ABSTRACT
Warfarin is the most commonly used oral anticoagulant to treat thromboembolismrelated
illnesses. Warfarin is a drug with narrow therapeutic index. Herbal and dietary are
most commonly cited as the lead cause of adverse drug reaction (ADR) events in therapy
with
warfarin. This review is conduct to identify the interaction between warfarin and some
commonly used herbs by the public in an effort to minimize the incidence of ADR in warfarin
therapy. As a result, there are seven herbs identified about their interactions with warfarin in
this article. There is one herb classified as Level I (highly probable) that is St. John's Worth,
two herbs in the level II (probable) that is Danshen and Soya, two herbs in the level III
(Possible) that is Ginseng and Garlic and two other herbs in the category level IV (Doubtful)
that is Ginger and Green Tea. Herbs that identified in this articel have a range of major to
moderate severity. Preferably, herbs in the levels I and II especially those with major and
moderate severity are avoided in patients with warfarin theraphy while herbs at levels III
and
IV should be closely monitored in the INR value.
Keywords: Warfarin, Herbs, ADR.
Diserahkan: 4 Juli 2018, Diterima 4 Agustus 2018
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 2 234 Warfarin telah digunakan selama
enam dekade dan sampai sekarang masih
digunakan sebagai antikoagulan oral yang
PENDAHULUAN paling umum untuk mengobati atau
mencegah penyakit terkait dikonsumsi secara bersamaan (Gong, et
tromboembolisme diantaranya myocardial al.,
infarction, ischemic stroke, venus 2011).
thrombosis, heart valve replacement, Terapi secara bersamaan antara
atrial obat
fibrillation, deep vein thrombisis dan kimia dan herbal telah terbukti dapat
pulmonary thromboembolism (Hirsh J, meningkatkan resiko kejadian Adverse
2001; Pellagatti & T. M., 2017). Warfarin drug reaction (ADR). Namun, terapi
menghasilkan efek dengan mengganggu komplementer dan alternative dengan
interkonversi siklik Vitamin K1 dan 2,3 herbal telah secara luas digunakan. Hampir
epoxide yang merupakan kofaktor 40% pasien dengan penyakit
essensial untuk pembentukan faktor-faktor kardiovascular atau stroke melakukan
pembekuan darah seperti faktor II, VII, IX, terapi secara bersamaan antara obat yang
dan faktor X serta protein C, protein S dan diresepkan dengan obat herbal (Tsai, et al.,
Protein Z (Ansell, et al., 2004; Nutescu, et 2013).
al., 2005). Obat herbal dan makanan paling
Warfarin memiliki karakteristik banyak disebut sebagai penyebab utama
indeks terapeutik sempit (narrow kejadian Adverse drug reaction (ADR)
therapeutic index), sehingga perbedaan pada terapi dengan warfarin. Pada sebuah
dosis yang sedikitpun akan memberikan literature disebutkan bahwa inteaksi herbal
perbedaan respon yang signifikan. Dosis dan warfarin terjadi pada 34 pada 133
yang tidak sesuai akan meningkatkan efek kasus interaksi herbal dengan obat,
samping, dosis yang berlebih akan menjadikan warfarin sebagai obat yang
mengakibatkan resiko pendarahan mayor paling sering berinteraksi dengan herbal
ataupun minor pada pasien. Sementara itu, (Gohil & Patel, 2007). Oleh karena itu,
apabila dosis yang diberikan kurang maka dilakukan penggalian informasi terkait
akan mengakibatkan kegagalan dalam interaksi antara warfarin dengan obat
penanganan tromboembolisme sehingga herbal yang sering digunakan oleh
akan mengakibatkan komplikasi masyarakat yang telah dipelajari secara
tromboembolik pada pasien (Nutescu, et klinis untuk menghindari kejadian Adverse
al., 2006). drug reaction (ADR).
Oleh karena itu, sangat penting
untuk POKOK BAHASAN
menjaga efektivitas serta efisiensi
manajemen terapi warfarin pada pasien. Mekanime interaksi warfarin dengan
Namun, terdapat banyak tantangan untuk herbal dibagi menjadi dua kategori yaitu
mendapatkan dosis yang optimal dalam interaksi farmakokinetik warfarin atau
penggunaan warfarin. Hal ini dikarenakan farmakodinamik warfarin. Interaksi yang
warfarin memiliki variasi respon sering terjadi antara warfarin dan herbal
farmakokinetk (PK) dan farmakodinamik adalah pada proses metabolisme warfarin
(PD) yang tinggi antar individu pasien oleh cytochrome P450s (Beikang, et al.,
karena adanya pengaruh polimorfisme gen 2014).
terhadap metabolisme warfarin, selain itu Warfarin terutama dimetabolisme
variasi respon PK-PD dari warfarin ini oleh enzim cytochrome P450s (CYPs).
juga dipengaruhi oleh adanya faktor Dari semua isoenzim, CYP2C9 merupakan
demografi pasien (perbedaan umur, berat enzim yang paling banyak memetabolisme
badan, jenis kelamin, luar permukaan S-warfarin yang merupakan bentuk yang
tubuh), pola makan, perilaku merokok, dan lebih poten dibadingkan dengan 𝑅-
adanya interaksi warfarin dengan obat, enantiomernya. Obat herbal terutama
makanan dan atau suplemen herbal yang memberikan efek terhadap cytochrome
P450s, terutama pada CYP2C9, CYP1A2, level III (Possible) hingga IV (Doubtful)
CYP3A4, or CYP2C19, sehingga adanya dimana semakin tinggi level menandakan
perubahan metabolisme warfarin oleh bahwa tingkat kejadian atau kemungkinan
enzim tersebut akan mempengaruhi herbal akan berinteraksi dengan warfarin
konsentrasi obat dalam plasma dan efek akan semakin rendah. Untuk pembuktian
farmakologi dari warfarin (Greenblatt & pada level I bukti kuat didasarkan pada
Moltke, 2005). studi terhadap volunteer yang sehat serta
Herbal yang secara klinis laporan kasus yang terjadi pada pasien.
berinteraksi dengan warfarin diidentifikasi Kemudian, yang ketiga berdasarkan
berdasarkan tiga kategori berdasarkan tingkat
studi keparahan efek yang dihasilkan yang
yang telah dilakukan oleh Holbrook et.al kategorikan menjadi efek major, moderate,
pata tahun 2005 yang pertama apakah minor, dan non clinical (Holbrook, et al.,
interaksi obat meningkatkan atau 2005). Pengelompokan tingkat keparahan
menghambat efek farmakologi warfarin. dan tingkat kejadian (level of causation)
Kedua, berdasarkan tingkat kejadian (level didasarkan pada kriteria standar yang
of causation) yang dikategorikan dari level disajikan dalam tabel berikut.
I (Highly Probable), level II (Probable),
Tabel 1. Scoring tingkat keparahan interaksi Herbal – Warfarin (Holbrook, et al., 2005
Tabel 2.
Kriteria tingkat kejadian interaksi Herbal – Warfarin (Holbrook, et al., 2005)
Bawang Putih (Allium sativum) pasien yang menjalani terapi warfarin juga
Bawang putih disebutkan memiliki mengalami kenaikan INR sebanyak dua
khasiat untuk kesehatan kardiovaskular. kali lipat setelah mengkonsumsi enam
Penggunaan bawang putih bersamaan tablet Kwai Galic setiap hari (Williamson,
dengan warfarin atau antikoagulan et al., 2009).
diasosiasikan dengan penurunan agregasi Pada sebuah studi yang mempelajari
platelet dan perpanjangan pendarahan. interaksi ekstrak bawang putih dengan
Terdapat kehawatiran penggunaan herbal warfarin pada 12 volunteer sehat
bawang putih dengan warfarin akan menyatakan bahwa tidak ditemukan efek
meningkatkan efek antikoagulasi dari yang signifikan terhadap farmakokinetik
warfarin (Abdul, et al., 2000). maupun farmakodinamik dari warfarin
Terdapat sebuah kasus dimana (Abdul, et al., 2000). Hasil yang sama juga
seorang pasien dalam terapi warfarin didapat pada sebuah studi
mengkonsumsi suplemen bawang putih placebocontrolled
yang menyatakan bahwa konsumsi bawang pada pasien yang
putih bersaman dengan warfarin menaikan mengkonsumsi ekstrak bawang putih dan
nilai INR dan menyebabkan pendarahan. warfarin secara bersamaan tidak
Seorang pasien mengalami peningkatan ditemukan
INR dua kali lipat dan menderita perubahan yang signifikan terhadap efek
hematuria farmakologis warfarin baik pada placebo
selama 8 minggu setelah menkonsumsi maupun warfarin (Macan, et al., 2006).
ekstrak bawang putih setiap hari. Setelah Namun, pada sebuah studi yang
penghentian konsumsinya nilai INR pasien dilakukan terhadap empat subjek dengan
kembali normal. Pada kasus lain seorang gen VKORC1 menunjukan terdapat
interaksi farmakodinamik dengan bawang metabolisme warfarin baik secara in vitro
putih yang menginduksi penurunan efek dan in vivo pada tikus. Meskipun, pada
farmakologis warfarin. Sampai saat ini suatu studi disebutkan bahwa ekstrak air
ekstrak bawang putih masih digunakan danshen pada dosis normal tidak
sebagai terapi sampingan bagi pasien mengubah farmakokinetik dan
dalam terapi warfarin dikarenakan farmakodinamik warfarin pada tikus sehat
keuntungannya terhadap kesehatan (Chu, et al., 2011).
kardiovaskular (Ramsay, et al., 2005). Sementara itu, pada studi klinis
Sehingga, apabila mengkonsumsi terdapat tiga kasus over-antikoagulasi dan
herbal ini bersaman dengan terapi warfarin pendarahan dilaporkan akibat penggunaan
sebaiknya dilakukan monitoring terhadap bersama warfarin dan danshen. Pada suatu
nilai INR (Kannar, et al., 2001). Studi kasus INR pasien yang mengkonsumsi
lebih warfarin dan danshen secara bersamaan
jauh perlu dilakukan untuk mengetahui meningkat secara siginifikan. Seorang
mekanisme interaksi herbal-warfain ini. pasien berusia 62 tahun yang secara rutin
Karena terdapat penyataan yang berbeda mengkonsumsi warfarin memiliki
pada beberapa studi, interaksi ini peningkatan INR hingga lebih dari 8,4
dikategorikan possible (level III) dengan setelah mengkonsumsi ekstrak danshen
efek major yang perlu diwaspadai. selama dua minggu. Pada kasus lain
setelah konsumsi danshen selama tiga hari
Danshen (Salvia miltiorrhiza) seorang pasien berusia 66 tahun yang
Danshen merupakan obat herbal sudah setahun mengkonsumsi warfarin 2 –
tradisional yang digunakan untuk 2,5mg/hari mengalami pendarahan hingga
meningkatkan sirkulasi darah dan banyak harus dilarikan ke rumah sakit dengan
digunakan sebagai obat untuk penyakit kenaikan INR dari 2 menjadi 5,5 (Beikang,
kardiovaskular seperti jantung koroner, et al., 2014).
hyperlipidemia dan cerebrovascular (Zhou, Hingga saat ini belum terdapat studi
et al., 2005). yang meneliti bagaimana interaksi danshen
Efek Danshen terhadap dan warfarin pada orang sehat. Sehingga,
farmakokinetik dan farmakodinamik interaski warfarin dan danshen ini dapat
warfarin pada tikus telah dilaporkan secara dikategorikan probable dengan tingkat
ekstensif. Danshen dilaporkan menaikan keparahan major.
konstanta laju absorpsi, AUC maksimum, Penggunaan herbal ini bersamaan
dan waktu paruh eliminasi namun dengan warfarin sebaiknya dihidari atau
menurunkan eksresi dan volume distribusi perlu diawasi oleh tenaga kesehatan, salah
baik R dan S warfarin. Sehingga, respon satu caranya adalah dengan monitoring
antikoagulan dari warfarin akan naik nilai INR pasien secara berkala.
ketika
dikonsumsi bersama dengan danshen. Ginseng (Panax ginseng)
Selain itu, Danshen akan meningkatkan Ginseng (Panax ginseng) digunakan
efek farmakologi warfarin dengan sebagai herbal untuk menjaga daya tahan
memperpanjang waktu prothrombin tubuh (Williamson, et al., 2009). Pada
sebagai indikator antikoagulasi (Chan, et sebuah studi secara in vitro disebutkan
al., 1995). bahwa beberapa komponen dari Panax
Studi terbaru menunjukan bahwa ginseng menginhibisi agregasi platelet dan
senyawa tanshinones dari Danshen formasi thromboxane (Zhu, et al., 1999).
menginhibisi hidroksilasi warfarin Terdapat sebuah kasus yang
hydroxylation dan menaikan konsentrasi melaporkan bahwa pada pasien laki-laki
steady-state plasma dari warfarin (Wu & berusia 47 tahun yang mengkonsumsi
Yeung, 2010). Tanshinones menginhibisi warfarin selama 9 bulan memiliki rentang
INR 3 – 4 selama 2 minggu faktor lain yang mungkin dapat
mengkonsumsi mempengaruhi efek yang dihasilkan
kapsul ginseng tiga kali sehari memiliki (Jiang, et al., 2005).
penurunan INR hingga 1,5. Kemudian Pada sebuah studi pada 12 volunteer
setelah penghentian konsumsi ginseng sehat yang diberikan 25mg warfarin
nilai selama 7 hari kemudian diberikan herbal
INR naik kembali menjadi 3,3 dalam jahe pada dosis yang direkomendasikan
selang waktu 2 minggu. Pada pasien lain selama 7 hari. Hasilnya tidak terdapat
terjadi penurunan INR menjadi 1,4 dengan interkasi yang signifikan antara warfarin
thrombosis (Rosado, 2003). Ini dengan jahe yang menyebabkan perubahan
mengindikasikan ginseng kemungkinan farmakodinamik maupun farmakokinetik
menghambat agregasi platelet dan dari warfarin (Jiang, et al., 2005). Laporan
pembentukan tromboxan. kasus interaksi antara jahe dan warfarin
Meskipun begitu, pada sebuah studi masih terbatas. Interaksi yang mungkin
yang dilakukan terhadap 12 volunteer terjadi antara jahe dan warfarin dapat
sehat dikategorikan doubtful dengan tingkat
pemberian kapsul berisi ekstrak ginseng keparahan moderate.
1gram 3 kali sehari selama 2 minggu tidak Soya (Gylcine max)
mempengaruhi efek farmakodinamik Meskipun kedelai tidak digunakan
maupun farmakokinetik warfarin setelah sebagai obat herbal. Namun, kedelai
pemberian dosis tunggal 25 mg warfarin banyak dikonsumsi sebagai suplemen yang
(Jjang, et al., 2004). bermanfaat untuk kesehatan
Studi pada tikus juga menyatakan kardiovaskular, mencegah peningkatan
bahwa tidak ada efek terhadap laju arterosklerosis, termasuk menurunkan
absorpsi atau eliminasi dan waktu kadar kolesterol, LDL dan Trigliserida.
prothrombin setelah pemberian warfarin Dalam sebuah kasus disebutkan
dan ginseng secara dosis tunggal. Pada terdapat penurunan nilai INR pada pasien
studi lain yang dilakukan terdapap 25 hypertriglyceridemia yang sedang
pasien dengan cardiac valve replacement menjalankan terapi dengan warfarin dan
yang sedang dalam terapi warfarin mengkonsumsi protein kedelai dalam
diberikan 1 gram ekstrak panax ginseng bentuk susu kedelai. Meskipun tidak
atau placebo tidak menunjukan perbedaan terdapat studi pada hewan maupun
yang berarti nilai INR nya (Lee, et al., manusia sehat kejadian adverse reaction
2010). Selain itu, mekanisme pasti berupa penurunan nilai INR terjadi pada
penurunan efek warfarin dengan pasien yang menkonsumsi susu kedelai
pemberian ginseng ini masih harus diteliti secara kontinu selain itu, nilai INR ini
lebih lanjut, sehingga interaksi ini dapat akan
dikategorikan possible dengan efek major meningkat setelah penghentian konsumsi
karena pada sebuah kasus interaksinya susu kedelai. Tidak dilakukan pengujian
menghasilkan efek thrombosis yang dapat ulang pada kasus ini dikarenakan adanya
berakibat fatal. resiko iskemik dan penolakan dari pasien
Jahe (Zingiber officinale) (Cambria-Kiely, 2002).
Jahe memiliki efek antiinflamasi, Pada kasus ini telah dilakukan
antispasmodik dan aktivitas antiplatelet eliminasi terhadap faktor yang memiliki
(Ali, et al., 2008). Terdapat satu kasus kemungkinan mempengaruhi nilai INR
yang menyatakan bahwa terjadi kenaikan seperti dosis warfarin, penyimpanan obat,
INR yang signifikan pada seorang pasien resep yang baru, peningkatan konsumsi
wanita yang mengkonsumsi warfarin vitamin K, konsumsi alkohol dan
dengan akar jahe secara bersamaan. perubahan aktivitas fisik. Namun, tes
Namun, pada kasus ini tidak dijelaskan terhadap parameter farmakokinetiknya
belum dilakukan (Cambria-Kiely, 2002). Teh Hijau (Camellia sinensis)
Berdasarkan studi yang ada soya Teh hijau (Camellia sinensis) yang
dapat dikategorikan probable dengan kaya akan antioksidan dipercaya dapat
tingkat keparahan moderate. Sehingga mencegah beberapa penyakit seperti
konsumsinya dengan terapi warfarin kanker dan menurunkan tekanan darah,
sebaiknya dihindari. manajemen berat badan dan menjaga
kesehatan kardiovasluar (Kuriyama, et al.,
St John’s Worth (Hypericum perforatum) 2006).
St John’s Worth (SJW) telah banyak Teh Hijau telah dilaporkan memiliki
digunakan sebagai obat untuk mengobati kandungan vitamin K yang tinggi (Booth,
anxietas dan depressi (Rey & WalterG, et al., 1993). Dalam 100 gram daun kering
1998). Interaksi antara St John’s Worth teh hijau mengandung sebanyak 1428 𝜇g
(SJW) dengan warfarin telah dilaporkan vitamin K. Sedangkan dalam seduhan teh
pada empat kasus secara spontan. Keempat nya mengandung sekitar 0.03 𝜇g vitamin
kasus menunjukan penurunan efek K
farmakologis dari warfarin pada tiap 100 g seduhan teh (Booth, et al.,
pemakaian bersama warfarin dengan SJW . 1995).
Kemudian, terdapat 22 kasus yang juga Efek antagonis dari teh hijau
dilaporkan memiliki interaksi sehingga terhadap warfarin dilaporkan berdasarkan
menghasilkan perubahan nilai INR dengan kandungan vitamin K nya yang tinggi
penurunan INR sebagai efek yang paling berlawanan dengan mekanisme warfarin
sering dihasilkan (Greenblatt & Moltke, yang menginhibisi vitamin K yang
2005). merupakan precursor pembekuan darah
Secara farmakologi bentuk Senantiomer (Werba , et al., 2018).
dari warfarin merupakan Bagaimapun juga sampai sekarang
bentuk aktif yang memiliki efek hanya terdapat satu kasus yang
farmakologi dan dimetabolisme oleh menyakatan terdapat interaksi antara teh
CYP2C9. Konsumsi SJW ini disebutkan hijau dengan warfarin yang menyebutkan
dapat menginduksi metabolism warfarin pada seorang pasien laki-laki berusia 44
oleh CYP2C9 sehingga efek farmakologi tahun yang mengkonsumsi warfarin 7,5
yang berkurang yang ditandai dengan mg
penurunan nilai INR pasien (Gurley, et al., setiap hari kemudian menkonsumsi 0,5 -1
2008). Dalam sebuh studi pada 12 orang galon teh hijau mengalami penurunan INR
volunteer sehat disebutkan bahwa SJW secara signifikan dari 3.79 menjadi 1.37
menaikan eksresi warfarin dan terdapat dan nilai INR nya naik kembali menjadi
penurunkan AUC sebesar 20% pada 2,55 setelah penghentian konsumsi teh
pemberian warfarin secara single dose. hijau ini, data farmakokinetik dari studi ini
Interaksi yang ada bersifat menurunkan tidak dilakukan (Taylor & Wilt , 1999).
INR dan dapat menurunkan efektivitas Meskipun kasus ini sudah banyak
warfarin sehingga penyesuai dosis perlu disitasi belum ada penelitian lebih lanjut
dilakukan (Henderson, et al., 2002; Jjang, yang mendukung hasil observasi pada
et al., 2004). Oleh karena itu SJW studi
berdasarkan tingkat kejadian dikategorikan ini (Cheng, 2007). Berdasarkan studi yang
highly probable dengan tingkat keparahan telah dilakukan interaksi antara teh hijau
minor ke moderate. Sehingga penggunaan dan warfarin ini dapat dikategorikan
bersamaan dengan warfarin perlu Doubtful dengan efek moderate dan
dihindari. sebaiknya dilakukan studi lebih lanjut
untuk mengetahui interaksi yang terjadi.
Tabel 3. Rangkuman Interaksi Herbal – Warfarin berdasarkan bukti klinis
Nama Herbal Efek Klinis Keparahan Tingkat Kejadian
Bawang Putih
(Allium cepa)
Potensiasi Major III (Possible)
Danshen
(Salvia miltiorrhiza)
Potensiasi Major II (Probable)
Ginseng
(Panax ginseng)
Inhibisi Major III (Possible)
Jahe
(Zingiber officinale)
Potensiasi Moderate IV (Doubtful)
Soya
(Glycine max)
Inhibisi Moderate II (Probable)
St John’s Worth
(Hypericum perforatum)
Inhibisi Moderate I (Highly Probable)
Teh Hijau
(Camellia sinensis)
Inhibisi Moderate IV (Doubtful)