Anda di halaman 1dari 68

1

Pendahuluan
Interaksi antara obat dengan obat
definisikan sebagai modifikasi efek dari suatu obat
karena kehadiran obat lain (Walker dan Edwards,
1999),
baik diberikan sebelumnya atau bersamaan yang
dapat memberikan potensiasi atau antagonisme
satu obat oleh obat lain (Anonim, 2000),
dapat menguntungkan ataupun merugikan.

2
Interaksi yang merugikan
Sedatif dan antihistamin digunakan secara
bersamaan dapat menyebabkan
penurunan kesadaran dan memperlambat
reaksi pasien karena efek penurunan
kesadaran keduanya menjadi sinergisme
(Anonim, 2005).

3
Interaksi yang menguntungkan

Penggunaan bersaman antara


metoklopramid dan parasetamol
Terjadi peningkatan absorsi parasetamol

4
Hasil interaksi
• Interaksi obat dengan obat adalah respon klinik
atau farmakologis dari suatu pemberian
kombinasi obat , yang berbeda dari yang
seharusnya terjadi bila kedua obat obat
diberikan sendiri-sendiri.
• Efek yang terjadi dapat berupa :
a. Antagonisme (1+1<2) artinya kegiatan obat
pertama dikurangi atau ditiadakan sama sekali
oleh obat kedua yang memiliki khasiat
farmakologis yang bertentangan, misalnya
adrenalin dan histamin.

5
b. Sinergisme (1+1>2) artinya kerjasama antara
dua obat dan dikenal ada dua jenis yaitu Adisi
efek kombinasi adalah sama dengan jumlah
kegiatan dari masing-masing obat (1+1=2),
misalnya kombinasi asetosal dan parasetamol,
juga trisulfa. Atau potensiasi (mempertinggi
potensi). Kegiatan obat dipertinggi oleh obat
kedua (1+1>2), kedua obat dapat memiliki
kegiatan yang sama, seperti estrogen dan
progesteron, sulfametoksasol dan trimetoprim,
asetosal dan kodein. Atau satu obat tidak
memiliki efek bersangkutan misalnya analgetika
dan klorpromazin, benzodiazepin/meprobamat
dan alkohol , penghambat MAO dan amfetamin
dan lain-lainnya.
6
C. Idiosinkrasi yaitu peristiwa suatu obat
memberikan efek yang secara kualitatif total
berlainan dari efek normalnya, umumnya
disebabkan kelainan genetika pada pasien
bersangkutan. Sebagai contoh disebut anemia
hemolitik (kurang darah akibat terurainya sel-sel
darah) setelah pengobatan malaria dengan
primaquin atau derivatnya.
Contoh lain pasien pada pengobatan dengan
neuroleptika untuk menenangkannya justru
memperlihatkan reaksi yang bertentangan dan
menjadi gelisah dan cemas (Tjay dan Rahardja,
1986).

7
Obat –obat yang sering terlibat
dalam interaksi obat adalah :
a. Obat-obat dengan indeks terapi yang sempit
artinya: obat yang mempunyai dosis mulai
timbul efek toksik jaraknya pendek terhadap
dosis terapi, dalam interaksi obat dapat
menimbulkan efek toksik dari obat ebjek.
b Obat-obat yang memerlukan kontrol dosis yang
tepat artinya : obat-obatan yang disesuaikan
dengan kondisi fisiologik maupun patologik
pasien, misalnya : antikoagulan, antihipertensi,
antidiabetik.
8
Obat-obat yang sering menjadi
obat objek yaitu :
a. Obat yang mempunyai kurva dosis-
respon curam yaitu perubahan dosis
sedikit saja bisa merubah efek terapeutik,
dalam interaksi obat dapat menimbulkan
turunnya kemanfaatan atau efektifitas dari
obat objek.

9
b. Obat-obat yang mempunyai indeks terapi
sempit yaitu obat yang mempunyai dosis
mulai timbul efek toksik jaraknya pendek
terhadap dosis terapi, dalam interaksi obat
dapat menimbulkan efek toksik dari obat
objek.
• rasio efek toksik : terapetik rendah

10
Tabel obat-obat yg memiliki rentang
terapi yang sempit
Rentang terapi
Obat
Digoksin 0,8 – 2,0 ng/mL
1 – 2,6 mcmol/L
Teofilin 10 –20 mcg/mL
55 – 110 mcmol/L
Gentamisin peak 5 – 12 mcg/mL
trough < 2 mcg/mL
Fenitoin 10 –20 mcg/mL
20 – 80 mcmol/L
Karbamazepin 4 – 12 mcg/mL
17 – 50 mcmol/L
Parasetamol > 200 mcg/mL
Disopiramid 2 –5 mcg/mL
Prokainamid 4 – 10 mcg/mL
Kuinidin 2 – 5 mcg/mL

11
obat-obat yang cenderung sebagai
obat presipitan yaitu :
a. Obat yang memiliki ikatan obat-protein
tinggi cenderung dominan, akibatnya
obat tersebut dapat mendesak obat lain
yang terikat protein sehingga
terbebaskan, akibatnya kadar obat
bebas dalam darah meningkat dengan
tajam, secara matematis dapat
digambarkan pada table berikut :contoh :
aspirin, fenilbutazon, sulfonamid.
12
Tabel % kenaikan obat bebas setelah
pendesakan 5 % dari obat terikat protein
Sebelum Setelah % kenaikan
pendesakan pendesakan obat bebas
Keterangan
Obat A
% obat terikat 95 90 100
% obat bebas 5 10
Obat B
% obat terikat 50 45 10
% obat bebas 50 55

13
b. Obat-obat yang menstimulasi atau menginhibisi
metabolisme obat lain

Interaksi ini merugikan atau menguntungkan


tergantung dari sifat obatnya masing-masing
Obat aktif adalah metabolitnya
Misalnya :
Prednison Prednisolon
Procainamid N-Asetil Procainamid

Maka obat yang menstimulasi metabolisme akan


menyebabkan meningkatnya kadar obat aktif dalam
darah

14
Obat aktif adalah obat aslinya

Misalnya :
Captoril, furosemid, methyldopa dll
Maka obat yang menstimulasi metabolisme
akan menyebabkan menurunnya kadar obat
aktif dalam darah.

15
Obat yg menstimulasi Contoh
• Antikonvulsan(fenitoin, karbamazepin,
fenobarbital); Rifampisin; griseofulvin

Obat yg menginhibisi contoh :


• Allopurinol; kloramfenikol; cimetidine;
metronidazol; INH; ciprofloksasin

16
c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi
fungsi ginjal dan menurunkan kliren ginjal
dari obat objek,
contoh : diuretik, probenesid.

17
Signifikansi Interaksi
• Suatu interaksi dianggap penting kalau ia berpotensi
merusak atau menyakiti pasien (Shimp dan Mason,
1993). Pasien yang menerima obat-obatan dalam
jumlah besar kemungkinan akan terjadi reaksi yang
merugikan.
• Penelitian dari sebuah rumah sakit menjelaskan
rata-rata 7% pasien menerima 6-10 macam obat,
• dan 40% pasien menerima 16-20 macam obat
dimana terjadi peningkatan yang tidak seimbang.
• Penjelasan tersebut memungkinkan interaksi secara
bersamaan antar obat (Stockley, 1994).

18
• Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila
berakibat meningkatkan toksisitas atau
mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi,
• terutama bila menyangkut obat dengan batas
keamanan atau indeks terapi yang sempit atau
memiliki kurva dosis respon yang curam
(Ganiswarna, 1995),
• karena peningkatan sedikit saja dari kadar plasma
dapat menimbulkan gejala toksik yang hebat,
• terutama antikoagulansia kumarin, teofilin,
fenitoin, digoksin, tolbutamid dan antidiabetika oral
lainnya (Tjay dan Rahardja, 1986), dan obat-obat
yang memerlukan kontrol dosis yang ketat
contohnya, antikoagulansia, antihipertensi, dan
antidiabetik 19
• Ada 5 tingkat signifikansi yang menunjukkan
keberbahayaan suatu interaksi antar obat
dengan obat Keterangan :
– Interaksi signifikansi 1 termasuk interaksi yang
berat/berbahaya dan terdokumentasi dengan baik
– Interaksi signifikansi 2 termasuk interaksi yang
berat/berbahaya sampai sedang dan terdokumentasi
dengan baik
– Interaksi signifikansi 3 termasuk interaksi tidak
berbahaya (ringan) dan terdokumentasi dengan baik
– Interaksi signifikansi 4 termasuk interaksi
berat/berbahaya sampai sedang dengan data
kejadian yang sangat terbatas
– Interaksi signifikansi 5 termasuk interaksi tidak
berbahaya (ringan) dengan dokumentasi yang
terbatas dan beberapa interaksi ini belum terbukti
secara klinis (Tatro, 2001).
20
Tabel VIII. Urutan tingkat
signifikansi (Tatro, 2001)

Tingkat Keparahan Dokumentasi


Signifikansi
1 Major Suspected or >
2 Moderate Suspected or >
3 Minor Suspected or >
4 Major/Moderate Possible
5 Minor Possible
Any Unlikely

21
Tingkat Signifikansi Interaksi dinilai dari
• 1. Onset
• 2. Severity/keparahan
• 3. Documentation

22
Onset

Seberapa cepat efek klinis dari suatu interaksi dapat


terjadi, menentukan seberapa penting tindakan yang
harus dilakukan untuk menghindari efek yang
merugikan.
Dua tingkatan onset yang digunakan :
Rapid artinya efek terlihat dalam 24 jam sesudah
pemberian obat yang berinteraksi, tindakan segera
diperlukan untuk menghindari efek dari interaksi yang
terjadi.
Delayed artinya efek tidak akan terlihat sampai obat yang
berinteraksi diberikan pada jangka waktu berhari-hari
atau berminggu-minggu, tindakan segera tidak
diperlukan (Tatro, 2001).

23
Severity (tingkat keparahan)
Menunjukkan potensi keparahan interaksi, terutama dalam
menilai resiko dibandingkan keuntungan alternatif
terapi yang terjadi.
Dengan penyesuaian dosis yang tepat, pengaturan
pemberian frekuensi obat, efek merugikan dari
interaksi obat dapat dihindari. Ada 3 tingkat keparahan
interaksi obat, yaitu :
Major artinya efek potensial yang membahayakan jiwa atau
menyebabkan kerusakan permanen.
Moderate artinya efek dapat menyebabkan perubahan dari
status klinis pasien, perawatan tambahan, rawat inap,
atau perpanjangan rawat inap mungkin diperlukan.
Minor artinya efek biasanya ringan, akibatnya mungkin
mengganggu atau tidak disadari, tetapi tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap efek obat
yang diinginkan terjadi. Perawatan tambahan biasanya
tidak diperlukan (Tatro, 2001). 24
Documentation (dokumentasi)

• Dokumentasi menentukan tingkat kepercayaan atau


bukti bahwa interaksi dapat menyebabkan perubahan
respon klinis. Skala ini menunjukkan pengelompokkan
evaluasi dari kualitas dan relevansi klinik pada literatur
yang mendukung kejadian suatu interaksi,
bagaimanapun banyak faktor yang mempengaruhi
walaupun telah terbukti dengan baik interaksi terjadi
pada beberapa pasien. Dokumentasi tidak
menunjukkan kejadian atau frekuensi terjadinya suatu
interaksi, juga tidak tergantung dari potensi kerasnya
efek suatu interaksi.

25
Documentation (dokumentasi)

Ada 5 tingkat dokumentasi, yaitu :


• Established artinya terbukti terjadi dalam penelitian
terkontrol
• Probable artinya sering terjadi tetapi tidak terbukti dalam
penelitian terkontrol
• Suspected artinya dapat terjadi dengan data kejadian
yang cukup dan diperlukan penelitian lebih lanjut
• Possible artinya mungkin terjadi dengan data kejadian
sangat terbatas
• Unlikely artinya diragukan, tidak ada bukti yang cukup
terjadinya perubahan efek klinis (Tatro, 2001).

26
Klasifikasi interaksi obat signifikansi 1, 2, 3, 4, dan 5 (Tatro, 2001).

Interaksi obat + obat Onset Severity Documentation


Signifika
nsi
1 Isoniazid – Rifampisin Delayed Major Probable

2 Deksametason – Fenobarbital Delayed Moderate Established

Fenitoin – Karbamazepin Delayed Moderate Suspected

Fenitoin – Rifampisin Delayed Moderate Suspected

Karbamazepin – Isoniazid Delayed Moderate Suspected

fenitoin – isoniazid Delayed Moderate Established

Asetaminofen – Fenitoin Delayed Moderate Suspected

Deksametason – Fenitoin Delayed Moderate Established

27
Interaksi Farmakokinetika
• Interaksi ini terjadi ketika absorbsi, distribusi,
metabolisme atau ekskresi suatu obat
terpengaruh oleh adanya obat(senyawa)lain.
• Interaksi absorbsi
• Mekanisme yang dapat mengubah kecepatan
absorbsi obat dalam GI tract dipengaruhi banyak
factor antara lain, berubahnya: kecepatan aliran
darah GI, motilitas GI, pH GI, kelarutan obat,
Metabolisme GI, Flora GI, atau Mucosa GI,
terbentuknya komplek yang tidak larut.

28
• Contoh :
– Penurunan motilitas Gastrointestinal, disebabkan
karena obat-obat golongan morfin, dan obat-obat
dengan efek antikolinergik misalnya antidepresan
trisiklik.
– Terbentuk chelat dari Ca, Al, Mg, garam besi oleh
tetrasiklin.
– Obat terjebak dalam makanan, contoh Ampisilin
– Obat diabsorbsi obat lain : Lincomycin dan kaolin-
pektin, obat dgn karboadsorben.
– Perubahan ion : cholestyramin-walfarin.
– Peningkatan absorbsi digoksin atau penurunan
absorbsi estrogen dalam kontrasepsi oral yang
digunakan secara bersamaan dengan antibiotika

29
• Ada 2 contoh penting dari pemanfaatan interaksi
absorbsi, yaitu :
• 1. Metoclopamide dapat meningkatkan
kecepatan pengosongan lambung, dan hal ini
menyebabkan meningkatnya penyerapan
analgesik pada pengobatan migrain akut,
• 2. Adanya charcoal yang mengikat beberapa
obat di usus, hal ini dapat mencegah
penyerapan dan obat tersebut di reabsorbsi
setelah ekskresi bilier atau sekresi intestinal.
• Prinsip ini dipergunakan dalam perawatan
keracunan yang disebabkan bahan-bahan
golongan phenobarbiton dan antidepresan
trisiklik.

30
Interaksi pendesakan ikatan obat-protein

• Pendesakan ikatan obat-protein oleh obat


lain dapat meningkatkan kadar obat bebas
dalam darah, dan hal ini sangat potensial
dalam peningkatan efek bahkan efek
toksik dari suatu obat, terutama obat yang
memiliki rasio efek terapi dan efek toksik
rendah.

31
Interaksi Distribusi Seluler

• Rifampisin dapat mereduksi efek walfarin dengan cara


menginhibisi up take dari hepatocytes, hal ini
menyebabkan peningkatan metabolisme sehingga efek
walfarin menurun.
• Transport aktif dari beberapa obat anti hipertensi
(bethanidine, Guenethidine, debricoquine) ke pangkal
syaraf simpatik yang merupakan tempat terjadinya efek
terapeutik, di inhibisi oleh antidepresan trisiklik (dan
mungkin juga oleh beberapa phenothiazine) sehingga
terjadi penurunan kontrol terhadap tekanan darah.
• Mekanisme tersebut juga menjadi dasar dari interaksi
antara antidepresan trisiklik dengan clonidine dan -
metildopa.
32
Interaksi Metabolisme
• Interaksi obat pada saat terjadi metabolisme dapat
terjadi ketika metabolisme sebuah obat dihambat atau
ditingkatkan oleh obat lain.
• Biasanya reaksi ini berpengaruh pada cytocrom P450
• Induksi Metabolisme obat
• Obat-obat yang meningkatkan (menginduksi)
metabolisme obat melalui peningkatan reticulum
endoplasma di hepatocyte dan karena peningkatan
kandungan Cyt P450 dan cyt c- reduktase.
• Hal ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan efek
dari object drug

33
34
• Interaksi Digoksin-Furosemid
• Efek terapeutik glikosida jantung pada fungsi
mekanis adalah untuk meningkatkan intensitas
filamen actin dan myosin dari sarkomer jantung
• Peningkatan intensitas disebabkan oleh
peningkatan konsentrasi kalsium bebas di dalam
daerah sekitar protein kontraktil selama systole.
• Peningkatan konsentrasi Natrium intraseluler :
• Karena penghambatan Na/K ATP-ase (1)
• Karena suatu penurunan relatif ekspulsi kalsium
dari sel oleh exchanger natrium-kalsium (2)
disebabkan oleh peningkatan natrium
intraseluler.
35
• Kalium dan digitalis berinteraksi dalam 2
cara :
• Mereka saling menghambat pada
pengikatan Na/K ATP-ase.
• automatisitas jantung yg tidak normal
dihambat oleh hiperkalemia. Karenanya
peningkatan kalium ekstraseluler yang
sedang dapat menurunkan efek digitalis,
utamanya efek toksik.

36
Tabel interaksi obat : Induksi Metabolisme

Precipitant drug Object drug


Alkohol Coumarin
Barbiturat antikoagulan, Phenitoin
Carbamazepin Cpz, Corticosteroid,
Griseofulvin caumarin antikoagulan,
Phenilbutazon doksisiklin, kontrasepsi
Rifampisin oral, fenitoin.
Fenitoin
Walfarin
Corticosteroid
Coumarin
anticoagulan,
kontrasepsi oral,
tolbutamid 37
Inhibisi Metabolisme Obat
Pada interaksi jenis ini dapat menyebabkan terjadinya
kegagalan metabolilsme obat, kegagalan tersebut
dapat melalui 3 cara, yaitu :
1.Inhibition of The Mixed Function Oxidase

Precipitant drug Object drug


Azapropazone Fenitoin
Chloramfenikol Fenitoin, tolbutamid,
Cimetidin walfarin
Macrolides Diazepam, propranolol,
INH walfarin
Metronidazol Theofilin
Phenilbutazon Fenitoin
Quinolones Alcohol, walfarin
Klopropamid, fenitoin,
tolbutamid, walfarin.
Theofilin, walfarin 38
2. Inhibition of Specific Metabolic Enzymes

Precipitant Enzyme Object drug


drug
Allopurinol Xanthine oxid Azathioprine
Carbidopa Dopa L-dopa
Disulfiram decarboxilase Alcohol
MAO inhibitor Alk.Dehydrogen Amin dlm -
ase makanan,-
Monoaminase - amfetamin
oxidase

39
• 3. Amine dalam makanan yg dpt
berinteraksi dgn MAO inhibitor :
• Keju
• Daging & ekstrak ragi
• Beberapa anggur merah
• Protein unfresh

40
Interaksi Ekskresi
• Kompetisi pada sekresi tubulus ginjal adalah
mekanisme yang penting dalam interaksi ini.
• Contoh :
• Probenecid menginhibisi sekresi tubular penisilin,
sehingga dapat meningkatkan dan memperlama
efek,
• Sehingga interaksi ini relatif menguntungkan
• Efek yang sama dapat meningkatkan toksisitas kloroquin
pada mata pada penderita yg menggunaka probenecid.
• Qiunidine menginhibisi sekresi tubular dari digoksin dan
konsekuensinya konsentrasi plasma digoksin meningkat
dan mungkin menyebabkan toksik, hal yang sama juga
terjadi pada verapamil dan digoksin

41
Interaksi Farmakodinamika
Pada interaksi farmakodinamika precipitant drug mempengaruhi efek
dari object drug pada tempat aksi,
• baik secara langsung maupun tak langsung.
Interaksi farmakodinamika secara langsung
• Terjadi jika dua obat yang memiliki aksi ditempat yg sama
(antagonis atau sinergis) atau memiliki aksi pada dua tempat yang
berbeda yang hasil akhirnya sama.
Antagonis pada tempat yg sama terjadi misalnya:
• penurunan efek opiat dengan naloxon
• penurunan aksi walfarin oleh vit. K
• penurunan aksi obat-obat hipnotik oleh caffeine.
• Penurunan aksi obat-obat hipoglikemik oleh glucocorticoids.

42
• Sinergis pada tempat yg sama :
• * Verapamil dan  adrenoseptor antagonis
menyebabkan frekuensi yg sangat tinggi dari
aritmia jantung dibanding pada pemberian
sendiri-sendiri, hal ini mungkin disebabkan oleh
adanya interaksi dgn jaringan khusus cardiac.
• * Anti hipertensi dan obat-obat yang
menyebabkan hipotensi misalnya anti angina,
vasodilator.

43
Interaksi farmakodinamika secara tak langsung
• Pada interaksi ini, farmakologik, therapeutic,
atau efek toksik dari precipitant drug dalam
beberapa kesempatan dapat mengubah
efekterapi atau efek toksik dari object drug,
tetapi terdapat 2 efek yang tidak berkaitan dan
tidak berinteraksi secara mandiri (langsung)
• Walfarin dan antikoagulan lain mungkin terlibat
interaksi tidak langsung :

44
interaksi tidak langsung dengan 3 cara :
Agregasi platelet
• Beberapa obat dapat menurunkan daya agregasi dari
platelet, misalnya salisilat, dipiridamol, asam
mefenamat, fenilbutazon, dan obat-obat NSAID.
Ulcerasi GI
• Jika sebuah obat menyebabkan ulcerasi GI, maka akan
menyebabkan kemungkinan terjadi pendarahan pada
penderita karena pemberian antikoagulan, misalnya
aspirin, fenilbutazon, indometasin, dan NSAID lain.
Fibrinolisis
• Obat-obat fibrinolitik misalnya biguanid mungkin
meningkatkan efek walfarin.

45
Sasaran Interaksi
Ada 4 sasaran interaksi :
1. Interaksi obat – obat
2. Interaksi Obat – makanan
3. Interaksi Obat – penyakit
4. Interaksi Obat – Hasil lab

46
Obat dengan obat
Tipe interaksi obat dengan obat merupakan
interaksi yang paling penting
dibandingkan dengan ketiga interaksi
lainnya (Walker dan Edward, 1999).
Semua pengobatan termasuk pengobatan
tanpa resep atau obat bebas harus
diteliti terhadap terjadinya interaksi obat,
terutama bila berarti secara klinik karena
dapat membahayakan pasien.

47
Obat dengan makanan
Tipe interaksi ini kemungkinan besar dapat mengubah
parameter farmakokinetik dari obat terutama pada
proses absorpsi dan eliminasi, ataupun efikasi dari
obat.
Contoh: MAO inhibitor dengan makanan yang
mengandung tiramin (keju, daging, anggur merah)
akan menyebabkan krisis hipertensif karena tiramin
memacu pelepasan norepinefrin sehingga terjadi
tekanan darah yang tidak normal (Grahame-Smith dan
Arronson, 1992),
makanan berlemak meningkatkan daya serap griseofulvin,
(Shim dan Mason, 1993).

48
• Interaksi obat dan makanan dapat terjadi
ketika makanan yang dimakan
mempengaruhi obat yang sedang kita
gunakan sehingga mempengaruhi efek
obat tersebut, contoh reaksi yang dapat
timbul :
- Makanan dapat mempercepat/memperlambat efek obat
- Beberapa obat tertentu dapat menyebabkan vitamin dan
mineral tidak bekerja secara tepat
- Jenis obat dan makanan yang dapat berinteraksi : salah
satu contoh keasaman dari jus buah dapat menurunkan
efektivitas antibiotik, susu dapat membentuk kelat
apabila diminum bersama tetrasiklin
49
Obat dengan penyakit
Acuan medis seringkali mengacu pada interaksi obat dan
penyakit sebagai kontraindikasi relatif terhadap
pengobatan.
Kontraindikasi mutlak merupakan resiko, pengobatan
penyakit tertentu kurang secara jelas
mempertimbangkan manfaat terhadap pasiennya
(Shimp dan Mason, 1993).
Pada tipe interaksi ini, ada obat-obat yang
dikontraindikasikan pada penyakit tertentu yang
diderita oleh pasien. Misalnya pada kelainan fungsi
hati dan ginjal, pada wanita hamil ataupun ibu yang
sedang menyusui
Contohnya pada wanita hamil terutama pada trimester
pertama jangan diberikan obat golongan
benzodiazepin dan barbiturat karena akan
menyebabkan teratogenik yang berupa phocomelia
NSAID pada Px riwayat tukak lambung 50
Obat dengan tes laboratorium
• Interaksi obat dengan tes laboratorium dapat
mengubah akurasi diagnostik tes sehingga
dapat terjadi positif palsu atau negatif palsu.
• Hal ini dapat terjadi karena interferensi
kimiawi.
• Misalnya pada pemakaian laksativ golongan
antraquinon dapat menyebabkan tes urin pada
uribilinogen tidak akurat (Stockley, 1999),
• atau dengan perubahan zat yang dapat diukur
contohnya perubahan tes tiroid yang
disesuaikan dengan terapi estrogen (Shimp
dan Mason, 1993).
51
Interaksi Obat-Lab.
• Hasil tes lab tidak sesuai dg kondisi
klinis:Bilirubin total 6,0 mg/dL atau lebih(0,3-
1,0 mg/dL),tapi tidak ada tanda jaundice.
Sklera ikterik pada kadar Bilirubin Total 4,0
mg/dL Interaksi
• Terdapat 2 hasil pemeriksaan laboratorium
yang hasilnya saling bertentangan: Px 20 th
sehat pre-operasi Kreatinin Srm 4,2mg/dL
(0,7-1,5), BUN 8,0 mg/dL (5-20) 
inj.iv.cefoxitinKreatinin Serum
Interaksi Obat-Lab.
• Hasil pemeriksaan laboratorium yang
sama, variasinya sgt besar pd periode
berdekatan: Px di atas, pemeriksaan
serum kreatinin sehari sblm operasi 1,0
mg/dL (0,7-1,5), menjelang operasi
menjadi 4,2 mg/dL
• Hasil pemeriksaan laboratorium tunggal
hasilnya jauh dari angka normal: Gula
darah 800 mg/dL pada Px 75 thn non
diabetik asimtom-atik
Interaksi Obat-Lab.: Action
• Tes Lab. Diulang, menunggu
Obat tereliminasi smp minimal
(lihat waktu paruh eliminasi)
• Obat diganti dengan yang tdk
berinteraksi dengan hasil Lab.
• Bila ragu, kondisi klinis pasien
sebagai pedoman pengambilan
keputusan
PENATALAKSANAAN
INTERAKSI OBAT
• Pertimbangkan Risk-Benefit bila
meresepkan obat kombinasi
yang potensial berinteraksi
secara klinik
• Bila memang dibutuhkan
kombinasi tsb, siapkan
prosedur monitoring gejala
interaksi yang mungkin akan
timbul
Mekanisme Interaksi Obat-
Lab
Invivo/Farmakologi: Invitro/Analitik:
ESO furosemid Obat/Metabolit
hipo K+, parastamol Pengaruhi Proses
SGPT , fenitoin Analisis scr in vitro
 gula drh
Struktur kimia
Biasanya Obat
analit mirip dg
Pengaruhi Fisiologi
obat: Vit.CGula
Tubuh
Darah,
Interaksi Obat - Herba

57
Herba Interaksi Obat/Caution

Activated Charcoal Vitamin atau obat –obat oral


dapat diabsobsi
Aloe vera Caution in Pregnancy, dpt
menyebabkan kontraksi
uterin
Digoksin, dieretik dpt
menyebabkan hipokalemi
Asparagus root Menyebabkan diuresis

58
Barberry Metabolisme normal dari Vit
B dapat diubah pada dosis
yg tinggi
Black haw Tdk boleh diberikan pada
anak dibawah 6 thn dgn
flu/chickenpox krn dapt
menyebabkan reye
sindroma
Black pepper Obat-obat anti asma, krn dpt
menyebabkan penurunan
metabolisme
Black tea Dpt menghambat fungsi
thiamin tubuh 59
Chlorella (chlorella Mengandung vit K yang cukup
vulgaris) signifikan

Ephedra Dihindari pada Px dgn


pengobatan tensi
Antidepresan
Garlic Px dgn pengobatan DM
Walfarin
Aspirin, pada dosis garlic untuk
pengobatan
Ginger pd dosis yang besar
Dpt menghambat agregasi
platelet melalui inhibisi sintetase
tromboksan
60
Ginkgo Biloba Walfarin ( ginkgo dpt
menurunkan kecepatan
pembekuan darah)
Ginseng Px dgn pengobatan DM (efek aditif
Dan semua stimulan

Red Clover May have estrogen-like actions,


tu pada KB dgn pil
Px dgn gangguan hati atau pada
Px yg beresiko pecahnya
hemoglobin
Red pepper Dpt meningkatkan metabolm hati
dan dpt berinterferensi Tx HT
atau MAO inhibitor
61
Case 1
MIBEFRADIL, Calsium Antagonis Non
dihidropiridin, Approved by FDA Agustus 97
ditarik dari pasaran Juni 98 karena banyak
laporan interaksi obat yang terjadi akibat
penggunaan obat lain bersama Mibefradil
Dilaporkan: Pasien minum 1 tablet Nifedipin
24 jam setelah pemakaian mibefradil
dihentikan, Pasien mengalami hipotensi dan
bradikardia berat yang refrakter terhadap
semua tindakan, berakhir dengan kematian
FDA Talk Paper.June 1998
Case 2
Pria 49 tahun dengan riwayat depresi berat, diberi
terapi MAO Inhibitor setelah gagal dengan terapi
sebelumnya (Antidepresan trisiklik dan SSRI)
Pasien telah diperingatkan untuk tidak
mengkonsumsi makanan yang mengandung
tiramin selama menggunakan MAOI, karena dapat
menimbulkan hipertensi berat. Selama beberapa
bulan dia patuh dengan diet bebas tiramin yang
diberikan, kondisi depresinya semakin membaik
dan nafsu makannya membaik. Suatu saat dia
makan coklat dalam jumlah yang cukup banyak. 2
jam berikutnya dia masuk UGD karena sakit kepala
hebat, didiagnosis hipertensi krisis, diterapi dengan
nitroprusid. Pasien menderita stroke dan
meninggal 20 menit setelah terapi dimulai.
J.Pharm. Soc. of Wisconsin, Dec.1998
Case 3
• Wanita 47 tahun penderita sakit kepala migrain
kronik,mengkonsumsi tablet Migral (ergotamin,
ciclizin, caffein). Mendapat resep Eritromisin untuk
ISPA. 48 jam kmd menderita ergotisme parah: kedua
kaki hilang kekuatan dan sensasi nadi perifer t.t.b.
Pada hari ke 5 mengalami iskemia perifer dan gejala
gangren awal. Pasien selamat tapi kaki kiri
diamputasi di bawah lutut karena gangren
• Pria 55 tahun yang diterapi ergotamin jangka panjang
karena serangan migrain kronis, mengalami gejala
ergotisme, kedua tangannya menderita iskemia
perifer, setelah mendapat terapi Eritromisin karena
ISPA yang dideritanya.
Australian ADR Bulletin, Dec. 2000
Case 4
Anak laki-laki 12 tahun menderita prostatic
rhabdomyosarcoma menjalani khemoterapi.
Untuk mengatasi mucositis diberi flukonazol
200 mg/hari dan untuk mengatasi nyeri
neuropati akibat kanker diberi amitriptilin 75
mg 2 x sehari. Dia mengalami 2 kali episode
Syncope ketika kedua obat tersebut
digunakan bersamaan. Syncope tidak terjadi
bila kedua obat dipakai secara sendiri-sendiri
The Annals of Pharmacotherapy, Dec.2000
Case 5
Seorang Ibu muda menderita Perdarahan
Uterus Disfungsional (PUD) yang telah cukup
lama terkontrol dengan baik menggunakan
Noretisteron. Suatu ketika dia mendapat
resep dokter Eritromisin, untuk mengobati
ISPA akutnya. Ketika obat tersebut diminum
bersamaan dia merasa jantung berdebar
keras dan badan terasa lemas. Farmasis
memberi saran agar eritromisin dihentikan.
Ternyata keluhan pada jantungnya hilang
Data PIO RSD Prof.Dr.Margono Soekarjo
Case 6
Seorang dokter berkonsultasi kepada
Farmasis tentang pasien-pasiennya yang
mendapatkan obat Nifedipin dan allopurinol
secara bersama an mengalami takhikardi yang
hebat, dan ber-henti bila kedua obat dipakai
sendiri-sendiri. Farmasis: Allopurinol dapat
menghambat kerja enzim mikrosomal hati, shg
kadar vasodilator nifedipin meningkat. Sebagai
kompensasi jantung menambah frek.denyut 
takhikardi
Data PIO RSD Prof.Dr.Margono Soekarjo

Anda mungkin juga menyukai