Anda di halaman 1dari 34

MODUL PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA I
Dipergunakan untuk praktikum mahasiswa Teknik Lingkungan ITB

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
PENJELASAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA I

RESPONSI
1. Peserta wajib mengikuti responsi praktikum pada tanggal yang sudah ditentukan
2. Responsi terdiri dari penjelasan praktikum dan tes responsi, tidak mengikuti responsi
otomatis nilai tes responsi nol.
3. Nilai tes responsi akan dimasukan ke dalam nilai akhir praktikum.

PRAKTIKUM

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Air, Labtek IX C lantai 5.
2. Praktikum dilaksanakan selama 90 menit, sudah termasuk tes awal.
3. Jika nilai tes awal peserta dibawah 40, maka peserta tersebut dilarang mengikuti
praktikum pada hari itu dan akan mengikuti praktikum susulan.
4. Setelah praktikum akan dilaksanakan asistensi bersama asisten selama 30 menit.
5. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum berarti tidak lulus praktikum dan otomatis
tidak lulus Mata Kuliah Mekanika Fluida I.
6. Mahasiswa diharapkan hadir tepat waktu dengan toleransi keterlambatan 10 menit.
Mahasiswa yang terlambat 5-10 menit dikenakan sanksi perorangan (-10 nilai tes awal)
dan sanksi kelompok (-2 nilai laporan praktikum modul tersebut). Sedangkan untuk
mahasiswa terlambat lebih dari 10 dianggap tidak hadir praktikum dan mendapat saksi
perorangan (-20 nilai laporan praktikum modul tersebut) dan sanksi kelompok (-5 nilai
laporan praktikum modul tersebut) tetapi masih berhak mengikuti dan mengerjakan
laporan praktikum.
7. Tes awal dilaksanakan selama 15 menit awal, dan tidak ada toleransi waktu bagi yang
terlambat.
8. Mahasiswa tidak diperkenankan bercanda ketika sedang melaksanakan praktikum.
9. Bagi mahasiswa yang memecahkan dan/atau merusak properti laboratorium, segera lapor
ke koordinator asisten dan mengganti item tersebut setelah kejadian tersebut.
10. Mahasiswa tidak boleh menggunakan fasilitas apapun di laboratorium tanpa izin dari
asisten yang bertugas.
11. Ujian akhir praktikum akan dilaksanakan pada akhir praktikum dan penilaian akan
dilakukan secara individual

B. KELENGKAPAN PRAKTIKUM
1. Jurnal wajib dibawa dan diisi setiap pratikum, Mahasiswa yang tidak membawa dan tidak
mengisi jurnal maka akan mendapat sanksi individu (-10 nilai laporan praktikum modul
tersebut)
2. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir praktikum yang telah disiapkan oleh asisten
3. Selama praktikum, Mahasiswa diwajibkan memakai jas laboratorium lengan panjang,
name tag, sepatu tertutup, pakaian rapi dan sopan, bagi yang berponi/berambut panjang
harap diikat/dijepit agar tidak mengganggu aktivitas selama praktikum. Jika kelengkapan
tidak terpenuhi, praktikan tidak diizinkan mengikuti praktikum = nilai praktikum 0
4. Mahasiswa harus sudah memakai jas lab dan nametag ketika memasuki ruangan
laboratorium dan dibuka setelah praktikum selesai (diluar lab/ruang asisten)
5. Nametag praktikum mengikuti format yang telah ditentukan oleh tim asisten
6. Tas mahasiswa disusun rapih diruang Teknisi/Ruang Asisten dan disarankan tidak
membawa barang berharga
7. Praktikan tidak diperbolehkan menggunakan aksesoris di tangan (termasuk jam tangan)
selama praktikum
8. Peralatan pribadi yang diperlukan untuk praktikum, meliputi stopwatch/HP/ berstopwatch
(1 per kelompok), penggaris 30 cm (2 per kelompok), kalkulator (1 per kelompok), alat
tulis (perorangan), kertas reuse halaman A4 kalkulator (1 per kelompok). Peralatan
tersebut harap disiapkan sebelum memasuki laboratorium.

C. IZIN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum hanya diperbolehkan oleh 2 alasan:
a. Sakit, dengan melampirkan surat sakit (surat sakit dari dokter) paling lambat 1 minggu
setelah praktikum, diberikan pada asisten yang bertugas saat praktikum. pemberitahuan
bahwa mahasiswa sakit harus disampaikan oleh teman satu kelompok ke asisten yang
bertugas pada saat praktikum dilaksanakan
b. Izin, dengan melampirkan surat izin (yang dibuat oleh wali/orangtua/Instansi) pada
hari praktikum dilaksanakan, diberikan pada asisten praktikum. Pemberitahuan bahwa
praktikan izin harus disampaikan oleh teman satu kelompok ke asisten yang bertugas
pada saat praktikum dilaksanakan.
2. Praktikum susulan akan dilaksanakan pada jadwal yang akan ditentukan selanjutnya.
Mahasiswa tetap diharuskan mengumpulkan laporan sesuai data yang didapat dari
praktikum susulan berhak mendapat nilai penuh laporan.
3. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum tanpa keterangan yang jelas maka tidak
berhak mendapatkan nilai laporan praktikum modul yang dipraktikumkan.

D. KETENTUAN JURNAL PRAKTIKUM


1. Jurnal praktikum menggunakan buku campus dan ditulis tangan. Jurnal diberi label nama
sesuai dengan format yang telah ditentukan oleh tim asisten
2. Jurnal dibuat sebelum praktikum dimulai dan digunakan untuk menulis data selama
praktikum berlangsung
3. Jurnal praktikum berisi :
a. Judul praktikum
b. Tujuan praktikum
c. Prinsip
d. Cara kerja
e. Tabel data
f. Rumus
g. Daftar grafik

E. LAPORAN PRAKTIKUM
1. Laporan praktikum merupakan laporan perorangan diketik dan diprint pada kertas A4
reuse.
2. Pengumpulan laporan dilakukan satu minggu setelah praktikum.
3. Laporan diserahkan kepada asisten yang bertugas sesuai dengan jam praktikum secara
berkelompok .
4. Bila pengumpulan terlambat dikumpulkan, maka nilai laporan tersebut akan dikenakan
sanksi perorangan (-5 tiap harinya)
5. Susunan dan penilaian laporan praktikum adalah sebagai berikut :
a. Cover laporan (Wajib ada apabila tidak ada mendapat sanksi individu (-1 per
kesalahan)
b. Tujuan praktikum (5)
c. Prinsip percobaan (10)
d. Teori dasar (15)
e. Data awal (4)
f. Pengolahan data (10)
g. Data Akhir (4)
h. Analisa A (30)
i. Analisa B (10)
j. Kesimpulan (10)
k. Daftar pustaka (2)
6. Ketentuan isi laporan adalah sebagai berikut :
a. Cover laporan : mengikuti format yang telah diberikan
b. Teori dasar : dikerjakan secara perorangan (satu kelompok boleh sama) 2-4 halaman
c. Tujuan praktikum : berisi tujuan praktikum bukan sasaran praktikum
d. Prinsip Praktikum : dijelaskan dalam bentuk paragraf, merupakan prinsip praktikum
(metoda yang dilakukan saat praktikum hingga tercapai tujuan praktikum)
e. Data Awal : berupa data hasil pengamatan di laboratorium (boleh berupa tabel)
f. Pengolahan data : berupa tahapan-tahapan perhitungan lengkap untuk 1 jenis variasi
debit
g. Data Akhir : merupakan data hasil pengolahan dari data awal (boleh berupa tabel)
h. Analisa A : meliputi analisa data dan grafik, analisa komponen rumus-rumus yang
digunakan, dan faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi selama praktikum
i. Analisa B : meliputi contoh aplikasi dalam bidang teknik lingkungan disertai
penjelasannya. Minimal dicantumkan 2 contoh aplikasi
j. Kesimpulan : diharapkan menjawab seluruh poin yang dituliskan di bagian Tujuan
k. Daftar pustaka minimal mencantumkan dua sumber textbook, dan satu jurnal (nasional
atau internasional)
l. Jika mengutip kalimat yang merupakan hasil pemikiran orang lain dari buku, jurnal,
internet, pada semua bagian laporan, maka harus mencantumkan sumber-sumber
tersebut pada kalimat (Contoh : Ekaputri, 2011) dan sumber tersebut dicantumkan pada
daftar pustaka
m. Apabila diketahui adanya penjiplakan laporan praktikum sesama mahasiswa maka
nilai laporan sumber dan pihak yang menjiplak akan disamakan dan dibagi 2
n. Apabila diketahui menggunakan data yang tidak sesuai dengan yang didapat saat
praktikum maka diberi sanksi individu (-50 nilai laporan praktikum modul tersebut).

F. NILAI TOTAL PRAKTIKUM


1. Nilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran dan keaktifan
mahasiswa pada saat responsi dan praktikum (10%), nilai tes responsi (10%), nilai tes
awal (20%), dan nilai laporan (60%)
2. Nilai total praktikum harus terkumpul maksimal 2 minggu setelah praktikum kepada
Koordinator Praktikum. Jika nilai total tidak terkumpul sampai saat yang dituju, maka
nilai total praktikum secara otomatis akan menjadi 30.

Tim Asisten berharap para praktikan dapat memahami dan menjalankan peraturan ini dengan
sebaik-baiknya. Aturan-aturan ini diberlakukan dengan maksud agar praktikum dapat berjalan
dengan baik sehingga tujuan awal dari praktikum Mekanika Fluida I dapat tercapai. Akhir kata
Tim Asisten mengucapkan terima kasih atas kerjasamanya dan selamat
praktikum.
MODUL 01
HYDRAULIC BENCH
Korry Sidopamungkas Sonbers dan Pinandito Wisambudi

A. SASARAN
Menentukan debit aktual (Qaktual)

B. TEORI
Massa air = air x volume air (1.1)
Volume air = Qaktual x trata-rata (1.2)

C. CARA KERJA
1. Hubungkan bench ke sumber listrik.
2. Ukur suhu fluida sebelum percobaan.
3. Tutup valve bench, lalu nyalakan pompa.
4. Periksa apakan terjadi kebocoran di perpompaan, perpipaan, atau bagian lain.
5. Tutup drain di bak dalam weight tank dengan memutar cam lever.
6. Buka valve di bench (air akan mengalir ke alat percobaan dan kembali ke bench).
7. Jalankan stopwatch tepat saat lengan (yang menghubungkan bak dan tempat beban)
bergerak ke atas.
8. Pasang beban segera, maka lengan akan turun ke bawah. Setelah beberapa saat lengan
akan naik kembali ke atas.
9. Matikan stopwatch tepat saat lengan bergerak ke atas. Catat berat beban yang
digunakan (berat air adalah 3 kali berat beban yang digunakan). Catat waktu yang
tertera pada stopwatch.
10. Ulangi percobaan sesuai kebutuhan, dengan membuang air dalam bak melalui
pengaturan cam lever. Catatan : untuk Standar Praktikum, percobaan dengan beban
yang sama diulang sebanyak 3 kali (3 kali pencatatan waktu tiap satu jenis beban).
Beban yang sama dapat digunakan, asalkan besar pembukaan valve bervariasi (variasi
debit).
11. Khusus untuk 3 variasi debit terakhir, lakukan pengukuran volume air disetiap
variasinya dengan mengalirkan air (selama waktu rerata yang diperoleh dari
pengukuran sebelumnya) melalui selang pada alat kemudian air ditampung pada
ember, lalu ukur volume air menggunakan gelas ukur.
12. Tutup valve di bench. Matikan pompa. Cabut fitting stop kontak sumber listrik.
13. Ukur suhu fluida sesudah percobaan.
D. TABEL DATA
Massa beban = kg
o
Suhu awal = C
o
Suhu akhir = C
Tabel 1.1 Data Awal Pengukuran Waktu dengan Hydraulic Bench
t (s)
Variasi
t1 t2 t3
1
2
3
4
5

Tabel 1.2 Data Awal Pengukuran Waktu dengan Ember


Variasi t rata-rata (s) Volume Air (l)
3
4
5
E. TABEL HASIL
Tabel 1.3 Hasil Perhitungan Debit Aktual dengan Hydraulic Bench
Variasi Massa Air (kg) t rata-rata (s) Q aktual hydraulic bench (m3/s)
1
2
3
4
5

Tabel 1.4 Hasil Perhitungan Debit Aktual dengan Ember


Variasi Volume Air (l) t rata-rata (s) Q aktual ember (m3/s)
3
4
5

F. ILUSTRASI

Gambar 1.1 Ilustrasi hydraulic bench


MODUL 02
ALAT UKUR DEBIT SALURAN TERTUTUP
Ezwin Ilham Fauzi dan Haura Hafizhah
Venturimeter
A. Sasaran
1. Menentukan debit teoritis (Qteoritis) dari venturimeter
2. Menentukan nilai koefisien discharge (Cd) dari venturimeter

B. Teori
1. Qteoritis = AB x vB (2.1)

(2.2)
a. Data-data yang tersedia yaitu dA = 26 mm dan dB =16mm
b. Data data yang dicari adalah :

(2.3)
Yang merupakan beda tinggi (h) muka air di tabung piezometrik A dan B

2. Perhitungan koefisien discharge (Cd)



= (2.4)

Dari grafik Qaktual (absis) terhadap Qteoritis (ordinat) tentukan nilai gradien (m) dari
persamaan yang di dapat
Qaktual = Cd x Qteoritis dan y = m x+c,
maka Cd = 1/m (2.5)

C. Cara Kerja
1. Ukur temperatur fluida di awal percobaan
2. Aktifkan hydraulic bench
3. Keluarkan udara yang terjebak di dalam piezometer dan posisi muka air di piezometer
berada pada ketinggian kira-kira 280 mm
4. Pengukuran debit dilakukan dalam 5 variasi dengan cara mengatur valve di hydraulic
bench. Untuk satu variasi debit dilakukan dengan pengukuran waktu 3 kali
5. Catat pembacaan tinggi muka air di tabung piezometer A dan B
6. Ukur temperatur fluida di akhir percobaan

D. Tabel Awal
o
Tawal = C
o
Takhir = C
Massa beban = kg
Tabel 2.1 Data Pengukuran Ketinggian Muka Air dan Waktu pada Venturimeter
Variasi ha (cm) hb (cm) hab (cm) t (detik)

E. Tabel Hasil
Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Debit dan Kecepatan pada Venturimeter
hab rata-rata
Variasi Qaktual (m3/s) Vb (m/s) Qhitung (m3/s)
(mm)
1
2
3
4
5
F. Grafik-grafik
1. Qaktual (absis) terhadap h (ordinat)
2. Qaktual (absis) terhadap Qteoritis (ordinat)

Keterangan :
Untuk grafik linear digunakan regresi linear dengan set intercept = 0
Tampilkan nilai persamaan garisnya dan nilai koefisen korelasi (R2)

Orificemeter
A. Sasaran
1. Menentukan debit teoritis (Qteoritis) dari orificemeter
2. Menentukan nilai koefisien discharge (Cd) dari orificemeter

B. Teori
Qteoritis = AF x VF (2.6)

(2.7)
Data-data yang tersedia yaitu dA = 51 mm dan dB = 20 mm
Data data yang dicari adalah :

(2.8)
Yang merupakan beda tinggi (h) muka air di tabung piezometer E dan F

= (2.9)

Dari garik Qaktual (absis) terhadap Qteoritis (ordinat) tentukan nilai gradien (m) dari
persamaan yang di dapat
Qaktual = Cd x Qteoritis dan y = m x +c,
maka Cd = 1/m (2.10)
C. Cara Kerja
1. Ukur temperatur fluida di awal percobaan
2. Aktifkan hydraulic bench
3. Keluarkan udara yang terjebak di dalam piezometer dan posisi muka air di piezometer
berada pada ketinggian kira-kira 280 mm
4. Pengukuran debit dilakukan dalam 5 variasi dengan cara mengatur valve di hydraulic
bench . Untuk satu variasi debit dilakukan pengukuran waktu 3 kali.
5. Catat pembacaan tinggi muka air di tabung piezometer E dan F
6. Ukur temperatur fluida di akhir percobaan

D. Tabel Data
Tabel 2.3 Data Pengukuran Ketinggian Muka Air dan Waktu pada Orificemeter
Variasi he (cm) hf (cm) hef (cm) t (detik)

E. Tabel Hasil
Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Debit dan Kecepatan pada Orificemeter
hef rata-rata
Variasi Qaktual (m3/s) Vb (m/s) Qhitung (m3/s)
(mm)
1
2
3
4
5
F. Grafik-grafik
1. Qaktual (absis) terhadap h (ordinat)
Qaktual (absis) terhadap Qteoritis (ordinat)
MODUL 03
ALIRAN DALAM PIPA
Dian Putri Retnosari dan Ika Artika

A. SASARAN
1. Mengukur perbedaan tinggi tekan pada pipa Piezometer Water Manometer dan U-tube
Mercury Manometer.
2. Menghitung koefisien friksi (f), koefisien Hazen-Williams (C), dan koefisien kekasaran
Chezy (C) dalam perpipaan.
3. Mengetahui pengaruh perubahan debit terhadap koefisien friksi (f).

B. TEORI
2
= (3.1)
2

= 0,2785 2,63 0.54 (3.2)


= (3.3)

C. CARA KERJA
1. Ukur suhu fluida sebelum percobaan.
2. Hubungkan outlet hydraulic bench ke alat dan outlet alat ke gelas ukur.
3. Alirkan air ke alat dan atur debitnya dengan needle valve.
4. Catat tinggi piezometer (titik A dan B) dan U-tube manometer (titik X dan Y)
5. Ukur waktu dari air pertama kali masuk ke gelas ukur sampai volume yang ditentukan.
6. Langkah 1-5 dilakukan dengan 6 variasi debit dan tiap debit yang sama dilakukan 5 kali
pengukuran waktu. Volume pada gelas ukur harus selalu sama dan selama percobaan
valve pada hydraulic bench jangan diubah-ubah.
7. Ukur suhu fluida sesudah percobaan.
8. Ukur diameter dan panjang pipa yang digunakan sebagai saluran air.
D. TABEL DATA
Suhu awal = Volume gelas ukur =
Suhu akhir = Massa jenis air =
Panjang pipa = Kekentalan kinematis air =
Diameter pipa =

Tabel 3.1 Data Pengukuran Ketinggian dan Waktu pada Peizometer dan Manometer

h Piezometer h U-tube
t (s)
Variasi (mm) Manometer (mm)

A B X Y t1 t2 t3 t4 t5
1
2
3
4
5
6

E. TABEL HASIL
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Debit Aktual dan Kecepatan
h Piezometer h U-tube Manometer Q aktual
Variasi t (s) v (m/s)
(mm) (mm) (m3/s)
1
2
3
4
5
6

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Koefisien Friksi


Variasi Q aktual (m3/s) Koefisien friksi (f) Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
F. GRAFIK
1. Kecepatan (v2) headloss (hL) [untuk piezometer dan U-Tube]
2. Debit aktual (Qaktual) S0.54 [untuk piezometer dan U-Tube]
3. Kecepatan (v) akar gradient hidrolis (S0.5) [untuk piezometer dan U-Tube]
Keterangan:
Untuk semua grafik gunakan regresi linear dengan set intercept = 0.
Tampilkan nilai persamaan garisnya dan nilai koefisien korelasi (R2)

G. ILUSTRASI

Gambar 2.1 Ilustrasi Piezometer Water Manometer

Gambar 2.2 Ilustrasi U-tube Mercury Manometer


MODUL 04
KEHILANGAN ENERGI DALAM SISTEM PERPIPAAN
Ramadian Irvanizar dan Dwi Sari Oktaviani

A. SASARAN
1. Menghitung headloss pada sistem perpipaan
2. Menghitung debit aktual yang melalui sistem perpipaan

B. TEORI
Headloss pada aliran terutup dapat dibedakan menjadi headloss mayor, headloss
minor, dan headloss total. Headloss total merupakan gabungan headloss mayor dan
headloss minor. Headloss mayor adalah kehilangan energi akibat gesekan fluida dengan
dinding pipa. Headloss mayor biasa terjadi pada pipa lurus berdiameter konstan.
Sedangkan headloss minor adalah kehilangan energi yang disebabkan oleh aksesoris-
aksesoris pada sistem perpipaan seperti valve, belokan, penyempitan/ pelebaran pipa, dan
lain-lain.

Persamaan Darcy-Weisbach
2
= (4.1)
2

Dimana f = koefisien friksi


f = 64/Re (untuk aliran laminar, Re<2000)
Re = vD/v
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
v = kecepatan aliran (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

Persamaan Hazen-Williams
Q = 0,2785 C D2,63 S0,54 (4.2)
Dimana Q = debit aktual (m3/s)
C = koefisien Hazen-Williams
D = diameter pipa (m)
S = slope

Persamaan headloss minor


2
= 2 (4.3)

Dimana hl = headloss (m)


k = koefisien kehilangan energi akibat aksesoris
v2/2g = head kecepatan (m)

Persamaan headloss sistem perpipaan biru tua


a. Headloss gate valve
= 12.6 pengukuran (4.4)

b. Headloss standar elbow



= [

] (4.5)

c. Headloss 90 sharp bend


90 sharp bend
90 = 90 sharp bend [ ] (4.6)

Persamaan headloss pada sistem perpipaan biru muda


a. Headloss globe valve
= 12.6 (4.7)

b. Headloss aksesoris pada perpipaan biru muda


aksesoris( ) 5
aksesoris = aksesoris [ ] (4.8)
( )5

Slope

= (4.9)

C. CARA KERJA
1. Masukkan outlet hydraulic bench ke inlet alat, sedangkan outlet alat ke hydraulic
bench.
2. Ukur suhu fluida sebelum percobaan.
3. Tutup globe valve, buka gate valve.
4. Nyalakan pompa (ingat valve di hydraulic bench harus ditutup sebelum pompa
dinyalakan, seperti prosedur praktikum sebleumnya), buka valve di hydraulic bench.
5. Biarkan air mengalir 2-3 menit.
6. Tutup gate valve, keluarkan udara yang terjebak dalam piezometer, perhatikan bahwa
piezometer di sistem tidak menunjukkan kehilangan energi.
7. Buka gate valve, keluarkan udara yang terjebak dalam U-tube (seluruh tabung tidak
boleh ada udara).
8. Tutup gate valve, dan ulangi cara di atas dengan mengatur globe valve. Setelah
selesai, tutup kembali globe valve.
9. Buka penuh valve di hydraulic bench.
10. Buka gate valve penuh akan didapatkan debit maksimum melalui sistem perpipaan
biru tua.
11. Ukur debit yang mengalir sebanyak 3 kali perhitungan waktu untuk satu variasi debit
yang sama (triplo).
12. Catat pembacaan piezometer dan U-Tube Manometer di setiap aksesoris pada pipa
biru tua.
13. Masih pada debit yang sama. Tutup gate valve. Buka globe valve, ulangi cara diatas
untuk percobaan pada pipa biru muda melalui pengaturan globe valve.
14. Ulangi langkah-langkah diatas dengan besar debit yang berbeda.
15. Percobaan dilakukan sebanyak 5 variasi debit, dengan pengukuran tiap debit
minimum 3 kali perhitungan waktu.
16. Tutup globe valve.
17. Tutup valve di hydraulic bench.
18. Ukur suhu fluida di akhir percobaan.
19. Matikan pompa hydraulic bench.
D. TABEL DATA
1. Data yang diketahui
a. Diameter pipa besar = 26,4 mm; Diameter pipa kecil = 13,7 mm
b. Jarak antar tapping
1-2 (standar elbow) = 79 cm
3-4 (pipa lurus biru tua) = 88 cm
5-6 (90o sharp bend) = 81 cm
7-8 (pelebaran) = 18,5 cm
8-9 (pipa lurus biru muda) = 85 cm
9-10 (penyempitan) = 8,5 cm
11-12 (bend 4) = 81 cm
13-14 (bend 6) = 93 cm
15-16 (bend 2) = 91 cm

2. Data yang diukur


Massa beban = Suhu awal =
Massa air = Suhu akhir =
air =

a. Perpipaan biru tua


Tabel 4.1 Data Pengukuran Waktu dan Tinggi Kolom Air pada Perpipaan Biru Tua
Waktu (t) Tinggi Kolom air (mm)
No
Pipa Gate Standard 90o Sharp
t1 t2 t3 tr
lurus valve elbow bend
1
2
3
4
5
b. Perpipaan biru muda
Tabel 4.2 Data Pengukuran Waktu dan Tinggi Kolom Air pada Perpipaan Biru Muda
Waktu (t) Tinggi Kolom air (mm)
No Pipa Globe Bend Bend Bend Pelebaran
t1 t2 t3 tr Penyempitan
lurus Valve 2 4 6
tiba-tiba tiba-tiba

1
2
3
4
5

E. TABEL HASIL
1. Sistem perpipaan biru tua
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan pada Perpipaan Biru Tua
Headloss
Waktu (t) mayor Headloss minor (m)
(m)
S0,54 Pipa
No Q aktual A pipa v pipa
lurus biru
(m3/s) (m2) (m/s) Pipa Gate Standard o
t1 t2 t3 Tr 90 Sharp tua
lurus valve elbow bend

1
2
3
4
5
2. Sistem perpipaan biru muda
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan pada Perpipaan Biru Muda
Headl
oss S0,54
Waktu (t) Headloss minor (m)
Q mayo Pipa
A pipa v pipa
No aktual r (m) lurus
(m2) (m/s)
T (m3/s) Pipa Globe Bend Bend Bend
Pelebaran tiba- Penyempitan
biru
t1 t2 t3 lurus valve 2 4 tiba tiba-tiba muda
r 6

1
2
3
4
5

F. GRAFIK
1. Q-Hlossgate valve dan Q-Hlossglobe valve
2.
v2-Hlossgate valve dan v2-Hlossglobe valve
3. v2-Hloss bend
4. (Vk-Vb)2-Hloss pelebaran dan (Vk-Vb)2-Hloss penyempitan
5. S0,54-v pipa lurus biru tua dan S0,54-v pipa lurus biru muda
Keterangan : grafik linier intercept di (0,0), sertakan persamaan garis dan nilai koefisien
korelasinya.
MODUL 05

PENGUKURAN KECEPATAN GAS DALAM CEROBONG

Kenny Wonosantoso dan Astrid Monica

A. SASARAN
a. Menentukan metode pengukuran gas dalam cerobong
b. Menentukan koefisien kalibrasi Pitot S
c. Mengetahui profil distribusi kecepatan gas dalam cerobong

B. TEORI DASAR
Kecepatan aliran dalam cerobong dapat dihitung berdasarkan perbedaan antara
tekanan total dengan tekanan statis yang terdapat dalam terowongan angin (wind tunnel).
Wind tunnel merupakan simulasi bentuk cerobong dalam skala laboratorium. Untuk
mengukur tekanan udara luar (tekanan atmosfer) digunakan barometer, sedangkan untuk
mengukur tekanan yang terdapat dalam wind tunnel, baik itu tekanan total maupun
tekanan statis, digunakan manometer yang dihubungkan dengan pitot S.
Pengukuran kecepatan gas dalam cerobong diatur dalam EPA Method 2.
Sedangkan penentuan travers point dan lokasinya diatur dalam EPA Method 1, baik
untuk sampling partikulat ataupun non-partikulat. Hal ini penting untuk mendapatkan
hasil sampling yang representatif, khususnya untuk partikulat yang harus disampling
dalam kondisi isokinetik.
Persamaan yang digunakan dalam menghitung kecepatan gas dalam cerobong:

Penentuan tekanan kecepatan ()

= (5.1)

Penentuan titik traverse


Pemilihan lokasi pengukuran kecepatan aliran dilaksanakan pada suatu tempat
paling sedikit 8 kali diameter cerobong dari aliran bawah (hulu) dan 2 kali diameter dari
aliran atas (hilir) dan bebas dari sembarang gangguan aliran seperti bengkokkan,
ekspansi, atau pengecilan aliran didalam cerobong.
1. Penentuan diameter ekivalen
a) Cerobong berpenampang persegi
2
= (5.2)
+

Keterangan:
De = diameter ekivalen (m);
2 = tetapan matematis untuk penentuan diameter ekivalen;
L = panjang penampang cerobong (m);
W = lebar penampang cerobong (m).

b) Cerobong berpenampang lingkaran atau persegi dengan adanya penyempitan


atau pelebaran diameter
Cerobong pada aliran atas berdiameter dalam lebih kecil (d) dari diameter
dalam aliran bawah (D), maka:
2
= (+) (5.3)

Keterangan:
De = diameter ekivalen (m);
2 = tetapan matematis untuk penentuan diameter ekivalen;
d = diameter atau diameter ekivalen dalam dari cerobong bagian
bawah (m)
D = diameter atau diameter ekivalen dalam dari cerobong bagian atas
(m)

Bila kriteria 2D dan 8D dipenuhi maka jumlah minimum titik-titik lintas


memenuhi:

1. 12 titik untuk cerobong berbentuk bulat atau empat persegi panjang dengan
De > 0,61 meter
2. 8 titik untuk cerobong bulat dengan De = 0,30 0,61 meter
3. 9 titik untuk cerobong empat persegi panjang dengan De = 0,30 0,61 meter
Bila kriteria 8D dengan 2D tidak dipenuhi maka jumlah minimum titik lintas
ditentukan dari gambar 5.1 untuk pengambilan contoh uji partikulat dan gambar 5.2
untuk pengambilan contoh non partikulat. Selanjutnya dari gambar 5.1 dan gambar 5.2
dapat ditentukan titik-titik minimum dari jumlah ekuivalen yang dapat dinyatakan:

1. dengan jumlah diameter dakat aliran atas (A), dan


2. dengan jumlah diameter dakat aliran bawah (B).

Gambar 5.1 Grafik Penentuan Traverse point untuk Non Partikulat


Gambar 5.2 Grafik Penentuan Traverse point untuk Partikulat

Gambar 5.3 Penentuan Traverse Point (Penampang Berbentuk Bulat)


Menghitung Cp

2
Cp (s)= Cp (std) (5.4)

Menghitung kecepatan aliran gas (Vs)


0.5
= () ((+)) (5.5)

Menghitung debit aliran gas (Q)

(+)
= 3600 (1 2 ) (5.6)

Keterangan:

Vs = kecepatan gas dalam cerobong (m/s)

Q = Debit aliran gas (m3/s)

Cp (std) = Koefisien pitot standar (0.99)

Cp (s) = Koefisien pitot S (idealnya 0.84)

Kp = Konstanta kecepatan (34.97)

Tgas = Temperatur gas dalam cerobong (K)

Tstd = Temperatur standar (298 K)

P = Tekanan kecepatan (mmH2O)

Pstat = Tekanan statis cerobong (mmHg)

Pstd = Tekanan standar (760 mmHg)

Mgas = Berat molekul gas (g/gmol) (29g/g mol)

BH2O = Fraksi volume uap air (0.22)

A = Luas penampang cerobong (m2)


C. CARA KERJA
1. Siapkan dan susun peralatan yang dibutuhkan : Pitot Standar, Pitot S, thermocouple,
manometer, dan selang udara.
2. Tentukan titk lintasan pengukuran (traverse points) pada wind tunnel berdasarkan data
diameter cerobong dan jarak lubang sampling dari belokan (ditentukan melalui EPA
Method 1), operasikan pompa udara, periksa rangkaian alat dari kebocoran.
3. Ukur Tgas dalam wind tunnel menggunakan thermocouple per titik, Pbar, dan dimensi
cerobong. Catat hasil pengukuran tersebut.
4. Tentukan Cp (koefisien kalibrasi pitot S terhadap pitot standar) kaki A dan B, melalui :
a. Pengukuran tekanan total dan tekanan statis pada lintasan yang ditentukan,
menggunakan pitot standar yang kedua ujungnya dihubungkan dengan manometer
b. Pengukuran tekanan total dan tekanan statis pada lintasan yang ditentukan,
menggunakan pitot S yang kedua ujungnya dihubungkan dengan manometer
(lakukan pada kaki A dan B, diarahkan menghadap sumber aliran gas)
5. Tentukan kecepatan dalam cerobong, melalui:
Pengukuran tekanan total dan tekanan statis pada lintasan yang ditentukan dengan pitot S
kaki terpilih yang telah dikalibrasi.
6. Hitung kecepatan dan debit aliran gas dengan menggunakan persamaan yang diberikan.
Buat profil kecepatan aliran gas dalam cerobong (2D dan 3D) pada arah penampang
saluran (dapat dibantu dengan menggunakan software Surfer)
a. 2D : arah penampang terhadap Vs
b. 3D : arah penampang terhadap Vs dengan tinggi penampang sebagai z (Gambar G)

D. TABEL DATA
Tabel 5.1 Data Awal
Parameter Hasil Pengukuran Satuan
Tekanan Barometrik (Pbar) mmHg
Temperatur gas (Tgas) K
Panjang Sisi Cerobong (L) M
Lebar Sisi Cerobong (W) M
Gambar 5.4 Contoh Lokasi Tranverse Point

Data Kalibrasi Pitot S dengan Pitot Standar

Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Tekanan dengan Menggunakan Pitot Standar (cmH2O)

Posisi Ptotal Pstatis P (Pkecepatan)


4
5
6

Tabel 5.3 Hasil Pengukuran tekanan dengan Menggunakan Pitot S Kaki A (cmH2O)

Posisi Ptotal Pstatis P ( Pkecepatan) CpA


4
5
6
Cpave

Tabel 5.4 Hasil Pengukuran tekanan dengan Menggunakan Pitot S Kaki B(cmH2O)

Posisi Ptotal Pstatis P ( Pkecepatan) CpB


4
5
6
Cpave
Kaki Pitot S yang terpilih adalah kaki Pitot S yang memiliki Cp yang paling besar atau
mendekati 1 dan deviasi 0.01.

Data Penentuan Kecepatan dalam Cerobong


Tabel 5.5 Tabel Hasil Pengukuran Tekanan dengan Menggunakan Pitot S Kaki Terpilih
(cmH2O)

Titik Ptotal Pstatis


1
2
3
4
5
6
7
8
9

E. TABEL HASIL DAN PERHITUNGAN


1
Konversi tekanan = 13.6 2

Tabel 5.6 Tabel Hasil Perhitungan Kecepatan dan Debit Aliran dalam Cerobong
Ptotal Pstatis Pkecepatan
Titik Vs (m/s) Q (m3/s)
(mmHg) (mmH2O) (mmH2O)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
F. ILUSTRASI

(a) (b)
Gambar 5.5 Profil Kecepatan (a) 2D (b) 3D

Gambar 5.6 Pitot S dan pitot standar


LAMPIRAN
1. FORMAT COVER LAPORAN
2. FORMAT COVER LAPORAN

Anda mungkin juga menyukai