Anda di halaman 1dari 4

NAMA : HABIBA ROSITA

NIM : G7019129
KELAS :A

1. Interaksi warfarin dan obat herbal !


Menurut (Siti Utami Rahmayanti dan Ahmad Muhtadi, 2018). Warfarin memiliki
karakteristik indeks terapeutik sempit (narrow therapeutic index), sehingga perbedaan dosis
yang sedikitpun akan memberikan perbedaan respon yang signifikan. Dosis yang tidak sesuai
akan meningkatkan efek samping, dosis yang berlebih akan mengakibatkan resiko pendarahan
mayor ataupun minor pada pasien. Sementara itu, apabila dosis yang diberikan kurang maka
akan mengakibatkan kegagalan dalam penanganan tromboembolisme sehingga akan
mengakibatkan komplikasi tromboembolik pada pasien. Oleh karena itu, sangat penting untuk
menjaga efektivitas serta efisiensi manajemen terapi warfarin pada pasien. Namun, terdapat
banyak tantangan untuk mendapatkan dosis yang optimal dalam penggunaan warfarin. Hal ini
dikarenakan warfarin memiliki variasi respon farmakokinetk (PK) dan farmakodinamik (PD)
yang tinggi antar individu pasien karena adanya pengaruh polimorfisme gen terhadap
metabolisme warfarin, selain itu variasi respon PK-PD dari warfarin ini juga dipengaruhi oleh
adanya faktor demografi pasien (perbedaan umur, berat badan, jenis kelamin, luar permukaan
tubuh), pola makan, perilaku merokok, dan adanya interaksi warfarin dengan obat, makanan
dan atau suplemen herbal yang dikonsumsi secara bersamaan.

Terapi secara bersamaan antara obat kimia dan herbal telah terbukti dapat meningkatkan
resiko kejadian Adverse drug reaction (ADR). Namun, terapi komplementer dan alternative
dengan herbal telah secara luas digunakan. Hampir 40% pasien dengan penyakit
kardiovascular atau stroke melakukan terapi secara bersamaan antara obat yang diresepkan
dengan obat herbal. Obat herbal dan makanan paling banyak disebut sebagai penyebab utama
kejadian Adverse drug reaction (ADR) pada terapi dengan warfarin. Pada sebuah literature
disebutkan bahwa inteaksi herbal dan warfarin terjadi pada 34 pada 133 kasus interaksi herbal
dengan obat, menjadikan warfarin sebagai obat yang paling sering berinteraksi dengan herbal.
Interaksi yang sering terjadi antara warfarin dan herbal adalah pada proses metabolisme
warfarin oleh cytochrome P450s. Warfarin terutama dimetabolisme oleh enzim cytochrome
P450s (CYPs). Dari semua isoenzim, CYP2C9 merupakan enzim yang paling banyak
memetabolisme S-warfarin yang merupakan bentuk yang lebih poten dibadingkan dengan 𝑅-
enantiomernya. Obat herbal terutama memberikan efek terhadap cytochrome P450s, terutama
pada CYP2C9, CYP1A2, CYP3A4, or CYP2C19, sehingga adanya perubahan metabolisme
warfarin oleh enzim tersebut akan mempengaruhi konsentrasi obat dalam plasma dan efek
farmakologi dari warfarin.

Herbal yang secara klinis berinteraksi dengan warfarin diidentifikasi berdasarkan tiga kategori
berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh (Holbrook et.al) pada tahun 2005 yang pertama
apakah interaksi obat meningkatkan atau menghambat efek farmakologi warfarin. Kedua,
berdasarkan tingkat kejadian (level of causation) yang dikategorikan dari level I (Highly
Probable), level II (Probable), level III (Possible) hingga IV (Doubtful) dimana semakin
tinggi level menandakan bahwa tingkat kejadian atau kemungkinan herbal akan berinteraksi
dengan warfarin akan semakin rendah. Untuk pembuktian pada level I bukti kuat didasarkan
pada studi terhadap volunteer yang sehat serta laporan kasus yang terjadi pada pasien.
Kemudian, yang ketiga berdasarkan tingkat keparahan efek yang dihasilkan yang kategorikan
menjadi efek major, moderate, minor, dan non clinical

2. Interaksi warfarin dan bawang putih !


Menurut (Abdul, et al., 2000). Bawang putih disebutkan memiliki khasiat untuk kesehatan
kardiovaskular. Penggunaan bawang putih bersamaan dengan warfarin atau antikoagulan
diasosiasikan dengan penurunan agregasi platelet dan perpanjangan pendarahan. Terdapat
kehawatiran penggunaan herbal bawang putih dengan warfarin akan meningkatkan efek
antikoagulasi dari warfarin.

Terdapat sebuah kasus dimana seorang pasien dalam terapi warfarin mengkonsumsi suplemen
bawang putih yang menyatakan bahwa konsumsi bawang putih bersaman dengan warfarin
menaikan nilai INR dan menyebabkan pendarahan. Seorang pasien mengalami peningkatan
INR dua kali lipat dan menderita hematuria selama 8 minggu setelah menkonsumsi ekstrak
bawang putih setiap hari. Setelah penghentian konsumsinya nilai INR pasien kembali normal.
Pada kasus lain seorang pasien yang menjalani terapi warfarin juga mengalami kenaikan INR
sebanyak dua kali lipat setelah mengkonsumsi enam tablet Kwai Galic setiap hari.

Pada sebuah studi yang mempelajari interaksi ekstrak bawang putih dengan warfarin pada 12
volunteer sehat menyatakan bahwa tidak ditemukan efek yang signifikan terhadap
farmakokinetik maupun farmakodinamik dari warfarin. Hasil yang sama juga didapat pada
sebuah studi placebocontrolled pada pasien yang mengkonsumsi ekstrak bawang putih dan
warfarin secara bersamaan tidak ditemukan perubahan yang signifikan terhadap efek
farmakologis warfarin baik pada placebo maupun warfarin.

Namun, pada sebuah studi yang dilakukan terhadap empat subjek dengan gen VKORC1
menunjukan terdapat interaksi farmakodinamik dengan bawang putih yang menginduksi
penurunan efek farmakologis warfarin. Sampai saat ini ekstrak bawang putih masih
digunakan sebagai terapi sampingan bagi pasien dalam terapi warfarin dikarenakan
keuntungannya terhadap kesehatan kardiovaskular. Sehingga, apabila mengkonsumsi herbal
ini bersaman dengan terapi warfarin sebaiknya dilakukan monitoring terhadap nilai INR.
Studi lebih jauh perlu dilakukan untuk mengetahui mekanisme interaksi herbal-warfain ini.
Karena terdapat penyataan yang berbeda pada beberapa studi, interaksi ini dikategorikan
possible (level III) dengan efek major yang perlu diwaspadai.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, M. et al., 2000. Pharmacodynamic Interaction of Warfarin with Cranberry but not
Garlic in Healthy Subject. British Journal of Pharmacology, Volume 154, pp. 1691 -
1700.
Siti Utami Rahmayanti, Ahmad Muhtadi, 2018. REVIEW JURNAL: INTERAKSI WARFARIN
DAN HERBAL UNTUK MEMINIMALKAN KEJADIAN ADVERSE DRUG REACTION
(ADR). Farmaka Suplemen Volume 16 Nomor 2. Hal 233-245.

Anda mungkin juga menyukai