Anda di halaman 1dari 56

PETUNJUK PRAKTIKUM

P E N G E LO L A A N & T E K N I K
L A B O R A TO R I U M I P A
IPA6201

Oleh:

Ekosari Roektiningroem, M.P.


Purwanti Widhy H., M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020

1
ACARA I.
PENDAHULUAN

Pendahuluan diisi asistensi untuk menyampaikan:


A. Tata Tertib Praktikum Pengelolaan dan Teknik Laboratorium IPA
B. Pelaporan
C. Penilaian
1. Penilaian Laporan Praktikum
2. Penilaian Praktikum

A. Tata Tertib Praktikum Pengelolaan dan Teknik Laboratorium IPA

Ada aturan tambahan, selain aturan umum praktikum yang tercantum


pada halaman 2.
Praktikan diwajibkan:
1. Memakai baju lab selama melaksanakan praktikum di dalam
laboratorium
2. Membawa lap atau serbet kain
3. Membuat laporan sementara untuk setiap acara praktikum yang
dipraktekkan, kemudian disahkan oleh asisten/pembimbing praktikum
(per kelompok).
4. Mengumpulkan laporan untuk setiap acara praktikum, satu minggu
setelah praktikum dilaksanakan atau pada waktu yang ditentukan oleh
pembimbing (per kelompok).
5. Mengumpulkan seluruh laporan praktikum dalam bentuk soft-file ke
dalam satu folder di dalam CD dan menyerahkan pada akhir masa
praktikum atau pada waktu yang ditentukan oleh pembimbing.

1
B. Pelaporan
Halaman sampul:
Pada laporan tiap mata acara praktikum:Tanpa nama praktikan.
Contoh:

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN DAN TEKNIK LABORATORIUM IPA
’PREPARASI JARINGAN TUMBUHAN’

lambang UNY

oleh:
Kelompok III

JURUSAN PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
September, 2018

Halaman Pengesahan: lihat di Lampiran 1. Setelah halaman pengesahan,


ada halaman daftar isi.

2
Sistematika Laporan Praktikum untuk setiap acara
1. Judul: berupa acara praktikum
2. Halaman Pengesahan
3. Tujuan Praktikum
4. Kajian Pustaka
5. Metode Praktikum
a. Tempat dan Waktu Praktikum
b. Alat dan Bahan
c. Prosedur
6. Hasil dan Pembahasan
7. Kesimpulan dan Saran
8. Daftar Pustaka
9. Lampiran-lampiran

Bahasa.
Ditulis dalam bahasa Indonesia/Inggris yang baik dan benar.
Gaya bahasa yang digunakan: formal.

Pengaturan halaman:
1. Kertas HVS berukuran A4, menghadap vertikal. Boleh kertas bekas; bagian
yang tidak dipakai disilang besar dengan tinta merah.
2. Bila memerlukan tabel atau gambar berorientasi horisontal, sisi atas tabel
atau gambar tersebut harus diletakkan pada sisi kiri versi vertikal
3. Margin kiri dan atas 3 cm, kanan dan bawah 2 cm
4. Huruf dan Ukurannya:
Ditulis dengan huruf jenis Times New Roman atau Arial, dengan ukuran huruf
12pt. Perkecualian pemilihan jenis huruf yang lain diberikan bagi penulisan
isi tabel, gambar serta persamaan.
5. Jarak antar baris kalimat (spasi): 1,5 spasi.

Penulisan Daftar Pustaka:


1. Sumber dari buku:
Tjitrosoepomo,Gembong. 2001. Morfologi tumbuhan.Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

2. Sumber diambil dari Internet:


a. Karya Individual
Donald, P., Harby, L. & Gary , W. 1998. A study on agricultural area
Online Journals, 193-1997: The Poverty among the Rich, (Online),
(http://journal.ccs.soton. ac.uk/ study.html, diakses 12 Juni 1998).

3
b. Artikel dari Jurnal
Hartono. 1999. Peningkatan kinerja buruh perusahaan melalui reward
system. Jurnal Manajemen , (Online), Jilid 7, No. 3,
(http://www.malang.ac.id, diakses 10 Mei 2000).

Penulisan Sumber Gambar


Apabila dalam pelaporan memakai tabel, skema, sketsa, gambar atau
foto yang bukan buatan atau pengambilan sendiri (misalnya dengan memotret
objek), maka harus disertakan sumber asalnya.
Sumber diletakkan persis di bawah judul gambar atau di bawah kanan tabel.

Penulisan Judul/Sub judul/Sub subjudul/Judul Gambar & Tabel


Judul ditulis dalam Capital Each Word.
Contoh: Judul gambar dan tabel.

Gambar 1. Struktur Dasar Tumbuhan


Sumber gambar: www.phschool.com

Tabel 5. Hasil Pengamatan Pengeringan Daun Srikaya


Pembanding Silika gel Abu merapi
Warna Sama Seperti aslinya Pudar dari aslinya, menjadi
hanya sedikit agak pudar agak cokelat
Kekerrasan Kaku atau keras Tidak sekeras atau sekaku
dengan silica gel

4
C.Penilaian
1. Penilaian Laporan Praktikum
No Jenis Penilaian Pembobot
an
1 Kedisiplinan Pengumpulan Laporan 10
2 Pustaka 10
3 Tata Cara Penulisan 10
4 Kajian dan Pembahasan hasil 70
Total Nilai 100
Catatan:
a. Keterlambatan pengumpulan laporan akan dikenakan sangsi pengurangan nilai
sebesar 10%.
b. Apabila terdapat duplikasi (ganda) dalam laporan praktikum baik seluruhnya
maupun sebagian, baik dalam satu kelompok ataupun antar kelompok, dengan
cara apapun akan dikenakan sangsi sebagai berikut:
i. Pengurangan nilai sebesar 30% untuk Praktikan yang lebih dahulu
mengumpulkan
ii. Pengurangan nilai sebesar 70% untuk Praktikan yang mengumpulkan terakhir

2.Penilaian Praktikum
No Komponen Bobot
(%)
1 Tes Tulis 25%

2 Aktivitas 25%

3 Laporan 25%
Produk Spesimen Awetan (Basah, Kering: Herbarium 25%
4
&Insektarium, Bioplastik).
Jumlah 100%

5
ACARA II.
OBSERVASI LABORATORIUM IPA

Tujuan:
1. Mengidentifikasi keadaan ruang laboratorium IPA
2. Mengetahui denah dan ukuran ruang laboratorium IPA
3. Mendata fasilitas laboratorium IPA.
4. Mengklasifikasikan fasilitas laboratorium IPA ke dalam fasilitas umum atau
barang, alat/peralatandan bahan.
5. Mengetahui nama, spesifikasi, jumlah, kondisi dan fungsi barang, alat-
alat/peralatan dan bahan-bahan di laboratorium IPA.
6. Mengetahui susunan tata letak (lay out) penataan/penyimpanan barang,
alat/peralatan dan bahan di laboratorium IPA.

Latar Belakang:
Laboratorium adalah suatu tempat atau ruangan yang tertutup untuk
digunakan oleh praktikan guna melakukan pembelajaran, percobaan, dan
penelitian. Peran Laboratorium dalam IPA sangat penting karena IPA merupakan
ilmu pasti sehingga peserta didik dituntut aktif mengetahui serta meneliti segala
sesuatu yang dipelajari.
Laboratorium yang baik yaitu yang bersih, tertata rapi dan nyaman untuk
melakukan kegiatan baik praktikum maupun kegiatan belajar mengajar. Ruangan
laboratorium harus lebih nyaman dan sirkulasi udaranya cukup agar tidak
mengganggu kegiatan yang sedang berlangsung di laboratorium.
Beberapa barang yang termasuk fasilitas umum laboratorium tercantum
pada tabel berikut.

6
Tabel 1. Jenis Beberapa Barang pada Fasilitas Umum Laboratorium IPA
Meja praktikum Fasilitas Listrik: kabel, saklar, colokan,
soket dll
Meja demo Fasilitas Penerangan: lampu listrik,
jendela dll
Meja guru Fasilitas Air: kran air, shower, pipa air,
bak air, bak cuci/wastafel dll
Kursi, bangku Fasilitas Airasi: jendela, lubang angin,
kipas angin, AC
Papan tulis/Black - White Fasilitas pembuangan: ada saluran
board pembuangan, drain, tempat sampah
Perkakas presentasi: OHP, Perkakas unit kebersihan/sanitasi: lap,
LCD & screen sapu, kemucing, ember dll
Fasilitas penyimpanan: rak, Fasilitas Keamanan: APAR, P3K,
lemari, lemari es masker, baju lab
Jam dinding Buku-buku inventaris,
petunjuk/reference

Alat-alat yang ada dalam laboratorium harus lengkap, misalnya alat


pemadam kebakaran, tralis, seperti jas laboratorium, cadar, kotak P3K, dsb.
Sehingga kegiatan laboratorium berjalan dengan lancar dan keamanan laboran
serta alat-alat terjaga dengan baik.
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium
memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing.
Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat
dan bahan di laboratorium dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan,
terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara
memperlakukan alat dan bahan di laboratorium secara tepat dapat menentukan
keberhasilan dan kelancaran kegiatan.

Alat dan Bahan:


1. Alat dan bahan untuk menulis/mencatat/menggambar (kertas ukuran A4).
2. Alat untuk mengukur panjang (meteran pita/meteran gulung/metline/penggaris).
3. Alat untuk rekam gambar/memotret.

7
Prosedur observasi:
1. Amati keadaan, bentuk dan ukuran ruang laboratorium yang diobservasi.
Gambarlah denah tata ruang dan peletakan fasilitas yang ada di dalam
ruangan.
2. Amati satu persatu fasilitas yang ada di dalam laboratorium yang kondisinya
bagus (observasi). Dilarang memindahkan barang/alat/bahan! Apabila
mengamati dan merekam/memotret salah satu fasilitas (misalnya
barang/alat/bahan), maka harus dikembalikan pada spot /situs yang
sama/tepat.
3. Catat nama jenis, spesifikasi, jumlah dan letak tempat penyimpanannya, serta
masing-masing item sejenis dilengkapi dengan foto.
4. Klasifikasikan fasilitas laboratorium ke dalam fasilitas umum atau barang,
alat dan bahan; kemudian masukkan datanya pada tabel yang terpisah.
Khusus alat yang mudah rusak/pecah seperti termometer, petri dish, dan
tabung reaksi, maka dimasukkan ke dalam golongan ’Bahan yang mudah
rusak/RISKAN’.
5. Buat laporan sementara hasil observasi; kemudian mintakan paraf
Asisten/Laboran/Dosen
6. Lengkapi dengan fungsi dari barang/alat/bahan tersebut.
7. Buat laporannya.

Contoh tabel barang:


Tabel 1. Data Fasilitas Umum atau Barang di Laboratorium …
No Nama Spesifikasi Jumlah Letak Fungsi Foto

1 Meja demo Kayu, uk. (p 1 Sisi uatara, Bla..bla..bla


x q x r) cm depan.
2 Meja Kayu, alas 10
praktikum keramik,

8
Contoh tabel alat:
Tabel 2. Data Alat/Peralatan di Laboratorium …
No Nama Spesifikasi Jumlah Letak Fungsi Foto

1 Mikroskop Yazumi/XSP- 10 Lemari F,


13AE tingkat 3
2 Mikroskop cahaya Swift/77TI94 8 Lemari F,
4 tingkat 3
3 Timbangan Ohaus/XYZ1 2
analitik 234

Tabel 3. Data Bahan Mudah Rusak


No Nama Spesifikasi Jumlah Letak Fungsi Foto

1 Baker glass Pyrex, 80ml 10 Lemari B,


tingkat 3
2 Baker glass Pyrex, 100ml 8 Lemari B,
tingkat 3

9
ACARA III.
PENGENALAN DAN PENGGUNAAN ALAT KIT IPA

Tujuan:
1. Untuk mengetahui dan mengenal alat-alat yang yang ada dalam KIT IPA
(KIT OPTIK, KIT MAGNET, KIT LISTRIK)
2. Untuk mengetahui teknik penyiapan dan penggunaan alat-alat tersebut
dalam percobaan IPA sesuai KTSP SMP/MTs.
3. Untuk dapat merangkai dan rancang bangun percobaan-percobaan dengan
alat KIT IPA.

Latar Belakang:
KIT adalah satu set alat peraga yang siap untuk dirakit, yang digunakan
untuk membantu pembelajaran IPA (sains). KIT juga disebut SEQIP (science
education quality improvement project).
Ada berbagai KIT untuk berbagai level sekolah. KIT yang dipergunakan
untuk pembelajaran setingkat SMP/MTs, antara lain: KIT Optik, Listrik &
Magnet, dan Mekanika.
Dari satu boks Kit, kita bisa mendisain berbagai percobaan. Sebagai
contoh, dari boks KIT Optik, dapat dibuat percobaan Penguraian cahaya, Efek
pembesaran dari kaca pembesar dll.
Alat dan Bahan:
KIT Optik,
KIT Listrik & Magnet,
KIT Mekanika

10
A. PENGENALAN KIT IPA

Gambar 2. Contoh KIT IPA


Sumber gambar: http://203.21.74.28/pdimage/54/1019054_2kitlistrikmagnet.jpg

Prosedur:
1. Siapkan salah satu jenis KIT IPA
2. Buka kotak KIT, amati dan identifikasi komponen-komponen yang ada.
3. Rancang pecobaan IPA dengan komponen-komponen yang ada dalam KIT
sesuai KTSP SMP dan yang sederajat.

B. PENGGUNAAN KIT IPA

Gambar 3. Contoh Hasil Rakitan Salah Satu KIT

11
Prosedur:
1. Siapkan salah satu jenis KIT IPA
2. Rangkai komponen-komponen tersebur sesuai rancangan yang dibuat.
3. Ujicoba instrument yang sudah jadi
4. Dokumentasi produk & proses yang dilakukan.

Advance Assignment:

Buat satu acara yang menggunakan komponen dari berbagai KIT (kelompok)

CATATAN:
Tugas yang harus diserahkan sebelum praktikum penggunaan KIT adalah
menyerahkan rancangan percobaan menggunakan KIT IPA, masing-masing 2
rancangan untuk setiap jenis KIT.

12
ACARA IV.
PENGENALAN DAN PENGGUNAAN ALAT UKUR

Tujuan:
1. Untuk mengetahui dan mengenal alat-alat Multimeter, Neraca Triple Beam
(O’haus 310), Termometer & Hygrometer.
2. Paham dan bisa menggunakan dengan benar alat-alat Multimeter, Neraca Triple
Beam (O’haus 310), Termometer & Hygrometer.

Latar Belakang:

Multimeter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur Voltage


(Tegangan), Ampere (Arus Listrik), dan Ohm (Hambatan/resistansi) dalam satu
unit. Multimeter sering disebut juga dengan istilah Multitester atau AVOMeter
(singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter).
Terdapat 2 jenis Multimeter dalam menampilkan hasil pengukurannya
yaitu Analog Multimeter (AMM) dan Digital Multimeter (DMM).
Dengan perkembangan teknologi, kini sebuah Multimeter atau Multitester
tidak hanya dapat mengukur Ampere, Voltage dan Ohm atau disingkat dengan
AVO, tetapi dapat juga mengukur Kapasitansi, Frekuensi dan Induksi dalam satu
unit (terutama pada Multimeter Digital).

Gambar 4. Alat Ukur Multimeter


Sumber gambar: http://teknikelektronika.com/

13
Tugas:
Buatlah kajian pustaka mengenai alat-alat berikut ini:
1. Multimeter
2. Neraca Triple Beam
3. Termometer: Tulis deskripsi ciri-ciri dan spesifikasi termometer lab (udara &
cairan) ruang, klinis
4. Hygrometer

B. Pengantar dan Penggunaan Alat Ukur Neraca Triple Beam

Neraca ini termasuk ke dalam golongan timbangan dengan ketelitian


rendah. Alat ini digunakan untuk menimbang bahan dengan ketelitian alat
sedang (0.01-0.001 gram). Selain itu digunakan pula untuk menimbang bahan
kimia dalam proses pembuatan larutan, akan tetapi bukan yang digunakan
untuk standarisasi

Gambar 5. Neraca Trple Beam


Sumber gambar: http://indonesian.alibaba.com/product-gs/ohaus-710-t0-80000031-triple-
beam-mechanical-balance-50001920363.html

14
C. Pengantar dan Penggunaan Alat Ukur Hygrometer Basah-
Kering/Psychrometer

Hygrometer merupakan Instrumen yang digunakan dalam ilmu


meteorologi untuk mengukur kelembaban. Secara umum kelembaban (Relative
Humidity) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air
yang ada di udara dan dinyatakan dalam persen dari jumlah uap air maksimum
dalam kondisi jenuh. Beberapa jenis utama higrometer digunakan untuk
mengukur kelembaban.

Gambar 6. Contoh Hygrometer Basah-Kering


Sumber gambar: http://blog.ub.ac.id/

Salah satu jenis hygrometer yang sering digunakan adalah Psychrometer.

Psychrometer adalah perangkat untuk mengukur kelembaban relatif


udara. Pada psikrometer menggunakan dua buah termometer sebagai
komponen utamanya. Termometer pertama merupakan termometer bola kering
yang digunakan untuk mengukur suhu udara biasa, sedangkan termometer yang
kedua merupakan termometer bola basah yang digunakan untuk mengukur
suhu udara jenuh atau lembab.

15
Komponen Psikrometer
1. Termometer bola kering
2. Termometer bola basah
3. Kain
4. Air suling

Prinsip Kerja Psychrometer


Hygrometer mempunyai prinsip kerja yaitu dengan menggunakan dua
termometer. Termometer pertama digunakan untuk mengukur suhu udara biasa
dan yang kedua digunakan untuk mengukur suhu udara jenuh atau lembab
(bagian bawah thermometer diliputi kain/kapas yang basah). Pada
Thermometer Bola Kering tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan
mengukur suhu udara sebenarnya.
Pada Thermometer Bola Basah tabung air raksa dibasahi agar suhu
yang terukur adalah suhu saturasi atau titik jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan
agar uap air dapat berkondensasi. Suhu termometer basah-bola lampu lebih
dingin dibandingkan dengan termometer kering-bola lampu. Perbedaan suhu
antara termometer kering-wet bulb-dan dapat digunakan untuk menghitung
jumlah uap air di udara.
Hal-hal yang sangat mempengaruhi ketelitian pengukuran
kelembaban dengan mempergunakan Psychrometer ialah :
1. Sifat peka, teliti dan cara membaca thermometer-thermometer
2. Kecepatan udara melalui Thermometer bola basah
3. Ukuran, bentuk, bahan dan cara membasahi kain
4. Letak bola kering atau bola basah
5. Suhu dan murninya air yang dipakai untuk membasahi kain

Proses Pengukuran
Higrometer terdapat dua skala, yang satu menunjukkan kelembaban
yang satu menunjukkan temperatur. Cara penggunaannya dengan meletakkan
di tempat yang akan diukur kelembabannya, kemudian tunggu dan bacalah

16
skalanya. Skala kelembaban biasanya ditandai dengan huruf h dan kalau
suhu dengan derajat celcius.
Ada bentuk higrometer lama yakni berbentuk bundar atau berupa
termometer yang dipasang di dinding. Cara membacanya juga sama, bisa
dilihat pada raksanya di termometer satu yang untuk mengukur kelembaban
dan satu lagi yang mengukur suhu.
Perlu diperhatikan pada saat pengukuran dengan hygrometer selama
pembacaan haruslah diberi aliran udara yang berhembus kearah alat tersebut,
ini dapat dilakukan dengan mengipasi alat tersebut dengan secarik kertas atau
kipas. Sedangkan pada slink, alatnya harus diputar.

Kalibrasi
Sebuah sistem kalibrasi higrometer telah dirancang dan dibuat dalam
rangka peningkatan kemampuan kalibrasi higrometer untuk menghasilkan
sebuah sistem kalibrasi yang dapat memberikan kemampuan ukur terbaik di
bawah 2,5%. Sistem yang dibangun memanfaatkan prinsip kerja divided flow
atau aliran terbagi. Pengujian dilakukan terhadap sistem tersebut pada rentang
kelembaban relative yang biasa dipakai untuk melakukan kalibrasi, yaitu dari
10% hingga 95%. Pengukuran ketidakseragaman test chamber telah dilakukan
pada rentang kelembaban tersebut dengan menggunakan dua buah sensor.
Hasil akhir pengujian menunjukkan sistem yang dibangun mampu memberikan
kemampuan ukur terbaik masing-masing adalah 0,62% pada RH 10% dan
0,51% pada RH 60% dan 95%.
Reference: Syafril Abdillah (2013) dalam
http://blog.ub.ac.id/syafrilabdillah/2013/05/20/hygrometer-psychrometer/

D. Pengantar dan Penggunaan Alat Ukur Termometer

http://ciri-cirinya.blogspot.com

17
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur),
ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang
berarti bahang dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip kerja termometer
ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah termometer air raksa.

Sumber: http://fisikazone.com/

18
ACARA V.
PENGENALAN DAN PENGGUNAAN MIKROSKOP
(Handling, Using & Caring)

TUJUAN:
1. Mengetahui bagian-bagian dan fungsi berbagai jenis Mikroskop.
2. Mampu membawa dan mengoperasikan Mikroskop dengan benar.
3. Mengetahui cara merawat, membersihkan dan menyimpan Mikroskop
dengan benar

LATAR BELAKANG:
Pada umumnya mata tidak mampu membedakan benda dengan diameter
lebih kecil dari 0,1 mm. Untuk itu, diperlukan bantuan mikroskop, yang
ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhook.
Mikroskop dapat memberikan perbesaran yang membuat kita dapat
melihat struktur organisme/bagian organisme yang tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Ada berbagai jenis Mikroskop; dengan kisaran jangkauan perbesaran
yang luas dari beberapa kali hingga ribuan kali.

Alat dan Bahan:


Mikroskop berbagai jenis
Lensa obyektif berbagai ukuran
Lensa okuler berbagai ukuran
Akuades
Specimen preparat 1: Kertas Tisue
Specimen preparat 2: Kain
Specimen preparat 3: Daun yang “berbulu” misalnya daun paria,labu dsb.
Alat tulis, Kertas putih & alat untuk memotret (bisa HP atau pinjam kamera di lab
Komputer).)

19
Gambar 8. Mikroskop dan Bagian-bagiannya
Sumber gambar: Ensiklopedi  opular anak (1998)

A. Prosedur Observasi Berbagai Jenis Mikroskop di Lab IPA


1. Amati setiap jenis mikroskop yang ada di lab IPA
2. Gambar masing-masing dengan lengkap semua bagian atau komponen-
komponennya. Beri tanda anak panah pada gambar bagian mikroskop dan
beri keterangannya.
B. Prosedur Membawa dan Mengoperasikan Mikroskop dengan Benar
1. Angkat mikroskop dari meja dengan cara: salah satu tangan memegang
bagian lengan mikroskop, sementara tangan satunya menopang bagian
dasarnya.
2. Coba membawanya dari lokasi x ke y.
3. Setiap mahasiswa harus mencoba dengan benar.

20
4. Letakkan mikroskop pada meja sedemikian rupa agar lebih mudah
melakukan uji coba menoperasikannya.
5. Atur pencahayaan dan peralatan yang telah siap dipakai, kemudian
lakukan pengaturan pencahayaan.
6. Letakkan object glass beserta specimen preparat yang akan diamati pada
meja objek.
7. Aturlah posisi kaca benda sehingga objek yang akan diamati berada pada
jarak pandang.
8. Jepitlah kaca benda dengan penjepit yang terletak di atas meja objek.
9. Sambil melihat dari samping, turunkan lensa objektif secara perlahan
dengan menggunakan pemutar kasar hingga jarak lensa objektif dan
preparat yang diamati kira-kira 5 mm. Pada beberapa mikroskop, yang
naik turun bukan lensa objektifnya tetapi meja objek (Hati-hati! Jangan
sampai lensa objektif menyentuh/membentur object glass.).
10. Perhatikan bayangan melalui lensa okuler. Gunakan pemutar kasar untuk
menaikkan atau menurunkan lensa objektif sampai preparat terlihat jelas.
Apabila bayangan belum terlihat, ulangi langkah
11. Setelah preparat terlihat, dengan menggunakan pemutar halus, naik
turunkan lensa objektif agar tepat pada fokus lensa (preparat tampak lebih
jelas).
12. Untuk memperoleh perbesaran kuat, harus mengganti/mengubah lensa
objektif dengan cara memutar revolver. Usahakan agar posisi preparat
tidak bergeser. Bila hal ini terjadi maka kamu harus mengulangi dari
awal.
13. Ulangi pengamatan preparat, dengan berbagai tingkat pembesara,baik
kombinasi ragam ukuran lensa obyektif maupun okuler.
C. Prosedur Teknik Membersihkan Lensa Mikroskop
1. Pembelajaran ini menggunakan Model: demo interaktif
2. Lihat, dengarkan dan perhatikan dengan seksama demo oleh Tentor.
3. Catat dan rekam petunjuk tekniknya.

21
4. Identifikasi nama alat dan bahan yang digunakan seperti gambar 9 ini,
serta sebutkan fungsinya.
5. Deskripsikan pada laporan akhir.

Gambar 9. Alat dan Bahan untuk Membersihkan LensaMikroskop

22
ACARA VI.
TEKNIK PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
DASAR

TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan dan pengenceran larutan dasar
2. Mampu membuat dan mengencerkan larutan dasar

LATAR BELAKANG
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada di sekitar kita. Suatu sistem
homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing
komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu
sistem yang heterogen disebut campuran. Biasanya istilah larutan dianggap
sebagai cairan yang mengandung zat terlarut, misalnya padatan atau gas dengan
kata lain larutan tidak hanya terbatas pada cairan saja.
Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut dan zat terlarut, yang
dapat dipertukarkan tergantung jumlahnya. Pelarut merupakan komponen yang
utama yang terdapat dalam jumlah yang banyak, sedangkan komponen minornya
merupakan zat terlarut. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat
murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Semua
gas bersifat dapat bercampur dengan sesamanya, karena itu campuran gas adalah
larutan.

Alat dan Bahan:


Neraca analitik
Labu Ukur (Volumetric flask) berukuran 5, 10, 25, 50 & 100 mL
Pipet volume (Graduated pipette/long pipette with filler)
Filler
Baker glass
Gelas Arloji ukuran kecil (5 cm)
Sendok bahan (tanduk)

23
Pengaduk-kaca.
HCl 37%
NaOH
Akuades
Botol plastic Semprot (diisi akuades)
Botol kaca reagen untuk hasil larutan
Label

Tugas Utama:
Kel No Jenis Larutan Volume
(mL)
1-2 1 Membuat larutan HCl 2M dari HCl pekat 5
2 Mengencerkan larutan HCl 2 M menjadi 0,1M 10
3-4 1 Membuat HCL 1N dari HCl pekat 10
2 Mengencerkan larutan HCl 1N menjadi 0,1N 10
5-6 1 Membuat larutan NaOH dengan konsentrasi 1M. 5
2 Mengencerkan larutan HCl 1M menjadi 0,1M 10
7-8 1 Membuat larutan NaCl dengan konsentrasi 1M 10
2 Mengencerkan larutan NaCl 1M menjadi 0,1M 25

CONTOH SOAL 1. PEMBUATAN LARUTAN (Molaritas)


Buatlah 10 mL larutan HCl dengan konsentrasi 2M dari HCl pekat (berkadar 37%),
3
dimana berat jenis atau ρ HCl = 1,16 kg/L = 1,16 X 10 g/L, dan Mr HCl = 36,5!

JAWABAN:

24
Untuk membuat larutan 10 mL HCl, 2M dari HCl pekat (dengan kadar 37%),
maka …
Langkah pertama adalah menghitung besarnya M atau Molaritas dari HCl
pekat (dengan kadar 37%):

ρ HCl = 1,16 kg/L = 1,16 X 103 g/L


Mr HCl = 36,5

M HCl pekat dianggap sebagai M1

Langkah kedua adalah menentukan banyaknya volume HCl pekat (dengan kadar
37%) menggunakan rumus:

V1 = ? mL...misalnya x ml
M1 = 11,76
V2 = 10 mL
M2 = 2
Jadi HCl pekat (dengan kadar 37%) yang harus diukur sebesar 3,4 mL

Ingat
NEVER pour water into a concentrated acid.
Acid should be poured slowly into water.

Langkah ketiga adalah mengambil dan mengukur HCl pekat (dengan kadar 37%)
dengan prosedur sebagai berikut.
a. Masukkan sedikit akuades ke dalam Labu Ukur yang berukuran 10 mL.
b. Sedot larutan HCl pekat dengan menggunakan pipet ber-Filler sebanyak
3,4 mL
c. Masukkan HCL pekat sedikit demi sedikit melewati dinding Labu Ukur
dengan bantuan Pengaduk-kaca.
d. Campurkan sedikit akuades; juga melewati dinding.

25
e. Digojog dengan pelan, kemudian ditambahkan akuades sampai tanda
batas Labu ukur (10 mL )
f. Kocok larutan sampai semuanya tercampur
g. Amati perubahan yang terjadi.
h. Catat deskripsi rinci tentang bahan (HCl).

CONTOH SOAL 2. PENGENCERAN LARUTAN


Buatlah 25 mL larutan HCl 0,1M dengan cara mengencerkan dari larutan
HCl 2M !
JAWABAN:
Langkah pertama adalah menentukan banyaknya volume HCl 2M yang
dibutuhkan, dengan rumus: V1 . M1 = V2 . M2, dimana
M1 HCl=2M
M2 HCl =0,1M.
V2 HCl= 25mL
Menghitung
V1 . M1 = V2 . M2
V1 . 2 = 25 . 0,1
V1 = 2,5 : 2
V1 = 1,25 mL HCl 2M

Langkah Pembuatan
a. Diawali dengan mengisi Labu Ukur ukuran 25mL dengan akuades
sekitar 5 mL
b. Memasukkan Larutan HCl 2M sebanyak 1,25 mL (yang diperoleh dari
hasil perhitungan) sedikit demi sedikit melewati dinding Labu Ukur
dengan bantuan Pengaduk-kaca.
c. Menambahkan akuades sehingga volume larutan mencapai batas pada
Labu Ukur ( 25mL).

CONTOH SOAL 3. PEMBUATAN LARUTAN (Normalitas)

26
Buatlah 100 mL larutan HCl dengan konsentrasi 1N dari HCl pekat
(berkadar 37%), dimana berat jenis atau ρ HCl = 1,16 kg/L = 1,16 X 103 g/L,
dan Mr HCl = 36,5!
JAWABAN:
Langkah pertama adalah menentukan nilai Normalitasnya.
Pembuatan 100mL HCl 0,1N dari HCl pekat (kadar 37% dengan Berat jenis
1,19 gram mL-1 )
Pembuatan larutan 100 mL HCl 0,1N dilakukan dengan menentukan dulu berapa
Normalitas pada HCl dengan cara :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
Alat-alat yang diguanakan dalam pembuatan 100mL larutan HCl 0,1N yaitu Labu
volume/ ukur 100mL, pipet volume (ball pipette) dan labu ukur 10mL.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan 100mL larutan HCl 0,1N yaitu HCl
pekat 37% dengan Berat jenis 1,19 garm mL-1 dan aquades.
2. Menentukan volume HCL 37%v yang akan digunakan dalam pembuatan
100mL larutan HCl 0,1N:
Keterangan:
• V : Banyaknya HCl yanng diambil (mL)
• N : Normalitas larutan HCl yang akan dibuat (0,1N)
• Volume asam yang akan dibuat (100mL)
• M : Berat Molekul asam (HCL= 36,5 garm mol-1)
• n : Valensi asam (HCl =1)
• L : Berat jenis asam ( HCl = 1,19 gram mL -1)
• K : Kadar asam HCl (37%)
Sehingga dalam pembuatan 100mL larutan HCl 0,1N digunakan HCl pekat 37%
sebanyak: V = 0,83 mL
3. Langkah selanjutnya yaitu mengambil 0,83 mL larutan HCl pekat 37%
dengan pipet tetes lalu memasukkannya ke dalam labu ukur 100mL
4. Menambahkan aquades ke dalam labu ukur 100mL tersebut sampai taanda
batas
5. Mengocok hingga homogen.

CONTOH SOAL 4. PEMBUATAN LARUTAN (bahan solid)


Buatlah 25mL larutan NaOH 1 M, dimana Mr NaOH=40!
JAWABAN:
V1 = 25mL
M1 = 1M
Mr NaOH= 40
Massa NaOH=………gram?
Langkah pertama mencari n
n = V1 . M1

27
n = 25 . 1
n = 25 mmol 12,5 mmol
n =0,025mol
Langkah kedua mencari massa, dengan rumus
massa =n x Mr NaOH
= 0,025 x 40
= 1,0 gram
Jadi NaOH yang harus ditimbang sebesar 1,0 gram

Contoh Tabel Data Hasil Pengamatan Tugas Utama Pembuatan & Pengenceran
Larutan
Larutan 25 ml NaOH dengan
konsentrasi 1M
Objek
No pengamatan Keadaan Keadaan Keadaan Keadaan
sebelum setelah sebelum setelah
dicampur dicampur dicampur dicampur

1. Akuades

2. HCl -

3. NaOH -

Tugas Lanjutan: Buat larutan yang akan diperlukan dalam Preparasi jaringan!
Kel Nama Larutan Volume
1 Formalin 5% 1L
2 Alkohol 70% 200 mL
3 FAA jaringan tumbuhan 100 mL
4 FAA jaringan hewan 100 mL
5 Eosin Working Solution 10 mL
6 Giemsa Working Solution 10 mL
7 Methylen Blue Working Solution 25 mL

28
ACARA VII.
TEKNIK PREPARASI JARINGAN TUMBUHAN

Tujuan:
1. Mengetahui cara pembuatan dan mampu membuat preparat segar tumbuhan
secara sederhana dan mengamatinya menggunakan mikroskop
2. Mengetahui struktur anatomi pada tumbuhan bagian akar, batang, dan daun

Latar Belakang:
Sebelum melakukan pengamatan objek dengan menggunakan mikroskop, perlu
dipersiapkan terlebih dahulu preparat atau sediaan objek yang akan diamati.

Ada berbagai preparat; berdasarkan tingkat keawetannya dibagi menjadi tiga,


yaitu: Preparat sementara/segar, Preparat semipermanen, dan Preparat Awetan.
Berdasarkan metode pembuatannya dibedakan menjadi: Whole mount/utuh,
Smear/apus, Squash, Section dan Marserasi.

Apabila menggunakan preparat basah dan segar, harus menyiapkan dan membuat
sendiri. Teknik cara pembuatan preparat secara mikroskopis disebut Mikroteknik.

Salah satu teknik dalam pembuatan preparat adalah menggunakan metode Sedian
Utuh atau wholemount; yaitu penyiapan sediaan yang terdiri atas keseluruhan
tubuh/organ organisme secara utuh tanpa didahului adanya proses pemotongan.
Tentu saja tanaman yang diamati haruslah berukuran kecil sehingga dapat termuat
pada objek glass. Sedangkan pada tanaman yang agak besar bisa dilakukan
pemangkasan agar menjadi lebih rapi dan kecil. Contoh dari tanaman yang dapat
dibuat preparat menggunakan preparat whole mount adalah lumut, sori paku, daun
dengan trikoma dan daun dengan stomata.

Alat dan Bahan:


Mikroskop cahaya Object glass dan penutupnya
Silet atau mikrotom Aquadest dan pipet

29
Bahan pewarna (misalnya yodium, merkurokrom, lugol, biru metilen (methylene
blue), atau eosin)
Kertas hisap / Tisu Spesimen tumbuhan

Prosedur:
1. Sayat tipis bagian daun, batang, dan akar tumbuhan Rhoe discolor
2. Cara yang benar menyayat objek adalah:
a. Mensejajarkan objek yang akan disayat tipis (membujur atau melintang)
dengan mata dengan jarak kurang lebih 5-10 cm.
b. Perbedaaan antara sayatan melintang dan membujur, yakni pada melintang
preparat disayat di bagian tengah, sesuai dengan koordiant x, (hasil biasanya,
preparat berbentuk bundar atau melingkar) dan jika dilihat melalui
mikroskop, biasanya organel-organel yang ada di dalam sel, terlihat bintik-
bintik (lebih jelas). Pada sayatan membujur, preparat juga disayat d ibagian
tengah, tetapi koordinat y, jadi hasil preparatnya panjang.
c. Menyayat objek dengan silet tajam megarah dari luar ke dalam

Gambar 9. Langkah-langkah Pembuatan Preparat Tumbuhan Rhoe discolor

3. Bersihkan kaca preparat dan penutupnya

30
4. Letakkan hasil sayatan masing-masing pada gelas objek dengan menggunakan
jarum
5. Tetesi air sesedikit untuk masing-masing irisan
6. Letakkan kaca penutupnya dengan cara menempelkan bagian tepi kaca penutup
pada air dan secara perlahan dimiringkan.
7. Usahakan air menempel merata pada kaca penutup; tutup segera, jika masih
belum rata, diulangi kembali
8. Tambahkan pewarna jika diperlukan
9. Amati preparat dengan mikroskop
10. Gambar dan catat hasil pengamatan
11. Bersihkan alat/mikroskop setelah digunakan
12. Bandingkan hasil gambar dengan pustaka/literatur

Contoh Tabel data pengamatan


No. Penampang Rhoe discolor Hasil Pengamatan Hasil Literature
1 Batang melintang

2 Batang membujur

3 ...

31
ACARA VIII.
TEKNIK PREPARASI JARINGAN BINATANG

Tujuan:
1. Mengetahui dan membuat preparat apus
2. Mengetahui dan membuat preparat rentang

Latar Belakang:
Pengamatan terhadap jaringan pada binatang sangat menunjang untuk
pembelajaran maupun pengembangan ilmu pengetahuan. Seiring perkembangan
teknologi saat ini telah ditemukan cara untuk membuat preparat awetan agar
mudah dalam pengamatan, sehingga setiap diperlukan tidak perlu membuat
preparat lagi.
Pembuatan preparat dapat dilakukan secara sederhana yang dapat
dipraktekkan dalam waktu yang tidak lama. Terdapat banyak metode dalam
pembuatan preparat awetan, antara lain metode preparat apus dan metode preparat
rentang.

Alat dan Bahan:


1. Mikroskop 2. Bak benda/parafin/styrofoam
3. Alat seksio 4. Object glass dan penutupnya
5. Silet atau mikrotom, tusuk gigi 6. Aquadest
7. Bahan pewarna (yodium, merkurokrom, lugol, methylene blue, eosin)
8. Spesimen binatang hidup (misalnya mencit)

A. Prosedur Membuat Preparat Apus:


1. Ambil sampel probandus dari ujung jari tangan, dengan menggunakan
disposable syiringe.
2. Teteskan pada ujung gelas benda.
3. Ratakan darah tersebut dengan permukaan gelas benda, dengan cara
mendorong gelas benda yang lain dengan membentuk sudut 45º (dengan
cepat).

32
4. Angin-anginkan selama 15 menit.
5. Memfiksasi dengan methanol selama 5 menit.
6. Warnai dengan pewarna GIEMSA selama ± 30 menit.
7. Cucilah mengunakan air ledeng.
8. Amati di bawah mikroskop dimulai dengan perbesaran lemah.
9. Catat komponen-komponen darah antara lain: eritrosit, leukosit, basofil,
netrofil, dll.

Gambar 10. Cara Meratakan Darah pada Pembuatan Preparat Apus


Sumber gambar:

B. Prosedur Membuat Preparat Rentang:


1. Ambil jaringan peritoneum tikus putih dengan menggunakan pinset dan
silet.
2. Letakan di atas meja benda dan direntangkan.
3. Keringkan dengan cara mengangin-anginkan.
4. Memfiksasi dengan methanol selama 5 menit
5. Cucilah dengan memasukannya ke alkohol 96%-90%-80%-70%.
6. Catlah dengan cara direndam dengan eosin selama 5 menit.

33
ACARA IX.
TEKNIK PEMBUATAN SPESIMEN AWETAN BASAH
DAN KERING

Tujuan:
1. Pengeringan Spesimen spesimen tumbuhan secara
a. Pengeringan alami
b. Pengeringan dengan oven
c. Pengeringan dengan silica gel
2. Pembuatan label (labeling)
3. Pembuatan specimen awetan tumbuhan (Herbarium):
a. Kering
b. Basah
4. Pembuatan specimen awetan binatang (Insektarium)

Latar Belakang:
Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh koleksi spesimen
tanaman atau tumbuhan yang telah diawetkan dengan cara-cara khusus. Secara
umum ada dua jenis herbarium, yaitu herbarium kering dan herbarium basah.
Herbarium yang baik selalu disertai identitas pengumpul (nama pengumpul atau
kolektor dan nomor koleksi) serta dilengkapi keterangan lokasi asal material dan
keterangan tumbuhan tersebut dari lapangan. Kegunaan herbarium dapat sebagai
material karena herbarium sangat penting artinya sebagai kelengkapan koleksi
untuk kepentingan penelitian dan identifikasi, hal ini dimungkinkan karena
pendokumentasian tanaman dengan cara diawetkan dapat bertahan lebih lama,
kegunaan herbarium lainnya yaitu sebagai berikut material peraga pelajaran
botani, material penelitian, alat pembantu identifikasi tanaman, material
pertukaran antar herbarium di seluruh dunia, bukti keanekaragaman dan spesimen
acuan untuk publikasi spesies baru.
Ada beberapa cara pengeringan specimen tumbuhan; antara lain:

34
Pengeringan alami, Pengeringan dengan oven, dan Pengeringan dengan silica
gel.

A. PENGERINGAN SPESIMEN
Alat dan bahan:
Alat tulis, gunting, kertas koran, kertas label, kantong plastik, sasak bambu
atau pengepres , alkohol 70% dan spesimen yang akan disimpan.

1. Prosedur PENGERINGAN ALAMI:


Cara I:
Letakkan spesimen pada sasak bambu yang telah dibuat dan keringkan
dengan penjemuran.
Cara II:
Atur posisi tanaman pada lembaran koran hingga rata, kemudian lapisi lagi
dengan beberapa lembar koran, tangkup dengan tripleks pada kedua
sisinya lalu ikat dengan kencang sehingga tanaman ter-press dengan kuat.
Gantilah koran dengan yang kering, lakukan berulang-ulang hingga
spesimen benar-benar kering.
Cara III:
Tumbuhan air yang sudah ditemukan diatur di atas kertas koran, kemudian
disemprotkan dengan alkohol 70 % secara menyeluruh.
Selanjutya, lipatan kertas koran berisi material herbarium tersebut
ditumpuk satu di atas lainnya.
Tumpukan tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disiram
alkohol 70 % sehingga keseluruhan tumpukan tersiram secara merata,
kemudian kantong plastik ditutup rapat dengan selotip supaya alkohol
tidak menguap keluar kantong.
Setelah itu, material herbarium tadi dikeringkan dengan cahaya matahari.
Material yang sudah kering segera dikeluarkan dari kantong dan diganti
dengan karton putih, kemudian dijahit. Material tersebut kemudian

35
diidentifikasi nama botaninya. Materi spesimen dikatakan kering apabila
sudah cukup kaku dan tidak terasa dingin.

2. Prosedur PENGERINGAN DENGAN OVEN:


Cara IV (pengeringan langsung):
Tumpukan spesimen yang tidak terlalu tebal di-pres di dalam sasak,
kemudian dikeringkan di dalam oven (80ºC; 48 jam); sesegera mungkin,
untuk menghindari kerontokan organ atau cepat menjadi busuk
Cara V:
Spesimen yang sudah di’pres’ biar bentuknya rata/rapi, dimasukkan ke
oven (60oC; 2 hari).
Cara VI (pengeringan bertahap):
Spesimen dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih sekitar 3 menit,
kemudian dimasukkan secara rapi ke dalam lipatan kertas koran.
Selanjutnya ditumpuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku
pengeringan.

3. PENGERINGAN DENGAN SILICA GEL:


Alat dan Bahan :
Mangkok atau nampan Kuas Halus
Pisau Silika Gel
Gunting Penjepit
Spesimen tumbuhan yang akan dikeringkan
Prosedur:
a. Siapkan tumbuhan yang akan dikeringkan (misalnya daun kiambang,
daun eceng gondok, dan daun melati air)
b. Siapkan silika gel
c. Letakkan spesimen yang akan dikeringkan dalam timbunan silika gel
d. Simpan dan amati setiap hari sampai proses pengeringan selesai.

36
Gambar 11. Pengeringan dengan Silika Gel

B. PEMBUATAN LABEL

Dalam herbarium ada dua macam label etiket, yaitu etiket gantung
yang berisi tentang; nomer koleksi, inisial nama kolektor, tanggal
pengambilan spesimen dan daeran tingkat II tempat pengambilan (untuk
bagian depan) dan nama ilmiah spesimen (untuk bagian belakang).
Pada etiket tempel yang harus dicantumkan antara lain; kop( kepala
surat) sebagai pengenal indentitas kolektor/lembaga yang menaungi,
(No)nomer koleksi,(dd)tanggal ambil, familia, genus, spesies, Nom.
Indig(nama lokal), (dd) tanggal menempel, (determinasi)nama orang yang
mengidentifikasi spesimen itu, (insula) pulau tempat mengambil, (m. alt)
ketinggian tempat pengambilan dari permukaan air laut, (loc) kabupaten
tempat pengambilan, dan (annotatione) deskripsi spesimen tersebut.
Contoh labeling bisa dilihat pada lampiran 2.

37
C. PEMBUATAN SPECIMEN AWETAN TUMBUHAN (HERBARIUM)

1. BASAH
Alat dan bahan: botol jam, ampel spesimen, formalin 4%, akuades,
gelas ukur, kertas label dan spesimen yang akan diawetkan
Prosedur:
Cara I:
a. Siapkan spesimen yang akan diawetkan
b. Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.
c. Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol
jam/jelly dan telah diencerkan.
d. Tutup rapat botol dan kemudian diberi label
Cara II (untuk tumbuhan Lumut): by suhadinet
a. Bersihkan kotoran dan tanah dari tumbuhan lumut yang ingin
diawetkan.
b. Siapkan larutan fiksatif dengan komposisi: (1) asam asetat glasial
sebanyak 5 ml; (2) formalin sebanyak 10 ml; (3) etil alkohol sebanyak
50 ml. Selanjutnya untuk mempertahankan warna hijau lumut, dapat
pula ditambahkan ke dalam larutan fiksatif tadi larutan tembaga sulfat
dengan komposisi: (1) tembaga sulfat 0,2 gram; dan (2) aquades
sebanyak 35 ml.
c. Matikan lumut dengan merendamnya ke dalam larutan fiksatif yang
telah ditambahkan larutan tembaga sulfat tadi. Biasanya diperlukan 48
jam perendaman.
d. Siapkan tempat berupa botol penyimpanan yang bersih, kemudian isi
dengan alkohol 70% sebagai pengawetnya.
e. Masukkan lumut yang telah siap tadi dalam botol penyimpanan, atur
posisinya sehingga mudah diamati.
f. Buatkan label berupa nama spesies lumut tanpa mengganggu
pengamatan.

38
g. Awetan basah tumbuhan lumut siap digunakan. Secara berkala atau bila
perlu, misalnya larutan menjadi keruh atau berkurang, gantilah dengan
larutan pengawet yang baru secara hati-hati.

2. KERING
Alat dan bahan: botol jam, ampel spesimen, formalin 4%, akuades, gelas
ukur, kertas label dan spesimen yang akan diawetkan
Prosedur:
a. Siapkan spesimen yang akan diawetkan
b. Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.
c. Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol
jam/jelly dan telah diencerkan.
d. Tutup rapat botol dan kemudian diberi label

D. PEMBUATAN SPECIMEN AWETAN BINATANG (INSEKTARIUM)

An insectarium is a type of live insect zoo, or a museum or exhibit of


live insects. Insectariums often display a variety of insects and similar
arthropods, such as spiders, beetles, cockroaches, ants, bees, millipedes,
centipedes, crickets, grasshoppers, stick insects, scorpions and mantids.
Displays can focus on learning about insects, types of insects, their habitats,
why they are important, and the work of entomologists.
Some insectariums are also museums with displays of mounted insects
and exhibits about insects.

Prosedur:
1. Tangkaplah serangga dengan menggunakan jaring serangga.
2. Masukkan serangga ke dalam kantong plastik yang telah diberi kapas yang
sudah dibasahi kloroform.
3. Kemudian masukkan ke dalam amplop, kantong atau stoples tersendiri.
Jaga supaya sayapnya tidak patah.

39
4. Suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin 5%. Sapulah
(dengan kuas) bagian tubuh luar dengan formalin 5%.
5. Sebelum mengering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul.
6. Pengeringan cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar.
Tancapkan jarum pentul pada plastik atau karet busa.
7. Untuk belalang, rentangkan salah satu sayap ke arah luar. Untuk kupu-
kupu, sayapnya direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal
sehingga tampak indah. Begitu juga capung.

Gambar Spesimen Direntangkan atau Ditata Penampilannya

8. Setelah kering, serangga dimasukkan ke dalam kotak insektarium (dari


karton atau kayu). Di dalamnya juga dimasukkan kapur barus (kamper).
9. Beri label pada sisi luar kotak.

40
ACARA X.
TEKNIK PEMBUATAN SPECIMEN AWETAN BIOPLASTIK

Tujuan:
1. Mengetahui cara pembuatan spesimen awetan dengan bahan bioplastik
2. Mengetahui perbandingan resin dan katalis yang paling pas untuk pembuatan
spesimen awetan.

Latar belakang:
Bioplastik merupakan pengawetan spesimen binatang atau tumbuhan
dalam blok resin untuk digunakan sebagai media/alat pembelajaran.
Pengawetan dengan menggunakan resin dapat dilakukan pada bahan
segar, awetan kering, dan atau awetan basah. Pengawetan ini bisa untuk
mengamati aspek morfologi, anatomi, jaringan, perbandingan, atau siklus
hidupnya.
Teknik pengawetan spesimen dengan Bioplastik ini memiliki beberapa
keunggulan antara lain : kuat dan tahan lama, menarik dan praktis dalam
penyimpanan. Kelemahannya, objek asli tidak bisa disentuh (observasi hanya
mengandalkan penglihatan saja).
Resin adalah bahan kimia yang berbentuk cair, menyerupai minyak
goreng, tetapi agak kental. Jenis resin bermacam-macam.Ada yang bening dan
‘buthek’.
Padanan resin adalah katalis, cairan ini biasanya berwarna bening dan
berbau agak senga dan berfungsi untuk mempercepat proses pengerasan adonan
fiber. Semakin banyak katalis maka akan semakin cepat adonan mengeras tetapi
hasilnya kurang bagus.
Perhatian: Hati-hati, cairan ini terasa panas jika mengenai kulit!

Alat dan bahan:


Resin, katalis, wadah, pengaduk, cetakan, gelas ukur, timbangan dan spesimen
yang akan diawetkan.

41
Prosedur:
Mixing;
1. Campurlah resin bening dan katalis dengan perbandingan: a. 9:1, b. 10:1, c.
11:1, d. 12:1, e. 13:1, f. 14:1 (Pilih salah satu sesuai pembagian tugas).
2. Aduk hingga rata
3. Tuangkan larutan resin setebal 0,5-1cm, biarkan mengeras.
4. Letakkan label pada permukaan, kemudian lapisi lagi dengan larutan resin.
5. Masukan spesimen ke dalam wadah, lalu tuangkan resin sampai menutupi
spesimen, biarkan mengeras kembali
Finishing:
6. Lepas resin dari wadah, dan amplas hingga permukaan licin.

Gambar 12. Contoh Spesimen Awetan Bioplastik

42
ACARA XI.
TEKNIK PENCUCIAN DAN PEMBERSIHAN ALAT-ALAT
PRAKTIKUM IPA

Tujuan:
Mengetahui jenis alat, bahan dan cara mencuci dan membersihkan alat-alat
praktikum IPA berdasarkan jenis pengotor dan jenis bahan dasar alat yang
dibersihkan.

MANDIRI

Alat gelas adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan dalam sebuah
laboratorium dan memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah lab. Karena
perannya yang sangat vital ini lah pastinyanya alat ini sering digunakan dalam
hampir semua kegiatan di dalam laboratorium, dengan semakin intensifnya alat ini
digunakan tentunya akan timbul sebuah efek dasar akibat dari kegiatan tersebut,
salah satunya adalah problem kebersihan dari alat ini.
Seperti kita ketahui salah satu dasar pengoperasionalan sebuah laboratorium yang
sehat adalah dengan selalu terjaganya kebersihan alat-alat laboratorium ini dari
segala kotoran. Dengan alat yang bersih maka kita dapat mencegah kesalahan
pengukuran yang disebabkan oleh kotoran,dsb. Lalu bagaimanakah cara
membersihkan alat gelas laboratorium yang baik dan benar, maka simaklah
beberapa penjelasan dibawah ini.
Cara Membersihkan Alat Gelas Laboratorium
Proses pembersihan suatu alat gelas dalam sebuah laboratorium tergantung dari
kegiatan apa yang dilakukan alat ini sebelum dibersihkan dan tipe material apa
yang terkandung di dalamnya. Salah satu bahan yang umum digunakan dalam
pembuatan alat gelas laboratorium adalah bahan borosilikat. Alat Gelas yang
terbuat dari borosilikat mempunyai pertahanan yang sempurna dari kebanyakan
asam kecuali Asam Hidroflorat. Larutan Basa kuat akan mempengaruhi gelas,
inilah sebabnya kenapa detergen yang dilarutkan tidak boleh melebihi dari 2%.
Menghindari reaksi terhadap deterjen dalam jangka waktu panjang dan

43
menghindari pengeringan yang sama pada alat gelas harus dibersihkan secepatnya
untuk mencegah pengerasan residu.
Pembersihan Secara Manual
Metode ini merupakan metode yang sederhana karena metode ini hanya
menggunakanbusa halus, kain halus atau sikat plastik yang lembut dan tidak
mengadung bulu-bulu keras. Pilih dari sekian banyak macam campuran detergent
yang ditawarkan oleh spesialis laboratorium untuk pencucian manual, tergantung
dari residu yang ingin dihilangkan. Lalu bersihakan menggunakan alat tadi secara
perlahan dan teliti.
Lalu selain membersihkan dengan mesin pencuci dan secara manual masih ada
cara pembersihan khusus, dimana cara ini digunakan jika ada noda tertentu yang
sangat sulit dibersihkan menggunakan detergen, sehingga dalam kasus ini perlu
diberikan perhatian dan tindakan yang khusus, Beberapa noda yang membutuhkan
perilaku khusus serta cara penanganannya bisa anda simak di ulasan di bawah ini.
Metode Pembersihan khusus
• Noda Permanganat : Gunakan campuran yang dari 3% Asam Sulfat dan
3% Hidrogen Peroxida.
• Noda besi : Gunakan larutan HCl 50 %.
• Noda lemak : Gunakan larutan asam kromat, adalah larutan kalium
dikromat dalam asam sulfat pekat.
• Bahan yang mengandung kontaminasi bakteri : Setelah dibersihkan
dengan deterjen ,glassware direndam dalam larutan desinfektan atau di steam
dalam Autoclave (disterilisasi).
Selama permbersihan alat gelas ini ada beberapa tindakan pencegahan dalam
membersihkan alat gelas laboratorium, beberapa tindakan ini diantaranya :
Tindakan Pencegahan Khusus selama Proses Pembersihan :
• Jangan gunakan busa spons yang sudah terkikis seperti yang digunakan di
dapur untuk membersihkan piring
• Hindari beberapa deterjen atau larutan pembersih yang mengandung
Partikel pengikis

44
• Pindahkan barang-barang keras seperti spatula logam, tongkat pengaduk,
atau sikat secepatnya. Mereka dapat memecahkan gelas atau menggoresnya.
• Basa kuat domestic atau deterjen pabrikan akan melarutkan gelas dan
bahkan mengakibatkan kerusakan.
• Lepaskan bermacam2 logam perhiasan seperti cincin dengan batu jika
anda akan menggunakan tangan di dalam glassware.
Dan setelah semua proses dijalankan dengan baik, maka proses terakhir dalam
pembersihan alat gelas laboratorium adalah proses pengeringan beberapa langkah
proses ini diataranya :
Cara mengeringkan glassware
• Setelah dicuci dan dibilas aquadest, glassware di keringkan dengan cara di
tiriskan di rak peniris
• Untuk basic glassware boleh dikeringkan dengan cara di masukkan ke
dalam oven dengan suhu dibawah 60 ºC
• Untuk volumetric glassware dan analitycal glassware tidak boleh
dikeringkan di dalam oven
• Setelah dicuci dan dibilas aquadest, glassware di keringkan dengan cara di
tiriskan di rak peniris
• Untuk basic glassware boleh dikeringkan dengan cara di masukkan ke
dalam oven dengan suhu dibawah 60 ºC
• Untuk volumetric glassware dan analitycal glassware tidak boleh
dikeringkan di dalam oven
FROM http://alatkimia.com/cara-membersihkan-alat-gelas-laboratorium/

Peralatan Gelas Laboratorium mengacu pada berbagai peralatan, biasanya terbuat


dari kaca, digunakan untuk eksperimen ilmiah dan pekerjaan lain di bidang ilmu
pengetahuan, terutama dalam bidang kimia dan biologi laboratorium.
Penggunaan kaca dalam perlengkapan laboratorium tidak seperti sekarang karena
dulu peralatan dari plastik jauh lebih murah dan tahan pecah. Namun,
perlengkapan tertentu masih memerlukan kaca karena kaca transparan, tahan
panas, dan mudah untuk disesuaikan. Jenis kaca yang digunakan tergantung pada

45
kebutuhan. Kaca borosilikat, yang umum digunakan dalam botol reagen, dapat
menahan tegangan termal. Kaca Quartz, yang umum di kuvet, dapat menahan
suhu tinggi dan transparan di bagian-bagian tertentu dari spektrum
elektromagnetik, dan berbagai macam kaca-kaca yang lain.
Labu Ukur, salah satu peralatan gelas di Lab. Sumber Gambar : wikipedia.org
Tapi dalam membersihkan peralatan gelas laboratorium itu, apakah kita sudah tau
bagaimana membersihkan peralatan-peralatan gelas yang bermacam-macam itu?
Membersihkan peralatan gelas laboratorium tidak sesederhana seperti mencuci
piring. Berikut adalah cara untuk mencuci gelas Anda sehingga Anda tidak akan
merusak larutan kimia atau percobaan laboratorium.
Dasar Membersihkan
Umumnya lebih mudah untuk membersihkan gelas jika kita melakukannya segera
setelah selesai digunakan. Ketika memakai deterjen, lebih baik memakai deterjen
yang biasanya dirancang untuk peralatan gelas lab daripada sabun cuci piring pada
umumnya.
Kadang-kadang, deterjen dan air keran tidak diperlukan. Kita dapat membilas
gelas dengan pelarut yang tepat, kemudian selesaikan dengan beberapa bilasan
dengan air suling dan bukan air keran, diikuti oleh bilasan akhir dengan air
deionisasi jika perlu.
Cara Mencuci/Membersihkan Bahan Kimia Laboratorium Biasa
– Larutan yang larut air
Untuk larutan yang larut dalam air (misalnya natrium klorida atau larutan
sukrosa). Bilas 3-4 kali dengan air deionisasi kemudian simpan peralatan gelas
tadi.
– Larutan yang tidak larut air
Untuk larutan yang tidak larut air (misalnya, larutan dalam heksana atau
kloroform). Bilas 2-3 kali dengan etanol atau aseton, bilas 3-4 kali dengan air
deionisasi, lalu simpan. Dalam beberapa situasi pelarut lain perlu digunakan untuk
bilasan awal.
– Asam Kuat

46
Asam kuat (misalnya, konsentrat HCl atau H2SO4). Di dalam lemari asam,
dengan hati-hati bilas peralatan gelas air keran yang banyak.Lalu bilas 3-4 kali
dengan air deionisasi, kemudian simpan peralatan gelas tadi.
– Basa Kuat
Untuk basa kuat (misalnya, 6M NaOH atau konsentrat NH4OH). Di bawah lemari
asam, dengan hati-hati bilas peralatan gelas dengan air keran yang banyak. Bilas
3-4 kali dengan air deionisasi, lalu simpan peralatan gelas tadi.
– Asam Lemah
Asam lemah (misalnya, larutan asam asetat atau pengenceran asam kuat seperti
0,1 M atau 1M HCl atau H2SO4). Bilas 3-4 kali dengan air deionisasi sebelum
menyimpannya.
– Basa Lemah
Basa lemah (misalnya, 0,1 M dan 1M NaOH atau NH4OH). Bilas bersih dengan
air keran untuk menghilangkan dasarnya, kemudian bilas 3-4 kali dengan air
deionisasi sebelum menyimpannya.
Mencuci Peralatan Gelas Spesial
– Peralatan gelas yang digunakan untuk Praktek Kimia Organik
Bilas peraltan gelas dengan pelarut yang sesuai. Gunakan air deionisasi untuk isi
larutan yang larut dalam air. Gunakan etanol larutan yang larut dalam etanol,
dilanjutkan oleh bilasan air deionisasi. Bilas dengan pelarut lain yang diperlukan,
diikuti oleh etanol dan air deionisasi. Jika gelas perlu digosok, gosok dengan sikat
menggunakan air sabun panas/hangat, bilas dengan air keran, dilanjutkan oleh
bilasan dengan air deionisasi.
– Buret
Cuci dengan air sabun panas, bilas dengan air keran, kemudian bilas 3-4 kali
dengan air deionisasi. Pastikan pembilasan harus bersih. Burets harus benar-benar
bersih jika akan digunakan untuk praktek analisa kuantitatif.
– Pipet dan Labu Ukur
Dalam beberapa kasus, kita mungkin perlu untuk merendam peralatan gelas ini
dengan air sabun untuk satu malam. Bersihkan pipet dan labu ukur menggunakan

47
air sabun bersuhu hangat. {eralatan gelas ini mungkin perlu digosok dengan kuas.
Bilas dengan air keran diikuti oleh 3-4 kali bilasan dengan air deionisasi.
Mengeringkan atau Tidak Mengeringkan Peralatan Gelas
– Tidak Mengeringkan
Tidak disarankan untuk mengeringkan gelas dengan tisu atau dengan tekanan
udara (seperti dengan hairdryer) karena hal ini dapat menimbulkan kotoran yang
dapat mencemari larutan. Biasanya kita dapat membiarkan gelas kering dengan
sendirinya.
– Membilas dengan Pereaksi
Jika air bisa mempengaruhi konsentrasi larutan akhir yang akan kita buat
nantinya, bisa kita membilas peralatan gelas itu 3 kali dengan larutan tertentu .
– Mengeringkan Peralatan gelas
Jika peralatan gelas akan digunakan segera setelah dicuci dan harus kering, bilas
2-3 kali dengan aseton. Ini akan menghilangkan air dan akan menguap dengan
cepat. Meskipun bukan ide yang bagus untuk meniup udara ke dalam gelas untuk
mengeringkannya, kadang-kadang kita dapat menerapkan metode vakum untuk
menguapkan pelarut.
Sumber:
– chemistry.about.com
– wikipedia.org
http://bisakimia.com/2014/10/09/beberapa-cara-membersihkan-peralatan-gelas-
laboratorium/

48
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Manajemen dan teknik laboratorium. Yogyakarta: Fakultas Sains dan


Teknologi, UIN Sunan Kalijaga.

Arsyad,Azhar. Media pembelajaran. 2004. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Bagod Sudjadi. 2007. Biologi, sains dalam kehidupan. Surabaya: Yudhistira

Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Banjarbaru: Universitas


Lambung Mangkurat.

Brady, J. E. 1999. Kimia universitas. Asas dan struktur. Jakarta: Binarupa Aksara.

Bridson, D. and L. Forman. 1989. The herbarium handbook. Kew-London: the


Royal Botanic Garden of Kew. London: 1-5 hlm.

Bunga. 2010. Teratai Nymphaea lotus. Diakses 5 Juni 2010 dari


http://tearena.blogspot.com. Pukul 20.00 WIB : 1-3.

Campbell.1999. Biologi I. Jakarta: Erlangga.

Estiti B. Hidayat. 1995. Anatomi tumbuhan berbiji. Bandung: Penerbit ITB

M Lubis. 1993. Pengelolaan laboratorium IPA. Jakarta: Depdikbud Dirjen


Pendidikan Dasar dan Menengah.

Mohammad Amin. 1988. Buku pedoman laboratorium dan petunjuk praktikum


pendidikan IPA Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK.

Nyoman Kertiasa, dkk.1979.Pengelolaan Laboratorium IPA. Bandung :


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Rugayah, Retnowati. 2004. Pengumpulan data taksonomi. Dalam Rugayah,


Widjawa, E.A. & Praptiwi (penyunting). Pedoman penumpulan data
keanekaragaman flora. Pusat penelitian Biologi – Lembaga Ilmu
Pengetahun Indonesia. Jakarta : 1-5 hlm.

Sadiman,Arief dkk.1986. Media pendidikan. Pengertian, pengembangan dan


pemanfaatannya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sumardi, Issirep & Pudjoarinto, Agus. 1993. Struktur dan perkembangan


tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

49
Sutoto. 2001. Pengantar pengelolaan laboratoriun. Departemen Pendidikan
Nasional.

Tjitrosoepomo,Gembong.2005. Morfologi tumbuhan.Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

Wibawa,S dan Mukti, F.1991/1992. Media pengajaran. Jakarta: Depdikbud


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga
Kependididkan.

Reference:
http://teknikelektronika.com/cara-menggunakan-multimeter-multitester/

50
Lampiran 1. Contoh halaman pengesahan.

HALAMAN PENGESAHAN:
PRAKTIKUM PREPARASI JARINGAN TUMBUHAN

oleh:
Kelompok III

Yogyakarta, tanggal dibuat

Anggota:
Nama NIM Tanda tangan
Ana
Bika
Cena
Dana

Diserahkan pada tanggal ..................................................., jam ....................

Mengetahui:
Dosen Pembimbing / Asisten Praktikum

(...............................................)
Lampiran 2. Contoh label spesimen awetan.

I kop prodi ipa

II

1.nama latin: bold, 14pt


2. (nama umum/daerah): 12pt

3. Taksonomi:
Kingdom :........
Divisio :.........
Class :…….
Ordo :…….
Family :…….
Genus :…….
Species :…….
III
4. asal daerah.............
5. habitat...........
6. tgl pembuatan...........
7. pembuat

52
Lampiran 3. English version for Insectarium, Herbarium and Terrarium

INSECTARIUM
An insectarium is a type of live insect zoo, or a museum or exhibit of live
insects. Insectariums often display a variety of insects and similar arthropods,
such as spiders, beetles, cockroaches, ants, bees, millipedes, centipedes, crickets,
grasshoppers, stick insects, scorpions and mantids.
Displays can focus on learning about insects, types of insects, their habitats,
why they are important, and the work of entomologists.
Some insectariums are also museums with displays of mounted insects and
exhibits about insects.

Tools and material:


Stationery Net Insect
Hypodermic needle Needle
Glue Paper
Spume Paper Label
Chloroform Formalin
Alcohol

Procedures:
1. Insect reached by insect net. Watch out for the dangerous insect.
2. Insect killed by entering into plastic bag which have been given the wetted
cotton of chloroform.
3. Insect which have died to be packed into the bag or stopples. Butterfly and
dragonfly packed into the envelope carefully so his wings don’t broken.
4. Backside insect body injected with formalin 5%. Outside insect body swept
(with paintbrush) with formalin 5%.
5. Before dry, jabs the insect chest with needle. Crusty insect ( big) "dipinning"
the from the top of penetrating his body.Coleoptera type (beetle) "dipinning"
penetrate the right wing while fly, bee, butterfly ever "dipinning" penetrate

53
thorax and jetty wing. All spesimen "pinning" with same high that is 1 inch of
the top of needle. The tools used by the form of blocks pinning ( pinning block).
Butterfly and moth is usually put above board ( spreading boads made wood or
polystyrene) where wings arranged and developed shall run dry.Small insect can
mounted to the above of pasteboard paper ( cardbord points) by using glue. The
insect is put down with position head to back part of cardboard three facet on
the left of "pinning" process. (Wittens dan Stefan, 2008).
6. Draining have done in room at room temperature. Stick the needle at foam
rubber or plastic.
7. For grasshopper, flung out one of the wing at outside. For the butterfly,the wing
is flung out in thick paper or board so looks beautifull. So its also dragonfly.
8. After dried, insect packed into the box of insectarium (from wood or
pasteboard). Insect kept in airtight place able to cover the damage insect broken
the old spesimen like ant, bookworm or cockroach. it is also enterred by the
camphor ( Naphtalene) what is attached at cloth in underside side the insect box.
9. Give a lable ( beside outside box) that contains the other special note. Every
spesimen labled by the name of place where the insect taked and also with "take
technique" as well as collector name. Small lable put down the more or less 5/8
inch. Additional description be like used as the plant and type of place written at
lable and attached the more or less 1/2 inch at "pinning" below/under first lable
(Wittens and Stefan, 2008).
When you capture a live specimen for observation that you intend to
release later, very carefully put it in a clear container that it can't escape from. Use
a magnifying glass or low-power microscope to observe the specimen closely.
For insects that you want to keep in a collection, put them in a killing jar.
You can make one of these by putting cotton balls soaked in rubbing alcohol into
a glass jar (plastic works, too). Usually you don't want more than 2-3 medium-
sized insects or 4-5 small ones in a jar at once. Depending on the size of your bug,
it may take anywhere from a few minutes to an hour to die. Butterflies, because
they are so fragile, sometimes batter themselves in a killing jar so it is better to
first stun them by pinching their thorax. It might take a little practice to get the

54
method down just right, so try it out on common moth or butterflies first, that you
aren't concerned about keeping for your collection!
For winged insects, especially butterflies, you might want to use a
spreading board. Place the insect's body in the indentation on the board, and pin a
thin strip of paper over each wing, to hold them flat until they dry out. You can
also use corrugated cardboard to make a spreading board; glue two strips of
cardboard onto another piece, leaving a crack between the two strips to set the
moth or butterfly's body in.
The next step is storing your specimens. A shallow cardboard box will
work, or you can use a glass-covered display case. To pin an insect in place,
firmly poke the pin through the upper mid-right portion on the back of the thorax
(on insects such as grasshoppers) or abdomen (on a beetle). Use tweezers or
forceps to handle small specimens. Use a dab of clear glue to stick really small
insects onto a card, and then pin the card in your collection. If you're not using
pins, set the specimen on batting.
For any insect collection, it is essential to know the name for each insect
that you find! With a good identification guide, you should be able to find the
scientific and common name of each one. Write or print out a small tag (card
stock or other thin cardboard works well) with the name, and attach it to the pin
that you use to hold down your insect. You may also want to list the date and
place where you found the insect (e.g., in the garden, April 13, 2005).

55

Anda mungkin juga menyukai