TEKNOLOGI PASCAPANEN
Disusun oleh :
Elisa Julianti
Nama : ..............................................................
NIM : ..............................................................
Group/Pasangan : ..............................................................
Hari/Jam : ..............................................................
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas Rahmad dan hidayahNya,
sehingga penulisan buku Petunjuk Laboratorium Teknologi Pascapanen ini dapat diselesaikan. Buku
Petunjuk Laboratorium Teknologi Pascapanen ini disusun terutama untuk mahasiswa tingkat sarjana
(S1) program studi Ilmu dan Teknologi Pangan baik di lingkungan Fakultas Pertanian USU maupun di
luar USU. Dalam buku petunjuk ini banyak disampaikan pengantar pengetahuan atau prinsip-prinsip
mengenai topik yang akan dipraktekkan sehingga diharapkan dapat membantu dalam penyusunan
laporan maupun dalam pelaksanaan praktikum, serta memperluas cakrawala dalam bidang fisiologi
dan teknologi pascapanen.
Tulisan ini masih belum sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran ke arah perbaikan
buku ini. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM 1
FORMAT LAPORAN 3
Acara Praktikum I : Pengukuran Laju Respirasi 6
Acara Praktikum II : Hormon yang Berperan Pada Proses Pelayuann 15
Acara Praktikum III : Pengaruh Etilen Pada Pematangan Buah 19
Acara Praktikum IV : Penyimpanan Dingin Produk Hortikultura 22
Acara Praktikum V : Penyimpanan Buah dan Sayuran dalam Kemasan 26
Film Plastik Dengan Sistem Modified Atmosphere
Acara Praktikum VI : Penyimpanan Buah dan Sayuran Segar Dengan 34
Kemasan Modifikasi Atmosfir Aktif
Acara PraktikumVII : Perlakuan Buah dan Sayur dengan CaCl2 37
Acara Praktikum VIII : Teknologi Pengolahan Minimal Buah dan Sayur 39
Acara Praktikum VIII : Pelapisan Buah dengan Emulsi Lilin 41
TATA TERTIB PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PASCAPANEN
A. Kewajiban Praktikan :
1. Merokok, makan dan minum di ruang laboratorium kecuali untuk uji organoleptik
2. Membetulkan sendiri kerusakan-kerusakan alat-alat laboratorium kecuali di bawah
pengawasan asisten (laboran/teknisi) yang bertugas.
C. Penilaian
2
FORMAT LAPORAN
Laporan diketik di atas kertas A4, dengan tulisan Times New Roman 12 dan 1.5 spasi.
Sistematika laporan adalah sebagai berikut :
Halaman Judul
3
Pengeringan Matahari 7.46 2.64 72
Pengeringan Oven Suhu 9.64 2.18 72
50oC
V. Pembahasan 20 Poin
Pembahasan harus dapat menjawab Apa dan Mengapa, serta harus
didukung oleh pustaka yang terkait dengan menyebutkan sumber
pustaka.
VI. Kesimpulan 6 Poin
Hubungkan hasil percobaan dengan situasi kehidupan yang nyata, apa
dan untuk apa kegunaannya dalam kehidupan.
Simpulkan pokok-pokok utama yang penting dari hasil pembahasan
dengan mengacu pada tujua percobaan.
Daftar Pustaka 3 Poin
Semua pustaka yang disitasi di dalam teks harus dituliskan dalam daftar
pustaka, dan sebaliknya pustaka yang tidak ada di dalam teks tidak
boleh ada di dalam daftar pustaka.
Nama pustaka disusun berdasarkan abjad dari nama akhir penulis
pertama.
Nama penulis didahului nama keluarga/nama terakhir diikuti huruf
pertama dari nama kecil/nama pertama, baik pada penulis pertama,
kedua dan seterusnya.
Pustaka dengan nama penulis (kelompok penulis) yang sama diurutkan
secara kronologis. Apabila ada lebih dari satu pustaka yang ditulis
penulis (kelompok penulis) yang sama dalam tahun yang sama, maka
harus diikuti dengan huruf a, b dan seterusnya setelah tahun.
Judul karangan untuk buku ditulis dengan huruf besar pada setial awal
4
kata, kecuali kata sambung dan kata depan, sedangkan untuk jurnal
hanya pada awal judul.
Nama Majalah/Jurnal/Buletin ditulis dengan singkatan baku.
Tahun, Volume dan halaman dituliskan dengan lengkap.
Pustaka dari internet disertai tanggal pada saat mengutip.
Ketentuan pustaka sebagai rujukan :
1. Sumber pustaka primer, jurnal, paten, disertasi, tesis dan buku teks
yang ditulis dalam 10 tahun terakhir,
2. Penggunaan pustaka di dalam pustaka, buku populer dan pustaka
dari internet sebaiknya dihindari kecuali jurnal dari instansi
pemerintah atau swasta.
3. Abstrak tidak diperbolehkan sebagai rujukan.
5
Acara Praktikum I
Bahan pangan hasil pertanian setelah pemanenan secara fisiologis masih hidup dan
reaksi metabolisme akan tetap berlangsung. Reaksi metabolisme menyebabkan terjadinya
perubahan mutu dan kondisi bahan pangan tersebut. Proses tersebut akan terus berlangsung
dan selalu mengakibatkan perubahan-perubahan yang akhirnya menyebabkan kerusakan
(Winarno dan Aman, 1981).
Respirasi merupakan pemecahan bahan-bahan kompleks dalam sel, seperti pati, gula
dan asam-asam organik menjadi molekul sederhana seperti karbon dioksida dan air,
bersamaan dengan terbentuknya energi dan molekul lain yang dapat digunakan sel untuk
reaksi sintesa (Wills et al., 1981).
Perubahan laju respirasi dapat diketahui dengan mengukur perubahan kandungan
gula, jumlah ATP dan jumlah CO2 yang dihasilkan (Winarno dan Aman, 1981). Biasanya
respirasi ditentukan dengan pengukuran laju konsumsi O2 atau dengan penentuan laju
produksi CO2 (Pantastico, 1993).
Pengukuran laju produksi CO2 dan laju konsumsi O2 buah memungkinkan untuk
mengevaluasi sifat proses respirasinya. Perbandingan laju produksi CO2 terhadap laju
konsumsi O2 disebut Respiratory Quotient (RQ). Nilai RQ berguna untuk mendeduksi sifat
substrat yang digunakan dalam respirasi, sejauh mana reaksi telah berlangsung dan sejauh
mana proses tersebut bersifat aerobik atau anaerobik.
Meningkatkan pemahaman akan pentingnya proses respirasi pada produk buah dan
sayuran setelah dipanen
Mampu menentuan laju konsumsi O2 dan laju produksi CO2 dari beberapa jenis buah
dan sayuran
Mampu menentukan pola laju respirasi beberapa jenis buah dan sayuran
Mampu menentukan nilai Respiratory Quotient (RQ) dari beberapa jenis buah dan
sayuran
Mampu mendeduksi substrat yang digunakan dalam proses repsirasi beberapa jenis
buah dan sayuran
6
Bahan Percobaan
- Pisang - Belimbing
- Pepaya - Tomat
- Salak - Kubis
- Mangga - Selada
- Lilin (Malam)
Alat Percobaan
Gambar 1. Respiration Chamber yang digunakan untuk penentuan laju respirasi buah
7
Gambar 2. Cosmotector Tipe XP 314 dan XPO-318 untuk mengukur konsentrasi O2 dan CO2
Prosedur Percobaan
Pengukuran laju respirasi produk dilakukan dengan sistem tertutup (closed system)
mengikuti metode Deily and Rizvi (1981). Prosedur pengukuran adalah sebagai berikut :
Buah/sayuran yang akan diukur laju respirasinya adalah buah/sayuran dengan tingkat
kematangan optimal kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam stoples. Selanjutnya
stoples ditutup rapat. Untuk mengurangi kebocoran gas maka antara penutup dan leher
stoples diberi malam dan selang pipanya ditekuk dan dijepit. Isi setiap stoples 400 gram.
Pengukuran dilakukan pada suhu 15oC dan suhu ruang dan masing-masing dilakukan
dalam 2 ulangan.
Pengukuran laju respirasi dilakukan dengan mengukur laju perubahan konsentrasi gas O2
(laju konsumsi O2) dan konsentrasi gas CO2 (laju produksi CO2) selama periode waktu
tertentu (setiap 6 jam).
8
Setelah 6 jam penyimpanan pada suhu ruang dan suhu 15oC hasil pengukuran konsentrasi
gas O2 dan CO2 merupakan nilai konsumsi O2 dan produksi CO2 dari produk sebagai hasi
dari proses respirasi.
Selisih antara konsentrasi awal dan akhir setelah 6 jam pengukuran adalah jumlah gas O2
yang dikonsumsi dan CO2 yang diproduksi selama 6 jam.
Selanjutnya dihitung laju respirasi produk yang terdiri dari laju konsumsi gas O2 dan laju
produksi gas CO2.
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran cosmotector (persen O2 dan CO2) ditransfer ke
dalam satuan ml/kg-jam. Berdasarkan Sutrisno (1994) perhitungan tersebut dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
C W
10 3 xM w x x(V )
Rr = 100
................................1)
RxWxTx (273 + t o )
dimana :
Rr = laju produksi CO2 atau laju konsumsi O2
Mw = berat molekul (CO2 = 44, dan O2 = 32)
C = perbedaan konsentrasi O2 atau CO2 (%) antara dua pengukuran
V = volume kemasan (l)
R = konstanta gas (0.0821 dm3.atm/K/mol)
W = berat contoh (kg)
= kerapatan jenis contoh (kg/l)
to = suhu penyimpanan (oC)
T = interval pengamatan (jam)
9
Tabel 1. Perubahan Konsentrasi O2 dan CO2 pada Percobaan Penentuan Laju Respirasi Buah
pada Suhu Ruang
Tabel 2. Perubahan Konsentrasi O2 dan CO2 pada Percobaan Penentuan Laju Respirasi Buah
pada Suhu Dingin
Tabel 3. Perubahan Laju Konsumsi O2 dan Laju Produksi CO2 pada Percobaan Penentuan
Laju Respirasi Buah Pada Suhu Ruang
Waktu Laju Konsumsi O2 (ml/kg-jam) Laju Produksi CO2 (ml/kg-jam)
(Jam)
Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
0 - - - - - -
6
12
18
..
..
..
dst
10
Tabel 4. Perubahan Laju Konsumsi O2 dan Laju Produksi CO2 pada Percobaan Penentuan
Laju Respirasi Buah Pada Suhu Dingin
Waktu Laju Konsumsi O2 (ml/kg-jam) Laju Produksi CO2 (ml/kg-jam)
(Jam)
Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan Ulangan 1 Ulangan 2 Rataan
0 - - - - - -
6
12
18
..
..
..
dst
Contoh Perhitungan Laju Konsumsi dan Laju Produksi CO2 untuk Pisang Barangan
a. Perubahan Konsentrasi O2 dan CO2 pada Percobaan Penentuan Laju Respirasi Buah
Pisang Barangan pada Suhu Ruang
Waktu Konsentrasi O2 Konsentrasi CO2
(Jam)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
0 21,0 21,0 21,0 0,003 0,003 0,003
2 20,6 20,5 20,6 0,1 0,1 0,1
4 20,0 20,0 19,9 0,3 0,2 0,2
6 19,3 19,4 19,2 0,4 0,3 0,4
8 18,6 18,5 18,6 0,7 0,6 0,7
10 17,9 17,8 17,6 1,2 1,0 1,3
12 17,0 17,0 16,9 1,8 1,5 2,0
18 15,0 14,3 14,2 3,7 3,1 4,2
21 13,7 13,0 12,9 4,8 4,0 5,4
24 12,0 12,0 11,4 6,2 5,0 6,8
30 10,0 8,4 8,3 8,6 7,0 9,7
36 8,8 7,2 6,6 10,2 8,5 11,8
42 7,8 6,5 5,4 11,8 9,9 13,2
48 6,6 5,4 4,3 12,7 10,5 14,1
60 5,2 4,6 3,4 14,2 11,9 15,8
72 4,4 3,6 2,7 15,7 13,2 16,3
84 3,6 3,0 2,2 16,6 14,8 17,0
96 3,1 2,2 1,9 17,9 16,2 18,1
108 2,0 1,5 1,3 19,0 18,3 19,0
120 1,0 0,7 0,7 20,8 19,4 19,5
144 0,4 0,3 0,4 21,5 20,6 20,2
168 0,2 0,2 0,2 21,9 21,5 21,0
192 0,1 0,1 0,2 22,2 22,4 21,8
216 0,1 0,1 0,1 22,9 23,9 22,0
11
b. Perubahan Laju Konsumsi O2 dan Laju Produksi CO2 pada Percobaan Penentuan Laju
Respirasi Buah Pisang Barangan Pada Suhu Ruang
Waktu Laju Konsumsi O2 (ml/kg-jam) Laju Produksi CO2 (ml/kg-jam)
(Jam)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
0 - - - - - -
2 17,776 22,387 17,641 5,927 5,927 5,927
4 26,664 22,387 30,872 12,221 6,110 6,110
6 31,108 26,865 30,872 6,110 6,110 12,221
8 31,108 40,297 26,462 18,331 18,331 18,331
10 31,108 31,342 44,104 30,552 24,441 36,662
12 39,995 35,819 30,872 36,662 30,552 42,773
18 29,626 40,297 39,693 38,699 32,589 44,809
21 38,514 38,804 38,223 44,809 36,662 48,883
24 50,365 29,850 44,104 57,030 40,736 57,030
30 29,626 53,729 45,574 48,883 40,736 59,067
36 17,776 17,910 24,992 32,589 30,552 42,773
42 14,813 10,447 17,641 32,589 28,515 28,515
48 17,776 16,417 16,171 18,331 12,221 18,331
60 10,369 5,970 6,616 15,276 14,258 17,313
72 5,925 7,462 5,145 15,276 13,239 5,092
84 5,925 4,477 3,675 9,166 16,294 7,129
96 3,703 5,970 2,205 13,239 14,258 11,202
108 8,147 5,224 4,410 11,202 21,386 9,166
120 7,407 5,970 4,410 18,331 11,202 5,092
144 2,222 1,492 1,103 3,564 6,110 3,564
168 0,741 0,373 0,735 2,037 4,583 4,074
192 0,370 0,373 0,000 1,528 4,583 4,074
216 0,000 0,000 0,368 3,564 7,638 1,018
12
(a)
(b)
Gambar 3. Laju respirasi buah pisang barangan selama penyimpanan pada suhu ruang dan
suhu dingin (15oC), (a) laju produksi CO2, (b) laju konsumsi O2
13
DAFTAR PUSTAKA
Deily, K.R. and S.S.H.Rizvi, 1981. Optimization of parameter for packaging of fresh peaches in
polymeric films. J.Food Sci. 109 (4) : 584-587.
Pantastico, ER.B. 1993. Fisiologi Pasca Panen. Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan
dan Sayur-sayuran Tropis dan Subtropis. Terjemahan : Kamaryani. Cetakan ke-3.
Gadjah Mada University Press.
Sutrisno, 1994. A fundamental study on storage and ripening of the La France Pear.
Desertasi The University of Tokyo.
Wills R.B.H., Lee T.H., Graham D., Megisson W.B. and Hall E.G. 1981. Postharvest. An
Introduction to the Physiology and Handling of Fruit and Vegetable. New South Wales
University Press, Australia.
Winarno, F.G. dan Aman W. 1991. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya, Jakarta
14
Acara Praktikum II
Buah adalah hasil dari beberapa jenis bentuk pertumbuhan yaitu pembesaran bakal
buah dan pembesaran jaringan. Tahap-tahap pertumbuhan buah dan sayur terdiri dari
pembelahan sel, pendewasaan sel (maturation), pematangan sel (ripening), pelayuan
(senescence), dan pembusukan (deterioration). Pelayuan adalah suatu tahap normal yang
selalu terjadi dalam siklus kehidupan tanaman. dengan gejala-gejala abscision pada daun dan
buah/bunga, pematangan buah, daya tahan terhadap penyakit dan menguningnya daun dan
buah. Proses terjadinya kelayuan dapat disebabkam oleh adanya hormon yang menghambat
sintesa protein, yaitu auxin, giberelin, asam absisat, sitokinin, dan etilen.
Auxin
Hormon auxin terdiri dari indol 3-acetic acid, 4-chloro indol 3-acetic acid, a-naphtalene
acetic acid dan 2-methoxy-3,6-dichlorobenzoic acid (Gambar 3.7.) berperan dalam sintesa
etilen (C2H4) yang menyebabkan terjadinya kelayuan (senescence). Pemberian auxin pada
pohon induknya dapat menghambat pematangan (stop drop spray).
Giberelin(GA3)
Giberelin adalah turunan dari asam gibberelat, dan merupakan hormon tumbuhan
alami yang merangsang pembungaan, pemanjangan batang dan membuka benih yang masih
dorman.Gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid. Semua kelompok
terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom karbon (Gambar 8.). Giberelin
bekerja spesifik pada tanaman, menghambat pematangan, mencegah pelayuan, efektif pada
pisang dan tomat tetapi tidak efektif pada arbei dan apel.
15
Gambar 8. Struktur molekul giberelin
Asam Absisat (ABA)
Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi. Asam absisat
menyebabkan absisi atau rontoknya daun tumbuhan pada musim gugur. ABA membantu
tanaman mengatasi dari keadaan rawan. Struktur molekul ABA dapat dilihat pada Gambar 9.
16
Sitokinin menghambat terjadinya senescence. Sitokinin sintesis (N6-benzyladenin)
memperlambat degradasi klorofil pada selada dan sayuran hijau.
Etilen
Etilen diproduksi pada jaringan buah yang sedang matang, buku batang, daun, dan
bunga yang menua. Hormon ini berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam proses
pematangan buah. Aplikasi ethephon yang megandung etilen, maka kinerja sintetis ethylen
berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. Struktur kimia etilen
dapat dilihat pada Gambar 11.
Tujuan Percobaan :
Untuk mengetahui pengaruh hormon kinetin dan giberelin terhadap mutu buah dan
sayuran.
Mangga, apel, belimbing, pisang, jambu biji, tomat, cabe merah, buncis, ketimun, lilin, kinetin,
giberelin, baskom, stop watch, keranjang kawat, timbangan.
17
Prosedur Percobaan :
- Hormon kinetin dan giberelin dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 15 ppm
- Pengamatan mutu buah dilakukan setelah 3 hari penyimpanan terhadap kadar air, vitamin
C, total asam, kekerasan, total padatan terlarut, dan pengamatan organoleptik terhadap
warna, aroma, tekstur.
18
Acara Praktikum III
Etilen (C2H4) adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu ruang
berbentuk gas. Etilen dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup pada waktu-waktu
tertentu. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang penting
dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil pertanian.
Etilen adalah suatu gas yang dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan sebagai
hormon yang aktif dalam proses pematangan. Etilen disebut hormon karena dapat memenuhi
kriteria sebagai hormon tanaman, bersifat mobil (mudah bergerak) dalam jaringan tanaman,
dan merupakan senyawa organik.
Penggunaan etilen dalam proses pematangan sudah lama dilakukan, jauh sebelum
senyawa ini diketahui peranannya dalam proses pematangan. Di Indonesia, pemeraman
pisang yang masih hijau banyak dilakukan orang dengan proses pengasapan dengan
memanfaatkan asap yang dihasilkan dari pembakaran daun-daun kering atau setengah kering,
dan kemungkinan besar dengan cara tersebut dapat dihasilkan etilen.
19
Prosedur Percobaan :
f. Di dalam wadah tertutup dan diberi karbit sebanyak 0.5% dari berat buah
Masing-masing perlakuan di atas diulang sebanyak 2 kali, dan banyaknya pisang untuk
tiap perlakuan adalah 5 buah. Penyimpanan dilakukan pada suhu ruang.
Lakukan pengamatan setiap hari selama 1 minggu terhadap warna dan aroma (secara
organoleptik), kekerasan (dengan pentrometer), total padatan terlarut (dengan hand
refraktometer) dan pH (dengan pH meter).
Penentuan warna dan aroma dilakukan secara subyektif menggunakan skala atau skor 1
5 (sangat tidak suka, tidak suka, netral, suka dan sangat suka), serta pengamatan secar
deskriptif terhadap perubahan-perubahan warna dan aroma.
Pengukuran kekerasan buah pisang dilakukan sebanyak 5 kali pada 5 titik yang berbeda.
Angka yang diperoleh dirata-ratakan. Kekerasan bahan dinyatakan dalam satuan mm per
10 detik, dengan berat beban tertentu yang dinyatakan dalam gram.
Penentuan total padatan terlarut : hancurkan bahan sebanyak 100 g menggunakan warring
blender. Saring hancuran bahan yang diperoleh dengan menggunakan kertas saring.
Teteskan filtrat pada prisma refraktometer dan baca skala refraktometer yang
menunjukkan kadar padatan terlarut dan dinyatakan sebagai oBrix.
Data hasil pengamatan ditabulasi berdasarkan parameter mutu yang diamati. Contoh
format tabel data dapat dilihat sebagai berikut :
20
Parameter mutu : Warna dan Aroma
DAFTAR PUSTAKA
Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1989. Petunjuk Laboratorium Ilmu Pengetahuan BahanPangan,
Pusat Antar Universitas, IPB. Bogor
Pantastico, ER.B. 1993. Fisiologi Pasca Panen. Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan
dan Sayur-sayuran Tropis dan Subtropis. Terjemahan : Kamaryani. Cetakan ke-3.
Gadjah Mada University Press.
Winarno, F.G. dan Aman W. 1991. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya, Jakarta
21
Acara Praktikum IV
PENYIMPANAN DINGIN PRODUK HORTIKULTURA
22
Ada beberapa teori tentang mekanisme terjadinya chilling injury pada bahan, yaitu :
1. Terjadi respirasi abnormal
2. Perubahan lemak dan asam lemak dalam dinding sel : pada suhu rendah membran
lipida lebih kental sehingga tidak mudah bergerak dan berfungi, terutama enzim yang
terlibat dalam produksi ATP dan sintesa protein
3. Perubahan permeabilitas sel
4. Perubahan dalam reaksi kinetik dan thermodinamika
5. Ketimpangan senyawa kimia dalam jaringan. Contoh : pada kentang, jagung manis,
ubi jalar, peas : mengganggu keseimbangan gula-pati (pati gula CO2).
Keseimbangan pati gula pada ubi jalar, kentang, jagung manis dan peas adalah
sebagai berikut :
Pada suhu ruang : keseimbangan pati-gula dalam kentang dan ubi jalar
mengarah ke akumulasi pati
Di bawah suhu kritis (10oC untuk kentang dan 15oC untuk ubi jalar) : konversi
gula ke pati menurun sehingga gula berkumpul di jaringan. Oleh karena itu
penyimpanan kentang sebaiknya dilakukan pada suhu > 10oC sehingga
akumulasi gula diturunkan. Pada jagung manis dan peas : akumulasi gula
memang dikehendaki sehingga penyimpanan dilakukan pada suhu < 10oC.
6. Penimbunan metabolisme beracun : etanol dan asetaldehid yang dapat merusak sel
Contoh bentuk-bentuk kerusakan dingin pada buah dan sayur dapat dilihat pada Tabel 6.
Sebelum dilakukan penyimpanan dingin untuk buah dan sayuran segar sering
dilakukan perlakuan pendahuluan berupa pre cooling (pendinginan awal), yaitu pendinginan
cepat untuk mengambil panas sensibel (field heat) sebelum produk mengalami transportasi
atau penyimpanan. Suhu produk diturunkan dalam waktu beberapa menit atau beberapa jam,
sehingga produk tetap segar. Tujuan umum pre-cooling adalah : memperlambat respirasi,
menurunkan kepekaan terhadap mikroba, mengurangi jumlah air yang hilang dan
memudahkan pemindahan ke ruang pendingin.
Metode-metode pre cooling yang dilakukan untuk buah dan sayur adalah room cooling
(refrigerated air cooling), vacuum cooling, forced air cooling, hydrocooling, hydrair cooling dan
package icing cooling.
23
Tabel 6. Kerusakan dingin pada buah-buahan yang disimpan pada suhu < suhu rendah yang
aman
Komoditi Suhu Rendah yang Kerusakan yang terjadi jika suhu < suhu
aman (oF) terendah
Tujuan Percobaan :
mengetahui pengaruh penyimpanan pada suhu rendah terhadap mutu buah dan sayur
segar
Bahan Percobaan
- Pisang - Tomat
- Mangga - Alpukat
- Jambu biji
Alat Percobaan :
- Baskom - pH meter
24
Prosedur Percobaan
- Buah yang digunakan adalah buah dengan tingkat kematangan fisiologis, mempunyai
bentuk dan ukuran yang seragam.
- Buah dicuci dengan air mengalir agar getah, kotoran dan debu yang menempel pada kulit
hilang, kemudian dikeringanginkan.
- Buah dibagi menjadi 18 bagian untuk perlakuan penyimpanan pada suhu rendah sebagai
berikut
- Data hasil pengamatan ditabulasi berdasarkan parameter mutu yang diamati. Contoh
format tabel data dapat dilihat sebagai berikut :
Penyimpanan
pada suhu
ruang
25
Acara Praktikum V
PENYIMPANAN BUAH DAN SAYURAN DALAM KEMASAN FILM PLASTIK DENGAN
SISTEM MODIFIED ATMOSPHERE
Dalam keadaan tertentu suhu saja tidak cukup tangguh untuk mencegah terjadinya
pematangan buah atau menghambat kerusakan dan perubahan fisiologi yang terjadi, seperti
kelayuan pada sayuran daun, kehilangan cita rasa dan tekstur serta serangan mikroba yang
mungkin terjadi selama penyimpanan, transportasi, distribusi dan pemasaran. Suhu rendah
juga tidak selalu dapat diterapkan untuk komoditi yang peka terhadap suhu rendah seperti
pisang karena akan menyebabkan terjadinya chilling injury. Pada kondisi tersebut pengaturan
komposisi udara ruang penyimpanan dengan cara Controlled Atmosphere Storage (CAS) dan
Modified Atmosphere Storage (MAS) dapat dilakukan baik pada suhu ruang maupun pada
suhu dingin.
Komposisi gas dalam udara normal secara alami berdasarkan volumenya adalah
78.1% Nitrogen (N2), 20.9% oksigen (O2) dan 0.03% karbondioksida (CO2). CAS dan MAS
adalah penyimpanan dengan komposisi udara di sekililing produk yang berbeda dengan udara
normal terutama konsentrasi O2 dan CO2.. Pengurangan konsentrasi O2 atau peningkatan
konsentrasi CO2 dalam sistem atmosfir termodifikasi dapat menunda pemasakan buah,
mengurangi laju respirasi dan produksi etilen, mengurangi sensitivitas etilen, memperlambat
proses pelunakan dan perubahan komposisi kimia buah yang berhubungan dengan proses
pemasakan buah (Kader, 1985).
Modified Atmosphere Storage (MAS) adalah cara penyimpanan dimana konsentrasi O2
lebih rendah dan konsentrasi CO2 lebih tinggi dibanding normal yang dicapai melalui kemasan.
Zagory dan Kader (1988) menyebutkan ada 2 (dua) type MAS yaitu :
1. MA aktif : penyimpanan dengan MA dimana udara di dalam kemasan awalnya
dikontrol dengan menarik semua udara dalam kemasan kemudian diisi
kembali dengan udara dan konsentrasinya diatur sehingga keseimbangan
langsung dicapai
2. MA pasif : keseimbangan antara O2 dan CO2 diperoleh melalui pertukaran
udara dalam kemasan (mengandalkan permeabilitas kemasan)
Modified Atmosphere Packaging (MAP) adalah pengemasan produk dengan
menggunakan bahan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga
konsentrasi gas di dalam kemasan berubah dan ini menyebabkan laju respirasi menurun,
mengurangi pertumbuhan mikroba, mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang
26
masa simpan. Dalam teknologi MAP jenis kemasan yang digunakan sangat menentukan
keberhasilannya untuk dapat memperpanjang masa simpan produk hortikultura.
Untuk merancang kemasan MAP perlu dilakuka tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Penentuan laju respirasi dari produk
2. Penentuan konsentrasi O2 dan CO2 optimum
3. Penentuan jenis film kemasan
4. Desain Kemasan atmosfir termodifikasi
Dalam memilih jenis kemasan yang baik maka permeabilitas kemasan terhadap
oksigen dan uap air harus diperhatikan, Saat ini di pasaran tersedia banyak sekali jenis
kemasan plastik dengan permeabilitas terhadap O2, CO2 dan uap air yang beraneka ragam.
Saat ini di pasaran banyak tersedia kemasan film, tapi hanya beberapa jenis yang
dapat digunakan untuk mengemas produk segar seperti Low Density Polyethylene (LDPE),
Polyvynilchloride (PVC) dan Polyprophylene. Polistirene dapat digunakan, tetapi poliviniliden
dan poliester mempunyai permeabilitas gas yang rendah sehingga hanya cocok untuk
komoditas dengan laju respirasi rendah. Pembuatan lubang-lubang perforasi pada kemasan
ini dapat memperluas penggunaannya untuk banyak komoditi (Kader and Watkins, 2000).
Nilai permebilitas untuk jenis film polietilen densitas rendah, polipropilen, stretch film
dan white stretch film yang telah diuji oleh Gunadnya (1993) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Koefisien permebilitas film kemasan hasil perhitungan dan penetapan (ml-mil/m2-jam-
atm) (Gunadnya, 1993)
Jenis Film Kemasan Tebal 10o C a) 15o C a) 25o C b) c)
(mil)
O2 CO2 O2 CO2 O2 CO2
27
dimana :
Prinsip pemilihan film kemasan adalah setiap daerah MA bahan segar yang dilalui oleh
garis dalam grafik yang dibuat menunjukkan film kemasan tersebut sesuai sebagai bahan
pengemas. Pemilihan film kemasan dengan koefisien permeabilitas tertentu mempengaruhi
konsentrasi gas keseimbangan di dalam kemasan. Untuk mendapatkan rancangan kemasan
berupa berat buah yang dikemas dan luas permukaan kemasan dilakukan perhitungan dan
percobaan pengamatan pada dua variasi bobot dan luas tersebut. Perhitungan menggunakan
persamaan keseimbangan (Mannapperuma et al., 1989) sebagai berikut :
..................................2)
...................................3)
dimana :
W = berat buah (kg)
R = laju respirasi (ml/kg-jam)
P = permeabilitas film kemasan (mil-ml/m2.jam.atm)
a = luas permukaan kemasan (m2)
b = ketebalan kemasan (mil)
c = komposisi udara normal
x = komposisi udara dalam kemasan
Subskrip 1 = konsentrasi O2 dan subskrip 2 = konsentrasi CO2
Tujuan Percobaan
- Menentukan komposisi gas O2 dan CO2 yang optimum untuk penyimpanan buah dan
sayur
- Memilih film kemasan optimal untuk dapat memperpanjang masa simpan buah dan
sayuran segar dengan atmosfir termodifikasi
28
Tabel 3. Jenis film kemasan, suhu dan keadaan optimal MA untuk buah-buahan (Purwadaria,
1995)
Komoditas Keadaan MA opt Jenis Film Masa Simpan (Hari) Suhu
(oC)
MA Tanpa MA
Salak Pondoh 2-6% O2, 10-28% CO2 SF 30 28 10
Belimbing 3-10% O2, 3-7% CO2 PP,0.04 mm 44 8 10
Sawo 3-5% O2, 8-10% CO2 SF 0.057 mm 15 5 15
Rambutan Binjai 3-5% O2, 12-15% CO2 SF 0.057 mm 16 4 15
Arben Chandler 2-5% O2, 13-17% CO2 SF 0.057 mm 10 5 10
Arben Oso 2-5% O2, 13-17% CO2 SF 0.057 mm 10 5 10
Jamur Merang 4-8% O2, 13-17% CO2 WSF 6 2 10
Bahan Percobaan
- Pisang - Belimbing
- Pepaya - Tomat
- Salak - Kubis
- Mangga - Selada
Alat Percobaan
29
Prosedur Percobaan
Percobaan ini dilakukan dalam dua tahap yaitu :
1. Penentuan Komposisi Gas Optimum untuk Penyimpanan Buah dan Sayuran
Percobaan dilakukan seperti pada percobaan pengukuran laju respirasi, tetapi
sebelum pipa plastik ditekuk dan dijepit, dilakukan pengubahan komposisi gas di dalam stoples
sesuai dengan perlakuan yang dicobakan, kemudian stoples disimpan pada suhu ruang dan
suhu 15oC. Pengubahan gas dilakukan dengan cara salah satu pipa plastik pada tutup stoples
dihubungkan dengan tabung gas N2 dan pipa lain dihubungkan dengan alat pengukur CO2
(cosmotector). Gas dialirkan perlahan sampai tercapai batas minimum dari kisaran perlakuan.
Penyesuaian komposisi gas di dalam stoples dilakukan secara periodik, dan setiap
kali penyesuaian, maka kelebihan gas CO2 di dalam stoples diambil dengan menggunakan
aerator akuarium sampai batas minimum tercapai. Konsentrasi gas CO2 yang berkurang di
dalam wadah dipenuhi dari tabung gas O2.
Perlakuan komposisi gas yang dicobakan adalah sebagai berikut :
G1 = 2 2% O2 dengan 5 2% CO2
G2 = 5 2% O2 dengan 5 2% CO2
G3 = 2 2% O2 dengan 10 2% CO2
G4 = 2 2% O2 dengan 10 2% CO2
G5 = Udara Normal (21% O2 dan 0.003% CO2)
Parameter mutu pisang yang diamati adalah kekerasan dengan menggunakan
pnetrometer, perubahan warna, kadar air (AOAC, 1984), total padatan terlarut (hand
refractometer), kadar vitamin C, susut bobot serta pengujuan organoleptik terhadap warna dan
aroma. Pengamatan dilakukan secara periodik hingga buah/sayuran mengalami kebusukan.
2. Pemilihan Film Kemasan
Berdasarkan konsentrasi O2 dan CO2 yang diperoleh dari penelitian tahap I dan
dengan menggunakan data permeabilitas film kemasan yang diproduksi di Indonesia (dari hasil
penelitian Gunadnya, 1993), maka dipilih jenis bahan kemasan yang dapat menciptakan
kondisi modified atmosphere tersebut, yaitu dengan menggunakan kurva berdasarkan cara
Mannapperuma et al., (1989).
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 3
ulangan, dengan faktor berupa jenis film kemasan terpilih dan jenis kemasan lain sebagai
pembanding.
30
Percobaan dilaksanakan dengan persiapan contoh sebagai berikut : buah/sayuran
dibersihkan, ditimbang dan dimasukkan ke dalam trayfoam. Kemasan kontrol tidak ditutup
dengan film kemasan. Sedangkan kemasan yang ditutup dengan film kemasan dikerjakan
sebagai berikut : pinggiran trayfoam diberi double tape 1 cm dan pada badan trayfoam
digunakan cellophan tape 2,5 cm untuk meletakkan film kemasan. Film kemasan tidak
menutupi bagian bawah trayfoam. Untuk pengamatan konsentrasi O2 dan CO2 di dalam
kemasan, dibuat dua lubang pada salah satu sisi kemasan yang dihubungkan dengan selang
plastik. Kemasan yang telah berisi produk disegel dan kedua lubang dengan lilin dan selang
dijepit.
Konsentrasi gas O2 dan CO2 dalam kemasan diukur setiap 2 jam dengan cosmotector
sampai tercapai konsentrasi keseimbangan. Volume bebas kemasan (V) diukur dengan
mengisi air yang telah diketahui volumenya dengan menggunakan gelas ukur. Pisang yang
sudah dikemas dengan film plastik kemudian disimpan pada suhu 15oC dan suhu ruang.
Pengamatan dilakukan terhadap perubahan konsentrasi gas O2 dan CO2 di dalam kemasan,
warna, tekstur, kadar air, kadar vitamin C, susut bobot dan uji organoleptik (warna, tekstur dan
penampilan). Kemasan film plastik optimal adalah kemasan film yang dapat mempertahankan
mutu dengan masa simpan paling lama.
31
Gambar 6. Grafik pemilihan jenis film kemasan (Gunadnya, 1993)
DAFTAR PUSTAKA
Gunadnya, I.B.P. 1993. Pengkajian penyimpanan salak segar (Salacca edulis, Reinw) dalam
kemasan film dengan modified atmosphere. Tesis Fakultas Pasca Sarjana IPB Bogor.
Kader, A.A., 1985. Modified Atmosphere and Low Pressure System During Transport and
Storage. Di dalam : Postharvest Technology of Horticulture Crops. J.F.Thompson
(eds).p.58-64. University of California, Division of Agriculture and Natural Resources,
Oakland, CA.
Kader, A.A. and C.B. Watkins, 2000. Modified atmosphere packaging Toward 2000 and
beyond. HorTechnology 10 (3) : 483-486.
32
Purwadaria, H.K. 1995. Pengembangan teknologi penanganan segar penyimpanan dan
pengangkutan buah-buahan. Seminar Nasional Pengembangan Buah-Buahan dalam
rangka Hari Pangan Nasional Sedunia XV. Kantor Menteri Negara Urusan Pangan, 3-
4 Oktober 1995.
Zagory, D. and A.A. Kader, 1988. Modified atmosphere packaging of fresh produce. Food
Technology Sept : 70-77.
33
Acara Praktikum VI
Kemasan aktif (active packaging, smart, interactive, clever atau intelligent packaging)
adalah teknik kemasan yang mempunyai sebuah indikator eksternal atau internal untuk
menunjukkan secara aktif perubahan produk serta menentukan mutunya. Kemasan aktif
disebut sebagai kemasan interaktif karena adanya interaksi aktif dari bahan kemasan dengan
bahan pangan yang dikemas. Tujuan dari kemasan aktif atau interaktif adalah untuk
mempertahankan mutu produk dan memperpanjang masa simpannya.
Pengemasan aktif merupakan kemasan yang mempunyai, bahan penyerap O2 (oxygen
scavangers, bahan penyerap atau penambah (generator) CO2, ethanol emiters, penyerap
etilen, penyerap air, bahan antimikroba, heating/cooling, bahan penyerap (absorber) dan yang
dapat mengeluarkan aroma/flavor dan pelindung cahaya (photochromic). Kemasan aktif juga
dilengkapi dengan indikator- indikator yaitu : time-temperature indicator yang dipasang di
permukaan kemasan, indikator O2, indikator CO2, indikator physical shock (kejutan fisik),
indikator kerusakan atau mutu, yang bereaksi dengan bahan-bahan volatil yang dihasilkan dari
reaksi-reaksi kimia, enzimatis dan/atau kerusakan mikroba pada bahan pangan (Hurme et al.,
2002).
Keuntungan penggunaan absorber oksigen sama dengan keuntungan dari MAP yaitu
dapat mengurangi konsentrasi oksigen pada level yang sangat rendah (ultra-low level) , suatu
hal yang tidak mungkin diperoleh pada kemasan gas komersial. Absorber oksigen yang
tersedia saat ini pada umumnya berupa bubuk besi (iron powder), dimana 1 gram besi akan
bereaksi dengan 300 ml O2. Kelemahan dari besi sebagai absorber oksigen adalah tidak dapat
melalui detektor logam yang biasanya dipasang pada jalur pengemasan. Masalah ini dapat
dipecahkan dengan menggunakan absorber oksigen berupa asam askorbat atau enzim
(Hurme et al., 2002).
Bahan penyerap O2 seperti asam askorbat, sulfit dan besi dimasukkan ke dalam
polimer dengan permeabilitas yang sesuai untuk air dan oksigen seperti polivinil klorida (PVC) ,
sedangkan polietilen dan polipropilen mempunyai permeabilitas yang sangat rendah terhadap
air (Hurme et al., 2002).
Absorber CO2 terdiri dari asam askorbat dan besi karbonat sehingga mempunyai
fungsi ganda dapat memproduksi CO2 dengan volume yang sama dengan volume O2 yang
34
diserap. Hal ini diperlukan untuk mencegah pecahnya kemasan, terutama pada produk-produk
yang sensitif terhadap adanya perubahan konsentrasi CO2 yang mendadak seperti keripik
kentang. CO2 yang dihasilkan dapat larut di dalam fase cair atau fase lemak dari produk, dan
ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan flavor. Reaktan yang biasanya digunakan untuk
menyerap CO2 adalah kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dengan aktivitas air yang cukup, yang
dapat bereaksi dengan CO2 membentuk kalsium karbonat (Hurme et al., 2002).
Penyerap etilen yang dapat digunakan adalah potasium permanganat (KMnO4),
karbon aktif dan mineral-mineral lain, yang dimasukkan ke dalam sachet. Bahan yang paling
banyak digunakan adalah kalium permanganat yang diserapkan pada silika gel. Permanganat
akan mengoksidasi etilen membentuk etanol dan asetat. Bahan penyerap etilen ini
mengandung 5% KMnO4 dan dimasukkan ke dalam sachet untuk mencegah keluarnya KMnO4
karena KMnO4 bersifat racun (Hurme et al., 2002).
Tujuan Percobaan
Bahan Percobaan
- Pisang - Belimbing
- Pepaya - Tomat
- Salak - Kubis
- Mangga - Selada
Alat Percobaan
35
- Timbangan
- Aerator aquarium
- Hand Refractometer
Prosedur Percobaan
Percobaan pengemasan aktif untuk buah dan sayuran dilakukan berdasarkan hasil
yang diperoleh pada percobaan penentuan komposisi gas dan pemilihan film kemasan untuk
buah dan sayuran. Buah/sayuran dikemas dengan kemasan film plastik terpilih. Buah
sebanyak 300 g dikemas dengan kemasan film terpilih dan disimpan pada suhu 15oC dan
suhu ruang. Pengemasan dilakukan secara aktif dengan menambahkan gas O2 dan CO2
dengan konsentrasi sesuai dengan konsentrasi gas optimum dari hasil percobaan penentuan
komposisi gas yang optimum. Adsorben etilen berupa KMnO4 yang dijerapkan pada batu
apung dimasukkan ke dalam film kemasan, sedangkan adsorben O2 yang ditambahkan adalah
asam askorbat dan adsorben CO2 adalah kalsium hidroksida (Ca(OH)2). Pada percobaan ini
juga dilakukan pengemasan pisang barangan dengan film kemasan secara pasif. Konsentrasi
KMnO4, asam askorbat dan kalsium hidroksida yang digunakan adalah 2% dari berat bahan.
Pengamatan dilakukan terhadap perubahan mutu pisang barangan selama
penyimpanan secara periodik, yaitu terhadap warna, tekstur, kadar air, total padatan terlarut,
kadar vitamin C, susut bobot dan uji organoleptik (warna, tekstur dan penampilan).
DAFTAR PUSTAKA
Hurme, E.,T.S-Malm , R.Ahvenainen and T.Nielsen, 2002. Active and Intelligent Packaging. In
: Minimal Processing Technologies in Food Industry. T.Ohlsson and N.Bengtsson (Ed).
CRC Press, Cambridge, England.
36
Acara Praktikum VII
Tujuan Percobaan :
mengetahui pengaruh konsentrasi CaCl2 yang digunakan sebagai bahan perendam
terhadap mutu buah dan sayur segar
mengetahui pengaruh lama perendaman di dalam CaCl2 terhadap mutu buah dan
sayuran segar
37
Bahan Percobaan
- Pisang - Tomat
- Mangga - Alpukat
- Jambu biji - CaCl2
Alat Percobaan :
- Keranjang kawat/plastik - Hand Refraktometer
- Baskom - pH meter
- Timbangan
Prosedur Percobaan
- Buah yang digunakan adalah buah dengan tingkat kematangan fisiologis, mempunyai
bentuk dan ukuran yang seragam.
- Buah dicuci dengan air mengalir agar getah, kotoran dan debu yang menempel pada kulit
hilang, kemudian dikeringanginkan.
- Buah dibagi menjadi 12 bagian untuk perlakuan perendaman di dalam larutan CaCl2
sebagai berikut :
Konsentrasi CaCl2 : 4% dan 8%
Lama perendaman : 30, 60 dan 90 menit
Ulangan tiap perlakuan : 2 kali
- Setelah perendaman buah dikeringanginkan, kemudian disimpan pada suhu ruang
- Dilakukan juga penyimpanan buah yang tidak diberi perlakuan CaCl2
- Pengamatan dilakukan terhadap warna, tekstur, penampakan bahan, susut berat,
perubahan pH dan total padatan terlarut pada hari ke-3 dan ke-6.
- Data penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan kurva, kemudian diinterpretasikan hasil
yang diperoleh.
38
Acara Praktikum VIII
TEKNOLOGI PENGOLAHAN MINIMAL BUAH DAN SAYUR
Gerakan kembali ke alam (back to nature) dalam industri pangan berdampak terhadap
meningkatnya permintaan konsumen akan produk pangan yang hanya sedikit mengalami
proses pengolahan. Dalam pengolahan produk hortikultura, khususnya buah-buahan, gerakan
kembali ke alam ini mendorong pesatnya pengolahan buah-buahan tanpa menghilangkan
sifat-sifat bahan segarnya atau lebih dikenal dengan teknologi olah minimal (minimal
processing). Teknologi olah minimal adalah serangkaian perlakuan pada bahan pangan segar
yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak dapat
dikonsumsi dan memperkecil ukuran produk untuk mempercepat penyajian. Tujuan dari
teknologi olah minimal adalah mengantarkan kepada konsumen buah atau sayuran yang segar
dengan masa simpan yang panjang, keamanannya terjaga serta nilai gizi dan nilai sensori
yang masih dapat dipertahankan
Teknologi olah minimal meliputi perlakuan pencucian, sortasi, pengupasan
(peeling/trimming/coring), pemotongan (cutting slicing). Jika dibandingkan dengan
buah/sayuran utuh, maka teknologi olah minimal akan lebih cepat untuk dimakan, praktis dan
terjamin mutunya karena dapat langsung dilihat isinya. Buah dan sayuran yang diproses
dengan teknologi olah minimal akan mengalami perubahan fisiologis akibat buah kehilangan
kulit sebagai lapisan pelindung yang menyebabkan induksi sintesis etilen, degradasi membran
lipid, reaksi pencoklatan, penyembuhan luka, pembentukan metabolit sekunder, kehilangan air
dan peningkatan laju respirasi sehingga buah/sayuran menjadi lebih cepat rusak dan umur
simpannya semakin pendek.
Tujuan Percobaan :
Untuk mengetahui mutu dan umur simpan dari buah/ sayuran yang diolah secara
minimal
Mangga, apel, pepaya, ketimun, semangka, melon, plastik polietilen densitas rendah,
styrofoam, wrapping plastic, asam askorbat, asam sitrat, natrium benzoat.
39
Prosedur Percobaan :
Rendam dalam larutan asam askorbat/asam sitrat 100 ppm selama 15 menit, tiriskan
Lakukan pengamatan organoleptik (warna, tekstur, aroma dan rasa) terhadap produk
pada hari ke-3 dan ke-6.
40
Acara Praktikum IX
Pada umumnya secara alami buah-buahan memiliki lapisan lilin pada permukaaan
kulitnya. Lapisan lilin ini akan hilang pada saat penanganan pascapanen seperti saat
pencucian maupun pengangkutan. Lilin artifisial dapat digunakan untuk menggantikan lilin
alami yang hilang, yang bertujuan untuk melindungi buah dari serangan fisik, mekanis, dan
mikrobiologis. Pelapisan lilin dapat memperbaiki penampilan buah dan menutupi luka akibat
goresan. Pelapisan dengan lilin akan menutupi stomata sehingga dapat menurunkan laju
transpirasi dan laju respirasi, mencegah kelayuan dan menurunkan susut bobot buah selama
penyimpanan, dan umur simpan buah juga dapat semakin meningkat.
Syarat lilin yang digunakan sebagai bahan pelapis pada buah adalah tidak berbau dan
berasa, mudah kering, jika kering tidak lengket, tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tidak
menghasilkan permukaan yang tebal, mudah diperoleh, murah, dan tidak bersifat racun.
Berdasarkan syarat-syarat ini maka jenis-jenis lilin yang dpaat digunakan adalah lilin tebu, lilin
karnauba, lilin lebah, resin, selak, dan resin thermoplastik. Jenis lilin yang paling banyak
digunakan adalah lilin lebah dan karnauba. Disamping lilin bahan-bahan lain juga dapat
digunakan sebagai pelapis, seperti CMC (Carboxyl Methyl Cellulose), gelatin, gum, agar-agar,
pati, senyawa turunan monogliserol dan bahan pelapis yang tersedia secara komersial seperti
Semperfresh .
Lilin yang akan digunakan sebagai pelapis terlebih dahulu dibuat dalam bentuk emulsi.
Formulasi emulsi lilin biasanya terdiri dari lilin, emulsifier, dan kadang-kadang ditambahkan
fungisida. Jenis-jenis emulsifier yang ditambahkan adalah trietanolamin, asam oleat atau
carboxyl methyl cellulose (CMC).
Buah yang akan dilapisi dengan lilin adalah buah dengan tingkat kematangan optimal,
segar dan memiliki kulit yang mulus. Ketebalan lapisan lilin akan mempengaruhi mutu buah
yang diberi lilin. Jika lapisan terlalu tebal maka buah akan mengalami respirasi anaerob
sehingga mempercepat kebusukan, tetapi jika lapisan terlalu tipis maka kurang efektif untuk
menurunkan laju respirasi. Metode pelapisan lilin yang dapat berupa pembusaan, pencelupan,
pengolesan atau penyemprotan.
Tujuan Percobaan :
Untuk mengetahui mutu dan umur simpan dari buah/ sayuran yang dilapisi dengan
lilin.
41
Bahan dan Alat
Mangga, apel, belimbing, pisang, jambu biji, tomat, cabe merah, buncis, ketimun, lilin,
trietanolamin, asam oleat, panci enamel, thermometer, pengaduk, stop watch, keranjang
kawat, timbangan.
Cara Pembuatan Emulsi Lilin
Disiapkan 2 buah panci.
Ditimbang lilin lebah 120 gram kemudian dimasukkan ke dalam panci I.
Diambil aquadest (air bersih) 840 ml dan dimasukkan ke dalam panci II.
Dipanaskan panci I dan II sampai suhu 90-95oC.
Dimasukkan 20 ml asam oleat pada panci I dan dimasukkan trietanolamin 20 ml pada
panci II sambil diaduk hingga bahan tercampur rata.
Didinginkan bahan hingga suhunya 60oC.
Didinginkan emulsi lilin 12% hingga suhu ruang.
Untuk membuat emulsi lilin 4 % maka ambil 200 ml emulsi lilin 12% dan tambahkan air
sebanyak 400 ml, kemudian di aduk hingga tercampur rata.
Cara Pelapisan Buah Dengan Emulsi Lilin
Buah dan sayur yang akan dilapisi lilin, ditiriskan dengan menggunakan keranjang kawat
Buah dan sayur dicelupkan ke dalam emulsi lilin (konsentrasi 6 dan 12%) sampai
semuanya terendam selama 30-60 detik.
Diangkat dan dtiriskan rak peniris dengan dihembus udara kering agar pelapisannya
merata pada seluruh permukaan kulit dan tidak lengket.
Disimpan pada suhu ruang dan lemari es, masing-masing dilakukan dalam 2 ulangan.
Pengamatan dilakukan pada 0 hari (kontrol) serta hari ke-3 dan hari ke-6, terhadap kadar
air, vitamin C, total asam, kekerasan, total padatan terlarut, dan pengamatan organoleptik
42