Anda di halaman 1dari 66

I.

Tata Tertib Praktikum :


Berikut tata tertib saat pelaksanaan praktikum fisika :
1. Praktikan diharapkan hadir tepat waktu dan berada di dalam ruangan.
2. Semua praktikan berdo’a sebelum dan sesudah praktikum dipimpin
oleh ketua kelas.
3. Toleransi keterlambatan adalah 10 menit setelah waktu praktikum
dimulai. Jika melewati waktu toleransi tersebut, maka pengurangan
penilaian sebesar 10% .
4. Bagi praktikan yang terlambat 15 menit dari waktu yang telah di
tentukan maka tidak di perkenankan masuk ruangan, dan harus
menghadap dosen/asisten praktikum.
5. Praktikan wajib mengerjakan tugas pendahuluan dan dikumpulkan
sebelum praktikum dimulai dalam bentuk hardcopy. Jika saat
praktikum belum mengumpulkan tugas, maka tidak dapat mengikuti
praktikum.
6. Tes lisan dilakukan selama 10 menit dan tidak ada waktu tambahan.
7. Praktikan diwajibkan memakai baju praktikum ITG.
8. Praktikan dapat mengikuti praktikum apabila telah terdaftar sebagai
peserta praktikum.
9. Praktikan wajib mengikuti seluruh modul. Apabila tidak mengikuti
salah satu modul maka dinyatakan tidak lulus (kecuali sakit dengan
menyerahkan surat keterangan dokter).
10. Pada saat akan memulai dan sedang berlangsungnya kegiatan
praktikum, praktikan :
• Mematuhi tata tertib dan sopan (tidak diperkenankan memakai
celana pendek, sandal dan sepatu sandal).
• Dilarang membawa makanan, minuman, rokok dan barang lain
yang tidak diperlukan saat kegiatan praktikum berlangsung.
• Dilarang meninggalkan ruangan tanpa seijin asisten atau
penanggung jawab saat berlangsungnya praktikum.
• Harus dapat menjaga keselamatan diri, alat-alat, kebersihan
laboraturium dan ketertiban.

i
• Apabila terjadi kerusakan atau kehilangan alat-alat yang
digunakan selama praktikum, praktikan diwajibkan mengganti
alat-alat yang digunakan selama praktikum, praktikan
diwajibkan mengganti alat tersebut sebelum melanjutkan
kegiatan praktikum selanjutnya.
• Praktikan yang melanggar tata tertib dan dianggap mengganggu
ketertiban praktikum , dapat dikeluarkan dari praktikum sesuai
kebijakan asisten dan dianggap tidak mengikuti praktikum
tersebut.
12. Pertemuan praktikum dianggap selesai apabila :
• Praktikan telah mengembalikan dengan lengkap alat-alat yang
digunakan selama praktikum dengan tertib.
• Menuliskan data pada lembar pengerjaan sebagai data laporan
untuk pihak laboratorium.
• Lembaran pengerjaaan harus disetujui oleh asisten yang ditandai
dengan adanya paraf.
• Praktikan yang tidak hadir tanpa alasan dalam satu kali
pertemuan, maka dianggap telah mengundurkan diri.
• Praktikan tidak boleh berganti kelompok.
• Praktikan dapat dikeluarkan saat praktikum apabila melanggar
tata tertib ini.
• Tata tertib ini disetujui dan akan dilaksankan dengan penuh
kesadaran serta ketentuan lain yang dipandang perlu adanya akan
ditetapkan kemudian.
13. Peraturan asistensi :
• Asistensi dapat dilakukan jika anggota kelompok lengkap.
• Asistensi minimal 3 kali dalam satu minggu.
• Wajib menyerahkan lembar asistensi kepada asisten.
• Waktu asistensi kondisional, sesuai kesepakatan asisten dan
praktikan.

ii
• Toleransi keterlambatan asistensi diberikan waktu selama 15
menit, apabila lebih dari 15 menit maka tidak boleh asistensi.
Berlaku juga untuk asistensi jurnal dan laporan.
• Waktu asistensi LEMBAR PENGERJAAN (LP) yakni 1x24 jam.
• Waktu asistensi JURNAL yakni setelah LP di ACC.
• Waktu asistensi LAPORAN yakni setelah JURNAL di ACC,
dengan ketentuan 3x24 jam setelah praktikum dan kesepakatan
bersama asisten praktikum.
II. Sistem Penilaian :
Penilaian yang dilakukan terhadap beberapa komponen sebagai berikut:

Komponen Penilaian Bobot Total

Kehadiran 10%

Tugas Pendahuluan + Tes Lisan 15%

Sikap + Asistensi 10%


100%
Lembar Pengerjaan 20%

Jurnal + Laporan 15%

Risalah Akhir + Presentasi +


UAS 30%

III. Sistematika Penulisan Jurnal


COVER
BAB I PENGUMPULAN DATA
1.1 Alat dan Bahan
1.2 Metodologi Praktikum
1.3 Pengumpulan Data
BAB II PENGOLAHAN DATA
BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS
3.1 Pembahasan
3.2 Analisis
IV. Sistematika Penulisan Laporan

iii
COVER
KATA PENGANTAR
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktikum
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Praktikum
1.4 Alat Dan Bahan Yang Digunakan
BAB II LANDASAN TEORI PRAKTIKUM
2.1
2.1.1
A.
1.
a.
1)
a)
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Keterkaitan Antar Teori
3.2 Diagram Alir Praktikum
3.3 Langkah-Langkah Praktikum
BAB IV PEMBAHASAN PRAKTIKUM
4.1 Pengumpulan Data
4.2 Pengolahan Data
4.3 Pembahasan Hasil
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
V. Sistematika Penulisan Risalah Akhir:
COVER
KATA PENGANTAR
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktikum
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Praktikum
1.4 Alat Dan Bahan Yang Digunakan
BAB II LANDASAN TEORI PRAKTIKUM
2.1 Modul I (Pengukuran)
2.2 Modul II (GLB & GLBB)
...
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Keterkaitan Antar Teori
3.2 Diagram Alir Praktikum
3.3 Langkah-Langkah Praktikum
BAB IV PEMBAHASAN PRAKTIKUM
4.1. Pengumpulan Data
4.1.1 Modul I (Pengukuran)
4.1.2 Modul II (GLB & GLBB)
...
4.2. Pengolahan Data
4.2.1 Modul I (Pengukuran)
4.2.2 Modul II (GLB & GLBB)
...
4.3. Pembahasan Hasil
4.3.1 Modul I (Pengukuran)
4.3.2 Modul II (GLB & GLBB)

v
...
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAK
LAMPIRAN

VI. Tata Tulis Penulisan


Berikut adalah tata cara penulisan praktikum fisika :
1. Laporan diketik dengan line spacing 1.5 dan jika di hardcopy harus
kertas HVS ukuran A4.
2. Huruf untuk pengetikan adalah times new roman 12 pt, sementara untuk
heading 1 adalah 16 pt bold.
3. Penomoran halaman dilakukan pada sudut kanan atas kertas (header),
sementara untuk halaman awal setiap bab disimpan di tengah bawah
kertas (footer), tidak diperkenankan adanya aksesoris lain pada header
dan footer.
4. Penomoran lembar pengesahan sampai daftar tabel menggunakan
romawi, sedangkan halaman BAB I sampai daftar pustaka
menggunakan angka dengan contoh format sebagai berikut:
BAB I : I-1, I-2, dst. BAB II : II-1, II-2, dst.
5. Margin kertas yang digunakan adalah kiri 4 cm, kanan 3 cm, atas 3 cm,
dan bawah 3 cm, sementara jarak penomoran baik pada halaman BAB
ataupun bukan adalah 1 cm dari tepi batas kertas.
6. Warna cover risalah akhir adalah hijau. Untuk format cover dan
pengesahan bisa dilihat pada bagian VII dan VIII.

vi
VII. Format Cover

RISALAH AKHIR PRAKTIKUM


FISIKA(20 Pt)
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Praktikum

Fisika Dasar (14 Pt)

Oleh: (12 pt)

Nama (NPM) (14 Pt)


Nama (NPM) (14 Pt)

Asisten Dosen: (12 Pt)

Nama (NPM) (14 Pt)

Dosen Pengampu: (12 Pt)

Ismi Purnamasari, S.Pd., M.Si

3 X 3 cm

LABORATORIUM PRAKTIKUM FISIKA


PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT
2023

vii
VIII. Lembar Pengesahan

LEMBAR PENGESAHAN
Tim praktikan menyatakan bahwa risalah akhir/laporan ini merupakan
tindakan yang dilakukan dengan kesadaran tanpa paksaan dengan tujuan
mendapatkan suatu kebenaran ilmiah dari ilmu pengetahuan, serta tim praktikan
menyatakan bahwa isi risalah akhir/laporan merupakan karya orisinal, yang terlepas
dari unsur plagiarisme. Apabila dikemudian hari ditemukan unsur plagiarisme pada
penulisan risalah akhir ini, maka tim praktikan bersedia untuk mengulangi risalah
ini dari awal.

Tim praktikan setelah melalui masa asistensi bersama asisten dan dosen
menyatakan bahwa risalah akhir/laporan telah diperiksa secara seksama dan dicapai
permufakatan, bahwa risalah akhir/laporan memenuhi syarat sebagai komponen
kelulusan praktikum fisika pada program studi Teknik Industri Institut Teknologi
Garut.

Garut, 2023

Penyusun,
Praktikan I Praktikan II

Nama Nama
NIM. NIM.
Mengetahui,
Asisten I, Asisten II,

Nama Asisten Nama Asisten


NIM. NIM.

viii
Asisten III, Asisten VI,

Nama Asisten Nama Asisten


NIM. NIM.
Menyetujui,
Koordinator Laboratorium Dosen Pengampu
Program Studi Teknik Industri, Praktikum Fisika.

Nama Koordinator Laboratorium Nama Dosen Pengampu


NIDN. NIDN.

ix
MODUL I
PENGUKURAN
Berikut adalah pemaparan materi pada modul I praktikum fisika 2023 tentang
pengukuran.
1.1 Tujuan Praktikum
Pada modul I ini, praktikan melakukan pengukuran terhadap suatu benda
dengan beberapa alat ukur. berdasarkan hal tersebut, berikut adalah beberapa tujuan
yang harus didapat oleh mahasiwa setelah menyelesaikan modul I ini adalah
sebagai berikut :
a. Tim praktikan mampu menggunakan berbagai jenis alat ukur.
b. Tim praktikan mampu mengonversikan beberapa ukuran dalam SI.
c. Tim praktikan mampu melakukan analisis data dari perhitungan yang
telah dilakukan.
d. Tim praktikan mampu mencari nilai volume dan massa jenis dari
setiap balok
1.2 Alat-alat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan pada modul I:
1.2.1 Alat
Berikut adalah beberapa alat yang akan digunakan pada modul I:
a. Mistar Baja;
b. Jangka Sorong;
c. Mikrometer;
d. Gelas Ukur;
e. Neraca 4 lengan.
1.2.2 Bahan
Berikut adalah bahan yang akan digunakan pada Modul I:
a. Balok Besi;
b. Balok Aluminium;
c. Balok Tembaga;
d. Balok Kuningan.

I-1
I-2

1.3 Landasan Teori


Fisika adalah sebuah ilmu yang mempelajari gejala yang terjadi di alam dari
skala atomik yang sangat kecil sampai dengan skala yang sangat besar yaitu alam
semesta. Gejala-gejala tersebut dinamakan sebagai besaran fisis. Pengukuran
besaran fisis dapat dilakukan denganberbagai alat ukur yang sesuai. Di dalam fisika
kita mengenal besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran
yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu sedangkan besaran turunan adalah
besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Dalam praktikum ini, kita akan
mempelajari bagaimana cara mengukur besaran pokok danbesaran turunan dengan
berbagai alat ukur yang sesuai. Jenis besaran pokok dalam Satuan SI antara lain
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Besaran Pokok
Besaran Pokok Satuan Lambang Dimensi

Panjang Meter (m) [L]

Massa Kilogram (Kg) [M]


Waktu Sekon (s) [T]
Kuat Arus Listrik Ampere (A) [I]
Suhu Kelvin (K) [θ]
Jumlah Zat Mol (mol) [N]
Intensitas Cahaya Candera (cd) [J]

1.3.2 Pengukuran Besaran Fisika


Pengukuran besaran fisis meliputi :
1. Pengukuran langsung yaitu hasil pengukuran secara langsung
dari alat ukur, contohnya pengukuran besaran pokok seperti
massa, panjang, waktu, suhu dan kuat arus.
2. Pengukuran tidak langsung yaitu pengukuran yang diperoleh
dari turunan pengukuranlangsung, contohnya pengukuran
besaran turunan seperti massa jenis, volume, luas, gaya,
kecepatan dan lainnya.
I-3

1.3.3 Ketidakpastian Pada Pengukuran


Suatu besaran fisika tertentu memiliki nilai xo , harga ini ternyata tidak dapat
kita peroleh melalui pengukuran dengan tepat. Mengapa demikian? Karena ‘Suatu
pengukuran selalu disertai ketidakpastian (KTP).
Asas ini menyatakan bahwa nilai yang sebenarnya (xo) tidak mungkin kita
ketahui melalui suatu eksperimen. Dari suatu pengukuran kita selalu memperoleh
nilai x yang tidak sama dengan xo. Mengapa suatu pengukuran selalu disertai
ketidakpastian? Ada beberapa sebab:
1. Keterbatasan skala alat ukur
2. Adanya ketidakpastian bersistem, diantaranya:
a. Kesalahan kalibrasi (pemberian nilai pada skala waktu alat
diproduksi kurang tepat)
b. Kesalahan titik nol (jarum tidak kembali ke titik nol tepat)
c. Kesalahan pada pegas (setelah berfungsi sekian lama pegas menjadi
lembek dari semula; ini tentu mengubah kalibrasi semula)
d. Gesekan antara bagian-bagian alat yang bergerak
e. Paralaks dalam membaca skala.
Kesalahan bersistem menyebabkan hasil pengamatan agak
menyimpang dari nilai yang sebenarnya dan simpangan ini mempunyai
arah tertentu. Misalnya menghasilkan nilai yang secara konsisten agak
lebih kecil atau lebih besar dari semestinya.
3. Adanya ketidakpastian acak, diantaranya:
a. Noise elektronik, berupa gangguan pada alat ukur elektronik
b. Fluktuasi tegangan jaringan listrik, mengganggu operasi alat ukur
listrik
c. Gerak Brown molekul udara, mengganggu penunjukkan jarum alat
ukur yang sangat peka.
Kesalahan acak bersumber pada yang sering berada diluar kendali
kita, dapat menghasilkan simpangan positif atau negatif (secara acak)
terhadap nilai benar yang dicari.
I-4

d. Keterbatasan keterampilan pengamat


Alat ukur dewasa ini tidak jarang merupakan alat yang sangat
kompleks pemakaiannya, hingga menuntut keterampilan yang tidak
sedikit dari pemakai. Misalnya osiloskop, spectrometer dan pencacah
partikel. Demikian banyak yang harus diatur dan dikuasai hingga
pengamatan mudah sekali melakukan suatu kesalahan. Harus kita
sadari bahwa demikian banyaknya sumber kesalahan tersebut tidak
dapat kita hindari dan kita atasi semuanya dalam setiap waktu.
A. Ketidakpastian (KTP) Pada Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya sekali saja,
apapun alasannya. Ketidakpastian dalam pengukuran tunggal misalnya jika suatu
besaran fisika mempunyai nilai x. Sampai dengan goresan kecil terakhir, nilai x
dapat kita ketahui dengan pasti, tetapi bacaan selisihnya adalah terkaan yang
bersifat sangat subjektif. Besarnya ketidakpastian itu diberi simbol ∆x. Pada
pengukuran tunggal, besar ∆x dapat diformulasikan sebagai berikut:

X = besar fisis yang diukur


X ± ∆x = hasil pengukuran dengan ketidakpastiannya (X) = satuan besaran X
(gunakan Satuan Internasional) nst = nilai skalaterkecil
Setiap alat ukur memiliki skala berupa panjang atau busur. Pada skala alat
ukur, terdapat skala berukuran besar maupun skala berukuran kecil. Skala
berukuran kecil umumnya berfungsi sebagai pembagi yang juga sering dibubuhi
nilai tertentu. Jarak antara dua goresan kecil yang berdampingan merupakan nilai
skala terkecil (nst). Sebagai contoh, mistar plastik memiliki nst 1 mm sedangkan
mistar kain memiliki nst 0,5 cm. Secara fisik jarak antara goresan itu tidak pernah
dibuat kurang dari 1 mm.
Hal ini disebabkan karena mata manusia agak sulit melihat jarak kurang dari
1 mm dengan tepat, apalagi kalau ujung objek yang diukur tidak tajam.
I-5

Skala Nonius
Kebanyakan alat ukur memiliki nonius. Alat ukur yang memiliki nonius
mempunyai ketelitian lebih besar, karena jarak antara dua garis skala yang
berdekatan seolah-olah menjadi lebih kecil. Biasanya 9 bagian skala alat ukur sama
dengan 10 bagian skala nonius.
Contoh:
Misalkan tegangan diukur dengan menggunakan milivoltmeter, hasilnya -3
ditulis sebagai V = (1,5 ± 0,05) 10 Volt. Apa yang tersirat dalam cara penulisan itu?
• Pengamat menduga tegangan itu disekitar 1,6 mV yaitu antara 1,55-
165 mV tidak seorangpun yang tahu. Tegangan itu mungkin 1,57 mV
atau 1,63 mV yang dapat dikatakan adalah tegangan itu pasti tidak kurang dari
1,55 mV dan tidak lebih dari 1,65 mV.
• Pengamat melaporkan alat yang dipakai nilai skala terkecilnya (nst)
adalah persepuluhan milivoltmeter, jadi halus atau kasarnya alat ukur
tercermin dalam pelaporan.
B. Ketidakpastian (KTP) Pada Pengukuran Berulang
Jika mengukur suatu besaran dengan hanya satu kali pengukuran, nilai yang
diperoleh dalam usaha mencari nilai sebenarnya (xo) besaran tersebut hanya berupa
informasi yang samar. Pengulangan diharapkan dapat memberi informasi yang
lebih mendekati nilai xo itu. Makin sering suatu nilai dihasilkan dalam pengukuran
berulang, maka makin yakin akan kebenaran nilai itu.
1. Hasil n kali pengukuran x1, x2, x3, …xn merupakan suatu sampel dari
populasi dari besaran x.
2. Nilai terbaik yang mendekati xo yang dapat diambil dari sampel adalah
nilai rata-rata sampel.
X1 + X2 + X3 + ⋯ + Xn
𝑋=
𝑛
Karena X bukan xo maka masih terdapat sesuatu ketidakpastian.
Ketidakpastian pada nilai rata-rata nilai sampel adalah deviasi standar nilai
rata-rata sampel:
I-6

Besaran Sx inilah yang dipakai sebagai ∆x pada pengukuran berulang.


Contoh:
Tebal triplek diukur 10 kali dengan menggunakan mikrometer.
Pengukuran yang dihasilkan: (8,54; 8,54; 8,55; 8,56, 8,57; 8,57; 8,57;
8,58; 8,58; 8,59) mm. Desimal terakhir merupakan taksiran. Hitung
x ± ∆x. Agar memudahkan perhitungan, tuliskan data pada tabel dan
gunakan kalkulator.

Tabel 1.2 Pengukuran Berulang


Pengukuran Ke- Xi Xi2
1 8.54 72.9318
2 8.54 72.9318
3 8.55 73.1025
4 8.56 73.2736
5 8.57 73.4449
6 8.57 73.4449
7 8.57 73.4449
8 8.58 73.6164
9 8.58 73.6164
10 8.59 73.7881

∑ 85.65 733.5949

Perbandingan
Seandainya diukur sekali saja, hasilnya mungkin (8,56 ± 0,05) mm, berkat
pengulangan dapat diketahui nilai Xo dengan lebih baik, mempersempit
selang ketidakpastian menjadi (8,565 ±0,005) mm.
I-7

C. Ketidakpastian Pada Fungsi Variabel


Ada beberapa besaran fisika yang tidak dapat diukur secara langsung karena
besaran tersebut merupakan fungsi dari besaran yang diukur. Besaran tersebut baru
dapat diketahui setelah besaran lain diukur.
Contoh:
Kita ingin menentukan massa jenis (ρ) tembaga, karena alat yang dapat
mengukur ρ secara langsung tidak ada, maka perhitungan ρ diketahui setelah
mengukur massa m dan volume V sebab ρ = m/v. Karena m dan V diketahui dengan
ketidakpastian (ktp), maka ρ tidak diketahui tanpa ktp. Hubungan antara ∆ρ dengan
∆m dan ∆V dapat ditentukan dengan cara:
Umum: kalau Z = Z (x,y) dan diketahui bahwa x = (xo + ∆x), y = (yo + ∆y),
untuk menentukan Zo dan ∆Z dapat diselesaikan dengan perhitungan diferensial.
Z (x,y) = Z x = (xo + ∆x; yo + ∆y) buat uraian deret Taylor
𝑍 (𝑥,𝑦) = 𝑍(𝑥𝑜,𝑦𝑜) ± [(𝜕𝑍 𝜕𝑥 ⁄ )𝑥𝑜𝑦𝑜∆𝑥 + (𝜕𝑍 𝜕𝑦 ⁄ )𝑥𝑜𝑦𝑜∆𝑦]……… 𝑑𝑖𝑎𝑏𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛
Apabila Z (x,y) = Zo + ∆Z, maka dapat disimpulkan:
∆𝑍 = [(𝜕𝑍 𝜕𝑥 ⁄ )𝑥𝑜𝑦𝑜∆𝑥 + (𝜕𝑍 𝜕𝑦 ⁄ )𝑥𝑜𝑦𝑜∆𝑦]
Besaran ∆x dan ∆y tergantung dari bentuk pengukuran.
Berikut adalah beberapa fungsi Differensial yang sering dijumpai:
I-8

Tabel 1.3 Fungsi differensial


No Z (x) atau Z (x,y) ∆Z

1 Z = a x (a = tetapan) a ∆x
2 Z = a x (a = bilangan bulat/pecahan) a nx x n-1 ∆x

3 Z= a ex a e ∆x
4 Z = a ln (x) (a/x) ∆x
5 Z = a log (x) a log (e/x) ∆x

6 Z = a sin (x) a cos (x) ∆x


7 Z = a cos (x) - a sin (x) ∆x
8 Z = a tan (x) a/cos (x) ∆x
9 Z = a cot (x) -a/sin (x) ∆x
10 Z=xy ∂Z/∂x = y ; ∂Z/∂y = x
11 Z = x/y ∂Z/∂x =1/y ; ∂Z/∂y = -x/y
12 Z=x±y ∂Z/∂x =1; ∂Z/∂y = 1

1.3.4 Penggunaan Angka Penting pada Hasil Pengukuran


Nilai-nilai dari semua hasil pengukuran selalu merupakan perkiraan.
Ketelitian suatu pengukuran ditentukan oleh alat ukur tertentu dan tidak ada satu
pengukuran fisis pun yang betul-betul teliti. Banyaknya angka dalam pengukuran
dinamakan angka penting. Semakin teliti suatu besaran diketahui, semakin banyak
angka-angka penting yang dapat diikut sertakan dalam pelaporannya. Pernyataan X
= x ± ∆x menyatakan ketidakpastian (ktp) mutlak dari besaran X dan
menggambarkan mutu alat ukur yang dipakai. Pernyataan ∆x / x dikali 100%
menyatakan ketidakpastian (ktp) relatif yang dikaitkan dengan ketelitian
pengukuran. Semakin kecil ktp relatif maka semakin teliti pengukuran tersebut.
I-9

Aturan Praktis
Tabel 1.4 Jumlah Angka Penting
Ketelitian Pengukuran Jumlah Angka Penting Yang

(KTP Relatif) Dipakai


Sekitar 0,1 % 4
Sekitar 1,0 % 3
Sekitar 10 % 2

1.3.5 Penyajian Data Pengukuran


Data pengukuran yang dilaporkan terdiri dari:
a. Data konstanta, data yang nilainya diperoleh tanpa
menggunakan alat ukur biasanya diperoleh dari tabel atau
handbook.
b. Data variabel kontrol, data yang nilainya diperoleh melalui
pengukuran tanpa disertai variasi, hasil pengukuran variabel
ini mengandung ketidakpastian.
c. Data variabel bebas (independent) dan tak bebas (dependent),
biasanya kedua variabel ini selalu berpasangan dimana
variabel bebas divariasi terlebih dahulu menurut pola tertentu
(dapat makin besar maupun kecil).
Secara umum suatu grafik dalam pelaporan hasil praktikum dibuat
pada kertas milimeter yang memiliki nilai skala terkecil (nst) sebesar 1
mm. Pembagian bidang kertas ke dalam garis-garis skala ini juga
mengandung ketidakpastian (ktp), ∆x = ½ nst = 0,5 mm. Dengan demikian
untuk menggambarkan daerah ktp ditiap titik ukur haruslah
mempertimbangkan ktp skala grafik. Ketentuan yang berlaku dalam
pembuatan grafik adalah
a. Kesetaraan nilai skala grafik harus ditentukan sehingga nilai
ktp skala grafik tidak boleh lebih besar daripada nilai ktp hasil
pengukuran.
I-10

b. Amatilah nilai ktp hasil pengukuran baik untuk absis maupun


ordinat, perhatikan nilai nstnya dan gunakan data ini sebagai
pedoman untuk penentuan kesetaraan nilai skala grafik.

c. Jika titik ukur pertama (nilainya terkecil-paling dekat titik 0,0)


posisinya relatif jauh dari persilangan salib sumbu (titik 0,0)
maka titik 0,0 tidak harus selalu tampak dalam grafik dan titik
ukur pertama posisinya dapat digeser lebih dekat ke titik 0,0
tanpa mengubah pemilihan nilai skala grafik yang telah
ditentukan dengan cara memberi tanda penggal (misalnya
tanda- ║→ x untuk sumbu datar).

1.3.6 Jenis Alat Pengukuran


Pengukuran yang akurat merupakan bagian yang penting dalam
fisika. Pada saat melakukan pengukuran digunakan alat ukur yang sesuai
dengan obyek yang akan diukur. Misalnya mengukur panjang,
menggunakan mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup. Untuk
mengukur massa digunakan neraca Ohaus, dan untuk mengukur waktu
digunakan stopwatch. Dengan demikian mengukur dapat diartikan
membandingkan suatu besaran dengan besaran lain sejenis yang dipakai
sebagai satuan.
Penggunaan alat ukur pada setiap pengukuran ditentukan oleh
kegunaan, batas ukur dan ketelitian alat ukurnya. Sebagai contoh untuk
mengukur massa suatu benda yang diperkirakan sebesar 50 kg, maka alat
timbangan yang digunakan minimal memiliki batas ukur senilai massa
benda itu. Timbangan tersebut harus memiliki ketepatan pengukuran yang
baik, sehingga hasil pengukuran sesuai dengan keadaan sesungguhnya dan
simbol-simbol yang terdapat dalam alat ukur memiliki arti masingmasing
yang menjelaskan penggunaan alat ukur tersebut. Berikut adalah beberapa
alat ukur yang digunakan pada praktikum modul 1
I-11

a. Jangka Sorong
Berikut merupakan alat jangka sorong

Gambar 1.1 Jangka Sorong


Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai ketelitian
0,1 mm atau 0.01 cm. Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter
pipa (diameter luarmaupun dalam pipa) dan kedalaman benda.
b. Mikrometer Sekrup
Berikut merupakan alat mikrometer sekrup.

Gambar 1.2 Mikrometer Sekrup


Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur tebal benda
dengan ketelitian 0,01 mm. Jika skala nonius berputar sekali, skala utama
bergeser maju dan mundur 0,5 mm.
c. Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur takaran benda cair. Ukuran
gelas ukur mulai dari 10 mL sampai 2 L.

Gambar 1.3 Gelas Ukur


d. Neraca 4 Lengan
Neraca 4 lengan digunakan untuk mengukur massa. Neraca yang
sebelah kanannya terdapat 4 penunjuk hasil pengukuran yg masing-masing
mewakili nilai ratusan, puluhan, satuan dan desimal.
I-12

Gambar 1.4 Neraca 4 Lengan


1.4 Perhitungan Dan Tugas
Berikut adalah perhitungan dan tugas praktikum fisika :
a. Hitung volume balok dan lempengan dengan mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup lengkap dengan range ketelitiannya;
b. Hitung volume balok dengan gelas ukur;
c. Bandingkanlah volume balok menggunakan mistar, jangka sorong dan
mikrometer sekrup dengan gelas ukur;
d. Tentukan masa jenis balok;
e. Tentukan rapat masa balok.

1.5 Tugas Pendahuluan


Berikut adalah tugas pendahuluan modul I praktikum fisika :
a. Apa yang dimaksud pengukuran?
b. Jelaskan cara penggunaan jangka sorong, mikrometer sekrup dan
neraca 4 lengan ?
c. Jelaskan pengertian besaran secara umum, pengertian besaran pokok
dan besaran turunan sertakan satuan dan lambang dimensi nya
(Minimal 7 satuan ).
d. Jelaskan perbedaan pengukuran tunggal dan pengukuran berulang ?
e. Apa yang dimaksud dengan angka penting ?
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT
Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151
LEMBAR PENGERJAAN MODUL 1
(PENGUKURAN)
Kelompok :
Nama (NPM) : 1.
2.

Alat Ukur : Mistar Satuan : Milimeter(mm)

1. Data Tunggal
Nama Benda Hasil Pengukuran Range Ketelitian
Panjang (p)
Lebar (l)
Tinggi (t)
Panjang (p)
Lebar (l)
Tinggi (t)
2. Data Berulang
Nama Benda Hasil Pengukuran Range Ketelitian
Pengukuran 1 2 3 4 5
Panjang (p)
Lebar (l)
Tinggi (t)
Pengukuran 1 2 3 4 5
Panjang (p)
Lebar (l)
Tinggi (t)
3. Hitunglah data berulang dengan menggunakan δ dan ∆x (standar deviasi)!
4. Hitunglah volume setia benda dan carilah range ketelitian dari volume
yang telah di dapat!
5. Konversikan volume yang telah di dapat ke dalam satuan liter dan cc!
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT
Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151

Alat Ukur : Jangka Sorong Satuan : Milimeter(mm)

1. Data Tunggal
Nama Benda Hasil Pengukuran Range Ketelitian
Panjang (p)
Lebar (l)
Tinggi (t)
Panjang (p)
Lebar (l)
Tinggi (t)
2. Data Berulang
Nama Benda Hasil Pengukuran Range Ketelitian
Pengukuran 1 2 3 4 5
Panjang (p)
Lebar (l)
Tinggi (t)
Pengukuran 1 2 3 4 5
Panjang (p)
Lebar (l)
Tinggi (t)
3. Hitunglah data berulang dengan menggunakan δ dan ∆x (standar deviasi)!
4. Hitunglah volume setiap benda dan carilah range ketelitian dari volume
yang telah di dapat!
5. Konversikan volume yang telah di dapat ke dalam satuan liter dan cc!
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT
Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151
Alat Ukur : Mikrometer Sekrup Satuan : Milimeter(mm)

1. Data Tunggal
Nama Benda Hasil Pengukuran Range Ketelitian
Panjang (p)
Lebar (l)
Tinggi (t)

2. Data Berulang
Nama Benda Hasil Pengukuran Range Ketelitian
Pengukuran 1 2 3 4 5
Panjang (p)
Lebar (l)
Tinggi (t)
Pengukuran 1 2 3 4 5
Panjang (p)
Lebar (l)
Tinggi (t)

3. Hitunglah data berulang dengan menggunakan δ dan ∆x (standar deviasi)!


4. Hitunglah volume setia benda dan carilah range ketelitian dari volume
yang telah di dapat!
5. Konversikan volume yang telah di dapat ke dalam satuan liter dan cc!

Alat Ukur : Gelas Ukur Satuan : mililiter(ml)

Benda Kerja Volume Air


Volume Balok
Awal Akhir

1. Hitunglah volume dari benda yang di uji!


LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT
Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151
Alat Ukur : Neraca 4 Lengan Satuan : gram (gr)
Hasil Pengukuran
Nama Benda Volume Benda Massa Jenis
Massa

1. Hitung massa jenis benda ?


MODUL II
PENGGUNAAN TICKER TIMER UNTUK
PERCOBAAN GERAK LURUS
Berikut merupakan pembahasan pada modul II praktikum fisika.
2.1 Tujuan Praktikum
Pada modul 2 praktikan melakukan pengukuran dan pengkonversian besaran
data yang akan dilakukan dan telah diinstruksikan oleh instruktur praktikum.
Memperhatikan tujuan umum yang telah dikemukan , maka tujuan khusus yang
harus didapat oleh tim praktikan setelah menyelesaikan modul II ini adalah :
a. Tim praktikan mampu menenentukan kecepatan dan percepatan pada
GLB dan GLBB.
b. Tim praktikan mampu membedakan antara GLB dan GLBB.
c. Tim praktkan mampu menghitung nilai usaha.
2.2 Alat-alat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan praktikum
Modul II :
Tabel 2.1 Alat dan Bahan
No. Nama Alat Jumlah No. Nama Bahan Jumlah
1 Penggaris logam (100cm) 1 buah 9 Tumpakan berjepit 1 buah
2 Rel presisi 2 buah 10 Ticker timer 1 buah
3 Penyambung rel 1 buah 11 Power Suply 1 buah
4 Kaki rel 2 buah 12 Pita ticker timer 1 roll
5 Meja optik 1 buah 13 Lem kertas 1 buah
6 Kereta dinamika (trolly) 1 buah 14 Kertas karbon 1 lembar
7 Balok bertingkat 1 buah 15 Kertas grafik 4 lembar
8 Stopwatch 1 buah

II-1
II-2

2.3 Landasan Teori


Gerak lurus adalah gerak suatu obyek yang lintasannya berupa garis lurus.
Dapat pula jenis gerak ini disebut sebagai suatu translasi beraturan. Pada rentang
waktu yang sama terjadi perpindahan yang besarnya sama. Gerak lurus dapat
dikelompokkan menjadi gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan
yang dibedakan dengan ada dan tidaknya percepatan.
2.3.1 Gerak Lurus Beraturan
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu obyek, dimana dalam
gerak ini kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak yang ditempuh
dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu, dengan persamaan :

Keterangan :s = jarak tempuh (m)


v= kecepatan (m/s)
t = waktu (s)
2.3.2 Gerak Lurus Berubah Beraturan
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu obyek, di
mana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang tetap.
Akibat adanya percepatan rumus jarak yang ditempuh tidak lagi linier melainkan
kuadratik, dengan persamaan :

Keterangan :VO= kecepatan mula-mula (m/s)

a = percepatan (m/s2 )
t = waktu (s)
s = Jarak tempuh/perpindahan (m)
Ticker timer adalah alat yang berfungsi untuk merekam perubahan
kecepatan pada suatu benda. Pada alat ini dilengkapi dengan pita yang dapat
merekam perubahankecepatan suatu benda. Hasil rekaman alat ini dapat terlihat
berupa titik yang memiliki jarak tertentu antara titik satu dengan yang lainnya.
II-3

Gambar 2.1 Macam-macam Ticker Timer


2.4 Prosedur Percobaan
Berikut merupakan prosedur percobaan praktikum fisika modul II.
A. Persiapan Percobaan
Berikut merupakan persiapan percobaan pada praktikum fisika modul II.
1. Merakit peralatan seperti pada gambar, bidang miring kemiringan jangan
terlalu tinggi agar dapat menghasilkan gerakan trolly dengan kecepatan
yangmendekati kecepatan tetap.
2. Memasukan salah satu pita ketik ke bawah kertas karbon pada ticker
timer.
3. Menempelkan ujung lain dari pita ketik pada trolly yang masih
dalamkondisi diam di dekat tiker timer.
4. Menghubungkan ticker timer pada power supply, dan nyalakan
powersupply sesuai tegangan pada ticker timer.

Gambar 2.2 Rangkaian Alat Percobaan Gerak Lurus


II-4

B. Langkah-langkah percobaan
Berikut merupakan langkah-langkah percobaan pada praktikum fisika modul II.
1. Meletakan meja optik pada jarak 20 cm dari trolly.
2. Melepaskan trolly agar meluncur pada bidang luncur sampaiujung lain
pita ketik lepas dari karbon ticker timer.
3. Mengukur waktu dari pelepasan trolly sampai dengan trolly nampak di
belakang meja optik.
4. Mengamati titik – titik yang terjadi pada pita ketik.
5. Memotong pita ketik dengan titik yang berurutan, dan beri nomor secara
berurutan pula (pemotongan jumlah titik disesuaikan dengan jarak
trolly terhadap meja optik).
6. Menempelkan potongan-potongan pita ketik yang berisi titiktitiksecra
berdekatan dan berurutan sesuai nomor yang telah dibuat. (sumbu
vertikal sebagai kecepatan dan sumbu horizontalsebagai waktu).
7. Mengamati bentuk grafik yang diperoleh.
8. Melakukan percobaan yang sama dengan merubah jarak meja optik dari
trolly menjadi 40 cm, 60 cm, dan 80 cm. Setiap perubahan jarak
dilakukan empat kali percobaan.
2.5 Tugas Pendahuluan
Berikut merupakan tugas pendahuluan pada praktikum fisika modul II.
a. Jelaskan, apakah yang dimaksud dengan perpindahan, jarak, kecepatan
dan percepatan! Tuliskan persamaannya!
b. Apa perbedaan antara kecepatan dan kelajuan?
c. Coba jelaskan apa yang dimaksud dengan kecepatan rata-rata dan
kecepatansesaat!
d. Gambarkan grafik jarak terhadap waktu untuk GLB dan GLBB?
e. Gambarkan grafik kecepatan terhadap waktu untuk GLB dan GLBB?
f. Gambarkan grafik percepatan tergadap waktu untuk GLBB?
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


Kelompok : ……………………………………………………….

Nama (NPM) : 1………………………………………………………

: 2………………………………………………………

Modul : ………………………………………………………..

GLB Dan GLBB

A. Rekapitulasi Data Percobaan Ticker Timer


Jarak Waktu (s)

GLB GLBB
Dipercepat Diperlambat

B. Perhitungan GLB
y

Menghitung Kecepatan
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


Berikut adalah rumus yang digunakan :
𝑠
𝑉=
𝑡
Keterangan :
V = Kecepatan s
= Jarak (m) t =
Waktu (s)
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


C. Perhitungan GLBB
1. GLBB Dipercepat
y

a. Menghitung Percepatan Gerak Benda


1
𝑆 = 𝑉0 × t + × a × 𝑡 2
2
b. Menghitung Kecepatan Akhir Gerak Benda
𝑉𝑡 =𝑉0+𝑎×𝑡
Keterangan :
𝑉0 = Kecepatan Awal (m/s)

𝑉𝑡 = Kecepatan Akhir (m/s)


𝑎 = Percepatan (m/𝑠2)
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151

2. GLBB Diperlambat
y

x
a. Menghitung Percepatan Gerak Benda

1
𝑆 = 𝑉0 × t − × a × 𝑡 2
2
b. Menghitung Kecepatan Akhir Gerak Benda
𝑉𝑡 =𝑉0+𝑎×𝑡
Keterangan :
𝑉0 = Kecepatan Awal (m/s)

𝑉𝑡 = Kecepatan Akhir (m/s) 𝑎


= Percepatan (m/𝑠2)
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


D. Perhitungan Usaha

Hitunglah usaha kereta dinamika berdasarkan perhitungan GLBB


𝑊 =𝐹×𝑠

𝐹 = 𝑚×𝑎

Keterangan :
W = Usaha ( Joule )
F = gaya (N)
m = Massa (Kg)
MODUL III
RANGKAIAN RESISTOR
Berikut adalah landasan teori pada modul III mengenai rangkaian resistor
praktikum fisika 2023.
3.1 Tujuan Praktikum
Berikut adalah tujuan khusus yang harus didapat oleh praktikan setelah
menyelesaikan modul ini adalah :
a. Tim praktikan mampu mengenali bentuk dan jenis resistor.
b. Tim praktikan mampu menghitung nilai resistansi melalui urutan cincin
warnanya.
c. Tim praktikan mampu merangkai resistor secara seri dan paralel.
d. Tim praktikan mampu menggunakan hukum ohm.
3.2 Alat & Bahan
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum fisika 2023
modul III tentang rangkaian resistor :
a. Baterai 4 buah.
b. Lampu 6 volt.
c. Beberapa resistor.
d. Saklar.
e. Kabel penghubung.
f. Catu daya.
3.3 Landasan Teori
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat
arus atau tegangan pada nilai tertentu yang diperlukan oleh komponen lain agar
dapat bekerja dengan baik. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm (Ω).
Dalam sejarah, kata ohm itu diambil dari nama salah seorang fisikawan hebat asal
German bernama George Simon Ohm. Beliau juga yang mencetuskan keberadaan
hukum ohm yang masih berlaku hingga saat ini. Secara matematis hukum Ohm
adalah sebagai berikut :
𝑉 = 𝐼𝑅
Keterangan:
V = Beda Potensial (Volt)

III-1
III-2

I = Arus listrik (A) dan R = Hambatan (Ω)


Resistor dilambangkan dengan huruf R, dalam bagan rangkaian elektronika
di beri lambang seperti gambar di bawah ini:

atau

Gambar 3.1 Lambang rangkaian elektronika


Bentuk resistor yang umum adalah seperti tabung dengan dua kaki di kiri dan
kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk cincin kode warna untuk
mengetahui besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohm meter. Kode
warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic
Industries Association) seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.2 Kode warna


Berikut adalah penilaian warna cincin pada kode warna diatas:
Tabel 3.1 Nilai Warna Pada Cincin Resistor
Cincin
Cincin I Cincin III Cincin IV Cincin V
Warna II
Angka Angka Angka Angka
Cincin Angka
Ke-1 Ke-3 Ke-4 Ke-5
Ke-2
Hitam 0 0 0 × 100
Cokelat 1 1 1 × 101 ±1%
Merah 2 2 2 × 102 ±2%
Orange 3 3 3 × 103
Kuning 4 4 4 × 104
Hijau 5 5 5 × 105
Biru 6 6 6 × 106
Ungu 7 7 7 × 107
Abu-abu 8 8 8 × 108
III-3

Tabel Lanjutan 3.1 Nilai Warna Pada Cincin Resistor


Cincin
Cincin I Cincin III Cincin IV Cincin V
Warna II
Angka Angka Angka Angka
Cincin Angka
Ke-1 Ke-3 Ke-4 Ke-5
Ke-2
Putih 9 9 9 × 109
Emas × 10-1 ±5%
Perak × 10-2 ±10%
Tanpa warna ±20%

Contoh :

Gambar 3.3 Contoh


Urutan cincin warna (resistor empat cincin warna): merah, ungu, biru emas,
hasilnya 27 M Ω ±5% .
Rangkaian resistor digunakan untuk mendapatkan suatu nilai dari beberapa
resistor. Rangkaian resistor terdiri dari rangkaian seri dan rangkaian paralel.
A. Rangkaian Resistor Seri

Gambar 3.4 Rangkaian Resistor Seri


Resistor yang disusun seri selalu menghasilkan resistansi yang lebih besar.
Pada rangkaian seri, arus yang mengalir pada setiap resistor sama besar. R1, R2, dan
R3 disusun secara seri, resistansi dari gabungan R1, R2, dan R3 dapat diganti dengan
satu resistor pengganti yaitu Rs. Resistor yang dirangkai secara seri mempunyai
nilai pengganti, yang besarnya dapat dirumuskan: Jika semua nilai R yang disusun
sama, dapat ditulis:
Rs = R1+ R2 + R3 + .......................................... + Rn
dengan n : banyaknya R yang disusun
III-4

B. Rangkaian Resistor Paralel

Gambar 3.5 Rangkaian Resistor Paralel


Resistor yang disusun secara paralel selalu menghasilkan resistansi yang
lebih kecil. Pada rangkaian paralel arus akan terbagi pada masingmasing resistor
pada masing-masing resestor, tetapi tegangan pada ujungujung resistor sama besar.
Pada rangkaian fresestor disamping untuk R1, R2, dan R3 disusun
secaraparalel, resistansi dari gabungan R1, R2, dan R3 dapat diganti dengan satu
resistor pengganti yaitu Rp. Resistor yang dirangkai secara paralel mempunyai nilai
pengganti, yang besarnya dapat dirumuskan:

Gambar 3.6 Besar nilai pengganti


Jika semua nilai R yang disusun sama besar, maka resistor penggantinya
dapat ditulis:

dengan n banyaknya R yang disusun.


III-5

3.4 Prosedur Kerja


Prosedur Kerja pada modul III ini yaitu sebagai berikut :
A. Percobaan Rangkaian Resistor
Berikut prosedur percobaan praktikum modul III rangkaian resistor :
1. Susunlah alat-alat seperti gambar di bawah ini!

Gambar 3.7 Percobaan


2. Hubungkan ujung A-B dengan kabel biasa dan hubungkan saklar.
Bagaimana nyala lampunya?
3. Ganti kabel penghubung A-B dengan resistor 10 ohm.
Bagaimananyala lampunya?
4. Ulangi dengan resistor 100 ohm. Bagaimana nyala lampunya
sekarang?
5. Dari kegiatan tersebut, apa kesimpulanmu tentang resistor?
B. Percobaan Rangkaian Seri
Berikut prosedur percobaan praktikum modul III rangkaian resistor :
1. Susunlah rangkaian seperti gambar dibawah ini!

Gambar 3.8 Susunan Rangkaian Seri


2. Ukurlah nilai resistansi pada masing-masing resistor.
3. Ukurlah resistansi total pada rangkaian (Rtotal).
4. Berilah tegangan sebesar 10 volt, kemudian ukur besar teganganpada
masing-masing resistor (VR1, VR2, VR3).
5. Ukurlah besar arus yang mengalir pada rangkaian.
III-6

6. Cari nilai resistansi total (Rtotal), tegangan pada msing-masing resistor


(VR1, VR2, VR3), arus yang mengalir pada rangkaian (I) dengan
menggunakan rumus pada hukum ohm.
7. Tuliskan data di atas pada tabel berikut ini!
Tabel 3.2 Format Penulisan Data Seri
No Ampere
Ohm (Ω) Volt (V)
(A)
R1 R2 R3 Rtotal VR1 VR2 VR3 I

C. Percobaan Rangkaian Paralel


Berikut prosedur percobaan praktikum modul III rangkaian paralel :
1. Susunlah rangkaian seperti gambar di bawah ini!

Gambar 3.9 Gambar 3.9 Susunan rangkaian parallel


2. Ukurlah nilai resistansi pada masing-masing resistor.
3. Ukurlah resistansi pengganti pada rangkaian (Rpengganti).
4. Berilah tegangan sebesar 10 volt, kemudian ukur besar arus pada
masing-masing resistor (IR1, IR2, IR3).
5. Ukurlah besar tegangan yang mengalir pada rangkaian.
6. Cari nilai resistansi pengganti (Rpengganti), arus pada msing-masing
resistor (IR1, IR2, IR3), tegangan yang mengalir pada rangkaian (V)
dengan menggunakan rumus pada hukum ohm.
7. Tuliskan data di atas pada tabel berikut ini!
III-7

Tabel 3.3 Format Penulisan Data Paralel


No Ohm (Ω) Ampere Volt
(V)
R1 R2 R3 Rtotal IR1 IR2 IR3 I

3.5 Tugas Pendahuluan


Berikut adalah tugas pendahuluan praktikum fisika modul III yaitu :
a. Apa yang dimaksud dengan resistor?
b. Disebut apakah satuan resistansi dari suatu resistor?
c. Apa fungsi dari resistor?
d. Apa akibatnya jika rangkaian resistor dirangkai secara seri atau paralel?
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


Kelompok : ……………………………………………………….

Nama (NPM) : 1………………………………………………………

: 2………………………………………………………

Modul : ………………………………………………………..

RANGKAIAN RESISTOR

A. Pengujian Rangkaian Resistor


Komponen Ukuran Komponen Keadaan
Lampu V=

R=
Lampu + 1 Resistor V=

R=
Lampu + 2 Resistor V =

𝑅1=

𝑅2=
B. Resistor
1. Hitunglah besar hambatan yang dimiliki oleh setiap resistor, sertakan
rentang ketelitiannya !
Resistor

R1 R2 R3
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


2. Hitunglah besar hambatan yang dimiliki oleh setiap resistor berdasarkan
multimeter !
Resistor

R1 R2 R3

C. Rangkaian Seri

1. Gambarkan suatu rangkaian seri yang telah dibuat !


LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151

No Ohm Volt (V) Ampere

(A)
R1 R2 R3 𝑹𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑽𝑹𝟏 𝑽𝑹 𝟐 𝑽𝑹 𝟑 I
1
2
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + ⋯ + 𝑅𝑛

𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Keterangan :

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = Hambatan total ()

𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = Arus total (A)

R = Hambatan ()

I = Arus (A)

V = Beda potensial (Volt)

2. Hitunglah hambatan total (𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) dan arus total (𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) pada rangkaian seri !
No Perhitungan Hasil Perhitungan
1 Resistor
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


2 Arus Listrik

3. Hitunglah tegangan (V) pada rangkaian seri !


No Perhitungan Hasil Perhitungan
1 Tegangan pada
hambatan 1 (𝑉𝑅1)

2 Tegangan pada
hambatan 2 (𝑉𝑅2)

3 Tegangan pada
hambatan 3 (𝑉𝑅3)
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


D. Rangkaian Paralel

1. Gambarkan rangkaian paralel yang telah dibuat !

Ohm Volt (V) Ampere

(A)
R1 R2 R3 𝑹𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑽𝑹𝟏 𝑽𝑹 𝟐 𝑽𝑹 𝟑 I
1
2

1 1 1 1 1
= 𝑅 + 𝑅 + 𝑅 ……..𝑅
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 1 2 3 𝑛

𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Keterangan :

𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = Hambatan total ()

𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = Arus total (A)

R = Hambatan ()

I = Arus (A)

V = Beda potensial (Volt)


LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


2. Hitung hambatan total (𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) dan arus total (𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙) pada rangkaian paralel !
No Perhitungan Hasil Perhitungan
1 Resistor

2 Arus Listrik

3. Hitunglah kuat arus listrik (A) pada rangkaian paralel !


No Perhitungan Hasil Perhitungan
1 Arus pada hambatan 1

(𝐼𝑅1)
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


2 Arus pada hambatan 2

(𝐼𝑅2)

3 Arus pada hambatan 3

(𝐼𝑅3)
MODUL IV
GAYA LORENTZ
Berikut adalah landasan teori pada modul IV mengenai Gaya Lorentz
praktikum fisika 2023.
4.1 Tujuan Praktikum
Berikut adalah tujuan praktikum fisika modul IV :
a. Tim praktikan mampu menentukan gaya magnetik oleh arus listrik ;
b. Tim praktikan mampu menentukan arah gaya Lorentz ;
c. Tim praktikan mampu menentukan arah medan magnetik oleh
kumparan berarus listrik.
4.2 Alat Dan Bahan
Berikut adalah penggunaan alat dan bahan pada modul IV praktikum fisika :
a. Catu Daya
b. Magnet NS
c. Alumunium Foil
4.3 Landasan Teori
Berikut ini adalah landasan teori praktikum gaya Lorentz.
4.3.1 Arah medan magnet menggunakan aturan tangan kanan kawat lurus

Gambar 4.1 arah medan magnet dengan aturan tangan kanan


Medan magnet adalah besaran vector, sehingga apabila suatu titik
dipengaruhi oleh beberapa medan magnet maka di dalam perhitungannya
menggunakan operasi vektor. Arah medan magnet didaerah titik P ( diatas kawat
berarus listrik ) menembus bidang menjauhi pengamat sedang didaerah titik Q
dibawah kawat berarus listrik menembus bidang mendekati pengamat.
Tanda titik menunjukkan arah medan menembus bidang mendekati
pengamat. Tanda silang menunjukkan arah medan menembus bidang menjauhi
pengamat. Tanda anak panah biru menunjukkan arah arus listrik.
Pada sumbu koordinat x, y, z kawat berarus listrik berada pada bidang xyz
dan bersilangan dengan sb. Z negative. Arah arus listrik searah dengan sumbu x

IV-1
IV-2

positif. Jarak antara kawat I dengan titik pusat koordinat (O) adalah a maka
besarnya medan magnet dititik (O) tersebut searah dengan sumbu y negative,
seperti terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.2 Arah arus dan medan magnet


Keterangan gambar:
I = arus listrik
B = medan magnet
Tanda panah biru menunjukkan arah arus listrik.
4.3.2 Arah ditentukan dengan kaidah tangan kanan kawat melingkar
Apabila kawat melingkar tersebut dialiri arus listrik dengan arah tertentu
maka disumbu pusat lingkaran akan muncul medan magnet dengan arah tertentu.
Arah medan magnet ini ditentukan dengan kaidah tangan kanan.
Dengan aturan sebagai berikut: Apabila tangan kanan kita menggenggam
maka arah ibu jari menunjukkan arah medan magnet sedangkan keempat jari yang
lain menunjukkan arah arus listrik:
Keterangan gambar:

Gambar 4.3 Kaidah tangan kanan kawat melingkar


4.3.3 Gaya Lorentz
Gaya Lorent adalah adalah gaya (dalam bidang fisika) yang ditimbulkan
oleh muatan listrik yang bergerak atau oleh arus listrik yang berada dalam suatu
medan magnet B. Arah gaya ini akan mengikuti arah maju skrup yang diputar dari
vektor arah gerak muatan listrik ke arah medan magnet, B, seperti yang terlihat
dalam rumus berikut:
IV-3

Dimana:
F : gaya (dalam satuan/unit newton)
B : medan magnet (dalam unit tesla)
q : muatan listrik (dalam satuan coulomb)
v : arah kecepatan muatan (dalam unit meter per detik)
x : perkalian silang dari operasi vektor
Arah medan magnetik di sekitar kawat penghantar lurus berarus listrik dapat
ditentukan dengan kaidah tangan kanan. Jika arah ibu jari menunjukkan arah arus
listrik (I), maka arah keempat jari yang lain menunjukkan arah medan magnetik
(B). Kaidah tangan kanan ini juga dapat digunakan untuk menemukan arah medan
magnetik pada penghantar berbentuk lingkaran yang dialiri listrik .
Satuan SI untuk medan magnet(B) adalah Tesla(T). Nama lain dari tesla
adalah weber per meter persegi. Besar gaya berbanding lurus dengan arus(I) pada
kawat dengan panjang kawat(l) pada medan magnet dianggap seragam dengan
medan magnet(B). Gaya juga bergantung dengan pada sudut θ antara arah arus dan
medan magnet. Ketika arus tegak lurus terhadap garis-garis medan, gaya paling
kuat. Ketika kawat paralel dengan garis-garis medan magnet, tidak gaya sama
sekali. Pada sudut-sudut yang lain, gaya sebanding dengan sin θ, sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut.

Gaya lorentz adalah gaya yang di alami kawat berarus listrik di dalam medan
magnet. Sehingga dapat di simpulkan bahwa gaya lorentz dapat timbul dengan
syarat sebagai berikut :
a. adanya kawat/alumunium foil penghantar yang di aliri arus
b. penghantar berada di dalam medan magnet.
Bila pengamatan di lakukan dengan benar maka akan di peroleh :
a. makin besar arus listrik yang mengalir, makin besar pula gaya yang
bekerja dan makin cepat batang penghantar bergulir
b. bila polaritas sumbu di ubah, maka penghantar akan bergerak dalam
arah yang berlawanan dengan gerak sebelumnya.
Arah gaya lorentz dapat di tentukan dengan aturan tangan kanan.jari-jari
tangan kanan di atur sedemikian rupa, sehingga ibu jari tegak lurus terhadap
IV-4

telunjuk dan tegak lurus juga terhadap jari tengah. Bila arah medan magnet (B) di
wakili oleh telunjuk dan arah arus (I) di wakili ibu jari, maka arah gaya lorentz (f)
di tunjukkan oleh jari tengah.

Gambar 4.4 Arah Gaya Lorentz


Gaya lorentz pada penghantar bergantung pada faktor sebagai berikut :
a. kuat medan magnet (B)
b. besar arus listrik (I)
c. panjang penghantar sehingga dapat di rumuskan :

Keterangan :
F = gaya lorentz (N)
B = kuat medan magnet (T)
I = kuat arus (A)
L = panjang penghantar
Tiga cara untuk memperbesar gaya lorentz adalah memperbesar medan
magnet, memperbesar kuat arus yang mengalir, dan menambah kawat penghantar.
(Syukron , 2014)
Pemanfaatan Gaya Lorentz Dalam kehidupan sehari-hari penerapan gaya lorentz
dapat memudahkan pekerjaan manusia. Ciri khas dari motor listrik adalah adanya
kumparan yang dilalui arus listrik dan timbulnya medan magnet yang menyebabkan
kumparan berputar sehingga terjadilah sumber tegangan yang mengalirkan arus
listrik, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan kipas angin, bola lampu
dan blender yang difungsikan.
Gaya Lorentz adalah gaya yang timbul pada suatu arus listrik yang berada
pada suatu medan magnet.” Jika suatu arus berada diantara suatu kutub utara
magnet dan tapak tangan kiri sedangkan arus listrik seakan-akan berjalan dari
IV-5

pergelangan ke jari-jari tangan, maka arah gaya Lorentz ini mengarah ke ibu jari
tangan kiri”. Arah gaya Lorentz dapat juga ditentukan dengan tiga jari tangan kiri,
yaitu ibu jari, telunjuk, dan jari tengah yang dibentangkan saling tegak lurus satu
sama lain. (Fuhaid, 2011). Jika di asoslasikan dengan perkalian vektor kros dengan
teliti, akan di dapatkan bahwa gaya yang di terima suatu muatan terhadap yang
bergerak dengan kecepatan V di dalam dearah pengaruh medan magnetik B.
4.4 Tugas Pendahuluan
a. Jelaskan pengertian dan penyebab gaya lorentz!
b. Bagaimana cara menentukan arah gaya magnet dengan kaidah tangan
kanan?
c. Sebutkan dan jelaskan alat apa saja yang bisa diterapkan dalam gaya
Lorentz?
d. Apa saja manfaat gaya Lorentz dalam kehidupan sehari-hari?
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


Kelompok : ……………………………………………………….

Nama (NPM) : 1………………………………………………………

: 2………………………………………………………

Modul : ………………………………………………………..
GAYA LORENTZ

A. Besar Induksi Magnetik


𝜇0 𝐼
𝐵=
2𝜋𝑎

Keterangan :
B = Induksi Magnetik (T atau Wb/m2)

𝜇0 = Permeabilitas Magnetik
I = Kuat Arus (A)
a = Jarak Titik Ke Penghantar Dengan Arah Tegak Lurus (m)
Induksi Magnetik Percobaan 1 Induksi Magnetik Percobaan 2

Kesimpulan : Kesimpulan :
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


B. Besar Dan Arah Gaya Lorentz
𝐹 = 𝐵𝐼𝐿 sin 𝜃
Keterangan :
F = Gaya Lorentz (N)
B = Induksi Magnet (T)
I = Kuat Arus Listrik (A)
L = Panjang Penghantar (m)
Gaya Lorentz Percobaan 1 Gaya Lorentz Percobaan 2

Gambar Arah Gaya Lorentz

Kesimpulan : Kesimpulan :
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


C. Rekapitulasi Data Percobaan 1
B (T) I (A) L (m) F Arah

D. Rekapitulasi Data Percobaan 2


B (T) I (A) L (m) F Arah

E. Analisis Gaya Lorentz


Berikut beberapa pertanyaan terkait hasil analisis gaya Lorentz :
1. Apakah terjadi perbedaan arah gaya lorentz saat posisi kutub magnet
di balik antara kutub utara dan kutub selatan ?
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….
2. Bagaimana perbedaan gaya lorentz yang menggunakan alumunium
foil tanpa lipatan dan yang menggunakan lipatan ?
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

………………………………………………………………………….
3. Jarak penghantar menunjukkan besarnya gaya Lorentz yang terjadi,
maka tulislah hubungan sudut antara arus listrik dan arah induksi
magnet dengan besar gaya Lorentz!
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
MODUL V
OSILASI PEGAS
Berikut adalah landasan teori pada modul V mengenai rangkaian Osilasi
Pegas praktikum fisika 2023.
5.1 Tujuan Praktikum
Berikut adalah tujuan khusus yang harus didapat oleh praktikan setelah
menyelesaikan modul ini adalah :
a. Tim praktikan mampu Membuktikan hukum Hooke
b. Tim praktikan mampu memahami syarat agar bendak mengalami gerak
harmonis sederhana
c. Tim praktikan mampu mengetahui hubungan massa dengan periode
osilasi
d. Tim praktikan mampu menentuksn tetapan gaya dari pegas berbeban
yang mengalami gerak harmonis sederhana
e. Tim praktikan mampu menentukan nilai konstanta pegas secara
tunggal, seri dan pararel
f. Tim praktikan mampu mencari nilai periode pegas secara tunggal, seri
dan pararel
5.2 Alat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum fisika
2023 modul V tentang Osilasi Pegas :
a. Pegas
b. Statif
c. Beban yang berbeda massa
d. Neraca
e. Penggaris
f. Stopwatch
5.3 Landasan Teori
Gerak bolak-balik suatu benda yang menempuh lintasan yang sama dan
dalam waktu yang sama disebut gerak osilasi. Suatu sistem yang bergerak osilasi
salah satunya adalah pegas.pegas dapat berosilasi karena dipengaruhi oleh suatu
gaya, yang menurut hukum Hooke sebagai berikut:

V-1
V-2

F = −k. x
dengan: k = konstanta gaya pegas (N/m)
x = perubaan panjangn pegas (m)
F = gaya yang diberikan (N)

Gambar 5.1 Osilasi Pegas


Gaya F di atas disebut gaya pemulih pegas, apabila pegas diberikan beban
sebesar m, besarnya adalah F = mg. Bila perubahan panjang pegas dapat diukur dan
percepatan gravitasi dapat ditentukan dari percepatan gravitasi bumi, maka dengan
menggantikan harga F pada persamaan (1) dengan mg, kita dapat menghitung
konstanta pegas.
Konstanta pegas juga dapat ditentukan dengan metode osilasi. Bila beban
gantung diberi simpangan dengan amplitudo yang tidak terlalu besar dan
dilepaskan, maka pegas dan beban gantung itu akan berosilasi bersama-sama
dengan amplitudo dan frekuensi yang sama, sehingga pengamatan terhadap getaran
pegas itu dapat diganti dengan pengamatan terhadap getaran beban gantung, dengan
hasil yang sama, dan besarnya periode getarannya adalah:
𝑚
𝑇 = 2𝜋√ = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑇 2 = 4𝜋 2 𝑚/𝑘
𝑘
Konstanta pegas dapat dicari dengan persamaan :
4𝜋 2 𝑚
𝑘=
𝑇2
dengan:
T = Periode osilasi
m = massa beban
Dalam percobaan getaran tergandeng ini, pegas yang digunakan lebih dari
satu. Pegas disusun secara seri dan paralel. Untuk pegas disusun seri, konstanta (k)
dihitung dengan:
1 1 1
= + +⋯
𝑘𝑠 𝑘1 𝑘2
V-3

Sedangkan susunan pegas paralel didapatkan nilai konstanta sebagai berikut:


𝑘𝑝 = 𝑘1 + 𝑘2 + ⋯
5.4 Prosedur Kerja
Berikut ini merupakan prosedur kerja pada praktikum Modul V :
A. Pegas Tunggal
Berikut merupakan prosedur kerja pegas tunggal, yaitu sebagai berikut :
1. Siapkan pegas pada statif.
2. Tentukan massa pemberat, ukur massanya.
3. Letakkan massa pada pegas dan ukur pertambahan panjang setelah
diberikan pemberat, kemudian catat hasilnya.
4. Pegas yang telah digantungkan pemberat diberikan simpangan pada
pegas kemudian lepaskan sampai berosilasi.
5. Catat waktu yang dibutuhkan pegas hingga berosilasi 10 kali getaran.
6. Ulangi langkah c – e dengan massa yang berbeda.
B. Rangkaian Seri
Berikut merupakan prosedur kerja pegas seri, yaitu sebagai berikut :
1. Rangkai pegas secara seri seperti gambar 5.2.
2. Tentukan massa pemberat, ukur massanya.
3. Letakkan massa pada pegas dan ukur pertambahan panjang setelah
diberikan pemberat, kemudian catat hasilnya.

Gambar 5.2 Pegas Seri


4. Pegas yang telah digantungkan pemberat diberikan simpangan pada
pegas kemudian lepaskan sampai berosilasi.
5. Catat waktu yang dibutuhkan pegas hingga berosilasi 10 kali getaran.
6. Ulangi langkah c – e dengan massa yang berbeda
V-4

C. Rangkaian Paralel
Berikut merupakan prosedur kerja pegas tunggal, yaitu sebagai berikut :
1. Rangkai pegas secara paralel seperti gambar 5.3

Gambar 5.3 Pegas Paralel


2. Tentukan massa pemberat, ukur massanya.
3. Letakkan massa pada pegas dan ukur pertambahan panjang setelah
diberikan pemberat, kemudian catat hasilnya.
4. Pegas yang telah digantungkan pemberat diberikan simpangan pada
pegas kemudian lepaskan sampai berosilasi.
5. Catat waktu yang dibutuhkan pegas hingga berosilasi 10 kali getaran.
6. Ulangi langkah c – e dengan massa yang berbeda
5.5 Tugas Pendahuluan
Berikut merupakan tugas pendahuluan pada praktikum fisika modul V
a. Bagaimana menurut anda tentang nilai k untuk dua pegas secara seri
dan paralel?
b. Cara manakah yang lebih baik untuk menentukan k?
c. Bila percepatan gravitasi tidak diketahui bagaimana anda mendapatkan
nilai g dari percobaan ini?
d. Gambarkan grafik T2 sebagai fungsi dari m!
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151


Kelompok : ……………………………………………………….

Nama (NPM) : 1………………………………………………………

: 2………………………………………………………

Modul : ………………………………………………………..
OSILASI PEGAS
LEMBAR DATA HASIL PRAKTIKUM
1. Pegas Tunggal 1
No. Massa Panjang Panjang Pertambahan Getaran Waktu Periode
(gram) awal akhir panjang (cm) (kali) (s) (s)
(cm) (cm)
1
2
3
4
5

2. Pegas Tunggal 2
No. Massa Panjang Panjang Pertambahan Getaran Waktu Periode
(gram) awal akhir panjang (cm) (kali) (s) (s)
(cm) (cm)
1
2
3
4
5

3. Pegas Seri
No. Massa Panjang Panjang Pertambahan Getaran Waktu Periode
(gram) awal akhir panjang (cm) (kali) (s) (s)
(cm) (cm)
1
2
3
4
5
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT

Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151

MODUL VI
HUKUM ARCHIMEDES
Berikut adalah landasan teori pada modul V mengenai rangkaian Hukum
Archimedes praktikum fisika 2023.
6.1 Tujuan Praktikum
Berikut adalah tujuan khusus yang harus didapat oleh praktikan setelah
menyelesaikan modul ini adalah :
a. Tim praktikan mampu memahami prinsip hukum Archimedes dan
menerapkannya pada benda setimbang di zat cair
b. Tim praktikan mampu menentukan rapat jenis fluida cair,
c. Tim praktikan mampu menghitung besar gaya apung berdasarkan
persamaan Archimedes,
d. Tim praktikan mampu dapat menentukan besar rongga dalam suatu
benda.
6.2 Alat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum fisika 2023 modul
V tentang Hukum Archimedes:
a. Fluida cair (air, minyak, oli)
b. Beban
c. Dinamometer
d. Penggaris
e. Statip
6.3 Landasan Teori
Jika suatu benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda itu akan mendapat gaya
ke atas sebesar berat zat cair yang dipindahkan. Secara matematis gaya Archimedes
(gaya ke atas), dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐹𝐴 = 𝑉𝑐 𝜌𝑐 𝑔
VI-2

Dimana :
FA = gaya ke atas yang dialami benda (N) (dalam praktikum besar FA dapat dicari
dengan dinamometer) 𝐹𝐴 = 𝑤1 − 𝑤2
Vc = volume zat cair yang dipindahkan (m3)
𝜌𝑐 = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

Ketentuan :
1. Jika 𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 < 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 , maka benda akan mengapung
2. Jika 𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 = 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 , maka benda akan melayang
3. Jika 𝜌𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 > 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 , maka benda akan tenggelam
6.4 Prosedur Kerja
Berikut ini merupakan prosedur kerja pada praktikum Modul VI :
A. Percobaan I
1. Timbang dan catat massa benda yang digantungkan pada dinamometer (w1)
(kayu yang tidak berongga)
2. Massa benda yang digantungkan pada dinamometer dimasukkan ke dalam
zat cair, timbang dan catat (w2)
3. Menghitung volume fulida yang dipindahkan
4. Dengan menggunakan persamaan hukum Archimedes, tentukan cairan

5. Ulangi langkah 1 – 4 untuk massa benda yang berbeda(logam)


6. Ulangi langkah 1 – 4 untuk fulida yang berbeda
B. Percobaan II
1. Tentukanlah volume balok kayu P
2. Tentukalah rapat massa dari kayu P
3. Ambil benda kayu RB timbang di udara
4. Hitunglah volume saharusnya balok RB dengan asumsi rapat massanya sama dengan
benda P
VI-3

5. Hitunglah Volume sebenarnya


6. Hitunglah volume rongganya.
6.5 Tugas Pendahuluan
Berikut merupakan tugas pendahuluan pada praktikum fisika modul VI
a. Diketahui massa jenis air laut 1,2 (gr/cm3), massa jenis es 0,8 (gr/cm3). Tentukan
Berapa bagian volume gunung es yang tercelup dalam air.
b. Sebuah kubusvolumenya 125 m3 dengan atap terbuka dari plat dengan massa
jenis 7,2 kg/liter. Tentukan ketebalan plat agar kubus terapung di air dengan
kedalaman tercelup 1 m.
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT
Jalan Mayor Syamsu No.1 telp. (0262) 232773 Garut 44151
Kelompok : ……………………………………………………….

Nama (NPM) : 1………………………………………………………

: 2………………………………………………………

Modul : ………………………………………………………..
ARCHIMEDES
Volume beban = ........ cm3

Air Minyak Olie Volume


No W1 (N) W2 (N) W1 (N) W2 (N) W1 (N) W2 (N) Beban

1
2
3
4

Benda Massa kg Volume m3 Rapat massa kg/m3

Benda P
Benda RB

Volume seharusnya Benda RB = m3


Volume Rongga = m3

Anda mungkin juga menyukai