Anda di halaman 1dari 19

ADIATMAN

N 111 20 064

Retinopati Hipertensi
PEMBIMBING KLINIK
dr. Citra Azma Anggita,
Sp.M, M.Kes
Anatomi

Anatomi Internal Mata


Tunika dari mata
Lapisan retina
Fungsi utama retina
Cahaya

Ke sel batang dan sel


kerucut, sel foto reseptor

Energi cahaya menjadi


implus listrik

SSP
Definisi
Retinopati hipertensi pertama kali dideskripsikan oleh Robert

Marcus Gunn, yang pada tahun 1898 mempresentasikan hasil

pengamatan yang dilakukannya terhadap pembuluh darah retina.

Retinopati hipertensi merupakan salah satu kerusakan target organ

akibat tekanan darah tinggi, yang dapat menimbulkan kelainan-kelainan

retina dan pembuluh darah di retina.


Epidemiologi

Retinopati hipertensi pada usia lebih dari 40 tahun dengan proporsi

terbanyak 66,3% pada stadium I dan II menurut Keith Wagener. Prevalensi

retinopati hipertensi didapatkan 2-15% dari berbagai penelitian di dunia.9


Faktor Resiko
Retinopati hipertensi terjadi akibat kerusakan pembuluh darah retina yang

disebabkan okeh Tekanan darah Tinggi. Genetika, obesitas, komsumsi alcohol,

merokok dan pola hidup adalah faktor etiologi lain untuk retinopati hipertensi.
Fisiologi
Tekanan darah

Hipertensi

..
Pmbd mengalami perubahan patologis Retinopati Hipertensi
sebagai respon tekanan darah

Perubahan pembuluh
Tahap awal : Pmbd retina mengalami fase Eksudatif
darah
vasokontriksi secara menyeluruh dan meransang
vasopasme dan penyempitan arteriola retina.

fase vasokonstriksi
Penebalan tunika itima Pmbd,hyperplasia
dinding tunika media dan degenerasi arteri

fase sklerotik
Menurut Wong dan Mitchell :
Klasifikasi A. Retinopati ringan (mild retinopathy) : penyempitan arteriola,
arteriovenous nipping, dan arteriola wall opacification.
B. Retinopati sedang (moderate retinopathy) : gambaran cotton-wool spots,
hard exudat, mikroneurisma, dan pedarahan dengan gambaran bercak
darah.
C. Retinopati berat (severe retinopathy) : tanda-tanda retino pati seperti
drajat sebelumnya dengan pembengkakan diskus optikus (papiloedema).
Mild Hypertensive Retinopathy. Nicking AV (panah
putih) dan penyempitan focal arterioler (panah hitam)
(A). Terlihat AV nicking (panah hitam) dan gambaran
copper wiring pada arterioles (panah putih) (B).

Moderate Hypertensive Retinopathy. AV nicking


(panah putih) dan cotton wool spot (panah hitam)
(A). Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran
cotton wool spot (panah putih) (B).3

Sevre Hypertensice Retinophaty. Multipel cotton


wool spot (panah putih) dan perdarahan retina
(panah hitam) dan papiledema
Klasifikasi retinopati hipertensi
berdasarkan Scheie (1953).

Modifikasi klasifikasi Scheie


oleh American Academy of
Opthalmology
Diagnosis Anamesi :
a. Pasien mengeluhkan buram dan seperti berbayang apabila
melihat sesuatu
b. Mengeluhkan sakit kepala
c. Nyeri pada mata
d. Penglihatan biasanya menurun secara perlahan sehingga
tidak disadari. Penglihatan kabur biasanya hanya terjadi
pada stadium lll atau lV oleh karena perubahan
vaskularisasi akibat hipertensi seperti pendarahan, cotton
wool spot, telah mengenai macula
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah meningkat
funduskopi
Diagnosis

Funduskopi mata Funduskopi mata dengan


normal retinopati hipertensi

(A) tampak venul yang berliku-liku serta arteriola tidak


terpengaruh (B) arteriola dan velu yang sama sama
berliku-liku
Diagnosis Visus
Pada pemeriksaan visus tidak terdapat penurunan
penglihatan pada RPH drajat l dan ll hanya terdapat
pada drajat lll dan lV.

Laboratorium
urinalisis, pemeriksaan darah lengkap terutama
kadar hematokrit, kadar gula darah, pemeriksaan
elektrolit darah terutama kalium dan kalsium, fungsi
ginjal terutama kreatinin, profil lipid dan kadar asam
urat
Penggunaan obat ACE Inhibitor terbukti dapat
Tatalaksana mengurangi kekeruhan dinding arteri retina. Obati
pencetusnya. perubahan pola dan gaya hidup juga
harus dilakukan. Pasien dinasehati untuk menurunkan
berat badan jika sudah melewati standar berat badan
ideal seharusnya. Konsumsi makanan dengan kadar
lemak jenuh harus dikurangi sementara intake lemak
tak jenuh dapat menurunkan tekanan darah.
Konsumsi alkohol dan garam perlu dibatasi dan pasien
memerlukan kegiatan olahraga yang teratur
komplikasi Retinopati hipertensi bisa menimbulkan komplikasi
berupa oklusi cabang vena retina (BRAO) atau oklusi
arteri retina (CRAO) yang menyebabkan kehilangan
penglihatan secara tiba-tiba.

BRAO (oklusi arteri retina cabang) paling sering


diakibatkan oleh karena emboli. Pasien dapat mengeluh
hilangnya lapang pandang secara melintang atau
sektoral dan terjadi mendadak. Tanda yang dapat
ditemukan berupa retina menjadi putih di area yang
dialiri arteri, pembengkakan berkabut perlahan
menjernih, tetapi bagian dalam retina menjadi atrofi dan
berhubungan dengan hilangnya lapang pandang sektoral
yang permanen, dan pada beberapa kasus juga dapat
ditemukan rekanalisasi arteriol yang tersumbat.
ciri-ciri dari CRAO (central oklusi arteri retina) adalah
kehilangan penglihatan yang berat dan terjadi secara
tiba-tiba. Retina menjadi edema dan lebih opak,
terutama pada kutub posterior dimana serat saraf dan
lapisan sel ganglion paling tebal. Refleks oranye dari
vaskulatur koroid yang masih intak di bawah foveola
menjadi lebih kontras dari sekitarnya hingga
memberikan gambaran cherry-red spot. CRAO sering
disebabkan oleh trombosis akibat arteriosklerosis pada
lamina cribrosa.
Prognosi
Prognosis tergantung kepada kontrol
tekanan darah. Kerusakan penglihatan yang
serius biasanya tidak terjadi sebagai dampak
langsung dari proses hipertensi kecuali
terdapat oklusi vena atau arteri lokal.
Namun pada beberapa kasus, komplikasi
tetap tidak dapat dihindarkan walaupun
dengan kontrol tekanan darah yang baik.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai