1. Titik Mc Burney
Yaitu titik pada dinding perut kanan bawah yang terletak pada 1/3 lateral dari garis
yang menghubungkan SIAS dengan umbilikus. Dianggap sebagai lokasi apendiks, dan
terasa nyeri tekan bila terdapat apendisitis
2. Garis Schuffner
Yaitu garis yang menghubungkan titik arkus kosta kiri dengan umbilicus (dibagi 4) dan
diteruskan sampai SIAS kanan yang merupakan titik VIII. Garis Schuffner merupakan
petunjuk untuk pembesaran limpa.
3

Teknik- teknik pemeriksaan abdomen:
Inspeksi abdomen termasuk:
- Kulit; kemungkinan temuan jaringan parut, striae, vena
- Umbilikus; kemungkinan temuan hernia, inflamasi
- Kontur untuk bentuk, kesimetrisan, pembesaran organ, atau adanya massa;
kemungkinan temuan penonjolan pinggang, penonjolan suprapubik, pembesaran hati,
atau limpa, tumor
- Adanya gelombang peristaltik; kemungkinan temuan obstruksi GI
- Adanya pulsasi; kemungkinan temuan peningkatan aneurisma aorta
Auskultasi abdomen untuk:
- Bisisng usus; kemungkinan temuan peningkatan atau penurunan motilitas
- Bruit; kemungkinan temuan bruit stenosis arteri renalis
- Friction rub; kemungkinan temuan tumor hati, infak limpa
Perkusi abdomen untuk pola bunyi timpani dan pekak. Kemungkinan temuan asites,
obstruksi GI, uterus hamil, tumor ovarium.
Palpasi semua kuadran abdomen:
- Lakukan dengan tekanan ringan untuk mengetahui adanya nyeri otot, nyeri lepas, dan
nyeri tekan.
- Palpasi lebih dalam untuk mengetahui adanya massa atau nyeri tekan.


5

Teknik khusus:
Hepar
- Perkusi batas tumpul hepar pada garis midklavikular. Kemungkinan temuan
hepatomegali.
- Raba tepi hepar, jika memungkinkan, bersamaan dengan pasien menarik napas.
Kemungkinan temuan tepi yang keras menunjukan sirosis.
- Perhatikan adanya nyeri tekan dan massa. Kemungkinan temuan nyeri tekan pada
hepatitis ataugagal jantung kongestif; massa tumor.
Limpa
- Perkusi sepanjang kiri bawah dada anterior, perhatikan perubahan dari timpani
menjadi pekak.
- Periksa adanya tanda perkusi splenikus. Coba untuk meraba limpa dengan posisi
pasien telentang dan berbaring miring ke kanan dengan tungkai fleksi pada pinggang
dan lutut.
Ginjal
- Coba palpasi masing-masing ginjal. Kemungkinan temuan pembesaran karena kista,
kanker hidronefrosis
- Periksa nyeri tekan sudut kostovertebral. Kemungkinan temuan nyeri tekan pada
infeksi ginjal.
2,3

Mengkaji kemungkinan apendisitis:
Tanyakan di mana nyeri mulai terasa, sekarang terasa di bagian mana, minta pasien
untuk batuk, di mana terasa sakit. Kemungkinan temuan pada apendisitis klasik, nyeri mulai
terasa dekat umbilikus terasa di kuandran kanan bawah. Palpasi untuk melokalisasi nyeri
tekan. Kemungkinan temuan nyeri tekan kuadran kanan bawah. Palpasi untuk kekakuan
muskular. Kemungkinan temuan kekakuan kuadran kanan bawah.
2

Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5
0
C. Bila suhu tinggi, mungkin
sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal sampai 1
0
C.
Pasien apendisitis akut biasanya ditemukan terbaring di ranjang dan memberikan
penampilan umum perasaan tidak sehat. Kemudahan atau kesulitan pada gerakan mencapai
6

posisi terlentang bisa menawarkan tanda pertama tentang ada atau tidak adanya iritasi
peritoneum.Sikapnya di ranjang cenderung tak bergerak, sering dengan tungkai kanan fleksi.
Inspeksi langsung abdomen biasanya tak jelas serta auskultasi atau perkusi tidak
sangat bermanfaat dalam pasien apendisitis.Kembung sering terlihat pada penderita dengan
komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses
periapendikuler.
Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai
nyeri lepas. Defans muskuler menunjukan adanya rangsangan peritoneum parietale. Nyeri
tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci dgiagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah
akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda rovsing.
4
Palpasi ringan
abdomen dari sisi kiri ke kanan memungkinkan pemeriksa menilai rigiditas atau defans
muskular ringan. Tujuan primer palpasi abdomen adalah untuk menentukan apakah pasien
menderita iritasi perineum atau tidak. Tanda iritasi peritoneum adalah nyeri tekan lokalisata,
khas dalam kuadran kanan bawah, rigiditas atau defans muskular derajat ataupun nyeri lepas.

Palpasi abdomen yang lembut kritis dalam membuat keputusan, apakah operasi diindikasikan
pada pasien yang dicurigai apendisitis, palpasi seharusnya dimulai dalam kuadran kiri bawah,
yang dilanjutkan ke kuadran kuadran kiri atasm kuadran kanan atas dan diakhiri dengan
pemeriksaan kuadran kanan bawah. Kadang-kadang pada apendisitis yang lanjut, dapat
dideteksi suatu massa. Adanya nyeri tekan kuadran kanan bawah dengan spasme otot kuadran
kanan bawah merupakan indikasi untuk operasi, kecuali ada sejumah petunjuk lain bahwa
apendisitis mungkin bukan diagnosis primer.
Pemeriksaan rectum dan pelvis harus dilakukan dalam semua pasien apendisitis. Pada
apendisitis atipik, nyeri mungkin tidak terlokalisasi dari daerah periumbilicus, tetapi nyeri
tekan rectum kuadran kanan bawah dapat dibangkitkan. Adanya nyeri tekan rectum kuadran
kanan bawah dapat dibangkitkan. Adanya nyeri tekan atau sekret cervix pada wanita muda
dengan nyeri kuadran kanan bawah membawa ke arah diagnosis penyakit peradangan
pelvis.
2,3
Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium untuk apendisitis akuta bersifat nonspesifik, shingga hasilnya tak
dapat digunakan untuk menkonfirmasi atau menyangkal diagnosis. Nilai hitung leukosit
akibat fakta bahwa sekitar 90 persen pasein apendisitis akuta menderita leukositosis lebih dari
7

10.000 per mikroliter dan kebanyakan juga mempunyai pergeseran ke kiri dalam hitung jenis.
Akibatnya mempunyai gambaran leukositosis sedang dengan peningkatan granulosit sesuai
dengan diagnosis apendisitis akuta.
Kebanyakan pasien apendisitisi akuta mempunyai kurang dari 30 sel (leukosit atau
eritrosit) per lapangan pandangan besar dalam pemeriksaan urin. Jumlah yang lebih besar
menggambarkan kemungkinan masalah urologi primer dan perlunya pemeriksaan traktus
urinarius yang lebih spesifik.Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk membedakannya
dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih. Pada kasus akut tidak diperbolehkan
melakukan barium enema, sedangkan pada apendisitis kronis tindakan ini dibenarkan.
4

Diagnosis banding
Kehamilanektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,
tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,
sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi pada ovarium,
rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada
uterus. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus.
Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik
(lebih besar dari 90 %). Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa.Tempat
kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri.
Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau
rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar misalnya dalam
cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. Keluhan utama adalah
nyeri perut, pusing, mengeluarkan darah dari jalan lahir,nafas sesak, tidak bias buang air kecil
dan buang air besar.
5
Limfadenitis mesenterika
Limfadenitis mesenterika yang biasa didahului oleh enteritis atau gastroenteritis
ditandai nyeri perut, terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan perut samar,
terutama kanan.
4

8

Diagnosis kerja
Apendisitis Akut
Apendisitisadalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan
merupakan salahsatu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga
umbai cacing. Apendisitis sering disalahartikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu
sebenarnya adalah caecum.Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan
berbagai faktor. Diantaranya hyperplasiajaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing
ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan.
7
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat
ditegakkan jika dipenuhi semua syarat: riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua
minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan
menghilang setelah apendektomi. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik
antara 1-5 persen.
4

Etiologi
Apendisitis disebabkan oleh obstruksi pada luman apendiks oleh hyperplasia limfoid,
infeksi, stasis feses (fekalith), parasit ataupun kadang oleh neoplasma ataupun benda asing.
Hiperplasia limfoid berhubungan dengan penyakit crohn, mononukleosis infeksiosa,
measless, dan infeksi pada traktus digestivus dan respiratorius. Adanya obstruksi ini akan
meningkatkan tekanan dalam lumen dan terus meningkat karena adanya produksi mukus
mukosa. kemudian akan terjadi multiplikasi bakteri yang akan menyebabkanterjadinya
lekositosis dan pembentukan pus.
5

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperean sebagai factor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan factor yang di ajukan sebagai factor
pencetus di samping hyperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris
dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang di juga dapat menimbulkan apendisitis
ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytic.
4,5
Epidemiologi
Insiden apendisitis akut di Negara maju lebih tinggi daripada di Negara
berkembang.Namum dalam tigaempat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara
9

bermakna. Hal ini di juga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makan berserat dalam
menu sehari hari
Apendisitis dapat di temukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu
tahun jarang di laporkan. Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu
menurun. Insidens pada laki- laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur
20-30 tahun insiden lelaki lebih tinggi.
4

Faktor Risiko
Apendisitis akut merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan dari
seluruh kasus abdomen akut. Dapat terjadi pada semua tingkat usia dan paling sering
menyerang pada usia dekade kedua dan ketiga. Jarang dijumpai pada bayi, mungkin
disebabkan oleh kemungkinan konfigurasi dari organ itu sendiri yang tidak memungkinkan
untuk terjadinya obstruksi lumen.
5
Terdapat hubungan antara banyaknya jaringan limfoid pada apendiks dengan kejadian
kasus apendisitis akut, selain itu Faktor diet dan genetik juga memegang peranan. Di
Amerika sekitar 7% penduduk menjalani apendektomi dengan insidens 1,1/ 1000 penduduk
pertahun,sedang di Negara Negara barat sekitar 16%. Di Afrika dan asia prevalensinya
lebih rendah akan tetapi cenderung meningkat oleh karena pola dietnya yang mengikuti orang
barat.
Komplikasi peritonitis dari apenditis akut tertinggi pada anak dan orang tua. Pada
umumnya insidens pada laki laki sedikit lebih tinggi dibanding wanita. Di Indonesia
insidens apendisitis akut jarang dilaporkan Ruchiyat dkk. (1983) mendapatkan insidens
apendisitis akut pada pria 242 sedang pada wanita 218 dari keseluruhan 460 kasus. Di Swedia
Anderson dkk. (1994) menemukan jumlah kasus pada laki- laki lebih rendah sedangkan John
dkk (1993) melaporkan 64 wanita dan 47 wanita denga umur rata rata 28 tahun menderita
apenditis akut dengan menggunakan USG sebagai alat diagnostik.
6

Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folikel, limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama, mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
10

mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan
yang meningkat tersebut menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, dipedesis
bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah, terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
6
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding
yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadi perforasi. Sedangkan pada orangtua perforasi mudah terjadi karena telah
ada gangguan pembuluh darah.
7


11



Gejala Klinis
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah, dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat
juga keluhan anoreksia, malaise, demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat
konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah.
7

Anoreksia hampir selalu menyertai apendisitis meskipun jarang dikeluhkan oleh anak-
anak. Kebanyakan penderita mengeluh adanya riwayat obstipasi sebelum timbulnya nyeri dan
defekasi dapat mengurangi rasa nyeri abdomen. Kadang kadang dapat terjadi diare pada
anak-anak.Lokalisasi rasa sakit tergantung pada posisi apendiks, hilangnya nafsu makan dan
muntah muntah adalah ciri khas. Secara tipikal dimulai dalam waktu singkat segera setelah
timbul rasa sakit. Jika penderita mengeluh riwayat muntah sebelum adanya rasa sakit maka
keadaan itu bukan apendisitis.
6

Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap.
Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah semakin progresif dan dengan
pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan
pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan loksasi nyeri. Nyeri lepas dan
spasme biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing, psoas, dan obturator positif semakin
meyakinkan diagnosis klinis apendisitis.
7


12

Komplikasi
Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi penyakit ini
tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderugan menjadi progresif dan mengalami
perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk
dilakukan masa tersebut.
Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme dinding perut kuadran
kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam,
malaise, dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau
pembentukan abses telah terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakkan
dengan pasti.
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk
menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang: tirah baring dalam posisi
fowler medium (setengah duduk), pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit,
pemberian antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, transfusi untuk mengatasi anemia, dan
penanganan syok septik secara intensif bila ada.
Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang
cenderung menggelembung ke arah rektum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan
kombinasi antibiotik (ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindamisin). Dengan sediaan
ini abses segera menghilang, dan apendiktomi dapat dilakukan 6-12 minggu kemudian. Pada
abses yang tetap progresif harus segera dilakukan drainase. Tromboflebitis supurativ dari
sitem portal jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi yang letal. Hal ini harus kita curigai
bila ditemukan demam sepsis, mengigil, hepatomegali, dan ikterus setelah terjadi perforasi
apendiks. Pada keadaan ini diindikasikan pemberian antibiotik kombinasi dengan drainase.
Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa abses subfrenikus dan fokal sepsis
intrabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.
7

Penatalaksanaan
Medikamentosa
Ada 3 prinsip utama pola pemberian antibiotik pada penderita yang di diagnosis dengan
apendisitis akut, yaitu :
13

1. Antibiotik diberikan preoperatif bila diduga telah terjadi perforasi.
2. Antibiotik diberikan preoperatif, dan terus dilanjutkan bila dijumpai apendiks
perforasi atau gangren.
3. Antibiotik diberikan preoperatif pada semua penderita dengan apendisitis akut dan
dilanjutkan hingga 3-5 hari.
8

Hasil penelitian menunjukkan obat yang digunakan pada kasus apendisitis akut adalah
antibiotika, analgetika, terapi cairan, antiulser dan antiemetika. Jenis antibiotika yang
digunakan pasien apendisitis akut adalah sefalosporin generasi III (sefotaksim dan
seftriakson), sefalosporin generasi IV (sefpirom), metronidazol, aminoglikosida (gentamisin),
penisilin (ampisilin), dan karbapenem (meropenem). Pada saat KRS antibiotika yang paling
banyak digunakan adalah siprofloksasin. Jenis analgetika yang digunakan adalah ketorolak
trometamin, metamizol Na, dan tramadol HCl. Dosis obat yang digunakan semuanya sesuai
dengan pustaka dengan rute pemberian iv dan per oral pada saat KRS. Efektivitas obat pada
kasus apendsitis akut ditunjukkan dengan penurunan leukosit, LED, dan intensitas nyeri serta
tidak didapatkan infeksi luka operasi (ILO). Problem obat pada kasus apendisitis akut hanya
ditemukan pada satu pasien yaitu reaksi alergi (hipersensitifitas) terhadap sefotaksim.
8
Metronidazol dan tinidazol
Metronidazol memperlihatkan daya amubisid langsung. Pada biakan E.histolytica
dengan kadar metronidazol 1-2ug/ml, semua parasit musnah dalam 24 jam. Sampai saat ini
belum ditemukan amuba yang resisten terhadap metronidazol. Tinidazol memperlihatkan
spektrum antimikroba yang sama dengan metronidazol. Perbedaannya dengan metronidazol
ialah masa paruhnya yang lebih panjang sehingga dapat diberikan sebagai dosis tunggal
perhari, dan efek sampingnnya lebih ringan daripada metronidazol.
Absorpsi metronidazol berlangsung dengan baik sesudah pemberian oral. Satu jam
setelah pemberian dosis tungal 500 mg per oral diperoleh kadar plama kira-kira 10 ug/ml.
Umumnya untuk kebanyakan protozoa dan bakteri yang sensitif, rata-rata diperlukan kadar
tidak lebih dari 8 ug/ml. Waktu paruhnya berkisar antara 8-10 jam. Pada beberapa kasus
terjadi kegagalan karena rendahnya kadar sistemik. Ini mungkin disebabkan oleh absorpsi
yang buruk atau metabolisme yang terlalu cepat. Obat ini diekskresi melalui urin dalam
bentuk asal dan bentuk metabolit hasil oksidasi dan glukuronidasi. Urin mungkin berwarna
cokelat kemerahan karena mengandung pigmen tak dikenal yang berasal dari obat.
Metronidazol juga diekskresi melalui air liur, air susu, cairan vagina, dan cairan seminal
14

dalam kadar yang rendah. Masa paruh tinidazol 12-24 jam. Kadar plasma setelah 24 jam, 10
ug/ml.
Efek samping yang paling sering dikeluhkan ialah sakit kepoala, mual, mulut kering,
dan rasa kecap logam. Muntah, diare, dan spasme usus jarang dialami. Lidah berselaput,
glositis dan stomatitis dapat terjadi selama pengobatan dan ini mungkinberkaitan dengan
moniliasis. Efek samping lain dapat berupa pusing, vertigo, ataksia, parastesia pada
ekstremiatas, urtikaria, flushing, pruritus, disuria, sistitis, rasa tekan pada pelvik, juga kering
pada mulut, vagina dan vulva.
Pada pasien dengan riwayat penyakit darah atau dengan gangguan SSP, pemberian
obat tidak dianjurkan. Bila ditemukan ataksia, kejang, atau gejala susunan saraf pusat yang
lain, maka pemberian obat harus segera dihentikan. Metronidazol telah diberikan pada
berbagai tingkat kehamilan tanpa peningkatan kejadian teratogenik, prematuritas dan
kelainan pada bayi yang dilahirkan. Namun penggunaan pada trimester pertama kehamilan
tidak dianjurkan.
Dosis metronidazol perlu disesuaikan pada pengguanaan bersama obat fenobarbital,
prednison, rifampin karena meningkatkan metabolisme oksidatif metronidazol. Sedangkan
simetidin dapat menghambat metabolisme metronidazol di hati.
Metronidazol dan tinidazol terutama digunakan untuk amubiasis, trikomoniasis dan
infeksi bakteri anaerob. Metronidazol efektif untuk amubiasis intestinal maupun
ekstraintestinal.namun efeknya lebih jelas pada jaringan, sebab sebagian metronidazol
mengalami penyerapan di usus halus. Pada abses hati, dosis yang digunakan sema besar
dengan dosis yang digunakan untuk disentri amuba bahkan dengan dosis yang lebih kecil
telah dapat diperoleh respons yang baik. Juga indikasikan untuk drankuliasis sebagai
alternatif niridazol untuk giardiasis. Digunakan untuk profilaksis pasca bedah daerah
abdomen, infeksi pelvik dan pengobatan endokarditis yang disebabkan oleh B.fragilis. juga
dapat digunakan untukkolitis pseudomembranosa yang disebabkan oleh Clostridium difficile
tetapi vankomisin meruapakan obat terpilih. Penelitian memperlihatkan metronidazol
bermanfaat bagi beberapa pasien ulkus peptikum yang terinfeksi Helicobacter pylori.
8
Tramadol
Adalah analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor u yag lemah, sebagian
dari analgetiknya ditimbulkan oleh inhibisi ambilan norepinefrin. Tramadol sama efektif
15

dengan morfin atau meperidin untuk nyeri ringan sampai sedang, tetapi untuk nyeri berat atau
kronik lebih lemah. Tramadol mngalami metabolisme di hati dan ekskresi oleh ginjal, dengan
masa paruh eliminasi 6 jam untuk tramadol dan 7, 5 jam untuk metabolit aktifnya. Analgesia
timbul dalam 1 jam setelah pengguanaan secara oral dan mencapai puncaknya dalam 2-3 jam.
Lama analgesia sekitar 6 jam. Dosis maksimum per hari yang dianjurkan 400 mg.
Efek samping yang umum mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, dan sakit
kepala. Karena efek inhibisinya sebgaiknya tidak digunakan pada pasien yang menggunakan
penghambat monoamin-oksidase (MAO).
8

Non Medikamentosa
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan
antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi
diberikan drain diperut kanan bawah.
a. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres
untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan
b. Tindakan operatif ; appendiktomi
c. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di
tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di
luar kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.
8

Tidak ada cara yang dapat mencegah perkembangan lanjut terjadinya apendisitis akut.
Operasi apendektomi emergensi merupakan satu-satunya tindakan yang harus dilakukan
untuk dapat mengurangi morbiditas dan mencegah mortalitas penderita. Dalam 24 jam
pertama timbulnya gejala, dapat terjadi perforasi sebanyak kurang dari 20%, tapi meningkat
cepat menjadi lebih 70% setelah 48 jam. Pada penderita yang tidak dapat segera dilakukan
tindakan operasi, penanganannya dilakukan dengan perawatan konservatif, penderita
diobservasi ketat, istirahat total di tempat tidur, diet makanan yang tidak merangsang
peristaltik dan pemberian antibiotik broad spektrum. Pasang drain bila terjadi abses.
8



16

Pencegahan
Sampai saat ini, tidak ada metode yang akurat untuk mengetahui bagaimana
mencegah usus buntu. Namun, Anda dapat mengurangi risiko kematian dari usus buntu
dengan memahami gejala-gejala umum dari kondisi tersebut, untuk mendapatkan pengobatan
yang tepat sebelum berkembang menjadi serangan yang lebih parah. Ada beberapa tindakan
pencegahan yang disarankan tetapi tidak ada cara standar untuk mencegah usus buntu dari
terjadi.
1. Makanlah makanan kaya serat. Ada korelasi yang tinggi antara usus buntu dan diet
serat rendah. Diet serat tinggi dapat lembut dengan sistem pencernaan. Diet serat larut
terdiri dari buah-buahan dan sayuran biji-bijian, roti gandum, wortel, timun, zucchini,
dan seledri merupakan diet serat non-larut. Mempertahankan diet yang baik dan
seimbang juga dapat membantu mencegah usus buntu. Asupan Cairan juga penting
untuk menjaga tubuh cukup terhidrasi.
2. Ukuran efektif yang paling baik untuk mencegah usus buntu dari berkembang menjadi
lebih parah bentuknya akan pengakuan dari tanda-tanda awal umum radang usus
buntu. Ini mungkin termasuk sakit perut terutama pada kuadran kanan bawah perut,
terasa dari pusar ke bawah ke sisi kanan bawah perut, dan / atau muntah, kehilangan
nafsu makan, perut bengkak, demam, sembelit dan mual. Setelah diobati, infeksi
dapat berlanjut menyebabkan pecahnya usus buntu yang akan memerlukan operasi
pengangkatan segera. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala ini sebagai cara
untuk mencegah usus buntu bagi kemajuan di lebih kondisi serius dengan
mendapatkan diagnosis yang tepat dan pengobatan.
3. Ambil suplemen yang akan menjaga daya tahan tubuh yang kuat terhadap infeksi.
Beta Carotene vitamin C dan seng dapat meningkatkan kekebalan tubuh saat koenzim
A bantu proses tubuh untuk detoksifikasi.
5,6

Prognosis
Dengan diagnosis yang adekuat serta pembedahan , tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnose akan menimbulkan morbiditas dan
mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulangan dapat terjadi bila apendiks tidak di
angkat. Terminology apendisitis kronis sebenarnya tidak ada.
4,5


17

Kesimpulan
Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan nyeri hebat pada
perut kanan bawahnya sejak 6 jam yang lalu dan mengeluh sejak 3 hari yang lalu, ulu hati
terasa sakit disertai mual, keluhan itu tidak berkurang setelah pasien mengkonsumsi obat
maag. Pasien menderita penyakit apendisitis akut. Apendisitis akut merupakan radang bakteri
yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor
apendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan. Keluhan apendisitis
biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan
dengan muntah, dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah yang akan
menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise,
demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang
terjadi diare, mual, dan muntah.

Daftar Pustaka

1. Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcellus, Setiati Siti. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid I. Jakarta: EGC; 2007. Hal 303,
2. Bickley S. Lynn. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi 5.
Jakarta: EGC; 2008. Hal 2, 15.
3. Santoso Mardi. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang Penerbitan Yayasan
Diabetes Indonesia; 2004. Hal 73-76
4. Sjamsuhidayat R, de Jong Wim. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005. Hal
640-645
5. Sabiston C. David. Buku ajar bedah (essentials of surgery) bagian 2. Jakarta: EGC; 2004.
Hal 3-11
6. Sabiston C. David. Buku ajar bedah (sabistons essential surgery)) bagian 1. Jakarta:
EGC; 2004. Hal 498
7. Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rkhmi, Wardhani Ika Wahyu, Seiowulan
Wiiwiek. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FK UI;
2007. Hal 307-310.
8. Syarif Amir, Estuningtyas Ari, Setiawati Arini, Muchtar Armen, Arif Azalia, Bahry
Bahroelim, dkk. Frmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008

Anda mungkin juga menyukai