Anda di halaman 1dari 28

PENDAHULUAN

Suatu

gejala

merupakan

menifestasi

subyektif

dari

gangguan fungsi, dan tidak spesifik untuk menunjukkan suatu


penyakit,

melainkan

lebih

condong

kepada

keadaan

patofisiologinya, misalnya gejala febris bukan hanya merupakan


gejala penyakit typhus abdominalis tetapi dapat timbul juga
karena penyakit lain seperti influenza, pneumonia, dsb.
Pada saluran pencernaan perubahan patofisiologi dapat
berupa perubahan sekresi, perubahan gerakan usus, gangguan
penyerapan, pencernaan yang tidak adekuat bahkan adanya
suatu sumbatan atau obstruksi. Akibat dari gangguan fisiologi
tersebut menimbulkan gejala seperti nyeri abdomen, anoreksia,
disfagia, mual, muntah, kembung, konstipasi dan diare.Tandatanda fisik penyakit saluran pencernaan secara obyektif dapat
berupa: nyeri abdomen, ketegangan dinding perut, terabanya
massa, perubahan bunyi bising usus, adanya perdarahan dsb.
Oleh sebab itu diperlukan adanya pemeriksaan fisik
abdomen

untuk

membantu

menegakkan

suatu

masalah

kesehatan. Adapun pemeriksaan fisik abdomen dapat dilakukan


melalui tahapan: inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi.
Diharapkan

dengan

pemeriksaan

fisik

yang

benar

akan

menunjukkan ada tidaknya masalah kesehatan pada seseorang.


Dengan sistimatika seperti ini diharapkan gejala/ tanda dari
gangguan pada organ-organ intra abdomen tidak ada yang
terlewatkan, misalnya tanda-tanda peritonitis, ependisitis akut,
asites, dsb.

TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi
Pemeriksaan fisik pada abdomen adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan organ /
sistem dalam bagian perut.
Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan 4 (empat)
tehnik/cara yaitu :
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
Pada pemeriksaan abdomen palpasi dan perkusi dilakukan
setelah auskultasi karena dapat menyebabkan gerakan atau
menstimulasi usus yang dapat meningkatkan motilitas usus
sehingga bising usus bertambah yang mengakibatkan
pemeriksaan salah.
1.2

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemeriksaan fisik

pada abdomen yaitu :


1. Pasien harus dalam keadaan rileks, untuk mencapai
keadaan tersebut dilakukan dengan cara :
Kandung kemih harus kosong
Pasien berbaring terlentang dengan bantal dibawah
kepala dan lutut

Kedua tangan disamping badan atau menyilang


dada, jangan meletakkan tangan di atas kepala
Gunakan tangan dan stetoscop yang hangat, caranya
dengan menggosokan kedua telapak tangan dan
tempelkan stetoskop pada telapak tangan
Pemeriksaan dengan perlahan-lahan
Ajaklah pasien berbicara bila perlu dan mintalah
pasien menunjukkan daerah yang nyeri
Perhatikanlah ekspresi dari muka pasien selama
pemeriksaan
2. Daerah abdomen mulai dari prosesus xipoideus sampai
simpisis pubis harus terbuka
3. Petugas berada di sebelah tangan pasien
1.3 Persiapan
1. Persiapan pasien :
Penjelasan
Menganjurkan pasien untuk mengosongkan kandung
kemih sebelum dilakukan pmeriksaan
Posisi pasien supine
2. Persiapan alat :
Stetoscope
Jam tangan yang mempunyai jarum detik
Metline
3. Persiapan lingkungan
Perhatikan privasi pasien.
1.4

Yang perlu diperhatikan

Palpasi digunakan untuk mendeteksi adanya nyeri tekan, massa


atau

distensi,dann

bentuk

serta

posisi

organ

abdomen

( misalnya hati, limpa dan ginjal). Sebelum palpasi pastikan


posisi klien sesuai untuk relaksasi otot abdomen, dan hangatkan
tangan petugas, karena tangan yang dingin dapat membuat otot
tegang sehingga mengganggu evaluasi palpasi.
Ada dua tipe palpasi yaitu palpasi ringan dan palpasi dalam.
a. Palpasi ringan

Letakkan telapak tangan di atas abdomen denganjari

sejajar abdomen
Tekan dinding abdomen dengan ringan, sekitar 1 cm atau

hingga jaringan subkutaneus dengan bantalan jari


Gerakkan bantalanj ari sedikit sirkuler.
Perhatikan adanya area nyeri tekan atau nyeri supeerfisial,
massa dan muscle guarding. Untuk menentukan area nyeri
tekan, minta klien agar memberitahu jika nyeri dirasakan
dan perhatikan adanya perubahan pada ekspresi wajah

klien.
Jikaklien sangat merasa geli, mulailah

dengan menekan

tangan anda diatas tangan klien sambil menekan dengan


ringan. Kemudian geser tangan anda lepas dari tangan
klien keatas abdomen untuk melanjutkan pemeriksaan.
b. Palpasi dalam

Area yang sensitive dipalpasi paling akhir.


Tekan seperdua distal permukaan jari- jari pada satu
tangan

ke

dinding

abdomen

atau

gunakan

metode

bimanual palpasi.
Tekan dinding abdomen sekitar 4 5 cm.
Perhatiakan massa dan struktur organ dibawah abdomen.
Jika terdapat massa tentukan lokasi, ukuran, mobilitas,
kontur, konsistensi, dan nyeri tekan. Struktur abdomen
normal mungkin salah diduga sebagai massa adalah batas
lateral otot rektus abdominis, kolon penuh feces, aorta, dan

uterus.
Perhatikan adanya nyeri tekan rebound pada area yang
dikeluhkan

nyeri oleh klien. Dengan satu tangan tekan

area

diindikasikan

yang

secara

perlahan

dan

dalam

kemudian angkat tanmgan dengan cepat. Jika klien tidak


nyeri saat
dilepaskan

tekanan dalam tetapi nyeri ketika tekana


terdapat

nyeri

tekan

rebound.

Hal

ini

nengidikasikan inflamasi peritoneum yang harus segera


dilaporkan kepada dokter.
Palpasi dan perkusi abdomen di kontraindikasikan pada pasien
dengan kecurigaan aneurisma aortik abdominal atau
transplantasi organ abdominal, dan harus dilakukan dengan
hati-hati pada klien dengan kecurigaan apendisitis.
1.5 Untuk menentukan lokasi pemeriksaan fisik pada abdomen
dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode umum
pembagian abdomen yaitu : kuadran dan sembilan bagian.
1. Pembagian menurut kuadran
Pada metode ini petugas membayangkan dua garis vertikal
dan horisontal. Garis vertikal dari procesus xipoid hingga
simpisis pubis dan garis horisontal melalui umbilikus.

Organ-organ yang terdapat pada kuadran kanan atas :


Hati
Kandung empedu
Duodenum
Kepala pancreas
Kelenjar adrenal kanan
Lobus atas ginjal kanan
Fleksura hepatik pada kolon
Bagian kolon asenden dan transversal
Organ-organ yang terdapat pada kuadran kanan bawah :
Lobus bawah ginjal kanan

Saekum
Apendiks
Bagian kolon asenden
Ovarium kanan
Tuba falopii kanan
Ureter kanan
Saluran sperma kanan
Bagian uterus
Organ yang terdapat pada kuadran kiri atas
Lobus kiri hati
Lambung
Limpa
Lobus atas ginjal kiri
Pancreas
Kelenjar adrenal kiri
Fleksura splenik pada kolon
Bagian kolon transversal dan desenden
Organ yang terdapat pada kuadran kiri bawah :
Lobus bawah ginjal kiri
Kolon sigmoid
Bagian kolon desenden
Ovarium kiri
Tuba falopii kiri
Ureter kiri
Saluran sperma kiri
Sebagian uterus
2. Pembagian menurut 9 bagian
Petugas membayangkan dua garis vertika yang
memanjang secara superior dari titik tengah ligamen
inguinal dan dua garis horisontal, satu garis setinggi tepi
rusuk paling bawah dan satu garis lagi setinggi krista iliaka
kristailiaka.

Organ-organ yang terdapat pada Hipokonria kanan


Lobus kanan hati
Kandung empedu
Sebagian duodenum
Fleksura hepatik pada kolon
Seperdua atas ginjal kanan
Kelenjar suprarenal
Organ yang terdapat pada lumbar kanan :
Kolon asenden
Seperdua bawah ginjal kanan
Sebagian duodenum dan yeyunum
Organ yang terdapat pada inguinal kanan :
Saekum
Apendik
Ujung bawah ileum
Ureter kanan
Saluran sperma kanan
Ovarium kanana
Organ yang terdapat dalam epigastrium :

Aorta
Ujung pilorik lambung
Sebagian duodenum
Pankreas
Sebagian hati
Organ yang terdapat pada umbilikal :
Omentum
Mesenter
Bagian bawah duodenum
Sebagian yeyunum dan ileum
Organ yang terdapat pada hipogastrum (pubis) :
Ileum
Kandung kemih
Uterus
Organ yang terdapat pada hipokondria kiri
Lambung
Limpa
Ekor pankreas
Fleksura splenik pada kolon
Seperdua atas ginjal kiri
Kelenjar suprarenal
Organ yang terdapat pada lumbar kiri
Kolon desenden
Seperdua bawah ginjal kiri
Sebagian yeyunum dan ileum
Organ yang terdapat pada inguinal kiri
Kolon sigmoid
Urether kiri
Saluran sperma kiri
Ovarium kiri

A. Pemeriksaan Hepar dan Limpa


1. Perkusi Hepar
Perkusi untuk menentukan ukuran hepar dimulai pada garis
midclavikula kanan dibawah ketinggian umbilikus dan
lanjutkan dengan langkah-langkah berikut :
1) Lakukan perkusi keatas pada area suara timpani
hingga timbul suara perkusi redup yang menunjukan
batas hati bawah.Tandai
penanda kulit.
2) Lakukan
perkusi

kearah

area ini dengan pensil


bawah

pada

garis

midclavikula kanan, dimulai dari area suara sonor


paru dan dilanjutkan kebawah hingga timbul suara
perkusi redup yang menunjukan batas atas hati
(biasanya pada ruang intercosta ke- 5 hingga ke-7.
Tandai area ini.
3) Ukur jarak antara kedua tanda(batas atas dan bawah
hati) dalam cm untuk menentukan ukuran hati.

4) Ulangi

langkah

satu

sampai

tiga

pada

garis

midsternum
2. Palpasi Hepar
Dua metode bimanual dilakukan pada palpasi hati.Dalam
menggunakan metode pertama letakkan satu tangan
disekitar rangka rusuk anterior dan tangan yang lain pada
rangka rusuk posterior.
Berdiri pada sisi kanan klien
Letakkan tangan kiri pada toraks posterior disekitar
rusuk

kesebelas

atau

ke

duabelas.Tangan

ini

digunakan untuk mendorong keatas dan menyokong


struktur

organ

didalam

abdomen

saat

palpasi

anterior selanjutnya.
Letakkan tangan kanan anda disepanjang rangka
rusuk, sekitar 45 derajat disebelah kanan otot rektus
abdominis atau sejajar terhadap otot rektus denga
jari mengarah ke rangka rusuk.
Ketika klien menghembuskan nafas, tekan area
dibawah batas kostal kedepan dan kebawah secara
bertahap

dan

kedalaman

lembut

4-5

cm.

sampai

anda

mencapai

Selama

ekspirasi,dinding

abdominal relaksasi, memudahkan palpasi dalam .


Pertahankan posisi tangan anda dan minta klien
untuk menarik nafas dalam. Tindakan ini membuat
batas hati menurun sehingga hati pada posisi yang
mudah untuk dipalpasi.
Ketika klien menarik nafas, rasakan batas hati
bergerak pada tangan anda.Batas hati akan teras
keras dan memiliki kontur yang teratur.Jika diawal
hati tidak terpalpasi, minta klien untuk menarik nafas
dalam

dua

atau

tiga

kali

sementara

anda

mempertahankan atau menambah sedikit tekanan

10

palpasi.Hati sulit dipalpasi pada orang yang obesitas,


tegang atau sangat sehat secara fisik.
Jika hati membesar (yaitu dapat dipalpasi dibawah
batas

kostal),

ukur

pembesarannya

dari

bawah

daerah kostal, dalam centimeter.


Metode kedua adalah palpasi bimanual yaitu satu
tangan menekan tangan yang lain . Teknik dan prinsip
yang digunakan untuk mempalpasi hati dengan satu
tangan digunakan juga untuk metode dua tangan.
3. Perkusi Limpa
Untuk pemeriksaan limpa prosedur tambahannya dengan
perkusi daerah ics terbawa di linea axillaris anterior kiri
(timpani). Pasien diminta menarik nafas panjang lakukan
perkusi lagi (kalau redup berarti pembesaran limfe atau
bisa normal false positive splenic percussion sign). Perkusi
dilakukan pada daerah redup dari berbagai arah (redup
meluas berarti pembesaran limpa) perlu dilakukan palpasi
untuk memastikan.
4. Palpasi Limpa
Palpasi limpa dilakukan dengan meletakkan tangan kiri
menyangga dan mengangkat costa bagian bawah kiri
sebelah penderita. Tangan kanan diletakkan di bawah arcus
aorta kemudian tekan ke arah lien. Penderita diminta
bernafas dalam-dalam merasakan lien dengan ujung jari
(lien membesar atau tidak). Pemeriksaan (palpasi dan
perkusi) diulangi pada posisi pasien miring ke kanan
dengan tungkai paha dan lutut flexi agar lien mudah
teraba. Jarak letak lien diperkirakan dengan costa kiri
terbawah
5. Pemeriksaan Cairan bebas rongga abdomen

11

Pemeriksaan dapat dilekukan dengan cara palpasi, caranya


adalah sebagai-berikut : Pasien atau seorang asisten
meletakkan pinggir lateral tangan pada linea alba, lalu
tangan pemeriksa diletakkan pada bagian samping dinding
abdomen pasien. Tangan ini gunanya untuk merasakan ada
tidaknya getaran cairan bila dinding perut pada sisi lainnya
diketuk-krtuk oleh jari pemeriksa, kalau terasa ada getaran
maka berarti terdapat cairan bebas dalam rongga
abdomen. Dengan jalan perkusi akan didapati shifting
dullnes. Pembuncitan perut pada orang gemuk tidak
disertai oleh getaran cairan dan shifting dullnes.

B. PEMERIKSAAN PADA GINJAL


Atur Posisi pasien dengan tidur terlentang.
Untuk pemeriksaan ginjal abdomen prosedur
tambahannya dengan melakukan palpasi Ginjal

Kanan: Posisi di sebelah kanan pasien.


Tangan kiri diletakkan di belakang penderita, paralel
pada costa ke-12, ujung cari menyentuh sudut
costovertebral (angkat untuk mendorong ginjal ke

depan).
Tangan kanan diletakkan dengan lembut pada
kuadran kanan atas di lateral otot rectus, minta
pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi
tekan tangan kanan dalam-dalam di bawah arcus
aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan

(tentukan ukuran, nyeri tekan ginjal).


Pasien diminta membuang nafas dan berhenti napas,
lepaskan tangan kanan, dan rasakan bagaimana

ginjal kembali waktu ekspirasi.


Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: Pindah di
sebelah kiri penderita, Tangan kanan untuk
menyangga dan mengangkat dari belakang.
12

Tangan kiri diletakkan dengan lembut pada kuadran


kiri atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik
nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri
dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap
ginjal di antar kedua tangan (normalnya jarang

teraba)
Untuk pemeriksaan Perkusi ginjal prosedur
tambahannya dengan memperlsilahkan penderita
untuk duduk menghadap ke salah satu sisi, dan
pemeriksa berdiri di belakangpenderita.
1. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra
kanan setinggi vertebra torakalis

12 dan lumbal 1

dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan


tangan (ginjal kanan).
2. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra
kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1
dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan
tangan (ginjal kiri).
3. Penderita diminta untuk memberiksan respons
terhadap pemeriksaan bila ada rasa sakit.

C. Pemeriksaan Gaster dan Bising Usus


1. Pemeriksaan Gaster (Perkusi Gaster)
Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior
dan bagian epigastrium kiri. Gelembung udara lambung
bila di perkusi akan berbunyi tympani.
2. Pemeriksaan Bising Usus

13

Auskultasi abdomen untuk memeriksa bising usus ,


suara pembuluh darah, dan friction rub peritonium.
Sebelum melakukan pemeriksaan hangatkan tangan
dan diafragma stetoskop. Tangan dan stetoskop yang
dingin dapat menyebabkan kontraksi otot abdomen, dan
kontraksi ini dapat terdengar selama auskultasi.
2.1. Bisng Usus
Gunakan diafragma lempeng datar. Suara usus memiliki
frekwensi

tinggi

dan

paling

jelas

didengar

dengan

diafragma lempeng datar. Cukup dengan memberikan


sedikit tekanan pada stetoskop.
Tanyakan kapan terakhir kali lkien makan. Setelah baru
atau

lama

selesai

makan,

bising

usus

normalnya

meningkat. Bising usus terdengar sangat keras ketika


terlambat makan. Empat atau tujuh jam setelah makan,
bising usus mungkin terdengar secara terus menerus pada
area katup ileosekal yaitu saat isi saluran pencernaan dari
usus halus melalui katup keusus besar.
Letakkan diafragma lempeng datar

stetoskop

pada

keempat kuadran abdomen di seluruh sisi auskultasi.


Dengarkan bising usus aktif suara deguk yang tidak
teratur terjadi kira- kira setiap 5-20 detik. Durasi satu
bising usus dapat memiliki rentang kurang dari satu detik
atau lebih dari beberapa detik.
Bising usus normal yaitu dapat didengar. Perubahan bising
usus yaitu tidak ada, hipoaktif(yaitu sangat halus dan
jarang[mis;

satu

kali

permenit])

atau

hiperaktif/

meningkat(yaitu bising bernada tinggi,keras, berisik yang


sering

terjadi[mis;setiap

tiga

detik])

juga

disebut

borborigmus. Tidak ada bising usus (tidak terdengar dalam


3-5 menit) menunjukan berhentinya motilitas usus. Bising
hipoaktif menunjukan menurunnya motilitas dan biasanya

14

karena manipulasi usus selama pembedahan, inflamasi,


ileus paralisis, atau obstruksi usus lanjut.Bising hiperaktif
menunjukan peningkatan motilitas usus dan biasanya pada
klien yang mengalami diare, dan obstruksi usus tahap awal
,atau penggunaan laxatif.
2.2. Suara Pembuluh darah
Gunakan bel stetoskop pada area aorta, arteri renal,arteri
iliaca, dan arteri femoralis.
Dengarkan adanya suara bruit (suara hembusan aliran
darah yang terbatas melalui pembuluh darah yang sempit)
2.3. Friction Rub Peritonium
Friction rub peritonium adalah suara kasar dan memarut
seperti dua helai kulit digosokkan bersama. Friction rub
peritonium mungkin disebabkan oleh inflamasi, infeksi atau
pertumbuhan abnormal.

D. Pemeriksaan Apendik
Apendik veriformis juga disebut umbai cacing, peradangan
pada apendik disebut dengan apendisitis.
Pemeriksaan apendik dapat dilakukan dengan cara :
1. Inspeksi
Apabila terjadi peradangan pada apendiks maka dapat
ditemukan adanya abdomina sweeling, sehingga pada
pemeriksaan ini biasa ditemukan distensi perut.
2. Palpasi
Palpasi dilakukan di titik mc. Burney yaitu daerah yang
berada pada batas sepertiga luar dan duapertiga dalam
dari garis imaginer yang menghubungkan umbilicus
dengan SIAS kanan. Nyeri pada daerah ini merupakan

15

kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut


kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan
bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan
apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga
akan terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini disebut
tanda Blumberg (Blumberg Sign).

E. Palpasi Kandung Kemih


Palpasi area diatas simfisis pubis,dilakukan jika riwayat
klien

mengindikasikan

urine.Normalnya

kemungkinan
kandung

dipalpasi.Deviasi dari normal

adanya

kemih

tidak

retensi
dapat

; Distensi dan terpalpasi

sebagai massa yang halus, dan tegang ( mengindikasikan


adanya retensi urine ).

F. Pemeriksaan Rektum dan Anus


Pemeriksaan rectum merupakan bagian penting dari setiap
pemeriksaan fisik yang komprehensif, meliputi inspeksi dan
palpasi (pemeriksaan dengan jari). Pada banyak tempat
praktek kesehatan, perawat hanya melakukan inspeksi
anus.
Posisi sims dengan tungkai atas fleksi tajam dibutuhkan
untuk

pemeriksaan

ini.

Untuk

wanita,

posisi

dorsal

rekumben dengan pinggul rotasi eksternal dan lutut fleksi

16

atau posisi litotomi dapat digunakan. Posisi berdiri sambil


klien membungkuk pada meja pemeriksaan juga dapat
digunakan.
Teknik pengkajian rektum dan anus
1 Perlengkapan
a Sarung tangan periksa
b Pelumas larut air
2 Pelaksanaan
a Jelaskan kepada klien apa yang akan kita lakukan,
mengapa hal tersebut perlu dilakukan, dan bagaimana
klien

dapat

hasilnya

bekerja

akan

keperawatan

sama.

digunakan
dan

pemeriksaan denga

Diskusikan
untuk

terapi

bagaimana

merencanakan

selanjutnya.

Karena

jari dapat menyebabkan klien

merasa enggan dan malu, maka penting bagi perawak


membantu klien rileks dengan mendorong klien untuk
menarik nafas dalam, perlahan (ketegangan dapat
menyebabkan

spasme

sfingter

anal,

membuat

pemeriksaan tidak nyaman) dan menginformasikan


kepada klien tentang sensasi yang mungkin terjadi
seperti rasa ingin defekasi atau buang angin.
b Cuci tangan, pakai sarung tangan, dan observasi
prosedur

pengendalian

infeksi

yang

sesuai

untuk

pemeriksaan rektum.
c Beri privasi klien. Tutupi bagian tubuh klien yang tidak
berhubungan dengan pemeriksaan untuk mencegah
pemajanan tubuh yang tidak perlu.
d Tanyakan apakah klien memiliki salah satu riwayat
berikut : darah warna terang pada feses, feses seperti
ter hitam, diare, konstipasi, nyeri abdomen, gas yang
berlebihan,

hemoroid,

atau

nyeri

rektum

,riwayat

keluarga kanker kolorektal, waktu pemeriksaan terakhir


spesimen feses untuk memeriksa darah samar dan

17

hasilnya;

untuk

pria,

jika

tidak

dilakukan

saat

pemeriksaan genitourinar, adanya tanda dan gejala


pembesaran prostat(mis; pancaran urine lambat, kemih
tersendat, frekwensi kemih meningkat,urine menetes,
dan nokturia)
e Inspeksi anus

dan

jaringan

sekelilingnya

untuk

memeriksa warna, integritas, dan lesi kulit. Kemudian


minta klien untuk mengejan seperti saat defekasi.
Mengejan menyebabkan sedikit tekanan pada kulit
sehingga menonjolkan fisura rectal, prolaps rektal, polip,
atau hemoroid interna.Jelaskan

lokasi semua hasil

pemeriksaan abnormal dalam istilah sebuah jam. Posisi


jam 12 mengarah ke depan simfisis pubis.
Hasil pemeriksaan normal :kulit perianal
biasanya
pada

utuh;

lebih berpigmentasi dibandingkan kulit

bokong.

Kulit

anus

normalnya

lebih

berpigmentasi, kasar, dan lembab dibandingkan kulit


f

perianal dan biasanya tanpa rambut.


Palpasi rektum untuk memeriksa tonus sfingter, adanya
nodul, massa, dan nyeri tekan.
Hasil pemeriksaan normal : sfingter anus memiliki
tonus yang baik. Dinding rektum halus dan tidak

nyeri.
Adapun teknik palpasi rectum adalah sebagai berikut :
Oleskan pelumas pada jari telunjuk yang telah
menggunakan sarung tangan, minta klien untuk
mengejan

seperti

saat

defekasi.

Tindakan

ini

membuat sfingter anal relaksasi.


Masukan jari anda dengan berlahan kedalam anus
dan kedalam rektum searah umbilikus. Saluran anus
(jarak dari lubang anal hingga ke taut anorektal)
pendek (kurang dari 3cm).Dinding posterior rektum
mengikuti lengkung koksigis dan sakrum. Jari telunjuk

18

perawat biasanya mampu mempalpasi hingga jarak


6-10 cm.
Jangan memaksa jari untuk masuk. Jika lesi sangat
nyeri atau terjadi perdarahan, hentikan pemeriksaan.
Minta klien untuk mengencangkan sfingter anal
disekeliling jari anda dan perhatikan tonus sfingter
anal.
Rotasikan bantalan jari telunjuk sepanjang dinding
anus dan rectum,rasakan adanya nodul, masa, dan
nyeri tekan.
Catat lokasi setiap abnormalitas rectum(mis; dinding
anterior, 2cm proksimal sfingter anal interna)
g Ketika menarik jari dari rektum dan anus, observasi
feses pada jari.
Hasil pemeriksaan normal : warna coklat.
h Dokumentesikan hasil pemeriksaan pada catatan klien
dengan menggunakan formulir atau daftar tilik disertai
catatan narasi jika diperlukan.

G. Pemeriksaan Genitalia Pada Pria


1 Rambut Pubis
Inspeksi
penyebaran
rambut,

jumlah

dan

karakteristik rambut pubis. Penyebaran berbentuk


segitiga, kadang menyebar hingga ke abdomen
2 Penis
- Inspeksi batang penis dan glans penis untuk
memeriksa adanya lesi, nodul, pembengkaan dan
inflamasi.
Dalam keadaan normal kulit penis utuh, tampak
agak berkerut dan

warna bervariasi sesuai

dengan warna kulit tubuh. Kulup mudah retraksi


dari glans penis. Ada sejumlah kecil smegma
putih tebal antara glans dan kulup.

19

Inspeksi meatus uretra, untuk memeriksa adanya


pembengkaan, inflamasi, dan rabas.
Dilakukan dengan cara :
a Tekan atau minta klien untuk menekan
glans penis dengan ringan untuk membuka
meatus uretra dan kemudian lakukan
b

inspeksi adanya rabas.


Jika sebelumnya klien mengeluh adanya
rabas,m inta klien untuk mengeluarkan isi
penis dari dasar ke uretra,yaitu pegang
dasar penis dengan ibu jari didepan dan jari
telunjuk dibelakang, sambil memberikan
tekanan sedang, gerakkan ibu jari dan jari
perlahan ke bawah menyusuri batang
penis.
Dalam keadaan normal tampak merah
muda dan seperti membelah, posisi pada

ujung penis.
Palpasi penis untuk memeriksa adanya nyeri
tekan, penebalan, dan nodul, caranya gunakan
ibu jari dan jari pertama.
Dalam keadaan normal halus dan agak kuat,

struktur di dalamnya dapat digerakkan sedikit.


3 Skrotum
- Inspeksi tampilan, ukuran umum dan
kesimetrisan skrotum.
Dilakukan dengan cara :
a Untuk memudahkan inspeksi pada skrotum
selama pemeriksaan fisik,minta klien untuk
memegang penis menjauh dari skrotum.
b Inspeksi seluruh permukaan kulit dengan
meregangkan kulit berkerut dan angkat
skrotum jika perlu untuk mengobservasi
permukaan posterior.

20

Dalam keadaan normal skrotum berwarna lebih


gelap dibandingakan dengan kulit bagian tubuh
yang lain dan bersifat longgar.
Ukuran bervariasi sesuai perubahan suhu.
Skrotum tampak tidak simetris ( testis kiri lebih
-

rendah dari yang kanan).


Palpasi skrotum unuk mengkaji status testis,
epididymis, dan saluran sperma didalamnya.
Dalam keadaan normal, testis seperti karet,halus
dan bebas dari nodul dan massa. Epididymis
elastis, normalnya lunak dan lebih lunak
dibandingkan saluran sperma.
Teknik palpasi pada skrotum:
a Gunakan dua jari pertama dan ibu jari,
palpasi setiap testis untuk memeriksa
ukuran, konsistensi, bentuk, kehalusan dan
adanya massa.
b Palpasi epididymis antara ibu jari dan jari
telunjuk. Epididymis berada diatas testis
dan meluas kebelakang.
c Palpasi saluran sperma antara ibu jari
danjari telunjuk, saluran sperma biasanya
berada pada bagian atas lateral skrotum
dan teraba keras.
d Jika ada bengkak, ketidakteraturan, atau
nodul yang terdeteksi selama
pemeriksaanskrotum,usahakan
untukmelakukan transiluminasi lesi. Hal ini
dilakukan dengan membuat ruangan
menjadi gelap dan kemudian menyalakan
senter dibelakang massa tersebut. Adanya
cairan serosa menyebabkan cahaya senter
yang melalui skrotum berwarna merah,

21

sedangkan adanya darah atau jaringan


tidak menyebabkan transiluminasi.
Jelaskan semua masa skrotum dalam hal
ukuran, bentuk letak, konsistensi, nyeri
tekan, dan adanya trasiluminasi.
H. PALPASI HERNIA PADA KLIEN PRIA
a. Secara langsung
Gunakan tangan kanan anda untuk sisi kanan
klien atau tangan kiri untuk sisi kiri klien,
masukkan jari telunjuk anda kedalam kulit
skrotum

yang

longgaor

dan

inguinal eksternal.
Anjurkan klien untuk mengejan.
Jika terdapat hernia, tonjolan

pada

cincin

yang

dapat

dipalpasi akan muncul di area ini.


b. Secara tidak langsung
Usahakan untuk menggerakkan telunjuk atau
jari kelingking kedalam celah saluran inguinal
sementara klien memfleksikan lutut pada sisi

yang sama.
Ketika jari

mungkin, minta klien untuk mengedan.


Jika terdapat hernia, akan tersa massa jaringan

anda

sudah

bergarak

sejauh

menyentuh jari dan kemudian tertarik menjauh


dari jari.
c. Secara femoral
Palpasi kembali area inguinal secara langsung,
pertama saat kilen istirahat dan kemudian saat

klien mengedan.
Jika terdapat hernia, tonjolan akan terasa
paling menonjol saat klien mengedan.

I. Pemeriksaan Genitalia Pada Wanita

22

Peralatan yang diperlukan sarung tangan dan penerangan


jika diperlukan.
1 Inspeksi
a Inspeksi distribusi, jumlah dan karakteristik
ranbut pubis.
Normal : Bervariasi luasnya, umumnya
keriting pada orang dewasa, lebih tipis dan
lurus setelah menopause. Tersebar dalam
bentuk segitiga terbalik.
b Inspeksi kulit area pubis, untuk mengetahui
adanya parasite, inflamasi, pembengkaan
dan lesi.untuk mendapatkan hasil yang
adekuat pisahkan labia mayora dan labia
minora.
Normal : Kulit pubis utuh, tidak ada lesi,
kulit area vulva sedikit lebih gelap
dibandingkan dengan kulit tubuh yang lain.
Labia bulat, penuh dan relative simetris
pada orang dewasa.
c Inspeksi klitoris, orifisium uretra dan
orifisium vagina ketika labia minora
terbuka.
Normal : Klitoris memiliki lebar 1 cm
panjang 2 cm tidak boleh lebih.orifisium
uretra tampak seperti belahan kecil dan
berwarna sama dengan jaringan
disekitarnya, tidak ada inflamasi,
pembengkaan atau rabas.
2 Palpasi Nodus Limfe
Gunakan bantalan jari dengan gerakan memutar,
perhatikan adanya pembesaran atau nyeri tekan.
Normal : Tidak ada pembesaran dan nyeri tekan.
Hal- hal yang harus dipertimbangkan pada pemeriksaan
genitalia wanita sesuai usia:

23

1 Bayi
- Bayi dipegang pada posisi supine dipangkuan ibu
dengan lutut dibantu untuk fleksi kemudian
-

diregangkan.
Pada bayi yang baru lahir segai respon terhadap
estrogen maternal, labia dan klitoris mungkin
mengalami edema dan membesar dan mungkin

ada rabas vagina berwarna putih


2 Anak
- Pastikan mendapat ijin dari orang tuanya
- Pemeriksaan pada remaja terbatas pada inpeksi
genital eksternal saja.
3 Lansia
- Labia mengalami atrofi dan lebih datar.
- Klitoris merupakan tempat umum terjadinya lesi
-

kankker.
Atropi vulva, vulva mudah teriritasi
Lingkungan vagina menjadi kering dan lebih
basa, mengakibatkan perubahan jenis flora yang
ada dan merupakan predisposisi terjadinya

vaginitis
Dyspareunia ( sulit atau nyeri saat coitus )
Ukuran serviks dan uterus mengecil
Atropi tuba faloppii dan ovarium
Ovulasi dan produksi estrogen berhenti
Perdarahan vagina yang tidak berhubungan
dengan pengobatan estrogen merupakan hal

abnormal
Prolaps uterus, terutama yang memiliki riwayat

kehamilan multiple
Wanitalansia mungkinmemiliki artritis sehingga
posisi pemeriksaan membuat mereka tidak
nyaman.

24

TINJAUAN PUSTAKA

Kozier

&

Erb/

Audry

Berman...(at

al)

2009,

Buku

Ajar

PraktekKeperawatan Klinis, Jakarta, EGC


Sjamsuhida, R Jong, W.D., editor.,2005, Buku Ajar Ilmu Bedah,
Edisi 2, Jakarta, EGC
www.google gambar.com

LAMPIRAN
Pertanyaan :
1.Apakah ada pengaruh jika pemeriksaan fisik pada abdomen
dilakukan perkusi dahulu ?
25

Jawab : pengaruh apabila pemeriksaan fisik pada abdomen


dilakukan perkusi dahulu adalah dapat menyebabkan gerakan
atau menstimulasi usus yang dapat meningkatkan motilitas usus
sehingga bising usus bertambah.
2.Bagaimana cara pemeriksaan fisik pada kandung kemih ?
Jawab : Palpasi area diatas simfisis pubis,dilakukan jika riwayat
klien

mengindikasikan

kemungkinan

adanya

retensi

urine.Normalnya : kandung kemih tidak dapat dipalpasi.Deviasi


dari normal ; Distensi dan terpalpasi sebagai massa yang halus,
dan tegang ( mengindikasikan adanya retensi urine ).
3.Bagaimana membedakan acites pada abdomen ?
Jawab : Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara palpasi,
caranya adalah sebagai-berikut : Pasien atau seorang asisten
meletakkan pinggir lateral tangan pada linea alba, lalu tangan
pemeriksa diletakkan pada bagian samping dinding abdomen
pasien. Tangan ini gunanya untuk merasakan ada tidaknya
getaran cairan bila dinding perut pada sisi lainnya diketuk-ketuk
oleh jari pemeriksa, kalau terasa ada getaran maka berarti
terdapat cairan bebas dalam rongga abdomen. Dengan jalan
perkusi akan didapati shifting dullnes. Pembuncitan perut pada
orang gemuk tidak disertai oleh getaran cairan dan shifting
dullnes.
4.Bagaimana pemeriksaan pada ginjal ?
Jawab :

Atur Posisi pasien dengan tidur terlentang.


Untuk pemeriksaan ginjal abdomen prosedur
tambahannya dengan melakukan palpasi Ginjal
Kanan: Posisi di sebelah kanan pasien.

26

Tangan kiri diletakkan di belakang penderita, paralel


pada costa ke-12, ujung cari menyentuh sudut
costovertebral (angkat untuk mendorong ginjal ke

depan).
Tangan kanan diletakkan dengan lembut pada
kuadran kanan atas di lateral otot rectus, minta
pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi
tekan tangan kanan dalam-dalam di bawah arcus
aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan

(tentukan ukuran, nyeri tekan ginjal).


Pasien diminta membuang nafas dan berhenti napas,
lepaskan tangan kanan, dan rasakan bagaimana

ginjal kembali waktu ekspirasi.


Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: Pindah di
sebelah kiri penderita, Tangan kanan untuk

menyangga dan mengangkat dari belakang.


Tangan kiri diletakkan dengan lembut pada kuadran
kiri atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik
nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri
dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap
ginjal di antar kedua tangan (normalnya jarang

teraba)
Untuk pemeriksaan Perkusi ginjal prosedur
tambahannya dengan memperlsilahkan penderita
untuk duduk menghadap ke salah satu sisi, dan
pemeriksa berdiri di belakangpenderita.
1. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra
kanan setinggi vertebra torakalis

12 dan lumbal 1

dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan


tangan (ginjal kanan).
2. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra
kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1
dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan

27

tangan (ginjal kiri).


3. Penderita diminta untuk memberiksan respons
terhadap pemeriksaan bila ada rasa sakit.

28

Anda mungkin juga menyukai