Anda di halaman 1dari 44

MODUL PRAKTIKUM

HIDROLIKA II
Dipergunakan untuk praktikum mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan ITB

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2024
PENJELASAN PRAKTIKUM HIDROLIKA II

RESPONSI
1. Peserta wajib mengikuti responsi praktikum pada tanggal yang sudah ditentukan.
2. Responsi terdiri dari penjelasan praktikum, jika tidak mengikuti responsi tanpa alasan
maka nilai tes responsi adalah 0.
3. Nilai tes responsi akan dimasukkan ke dalam nilai akhir praktikum.

PRAKTIKUM
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Praktikum dilaksanakan secara langsung di lab Hidrolika.
2. Praktikum dan responsi dilaksanakan selama ±90 menit.
3. Sebelum praktikum dimulai peserta wajib mengumpulkan jurnal ke asisten praktikum
di lab Hidrolika.
4. Tidak mengikuti praktikum berarti tidak lulus praktikum dan otomatis tidak lulus mata
kuliah Hidrolika II.
5. Praktikan diharapkan hadir tepat waktu dengan toleransi keterlambatan maksimal 10
menit.
a. 5 - 10 menit dikenakan sanksi perorangan (-10) dari nilai laporan.
b. Lebih dari 10 menit, praktikan tidak diperbolehkan mengikuti praktikum shift
tersebut (harus mengikuti praktikum shift lain) dengan sanksi perorangan dan
kelompok tetap diberlakukan.
6. Peserta wajib mengenakan jas lab dan name tag saat kegiatan praktikum berlangsung
dengan format name tag adalah nama, NIM, dan shift praktikum.
7. Peserta wajib mengenakan pakaian rapi saat praktikum, memakai sepatu, dan apabila
memiliki rambut panjang, wajib diikat.
8. Peserta wajib menaati protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh ITB.
9. Jurnal praktikum wajib dikumpulkan sebelum kegiatan praktikum dan menjadi salah
syarat mengikuti praktikum. Mahasiswa yang tidak membawa dan tidak mengisi jurnal
maka akan mendapat sanksi individu (-10 nilai laporan praktikum modul tersebut).
10. Tes akhir praktikum akan dilaksanakan pada akhir praktikum dan penilaian akan
dilakukan secara individual.

B. IZIN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum hanya diperbolehkan oleh 2 alasan:
a. Sakit, dengan melampirkan surat sakit dari dokter paling lambat 1 minggu setelah
praktikum, dikirim melalui email hidrolika2ril2023@gmail.com.
b. Izin, dengan melampirkan surat izin (yang dibuat oleh wali/orang tua/instansi) pada
hari praktikum dilaksanakan, dikirim melalui email hidrolika2ril2023@gmail.com.
2. Jadwal praktikum susulan akan dilaksanakan pada jadwal yang akan ditentukan
selanjutnya. Mahasiswa tetap diharuskan mengumpulkan laporan sesuai data yang
didapat dari praktikum susulan berhak mendapat nilai penuh laporan.
3. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum tanpa keterangan yang jelas maka
tidak berhak mendapatkan nilai laporan praktikum modul yang dipraktikkan.
C. KETENTUAN JURNAL PRAKTIKUM
1. Jurnal praktikum ditulis tangan pada buku tulis berukuran B5.
2. Jurnal praktikum memiliki sampul sesuai warna kelompok sengan keterangan sebagai
berikut.
 Kelompok 1 : Merah
 Kelompok 2 : Jingga
 Kelompok 3 : Kuning
 Kelompok 4 : Hijau
 Kelompok 5 : Biru
 Kelompok 6 : Ungu
 Kelompok 7 : Putih
3. Jurnal dibuat sebelum praktikum dimulai dan digunakan untuk pegangan selama
praktikum berlangsung.
4. Jurnal menjadi prasyarat untuk mengikuti praktikum.
5. Isi jurnal pada setiap praktikum:
 Judul Modul, PJ Modul, dan Tanggal Praktikum
 Tujuan Praktikum (4)
 Prinsip Praktikum (6)
Teori Dasar (10)
 Cara Kerja (dalam bentuk flow diagram) (2)
 Tabel Data (Data Awal dan Data Akhir) (2)
 Rumus dan keterangannya (2)
 Grafik (digambarkan dengan sumbu x dan y) (2)
 Ilustrasi (gambar tangan) (2)
6. Bagian Tujuan Praktikum, Prinsip Praktikum, dan Teori Dasar masuk ke dalam
penilaian Laporan Praktikum.
7. Ketentuan isi jurnal:
a. Tujuan praktikum : berisi tujuan praktikum bukan sasaran praktikum dan
diharapkan jumlahnya lebih banyak dari yang tercantum di modul (sasaran)
berdasarkan hal-hal yang praktikan temukan saat praktikum. Tujuan pada jurnal
minimal 3 poin.
b. Prinsip Praktikum: dijelaskan dalam bentuk paragraf, menyebutkan prinsip
praktikum yang digunakan dan menjelaskan penerapannya pada praktikum.
c. Teori dasar: Dijelaskan dalam format bebas, menjelaskan teori dasar dari prinsip
yang digunakan pada praktikum. WAJIB melampirkan minimal 1 buah
sitiran/kutipan dan 1 gambar yang tidak boleh sama dengan gambar pada ilustrasi
(gambar tangan/print) beserta sumbernya. Ditulis minimal ¾ halaman tidak
termasuk gambar yang dilampirkan.

D. LAPORAN PRAKTIKUM
1. Laporan praktikum merupakan laporan perorangan yang diketik pada kertas dengan
ukuran A4 menggunakan font Times New Roman, ukuran font 12, spasi 1,5.
Kemudian, dikumpulkan dalam bentuk word ataupun pdf.
2. Pengumpulan laporan dilakukan satu minggu setelah praktikum.
3. Laporan dikumpulkan melalui Google Form yang telah ditentukan (akan diberitahu
lebih lanjut) dengan nama file NIM_Laprak(nomor modul)_KelompokX_Nama
lengkap. Contohnya 15721001_Laprak1_Kelompok1_Muhammad Yazid
Baihaqi.
4. Laporan juga dikumpulkan dalam bentuk print out/hard copy paling lambat sebelum
jam praktikum shift masing-masing.
5. Laporan diizinkan untuk di-print bolak-balik atau menggunakan kertas reuse.
6. Laporan yang dikumpulkan setelah praktikum selanjutnya dimulai dianggap telat
mengumpulkan. Keterlambatan pengumpulan laporan dikenai sanksi perorangan
yaitu:
a. 5 menit (-2)
b. 15 menit (-5)
c. 30 menit (-10)
d. 1 jam (-20)
e. 2 jam (-40)
f. 3 jam (-60)
g. Lebih dari 3 jam (Laporan tidak diterima)
7. Jika praktikan tidak mampu menyelesaikan laporan tepat waktu karena sakit, harap
memberikan surat sakit pada waktu pengumpulan laporan yang ditentukan.
Ketentuan perizinan sesuai dengan poin 1a pada subbab B.
8. Susunan dan penilaian laporan praktikum adalah sebagai berikut:
a. Cover laporan (wajib ada apabila tidak ada mendapat sanksi -1 per kesalahan)
b. Tujuan praktikum (5)
c. Prinsip percobaan (10)
d. Teori dasar (15)
e. Data awal (4)
f. Pengolahan data (10)
g. Data Akhir (4)
h. Analisa A (30)
i. Analisa B (10)
j. Kesimpulan (10)
k. Daftar pustaka (2)
9. Ketentuan isi laporan adalah sebagai berikut :
a. Cover Laporan: mengikuti format yang telah diberikan
b. Teori Dasar: dikerjakan secara perorangan (satu kelompok boleh sama) 2-4
halaman, minimal mencantumkan 3 sitasi
c. Tujuan Praktikum: berisi tujuan praktikum sesuai modul
d. Prinsip Praktikum: dijelaskan dalam bentuk paragraf, merupakan prinsip
praktikum metode yang dilakukan saat praktikum hingga tercapai tujuan
praktikum)
e. Data Awal: berupa data hasil pengamatan di laboratorium (boleh berupa tabel)
f. Pengolahan Data: berupa tahapan-tahapan perhitungan lengkap untuk 1 jenis
variasi debit
g. Data Akhir: merupakan data hasil pengolahan dari data awal (boleh berupa tabel)
h. Analisa A: meliputi tiga bagian yaitu analisa cara kerja, analisa data dan grafik
sesuai komponen rumus yang digunakan, serta analisa faktor-faktor kesalahan
yang mungkin terjadi selama praktikum
i. Analisa B: meliputi contoh aplikasi dalam bidang rekayasa infrastruktur
lingkungan disertai penjelasannya. Minimal dicantumkan 2 contoh aplikasi
j. Kesimpulan: diharapkan menjawab seluruh poin yang dituliskan di bagian
Tujuan
k. Daftar pustaka minimal mencantumkan minimal 5 sumber diantaranya minimal
dua sumber textbook, dan satu jurnal (nasional atau internasional).
10. Jika mengutip kalimat yang merupakan hasil pemikiran orang lain dari buku, jurnal,
internet, pada semua bagian laporan, maka harus mencantumkan sumber-sumber
tersebut pada kalimat (Contoh: Ekaputri, 2011) dan sumber tersebut dicantumkan pada
daftar pustaka
11. Apabila diketahui adanya penjiplakan laporan praktikum sesama mahasiswa maka
nilai laporan sumber dan pihak yang menjiplak akan disamakan dan dibagi 2.
12. Apabila diketahui menggunakan data yang tidak sesuai dengan yang diberikan maka
diberi sanksi individu (-50 nilai laporan praktikum modul tersebut).

E. UJIAN PRAKTIKUM
Pada akhir seluruh kegiatan praktikum Hidrolika II akan dilaksanakan ujian praktikum
yang dilakukan secara lisan. Materi yang akan diujikan merupakan pemahaman mengenai
seluruh modul praktikum Hidrolika II.

F. NILAI TOTAL PRAKTIKUM


1. Nilai total praktikum merupakan penggabungan dari nilai kehadiran dan keaktifan
mahasiswa pada saat responsi serta tes akhir (10%), tes responsi (10%), nilai
jurnal (5%), nilai laporan(45%), dan nilai ujian praktikum (30%).
2. Nilai total praktikum harus terkumpul maksimal 2 minggu setelah praktikum kepada
Koordinator Praktikum. Jika nilai total tidak terkumpul sampai saat yang dituju, maka
nilai total praktikum secara otomatis akan menjadi 30.
Tim Asisten berharap para praktikan dapat memahami dan menjalankan peraturan ini
dengan sebaik-baiknya. Aturan-aturan ini diberlakukan dengan maksud agar praktikum
dapat berjalan dengan baik sehingga tujuan awal dari praktikum Hidrolika II dapat
tercapai. Akhir kata Tim Asisten mengucapkan terima kasih atas kerja samanya dan
selamat praktikum.
MODUL 01
ALIRAN SERAGAM DAN KEMIRINGAN SALURAN
PJ Modul: Savira Khairunnisa Az Zahra

A. SASARAN
1. Membuktikan fenomena aliran seragam (profil aliran)
2. Menentukan koefisien Chezy (C)
3. Menentukan koefisien Manning (n)
4. Menentukan bilangan Reynold (Re)
5. Menentukan korelasi antara koefisien Chezy (C) dan koefisien Manning (n)

B. TEORI DASAR
Aliran seragam terjadi apabila :
1. Kedalaman (y), luas penampang (A), kecepatan (v), dan debit (Q) sepanjang segmen
saluran adalah konstan.
2. Slope energi, muka air, dan dasar saluran sejajar.
Persamaan-persamaan yang berhubungan dengan aliran seragam adalah :
1. Persamaan Dasar
𝑣 = 𝐶𝑅𝑥𝑆𝑦
Di mana:
v = kecepatan aliran (m/s)
C = konstanta tahanan aliran
R = jari-jari hidrolis (m)
S = slope energi
x dan y = konstanta
2. Persamaan Chezy

𝑣 = 𝐶√𝑅𝑆
Di mana:
v = kecepatan aliran (m/s)
C = konstanta tahanan aliran
R = jari-jari hidrolis (m)
S = slope energi
3. Persamaan Manning
1 2/3 1/2
𝑣= 𝑅 𝑆
𝑛
Di mana:
v = kecepatan aliran (m/s)
n = konstanta tahanan aliran
R = jari-jari hidrolis (m)
S = slope energi
4. Persamaan Reynold
𝜌𝑣𝐷 𝑣𝐷
𝑅𝑒 = =
𝜇 ν
Di mana:
v = kecepatan aliran (m/s)
Re = bilangan Reynold
ρ = densitas (kg/m3)
D = diameter hidrolis (4R)(m)
μ = viskositas dinamik (Ns/m2)
ν = viskositas kenematik (m2/s)

C. CARA KERJA
1. Ukur temperatur air pada awal percobaan setelah hydraulic bench dinyalakan.
2. Operasikan hydraulic bench dengan beban tertentu, catat beban yang digunakan dan
waktu yang diperlukan untuk menaikkan bebannya.
3. Kalibrasi alat pengukur kedalaman.
4. Ukur lebar saluran terbuka.
5. Ukur kedalaman di 6 titik sepanjang saluran (3 di hulu dan 3 di hilir dengan jarak yang
sama) dengan menggunakan alat pengukur kedalaman. Catat posisi tiap titik (x).
6. Lakukan percobaan sebanyak 5 variasi debit. Setiap kali variasi debit dilakukan tiga
kali pengukuran waktu.
7. Ukur temperatur air pada akhir percobaan.
D. TABEL DATA
Massa beban = kg
Suhu air awal = °C
Suhu air akhir = °C
Lebar saluran (b) = m

Variasi Waktu (s) Kedalaman hulu (m) Kedalaman hilir (m)


beban t1 t2 t3 trata-rata y1 y2 y3 yrata-rata y4 y5 y6 yrata-rata

E. TABEL HASIL
Volume air Qact yrata-rata R R2/3 A V
S Re n C
(m3) (m3/s) (m) (m) (m) (m2) (m/s)

F. GRAFIK
1. x terhadap y rata‐rata
2. y rata‐rata terhadap C (regresi power)
3. C terhadap NRE (regresi linear)
4. y rata‐rata terhadap Qact (regresi power)
5. v terhadap y rata‐rata (regresi power)
6. NRE terhadap y rata‐rata (regresi power)
7. C terhadap Qact (regresi linear)
8. v terhadap R2/3 (regresi power)
G. ILUSTRASI

Gambar 1. Fenomena aliran seragam


MODUL 02
ALIRAN BERUBAH BERATURAN
PJ Modul: Raihan Muhammad Alif

A. SASARAN
1. Mengamati fenomena perubahan atau kadar momentum aliran.
2. Menentukan debit aktual aliran.
3. Menentukan kecepatan aliran.
4. Menentukan koefisien Manning saluran (n).
5. Menentukan bilangan Reynold (NRE) dan bilangan Froud (NFR).

B. TEORI DASAR
Aliran berubah beraturan (gradually varied flow) terjadi jika parameter hidraulis
(kecepatan dan tampang basah) berubah secara progresif dari satu tampang ke tampang
yang lain. Apabila di ujung hilir saluran terdapat bendung maka akan terjadi profil muka
air pembendungan di mana kecepatan aliran akan berkurang (diperlambat), sedangkan
apabila terdapat terjunan maka profil akan menurun dan kecepatan akan bertambah
(dipercepat). Contohnya yaitu aliran pada sungai.
Aliran berubah beraturan memiliki debit seragam akibat pertambahan maupun
pengurangan air di sepanjang jalur air tersebut. Pertambahan ataupun pengurangan air ini
akan menyebabkan gangguan pada energi atau kadar momentum aliran. Sebab itu perilaku
hidrolik aliran berubah beraturan lebih rumit dibandingkan dengan aliran yang debitnya
tetap.

Aliran Berubah Cepat


Aliran berubah cepat, mengikuti prinsip berikut:
1. Distribusi tekanan tidak dianggap hidrostatik
2. Perubahan regim aliran pada jarak yang pendek dan waktu yang cepat
3. Perubahan geometrik aliran akan sangat tergantung pada segmentasi analisis, akibat
perubahan yang ada
4. Terjadi perubahan luas basah, sehingga koefisien kecepatan α dan momentum β akan
membesar
5. Terdapat kerumitan jika mengikuti pola zonasi aliran konvensional, akibat adanya
aliran, difusi dan turbulensi.
Aliran Berubah Lambat
Perilaku dasar berubah lambat:
1. Kedalaman hidrolis berubah secara lambat pada arah longitudinal.
2. Faktor pengendali aliran ada di kombinasi di hulu dan hilir.
3. Analisis → menentukan struktur saluran yang aman dan optimal.

Asumsi:
1. Steady flow dan distribusi tekanan ditentukan oleh gaya hidrostatis
2. Kehilangan tekanan didekati → aliran seragam
3. Slope kecil
4. Tidak terjadi re-aerasi
5. Koefisien Coriolis tidak berubah
6. Koefisien gesek tidak bervariasi terhadap kedalaman
7. Saluran prismatik

Rumus‐rumus yang digunakan:


𝑏𝑦
𝑅𝐻 =
𝑏 + 2𝑦
4𝜌𝑣𝑅𝐻
𝑅𝑒 =
𝜇
𝑣
𝐹𝑟 =
√𝑔𝑦
𝑣2
𝐸𝑆 = 𝑦 +
2𝑔
1 2/3 1/2
𝑣= 𝑅 𝑆
𝑛
Dimana:
RH = jari-jari hidrolis (m)
b = lebar saluran (m)
y = kedalaman (m)
v = kecepatan aliran (m/s)
Re = bilangan Reynold
Fr = bilangan Froude
S = slope
C. CARA KERJA
1. Ukur lebar saluran, panjang saluran, dan tinggi ambang yang akan digunakan.
2. Operasikan hydraulic bench dan ukur temperatur awal.
3. Tempatkan dua ambang di hilir saluran, dan ukur kedalaman saluran pada 10 titik yang
ditentukan di sepanjang saluran.
4. Lakukan pengukuran sebanyak 3 variasi waktu (dengan hydraulic bench) pada satu titik
kedalaman yang sama, dan 3 variasi debit setiap kali pengukuran.
5. Jika pengukuran telah selesai, matikan hydraulic bench dan ukur temperatur akhir air.

D. TABEL DATA
Waktu Kedalaman Saluran
Variasi Debit
t1 t2 t3 trata-rata y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7 y8 y9 y10
1
2
3

E. TABEL HASIL
Tabel Pengukuran Aliran Berubah Beraturan untuk tiap Variasi
Titik A V RH Re Fr ES n dy/dx yteori yaktual Sf Q
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
F. GRAFIK
Untuk tiap variasi buatlah grafik:
Sumbu X Sumbu Y
Jarak antar titik yteori dan yaktual
Jarak antar titik ES
Jarak antar titik v
Jarak antar titik Re
Jarak antar titik Fr
MODUL 03
LONCATAN HIDROLIS
PJ Modul: Anggita Laksmi Prameswari

A. SASARAN
1. Menentukan debit aktual aliran.
2. Menentukan bilangan Froude (Fr).
3. Menentukan energi spesifik (ES).
4. Menentukan efisiensi loncatan.

B. TEORI DASAR
Loncatan hidrolis terjadi akibat pelepasan energi karena berubahnya kondisi aliran
pelepasan energi pada aliran air terjadi akibat perubahan kondisi sub-kritis (sebelum pintu
air), super-kritis (setelah loncatan) dan sub-kritis (setelah loncatan). Sifat kritis aliran dapat
diketahui dari bilangan Froude.
Karakteristik loncatan hidrolis:
1. Kehilangan energi
Selisih energi spesifik sebelum dan sesudah loncatan hidrolis
2. Tinggi loncatan
Selisih kedalaman air sebelum dan sesudah loncatan hidrolis
3. Perbandingan kedalaman akibat loncatan hidrolis
Untuk menilai efektivitas loncatan hidrolis terhadap stabilitas aliran.
4. Panjang loncatan
Selisih posisi awal sebelum loncatan dan kedalaman stabil setelah mencapai sub-kritis
Rumus‐rumus yang digunakan:
𝑣𝑖
𝐹𝑟 =
√𝑔 ∙ 𝑦 𝑖
𝑣2𝑖
𝐸𝑆 = 𝑦𝑖 +
2𝑔
𝐿 = 𝑋5– 𝑋3
∆𝐸 = 𝐸𝑆2– 𝐸𝑆6
𝐸𝑆6
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 =
𝐸𝑆2
𝐻𝑖 = 𝑦6−𝑦2
Di mana:
Fr = bilangan Froude
ES = energi spesifik
L = panjang loncatan
∆E = kehilangan energi
Hi = tinggi loncatan

C. CARA KERJA
1. Ukur suhu awal.
2. Jalankan hydraulic bench untuk memperoleh debit aktual, dengan pengambilan 3 kali
waktu untuk satu variasi debit.
3. Tempatkan sluice gate ±90 cm dari inlet sehingga membentuk loncatan hidrolis.
4. Atur bukaan sluice gate sehingga membentuk loncatan hidrolis.
5. Ukur panjang loncatan dan kedalaman aliran di 6 titik sesuai gambar.
6. Lakukan dengan 5 variasi debit.
7. Ukur suhu akhir.

D. TABEL DATA
Massa beban = kg
Suhu air awal = °C
Suhu air akhir = °C
Lebar saluran (b) = cm

Waktu (s) Kedalaman L 𝑦6 Hi


Variasi
t1 t2 t3 trata-rata y1 y2 y3 y4 y5 y6 (m) 𝑦2 (m)
1
2
3
E. TABEL HASIL
L y6/y2 Hi Volume Q 𝐸𝑆6 y6 teori
Variasi Fr2
(m) aktual (m) (m3) (m3/s) 𝐸𝑆2 (m)
1
2
3

Setiap variasi debit


Q A V P R ES Volume y
Titik Fr Fr2
(m3/s) (m2 ) (m/s) (m) (m) (m) (m3) (m)
1
2
3

F. GRAFIK
1. Fr2 terhadap y6/y2 (regresi power)
2. Fr2 terhadap ES6/ES2 (regresi power)

3. Fr2 terhadap Hi (regresi power)


4. y terhadap L (regresi linear)
5. y6/y2 terhadap L (regresi power)
6. Q terhadap L (regresi linear)
7. ES terhadap y (untuk setiap variasi debit pada milimeter blok)
G. ILUSTRASI

Gambar 2. Fenomena locantan hidrolis


MODUL 04
ALIRAN DI ATAS AMBANG LEBAR DAN AMBANG TAJAM
PJ Modul: Intan Nurapriyanti

ALIRAN DI ATAS AMBANG LEBAR


A. SASARAN
1. Menghitung debit aliran dengan menggunakan ambang lebar sebagai alat ukur.
2. Menghitung nilai koefisien discharge (Cd), energi spesifik (ES), kedalaman kritis
(yc), dan bilangan Froude dari ambang lebar.
3. Mempelajari hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air yang
melimpah di atas ambang.
4. Mengetahui pengaruh bentuk ambang terhadap efektivitas penyaluran debit.
5. Mengetahui karakteristik aliran yang melalui ambang lebar.

B. TEORI DASAR

Gambar 3. Aliran di atas ambang lebar


Debit aliran yang terjadi pada ambang lebar dihitung dengan menggunakan formula
sebagai berikut:
3
𝑄𝑎𝑐𝑡 = 𝐶𝑑 𝑏 ℎ𝑢2
𝑦1 + 𝑦2
ℎ𝑢 = − 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
2
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐶𝑑 =
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

Tingkat kekritikan aliran tersebut dapat ditentukan dengan mencari bilangan Froude dengan
persamaan:
𝑣
𝐹𝑟 =
√𝑔𝑦
𝑄
𝑉= 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴 = 𝑏 𝑦
𝐴
𝑣2
𝐸𝑆 = 𝑦 +
2𝑔

Keterangan:
Q = debit aliran (m3/s)
hu = kedalaman di atas ambang (m)
Cd= koefisien discharge
b = lebar ambang (m)
Fr = bilangan Froude (Froude number)
y = kedalaman aliran tiap titik (m)
A = luas saluran (m2)

Jika
Fr < 1 disebut aliran sub kritik.
Fr = 1 disebut aliran kritik.
Fr > 1 disebut aliran super kritik.

C. CARA KERJA
1. Ambang lebar dipasang pada posisi tertentu dalam model saluran terbuka.
2. Alat pengukur kedalaman dan venturimeter dikalibrasikan. Dimensi ambang dicatat.
3. Pompa dinyalakan dengan debit air tertentu sesuai dengan yang diinginkan tetapi tidak
meluap.
4. Lakukan pula pengukuran debit aktual.
5. Sekat dihilir diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh keadaan loncat pertama, loncatan
kedua, peralihan, tenggelam pertama, dan tenggelam kedua. Untuk masing-masing
keadaan diperiksa apakah aliran sudah stabil. Jika sudah pengambilan data dapat
dilakukan.
6. Untuk masing‐masing keadaan data tinggi muka air pada delapan titik pengamatan
dicatat untuk menggambar profil aliran, dan untuk menghitung debit maka dapat
dicatat dari venturimeter.
7. Langkah 5 dan 6 diulang untuk dua debit yang berbeda. Namun yang dicatat hanya
permukaan air di hulu (y1) dan kedalaman air di hilir (y2) saja.
8. Setelah selesai langkah 7, sekat di hilir dikosongkan.
9. Debit aliran diatur (mulai dari yang besar ke yang kecil).
10. Tinggi muka air sebelum ambang (y1) dicatat.
11. Langkah 9 dan 10 diulangi sampai didapat debit minimum yang masih dapat mengalir.
12. Ulangi lagi langkah 1‐10.

D. TABEL DATA
Tinggi ambang = cm
Lebar ambang = cm
Panjang ambang = cm
Suhu awal = °C
Suhu akhir = °C

Waktu (s)
Variasi
t1 t2 t3 trata-rata
1
2
3

Dibuat 3 tabel untuk 3 variasi debit


Kedalaman (m)
Titik Jarak
Loncat Peralihan Tenggelam
1
2
3
4
5
6
7
8
E. TABEL HASIL
Dibuat 3 tabel untuk 3 variasi debit
Titik Qact (m3/s) y (m) A (m) V (m/s) Fr ES (m)
1
2
3
4
5
6
7
8

Variasi Qact (m3/s) Cd Qteo (m3/s)


1
2
3

F. GRAFIK
1. Gambar profil muka air untuk ketiga keadaan pada satu gambar. Profil tersebut
digambar secara manual dalam satu gambar pada kertas milimeter blok dan digambar
menggunakan Microsoft Excel.
2. Qact terhadap b.(hu3/2) (regresi linear)
3. y terhadap Fr (regresi power)
4. ES terhadap y (milimeter blok)
G. ILUSTRASI

Gambar 3. Fenomena aliran di atas ambang lebar


ALIRAN DI ATAS AMBANG TAJAM
A. SASARAN
1. Menentukan debit aliran (Q).
2. Menentukan koefisien discharge (Cd), energi spesifik (ES), kedalaman kritis (yc), dan
bilangan Froude dari ambang tajam.
3. Mengetahui karakteristik aliran yang melalui ambang tajam .

B. TEORI DASAR
Debit aliran yang terjadi pada ambang tajam dihitung dengan menggunakan formula
sebagai berikut:
2
𝑄𝑎𝑐𝑡 = ∙ 𝐶𝑑 ∙ 𝑏 ∙ √2𝑔ℎ3
3
ℎ = 𝑦1 − 𝑡
Keterangan:
Q = debit aliran (m3/s)
h = tinggi air di atas ambang (m)
t = tinggi ambang (m)
Gambar aliran di atas ambang tajam

Gambar 4. Aliran pada ambang tajam

C. CARA KERJA
1. Ukur tinggi ambang tajam yang digunakan, lebar saluran.
2. Ukur kedalaman ketinggian muka air di 6 titik yang telah ditentukan (lihat ilustrasi),
yaitu sebelum ambang, di atas ambang, dan setelah ambang dengan 3 variasi debit.

D. TABEL DATA
Tinggi ambang = m
Lebar ambang = m
Suhu awal = °C
Suhu akhir = °C
Waktu (s) Ketinggian muka air (cm)
Variasi
t1 t2 t3 trata-rata y1 y2 y3 y4 y5 y6
1
2
3

E. TABEL AKHIR
Dibuat 3 tabel untuk 3 variasi debit
Titik Qact (m3/s) y (m) A (m) V (m/s) Fr ES (m)
1
2
3
4
5
6
7
8

Variasi Qact (m3/s) Cd Qteo (m3/s)


1
2
3

F. GRAFIK
1. Qteoritis terhadap Qaktual (regresi linear)
2. Qaktual terhadap b.(h3/2) (regresi linear)
3. y terhadap Fr (regresi power)
4. ES terhadap y untuk tiap variasi (grafik manual)
G. ILUSTRASI

Gambar 5. Titik pengukuran aliran pada ambang tajam


MODUL 05
ALAT UKUR DEBIT SALURAN TERBUKA
PJ Modul: Satria Ihsan Karisma

A. SASARAN
1. Mengukur tinggi muka air di atas notch (H).
2. Menghitung nilai Qaktual dan Qteoritis.
3. Menghitung nilai Cd (coefficient discharge).

B. TEORI DASAR
Notch pada dasarnya merupakan konstruksi dalam saluran terbuka. Notch biasanya
digunakan dalam pengukuran kecepatan aliran saluran terbuka. Notch akan memberikan efek
konstraksi pada aliran fluida sehingga ketinggian air di atas notch dapat digunakan untuk
menentukan kecepatan fluida dan dapat diukur untuk mewakili besaran debit yang melaluinya.
Alat ukur pada saluran terbuka ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu u-notch dan v-
notch. Ciri daru u-notch antara lain:
1. Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis
2. Dapat dibagi lagi menjadi 3 kategori aliran:
a. Suppressed
b. Partially suppressed
c. Fully suppressed
3. Bentuknya terjunan dengan plat yang tipis.
4. Prinsip dasarnya sama dengan rectangular hanya perubahan bentuk opening ditujukan
agar pengukuran dapat lebih teliti dibandingkan dengan rectangular.
5. Besarnya kontraksi akan mempengaruhi coeffisien of discharge yang besar.

Rumus-rumus yang digunakan:


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 𝑄ℎ𝑦𝑑𝑟𝑎𝑢𝑙𝑖𝑐 𝑏𝑒𝑛𝑐ℎ =
𝑡
2 3
𝑄𝑈−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = 𝑏√2𝑔 𝐻2
3
8 𝜃 5
𝑄𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ = √2𝑔 𝑡𝑎𝑛 𝐻2
15 2
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐶𝑑 =
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
C. CARA KERJA
1. Jalankan hydraulic bench dan pasang beban, catat massa beban yang digunakan dan waktu
yang dibutuhkan untuk pengaliran.
2. Ukur suhu air awal percobaan.
3. Ukur kedalaman air seperti pada gambar
4. Lakukan tiga kali pengukuran untuk setiap variasi debit, di mana dalam percobaan ini
dilakukan lima kali variasi debit.
5. Ukur suhu akhir percobaan.
6. Hitung debit dan koefisien Cd dengan rumus:

D. TABEL DATA
Massa beban = kg
Suhu air awal = °C
Suhu air akhir = °C
Lebar notch (b) = cm

Waktu (s) Kedalaman U-notch (m) Kedalaman V-notch (m)


Variasi
t1 t2 t3 H1 H2 H3 H1 H2 H3
1
2
3
4
5

E. TABEL HASIL

Waktu rata-rata Kedalaman rata-rata Qaktual Qteoritis


Variasi Cd
(s) (m) (m3/s) (m3/s)
1
2
3
4
5
F. ILUSTRASI

Gambar 6. Aliran pada V-notch dan U-notch


MODUL 06
VENTURIFLUME
PJ Modul: Rafly Sarully Hidayat

A. SASARAN
1. Memperoleh nilai debit aktual.
2. Mendapatkan nilai debit teoritis mengunakan persamaan aliran kritis
3. Menghitung Cd (koefisien discharge).
4. Menghitung Fr (bilangan Froude): dihitung pada setiap titik.
5. Menghitung Re (Bilangan Reynolds): dihitung pada setiap titik.
6. Menghitung ES (Energi spesifik): dihitung pada setiap titik.
7. Mengetahui nilai yc (Kedalaman kritis)

B. TEORI DASAR
Venturiflume adalah sebuah alat yang memberikan penyempitan tiba‐tiba pada suatu
saluran sehingga menyebabkan terjadinya aliran kritis pada saluran terbuka dan
menciptakan kedalaman kritis. Berikut adalah gambaran sebuah venturiflume:
1. Gambar penyempitan saluran

Gambar 7. Penyempitan saluran tampak atas

Gambar 8. Penyempitan saluran tampak samping


2. Gambar titik‐titik pengukuran kedalaman air

Gambar 9. Titik‐titik pengukuran kedalaman air tampak atas

Gambar 10. Titik‐titik pengukuran kedalaman air tampak atas

Persamaan yang digunakan:


1. Perhitungan energi spesifik penyempitan
(𝑣2−3)2
𝐸𝑆𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑚𝑝𝑖𝑡𝑎𝑛 = 𝑦2−3 −
2𝑔
Dengan:
𝑦2 + 𝑦3
𝑦2−3 =
2
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑣2−3 =
𝑏 ∙ 𝑦2−3
2. Perhitungan debit teoritis (m3/s)
3
2 2
𝑄𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 = 𝑏𝑡√𝑔 ( 𝐸𝑆1−2)
3
3. Perhitungan bilangan Froude
𝑣
𝐹𝑟 =
√𝑔𝑦
4. Perhitungan energi spesifik
𝑣2
𝐸𝑆 = 𝑦 +
2𝑔
5. Perhitungan kedalaman kritis
2
𝑦𝑐 = 𝐸𝑆𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
3
Energi Spesifik didapatkan dari grafik
6. Perhitungan bilangan Reynolds
4𝑉𝑅𝐻
𝑅𝑒 =
𝜈
Dengan:
V = kecepatan aliran
ν = viskositas kinematis

C. CARA KERJA
1. Atur dasar saluran dengan kemiringan kecil (0,25%)
2. Letakkan pelat venturi kira-kira jarak 4” dari outlet saluran (pelat harus dipasang tepat
berlawanan satu sama lain).
3. Ukur suhu air pada awal percobaan.
4. Jalankan hydraulic bench.
5. Ukur debit aktual.
6. Ukur kedalaman air pada titik‐titik seperti ditujukan pada gambar.
7. Percobaan dilakukan 3 (tiga) kali pencatatan.
8. Percobaan dilakukan dengan 5 (lima) variasi debit.
9. Ukur suhu air pada akhir percobaan.

D. TABEL DATA
Massa beban = kg
Suhu air awal = °C
Suhu air akhir = °C
Lebar saluran (b) = cm
Lebar penyempitan (bt) = cm
Jarak (m)
Variasi
X1 X2 X3 X4 X5 X6

1
2
3
4
5
Tabel data untuk perhitungan Qteoritis
Kedalaman (cm)
Variasi
y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7
1
2
3
4
5

E. TABEL HASIL
1. Qteoritis untuk setiap variasi
Variasi Qaktual ESpenyempitan Qteoritis Cd
1
2
3
4
5

2. Bilangan Froude untuk setiap titik


Bilangan Froude
Variasi
Fr1 Fr2 Fr3 Fr4 Fr5 Fr6 Fr7
1
2
3
4
5
3. Energi spesifik untuk setiap titik
Energi spesifik
Variasi
Fr1 Fr2 Fr3 Fr4 Fr5 Fr6 Fr7
1
2
3
4
5

4. Nilai kedalaman kritis pada berbagai variasi debit


Variasi yc
1
2
3
4
5

5. Bilangan Reynolds untuk setiap titik


Bilangan Reynolds
Variasi
Re1 Re2 Re3 Re4 Re5 Re6 Re7
1
2
3
4
5

F. GRAFIK
1. Q aktual (sumbu y) – Q teoritis (sumbu x), regresi linear
2. Q aktual (sumbu y) – Cd (sumbu x), regresi linear
3. Es (sumbu x) – Y (sumbu y), kertas millimeter block
4. NFr (sumbu y) – Y (sumbu x), regresi power
5. NRe (sumbu y) – Y (sumbu x) , regresi power
G. ILUSTRASI

Gambar 11. Parshall Flume tampak atas dan samping


MODUL 07
HIDROLIKA SUNGAI
PJ Modul: Amy Angelia

A. SASARAN
1. Menghitung debit aliran sungai.
2. Menghitung distribusi kecepatan di seluruh penampang sungai.
3. Menghitung jari‐jari hidrolis sungai.
4. Menentukan penampang melintang sungai.
5. Menentukan kecepatan aliran sungai.

B. TEORI DASAR
Sungai merupakan contoh saluran terbuka alami. Sungai terbentuk dengan adanya
aliran air dari satu atau beberapa sumber air yang berada di ketinggian, contohnya di
sebuah puncak bukit atau gunung yang tinggi, di mana air hujan banyak jatuh di daerah itu
kemudian terkumpul di bagian cekung. Karena penuh, akhirnya mengalir keluar melalui
bagian bibir cekungan yang paling mudah tergerus air dan membentuk badan sungai.
Sungai memiliki debit yang variatif disebabkan karena proses-proses alamiah yang
terjadi sepanjang hulu ke hilir. Karakteristik sungai ditentukan dengan besar debit,
penampang, kecepatan sungai dan sebagainya. Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2006),
debit air sungai adalah laju aliran air yang melewati suatu penampang melintang dengan
persatuan waktu. Besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik).
Pengukuran debit sungai menjadi penting mengingat distribusi kecepatan aliran di dalam
alur tidak sama secara horizontal dan vertikal. Beberapa metode pengukuran debit aliran
sungai adalah:
1. Area velocity method
2. Fload area method
3. Metode kontinyu
Faktor yang dapat mempengaruhi debit air sungai, antara lain:
1. Intensitas hujan
2. Penggundulan hutan
3. Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian
4. Intersepsi
5. Evaporasi dan transpirasi
C. CARA KERJA
1. Mengukur lebar sungai.
2. Penampang sungai dibagi menjadi beberapa segmen dengan lebar tiap segmen sebesar
1 meter.
3. Ukur kedalaman di tiap sisi segmen (Di dan Dii untuk penghitungan penampang
saluran sungai) serta ukur pula kedalaman di tengah segmen (H) untuk pengukuran
kecepatan aliran sungai.
4. Mengukur kecepatan dari dasar tiap segmen. Pengukuran kecepatan dilakukan di
tengah segmen dengan ketinggian tiap 10 cm dari dasar sungai dengan menggunakan
propeler. Propeler dihadapkan ke arah arus sungai.
5. Ulangi langkah 4 dengan ketinggian 0,2 H; 0,6 H; 0,8 H.
6. Mengukur kecepatan aliran sungai di permukaan menggunakan tali sepanjang 1 m
dengan bola terapung di ujungnya. Hitung waktu yang dibutuhkan oleh aliran sungai
untuk meregangkan tali dan bola terapung.
D. TABEL DATA
Segmen 1 2 3 4 5 6
Titik Segmen ABC CDE EFG GHI IJK KLM
Titik Tengah Segmen B D F H J L
Lebar Segmen (X, m)
Kedalaman sisi kiri (Di, m)
Kedalaman sisi kanan (Dii, m)
Kedalaman titik tengah segmen (H, m)
0,2 H
0,6 H
0,8 H
N
Vp S (m)
(m/s) t (detik)
N0,2 H R (putaran)
(Rps) t (detik)
VH N0,6 H R (putaran)
(m/s) (Rps) t (detik)
N0,8 H R (putaran)
(Rps) t (detik)
N10 R (putaran)
10 cm
(Rps) t (detik)
N20 R (putaran)
20 cm
(Rps) t (detik)
Vn N30 R (putaran)
30 cm
(m/s) (Rps) t (detik)
N40 R (putaran)
40 cm
(Rps) t (detik)
N50 R (putaran)
50 cm
(Rps) t (detik)
Catatan:
E. TABEL HASIL
Segmen 1 2 3 4 5 6
Titik Segmen ABC CDE EFG GHI IJK KLM
Titik Tengah Segmen B D F H J L
Lebar Segmen (X, m)
Kedalaman sisi kiri (Di, m)
Kedalaman sisi kanan (D ii, m)
Kedalaman titik tengah segmen (H, m)
0,2 H
0,6 H
0,8 H
m (m)
A (m )
N0,2 H (Rps)
N0,6 H (Rps)
N0,8 H (Rps)
N10 (Rps)
N20 (Rps)
N30 (Rps)
N40 (Rps)
N50 (Rps)
Vp (m/s)
V0,2 H (m/s)
V0,6 H (m/s)
V0,8 H (m/s)
V10 (m/s)
V20 (m/s)
V30 (m/s)
V40 (m/s)
V50 (m/s)
Vr (m/s)
Er1 (%)
Er2 (%)
Qsegmen (m /s)
Qtotal (m /s)
Atotal (m )
Vr total
mtotal (m)
RH (m)
Catatan:
F. PENGOLAHAN DATA
1. Jumlah pengukuran tiap 10 cm
𝐻
𝑖=
0,1
2. Kecepatan putaran propeler
𝑅
𝑁=
𝑡
3. Kecepatan tiap 10 cm dari dasar
Untuk N ≤ 0,71
𝑉 = (0,2240 × 𝑁) + 0,037
Untuk 0,71 ≤ N ≤ 9,85
𝑉 = (0,2520 × 𝑁) + 0,017
4. Kecepatan rata-rata
(∑𝑉𝑛) + 𝑉𝑝
𝑉𝑟 =
𝑖+1
𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + ⋯ + 𝑉𝑝
𝑉𝑟 =
𝑖+1
5. Perhitungan eror
𝑉– 𝑉1
𝐸1 = × 100%
𝑉
Dimana:
𝑉0,2 𝐻 + 𝑉0,8 𝐻
𝑉1 =
2

𝑉– 𝑉2
𝐸2 = × 100%
𝑉
Dimana:
𝑉2 = 𝑉0,6 𝐻
6. Luas tiap segmen
( 𝐷𝑖 + 𝐷𝑖𝑖)𝑋
𝐴=
2
7. Debit tiap segmen
𝑄 = 𝐴 × 𝑉𝑟
8. Debit total
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑄1 + 𝑄2 + 𝑄3+. . . +𝑄𝑖
9. Panjang Melintang

𝑚 = √(𝐷𝑖𝑖 − 𝐷𝑖)2 + 𝑋2
𝑚𝑎𝑏𝑐 = √(𝐷𝑖𝑖 𝑎𝑏𝑐 −𝐷𝑖 𝑎𝑏𝑐 )2 + 𝑋2
10. Jari-jari hidrolis
𝐴𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑅𝐻 =
∑𝑚
11. Vr total
𝑉𝑟1 + 𝑉𝑟2 + 𝑉𝑟3 + ⋯ + 𝑉𝑟𝑖
𝑉𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑖

G. GRAFIK
1. Penampang melintang sungai.
2. Kecepatan terhadap kedalaman pada setiap segmen.
3. Kecepatan aktual terhadap bentang sungai.
4. Kontur distribusi kecepatan di seluruh penampang sungai.

H. ILUSTRASI

Gambar 12. Penampang melintang sungai.


Gambar 12. Titik-titik pengukuran segmentasi sungai.
LAMPIRAN

FORMAT COVER LAPORAN

LAPORAN PRAKTIKUM
IL2201 - HIDROLIKA II
MODUL 01
ALIRAN SERAGAM DAN KEMIRINGAN SALURAN

Nama Praktikum :
NIM :
Kelompok :
Tanggal Praktikum :
Tanggal Pengumpulan :
Koordinator Praktikum :
PJ Modul :

PROGRAM STUDI REKAYASA INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2024
FORMAT COVER JURNAL

JURNAL PRAKTIKUM
IL2201 – HIDROLIKA II

FOTO KELOMPOK FULL TEAM DENGAN PEMILIK BUKU


JURNAL BERADA PADA POSISI TENGAH

(catatan: warna sampul buku seragam sesuai kelompok)

Nama :
NIM :
Kelompok :
Asisten :

Anda mungkin juga menyukai