Bagian bawah
Berisi usus halus dan kolon sigmoid
2. Rongga retroperitoneum
Meliputi Aorta abdominalis, Vena Cava, Duodenum pars III,
Pankreas, Kolon asenden, Kolon desenden, Ginjal, Saluran
kemih.
3. Rongga pelvis
Dilindungi tulang pelvis, berada di bagian bawah. Rongga ini
berisi: Rektum, Kandung kemih, Pembuluh darah iliaka,
Genitalia interna wanita.
Abdomen juga dibagi menjadi 9 regio yaitu:
Lengkapi Tabel di bawah ini, tulislah organ-orang yang terdapat dalam regio tersebut!
1. Regio Epigastrium: 2. Regio Hipokondrium 3. Regio Hipokondrium
Kanan: Kiri:
Keterangan :
MIDLINE
Karakteristik dan bau feces : feces berwarna coklat, merah terang, hitam,
kuning pucat dan berminyak.
4) Pemeriksaan Fisik
A. INSPEKSI
Atur posisi pasien, tempatkan pasien dalam posisi supine.
Letakan satu bantal di bawah kepala dan satu lagi di bawah lutut
pasien.
Tutupi dada pasien dengan baju periksa, hanya buka daerah
abdomen. Letakan selimut pada daerah pubis dan tutup sampai
kaki.
1. Visualisasi kuadran atau region abdomen
Visualisasi garis horizontal dan vertikal yang membagi abdomen menjadi 4
kuadran dan 9 regio.
Visualiasai organ/ struktur yang ada di bawahnya.
B. AUSKULTASI
Dalam melakukan auskultasi pemeriksa menggunakan diafragma
stetoskop untuk mendengarkan bising usus dan bell stetoskop untuk
mendengarkan bunyi vaskular.
1. Auskultasi bising usus
Mulai aukultasi pada daerah kuadran kanan bawah.
Kaji karakteristik dan frekuensi bising usus (normal, hipoaktif, hiperaktif
atau tidak ada bising usus).
Hipoaktif: mengindikasikan penurunan motilitas usus, karena efek anastesi
atau obstruksi lanjut.
Hiperaktif: mengindikasikan peningkatan motilitas usus, karena diare,
gastroenteritis, obstruksi tahap awal.
Tidak ada bising usus: dapat terjadi karena perotonitis dan ileus paralitik.
Hitung bising usus minimal 60 detik.
C. PERKUSI
Suara abdomen yang terdengar saat perkusi yaitu:
Timpany: suara yang keras/ loud hollow terdengar di atas lambung
dan intestinal.
Dullness: suara yang terdengar singkat, tinggi terdengar pada hati,
limpa.
Hyperresonance: lebih keras dari timpany, biasa terdengar pada
intestinal yang distensi atau berisi udara.
Flat: suara yang terdengar sangat halus, pendek, biasa terdengar bila
tidak ada udara pada struktur padat seperti otot, tulang atau massa
tumor.
1. Perkusi pada 4 kuadran abdomen
Untuk menentukan tingkat suara timpany dan dullness. Normalnya suara
perkusi abdomen adalah timpany, dan pekak pada daerah hepar dan limpa.
Hilangnya sama sekali daerah pekak hati dan bertambahnya bunyi timpani di
seluruh abdomen harus dipikirkan kemungkinan adanya udara bebas di dalam
rongga perut, misalnya pada perforasi usus. Dalam keadaan adanya cairan bebas
di dalam rongga abdomen, perkusi di atas dinding perut mungkin timpani dan
di sampingnya pekak.
Dengan memiringkan pasien ke satu sisi, suara pekak ini akan berpindah-pindah
(shifting dullness). Fenomena papan catur (chessboard phenomenon) di
mana pada perkusi dinding perut ditemukan bunyi timpani dan redup yang
berpindah- pindah, sering ditemukan pada pasien peritonitis tuberkulosa.
3. Perkusi limpa
Perkusi pada sisi kiri abdomen ke posterior sampai garis midaksilaris kiri
(splenic dullness). biasa terdengar dari ICS 6 sampai ICS 10
D. PALPASI
Tujuan palpasi untuk:
a) Menentukan ukuran dan letak organ.
b) Mengidentifikasi ketegangan otot.
c) Mengidentifikasi adanya massa.
d) Mengidentifikasi adanya nyeri.
e) Mengidentifikasi adanya cairan.
Identifikasi daerah yang nyeri sebelum memulai palpasi dan palpasi
daerah nyeri paling akhir.
1. Palpasi abdomen secara dangkal
Hangatkan tangan dan jari pemeriksa. Letakan telapak tangan dan jari-jari
pada abdomen, tekan ke dalam abdomen secara dangkal dan menggunakan
jari-jari tangan.
Palpasi pada seluruh 4 kuadran abdomen.
3. Palpasi hepar
Pemeriksa berdiri sebelah kanan, posisikan tangan kiri pemeriksa di bawah
thoraks posterior kanan pada tulang rusuk ke 11 dan 12.
Minta pasien untuk rileks.
Angkat daerah tulang rusuk de ngan tangan kiri, letakan tangan kanan pada
abdomen (RUQ) atau di bawah batas bawah hepar.
Tekan ke dalam dan ke atas sepanjang batas lengkung tulang rusuk.
Minta pasien untuk menarik napas dalam, saat inhalasi pemeriksa meraba
tepi hepar. (normalnya hepar tidak teraba kecuali pada beberapa pasien yang
kurus, jika teraba tepai hepar harus halus, tegas dan tidak nyeri)
Jika teraba lancip mengindikasikan hepatitis, teraba tumpul
mengindikasikan keganasan/ kanker.
4. Palpasi limpa
Pemeriksa berdiri di sebelah kanan. Letakan tangan kiri di bawah lengkung
rusuk sebelah kiri dan geser posisi limpa ke arah anterior.
Tekan dengan ujung jari kanan ke dalam batas tulang rusuk kiri ke arah
pasien, minta pasien menarik napas dalam melalui mulut. Diafragma akan
turun dan limpa akan bergerak ke arah ujung jari pemeriksa. (keadaan
norma limpa tidak teraba, kecuali pada ada pembesaran yang jelas)
Tehnik ballottement
Tehnik palpasi ini digunakan untuk mengidentifikasi massa atau
pembesaran organ.
Bisa dilakukan dengan satu tangan atau 2 tangan
Satu tangan, Gunakan ujung jari untuk menekan dinding abdomen.
Dua tangan, Letakkan salah satu tangan dibawah panggul dan tekan dinding
anterior abdomen dengan tangan yang lain.
Pada klien asites dapat dirasakan teraba masa yang bergerak bebas
Pemeriksaan appendiksitis
Blumberg’s dan Rousing’s sign
Digunakan untuk mengidentifikasi adanya iritasi abdomen.
Prosedur : Palpasi kuadran kiri bawah lalu dengan cepa lepaskan. Tanyakan
pada klien kapan nyeri tarasa ( saat ditekan atau dilepas ) dan dikuadran mana
Hasil :
Jika klien mengeluh nyeri dikuadrat kanan bawah saat ditekan pada
kuadrant kiri bawah tanda Rousing’s ( + ) kemungkinan klien mengalami
acut appendiksitis.
Jika klien mengeluh nyeri dikuadrat kanan bawah saat tekanan pada
kuadrant kiri bawah dilepas tanda Blumberg’s ( + ) kemungkinan klien
mengalami appendiksitis
Psoas Sign
Angkat kaki kanan mulai dari paha, letakkan tangan pengkaji pada paha bagian
bawah.
Minta klien mempertahankan posisi kaki dan berikan tekanan pada paha.
Secara normal tidak nyeri.
Nyeri pada RLQ disebabkan oleh iritasi otot iliopsoas karena apendisitis
Obturator Sign
Angkat kaki bagian bawah dan ankle. Fleksikan panggul dan kaki bagian bawah
dan putar kaki kearah internal dan eksternal.
Secara normal tidak nyeri.
Nyeri pada RLQ disebabkan oleh iritasi otot obturator karena apendisitis
atau perforasi apendik.
5) Cara Kerja
No Prosedur Penilaian
Dilakukan Tidak
Dilakukan
1 Persiapan alat, bahan, pemeriksa dan pasien
2 Anamnesa
Keluhan utama dan data fokus
Riwayat kesehatan saat ini
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan keluarga
3 Pemeriksaaan fiisik: INSPEKSI
a. Visualisasi kuadran dan regio abdomen
b. Mengkaji bentuk/ kontur dan kesimetrisan
abdomen
c. Observasi lokasi umbilkus
d. Observasi kulit abdomen
e. Observasi pergerakan dinding abdomen
4 AUSKULTASI
f. Auskultasi bising usus
g. Auskultasi bunyi vaskular dan friction rub
5 PERKUSI
h. Perkusi pada 4 kuadran abdomen
i. Perkusi hepar
j. Perkusi limpa
6 PALPASI
k. Palpasi abdomen secara dangkal
l. Palpasi abdomen dengan tekanan sedang
(palpasi dalam)
m. Palpasi hepar
n. Palpasi limpa
7 PALPASI DAN PERKUSI LANJUT
o. Pemeriksaan shifting Dullness
p. Pemeriksaan fluid wave
q. Tehnik ballottement
r. Pemeriksaan Apendiksitis:
Blumberg’s dan Rousing’s sign
Psoas Sign
Obturator Sign
8 Setelah selesai pemeriksaan, bantu pasien
untuk mngenakan pakaian dan diskusikan
hasil pemeriksaan, dan terminasi
pemeriksaan.
9 Dokumentasikan hasil pemeriksaan