Anda di halaman 1dari 5

Anamnesis

Anamnesis adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter sebagai pemeriksa
dan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penyakit yang diderita
dan informasi lainnya yang berkaitan sehingga dapat mengarahkan diagnosis penyakit
pasien.1

1. Menanyakan identitas dari pasien : nama, umur, alamat, pekerjaan


2. Menanyakan keluhan utama (keluhan yang menyebabkan pasien datang
memeriksakan diri).
3. Tanyakan berbagai hal seputar keluhan utama. Berdasarkan skenario didaptkan
bahwa keluhan utamanya air kencing yang keluar terus-menerus. Riwayat penyakit
sekarang didapatkan bahwa pasien datang ke Poliklinik RS, dengan keluhan air
kencingnya terus-menerus keluar sedikit demi sedikit. Keluhan ini dialami sejak 3
minggu terakhir. Saat selesai buang air kecil (BAK) pasien merasa tidak puas. Nyeri
saat BAK disangka, namun pasien mengatakan membutuhkan waktu yang lebih
lama dalam mengeluarkan air kencingnya. Untuk menanyakan pasien terkait
keluhan utama ada beberapa poin pertanyaan yang perlu diperhatikan saat
anamnesis, antara lain :
a) Lokasi (dimana? Menyebar ataukah tidak?)
b) Onset (kapan, berapa lama, hilang timbul/menetap, tiba-tiba/perlahan-lahan)
c) Kuantitas kelhan (ringa, berat, seberapa sering terjadi?)
d) Kualitas keluhan (rasa seperti apa yang dirasakan pasien?)
e) Faktor-faktor yang memperberat dan meringankan keluhan dari pasien
f) Analisis sistem yang menyertai keluhan utama
4. Menanyakan keluhan tambahan yang berhubungan dengan keluhan utama
5. Melakukan anamnesis yang berkaitan dengan sistem:
6. Menggali riwayat penyakit terdahulu. Tanyakan : kapan, di mana terdiagnosis dan
oleh siapa, bagaimana pengobatannya. Obat-obatan yang pernah/sedang
dikonsumsi (jenis dan lamanya).
7. Riwayat kebiasaan : menunda buang air kecil, kurangnya minum air putih, cara
pembersihan organ genitalia yang salah,
8. Riwayat keluarga (orang tua, saudara, anak, keluarga yang berhubungan darah) :
kesehatan, penyakit, usia dan penyebab kematian. Hanya saja untuk penyakit ISK
riwayat keluarga tidak mempengaruhi seseorang untuk berisiko terjadi ISK.
9. Riwayat sosial : perkawinan, pekerjaan, tempat tinggal, orang-orang yang tinggal
serumah, dll.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) meliputi pemeriksaan tanda-
tanda vital, status urologis.

I. Pemeriksaan Tanda - Tanda Vital


Pada skenario sudah dijelaskan bahwa keadaan pasien dari pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg (normal), frekuensi nadi 112x/menit (normalnya),
frekuensi napas 20 x/menit (normal), suhu badan 37,9˚C (normalnya : 36,5-37,5˚C).

II. Pemeriksaan Status Urologis


1) Ginjal
Pemeriksaan fisik ginjal terdiri atas :
a. Palpasi Ginjal Kiri
Berdiri di sebelah kiri pasien. Letakkan tangan kanan pemeriksa di belakang
pasien, tepat di bawah dan sejajar dengan sela iga ke-12, dengan ujung-ujung jari
tepat mencapai sudut kostovertebra. Angkat, coba geser ginjal ke arah anterior.
Letakkan tangan kiri pemeriksa secara lembut di kuadran kiri atas, lateral dari dan
sejajar dengan otot rektus. Minta pasien untuk menarik napas dalam. Pada puncak
inspirasi, tekanan tangan kiri pemeriksa secara tetap dan dalam ke kuadran kiri atas,
tepat di bawah batas iga. Cobalah "menangkap" ginjal di antara kedua tangan
pemeriksa. Minta pasien menghembuskan napas dan kemudian menahan napas
sebentar. Secara perlahan lepaskan tekanan tangan kiri pemeriksa, sembari pada
saat yang sama merasakan ginjal bergeser kembali ke posisi ekspirasinya. Jika
ginjal teraba, uraikan ukuran, kontur, dan adanya nyeri tekan. Selain itu, cobalah
raba ginjal kiri dengan menggunakan metode yang serupa dengan metode perabaan
limpa. Dengan berdiri di sisi kanan pasien, dengan tangan kiri pemeriksa,
jangkaulah pasien untuk mengangkat bagian belakang ginjal kiri, dan dengan
tangan kanan pemeriksa, raba dalam-dalam di kuadran kiri atas. Minta pasien untuk
menarik napas dalam, raba adanya massa. Ginjal kiri normal jarang dapat diraba.2

b. Palpasi Ginjal Kanan


Untuk menangkap ginjal kanan, berdiri di sisi kanan pasien. Gunakan tangan kiri
pemeriksa untuk mengangkat dari belakang, dan tangan kanan pemeriksa untuk
meraba dalam di kuadran kanan atas. Lanjutkan seperti sebelumnya. Ginjal kanan
yang normal mungkin teraba, terutama jika pasien kurus dan otot-otot perutnya
melemas. Perabaan mungkin menyebabkan nyeri ringan. Pasien biasanya
menyadari penangkapan dan pelepasan ginjal. Kadang ginjal kanan terletak lebih
anterior dan harus dibedakan dari hati. Tepi hati, jika teraba, cenderung lebih tajam
dan meluas lebih ke medial dan lateral. Hati tidak dapat ditangkap. Kutub bawah
ginjal lebih membulat.Ginjal kanan yang normal mungkin teraba, terutama jika
pasien kurus dan otot-otot perutnya melemas. Perabaan mungkin menyebabkan
nyeri ringan.2

Gambar 1 : Palpasi Ginjal


Sumber : Bickley LS, Szilagyi PG. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. Ed
11th. Wolters Kluwer Health: Philadelphia; 2013.2
c. Memeriksa Nyeri Ketuk Ginjal
Jika Anda menemukan nyeri tekan ketika memeriksa abdomen, periksa juga sudut
kostovertebra. Tekanan ujung jari-jari Anda mungkin sudah cukup untuk memicu
nyeri; jika tidak, gunakan perkusi dengan tangan terkepal. Letakkan pangkal jari-
jari
salah satu tangan di sudut kostovertebra dan pukul dengan permukaan ulnar
kepalan tangan Anda. Gunakan kekuatan yang cukup untuk menimbulkan hentakan
yang dapat dirasakan tetapi tidak menyebabkan nyeri. Agar pasien tidak perlu
mengubah posisi, integrasikan pemeriksaan ini ketika Anda memeriksa paru
posterior atau punggung.2

Gambar 2 : Menilai Nyeri Ketuk Sudut Kostovertebra


Sumber : Bickley LS, Szilagyi PG. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. Ed
11th. Wolters Kluwer Health: Philadelphia; 2013.2

2) Kandung kemih
Pemeriksaan kandung kemih dilakukan dengan palpasi dan perkusi untuk menilai isi
kandung kemih, ada tidaknya tanda infeksi. Kandung kemih normalnya tidak dapat
diperiksa kecuali jika teregang di atas simfisis pubis. Pada palpasi, kubah kandung kemih
yang teregang teraba licin dan bulat. Periksa adanya nyeri tekan. Gunakan perkusi untuk
memeriksa pekak dan menentukan seberapa tinggi kandung kemih naik di atas simfisis
pubis. Volume kandung kemih harus 400 sampai 600 mL sebelum
pekak muncul.1,3

3) Genitalia Eksterna
Penilaian adanya kelainan genitalia seperti fimosis, retensi smegma, sinekia vagina,
kelainan kongenital anorektal dengan kemungkinan fistulasi ke sistem urogenitalia.2

Refrensi

1. Idrus I. Anamnesis Sistem Urogenital. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin:


Makassar; 2017.
2. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates Guide to Physical Examination and History Taking. Ed
11th. Wolters Kluwer Health: Philadelphia; 2013.
3. Tjahjodjati, Soebadi DM, Umbas R, Purnomo BB, Widjanarko S. Pedoman
Penatalaksanaan Pembesaran Prostat Jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH) di
Indonesia, Edisi 3. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia. 2017; 5-6p.

Anda mungkin juga menyukai