Anda di halaman 1dari 96

MODUL PRAKTIKUM

UNIT OPERASI PROSES II

LABORATORIUM PROSES OPERASI TEKNIK


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2013
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Petunjuk Praktikum Unit
Operasi Proses II.
Praktikum Unit Operasi Proses II merupakan pelengkap dari mata kuliah yang terdapat
pada semester 5 dan 6 oleh jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Adapun penyusunan buku petunjuk praktikum ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa
agar lebih mudah mendalami materi praktikum yang akan dilaksanakan.
Selanjutnya kami sampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan buku ini, serta kami sampaikan pula penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada pemakai dan pembaca yang cukup berbaik hati menyampaikan kritik
dan saran bagi perbaikan.
Akhirnya kami berharap semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Depok, 8 Februari 2013


Editor

Kenny Lischer

Tim Penyusun :
1. Dr. Ir. Sukirno, M.Eng.
2. Kenny Lischer, S.T.
3. Novita Handayani
4. Ellen Dawitri
5. Yoga Tamala
6. Andika Jaya Rosul
7. Bintang Mahaputra
8. Rizqi Fadhli Syahra, S.T.
9. Fandy Label Honggono
10. Wisnu Wardana
11. Alif Kurniaputera Artanto

Teknik Kimia ii
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

DAFTAR ISI

MODUL PRAKTIKUM .........................................................................................................................i


KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM ...........................................................................................................iv
FORMAT PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM .......................................................................vi

MODUL KOLOM DINDING TERBASAHI .........................................................................................1


MODUL PENGATURAN LAJU ALIR ...............................................................................................14
MODUL PENGATURAN TEKANAN ................................................................................................25
MODUL ABSORBSI ............................................................................................................................32
MODUL DIFUSI GAS DAN CAIR......................................................................................................43
MODUL EVAPORATOR CLIMBING FILM .....................................................................................51
MODUL TUBULAR FLOW ................................................................................................................63
MODUL pH CONTROL .......................................................................................................................73
MODUL TRAY DRIER ........................................................................................................................85

Teknik Kimia iii


Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Kegiatan praktikum UOP II terdiri dari tes awal (oleh pembimbing), praktikum
pembuatan laporan praktikum dan ujian akhir
2. Sebelum tes awal, praktikan harus mempelajari bahan-bahan yang akan
dipraktikumkan
3. Untuk setiap modul praktikum, sebelum praktikan melaksanakan praktikum diwajibkan
menghadap dosen pembimbing untuk mendapatkan surat penugasan dari dosen yang
bersangkutan (akan diadakan diskusi dan tes awal sebelum mendapatkan persetujuan
dari pembimbing)
4. Praktikan tidak dibenarkan mengikuti praktikum sebelum mendapatkan surat
penugasan yang ditanda tangani pembimbing (formulir dapat diambil pada petugas
laboratorium UOP II)
5. Setiap anggota kelompok diwajibkan menyediakan buku jurnal yang dipegang oleh
kelompok praktikan
6. Kepada setiap anggota kelompok yang akan praktikum, jumlah anggota kelompok
tersebut harus lengkap. Apabila salah satu anggota berhalangan hadir, maka anggota
kelompok terseut dianggap gugur/tidak lulus dalam percobaan modul tersebut, kecuali
ada alasan kuat.
7. Praktikan harus hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai dan tidak diperkenankan
keluar Lab/pulang, kecuali atas izin asisten.
8. Praktikan wajib menandatangani daftar hadir yang telah disediakan
9. Selama percobaan berlangsung praktikan tidak diperbolehkan melakukan tindakan-
tindakan yang dapat mengganggu praktikan lain dan/atau tindakan-tindakan yang dapat
mengundang bahaya/resiko
10. Data percobaan ditulis dalam formulir yang telah disediakan (rangkap 2), 1 lembar
diserahkan kepada asisten setelah percobaan selesai
11. Jika mengalami kesulitan dengan peralatan atau menemui kejanggalan-kejanggalan
laporkan pada asisten atau dosen pembimbing
12. Setiap kerusakan alat yang disebabkan kelalaian, diwajibkan untuk mengganti
13. Peminjaman semua jenis peralatan, praktikan diwajibkan mengisi formulir peminjaman
14. Setelah praktikum selesai, praktikan harus membersihkan kembali peralatan yang
dipergunakan, menyerahkan data-data pada asisten dan menandatangani daftar hadir
15. Laporan akhir diserahkan paling lambat pada hari yang sesuai dengan jadwal
penyerahan laporan terlampir. Laporan diserahkan ke dosen pembimbing atau dosen
pembimbing modul praktikum yang lain apabila dosen pembimbing modul yang
bersangkutan tidak hadir. Keterlambatan 1 (satu) hari dalam penyerahan laporan akan
mengakibatkan pemotongan nilai laporan sebesar 10%.
16. Tidak diperkenankan memanipulasi data/mengkopi data milik kelompok orang lain
17. Pelanggaran terhadap butir 9 dan 16 menyebabkan seluruh nilai UOP II gugur
18. Semua kegiatan dan penilaian praktikum UOP II harus selesai pada semester yang
bersangkutan dan tidak diadakan kegiatan susulan pada semester berikutnya.
Penilaian :

Teknik Kimia iv
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

1. Hasil tes awal dengan dosesn pembimbing 20%


2. Pelaksanaan praktikum (dinilai oleh asisten) 20%
3. Laporan praktikum 30%
4. Ujian akhir 30%

Sanksi :
Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh praktikan kepada tata tertib di atas dapat
dikenakan sanksi sebagai berikut,
1. Praktikan modul yang bersangkutan dibatalkan dan ditunda pada waktu yang lain
2. Praktikum modul yang berangkutan dibatalkan dan tidak diberi nilai
3. Seluruh praktikum UOP II dianggap gugur dan tidak diberi nilai
4. Seluruh praktikum UOP II dianggap gugur dan mahasiswa yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum UOP pada periode berikutnya.

Teknik Kimia v
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

FORMAT PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

1. Setiap kelompok praktikan hanya diwajibkan membuat satu (1) buah laporan akhir
2. Laporan akhir diketik pada kertas A4 dengan jarak 1,5 spasi
3. Laporan harus dijilid rapi dengan sampul warna biru tua
4. Laporan berisi :
Bab I : Pendahuluan yang berisi teori dan tujuan percobaan dan segala sesuatu
yang menyangkut pengetahuan tentang proses & operasi yang
dipraktikumkan
Bab II : Teori
Bab III : Prosedur dan data eksperimen
Bab IV : Hasil dan Pembahasan
Bab V : Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran : yang berisi jawaban pertanyaan/tugas data-data literatur atau contoh
perhitungan

Catatan : format penulisan mengikuti format penulisan karya ilmiah dari UI

Teknik Kimia vi
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

MODUL KOLOM DINDING TERBASAHI

I. TUJUAN

1. Menentukan besarnya koefisien perpindahan massa rata-rata dari lapisan tipis air ke
dalam aliran udara, serta mengamati karakteristik perpindahan massa air-udara pada
suatu dinding kolom yang terbasahi.
2. Mengamati dan memahami hubungan antara kelembaban udara relative (HR) dan
absolute (H) terhadap laju alir fluida di kolom dinding terbasahi (Wetted Wall
Column).
3. Mengamati dan memahami laju alir fluida terhadap koefisien perpindahan massa (kG)
dari lapisan tipis air ke dalam aliran udara.
4. Memahami hubungan antara bilangan Sherwood terhadap koefisien perpindahan
massa (kG) air ke udara dalam WWC.

II. TEORI

Jika suatu larutan mengandung komponen-komponen dengan konsentrasi yang merata di


semua tempat maka tidak akan terjadi perubahan konsentrasi, tetapi jika konsentrasi tersebut
tidak merata maka larutan tersebut secara spontan akan menjadi merata melalui mekanisme
yang disebut difusi. Komponen akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih
rendah. Sebagian besar operasi perpindahan massa digunakan untuk memisahkan komponen-
komponen di dalam suatu larutan dengan jalan mengkontakkan larutan tersebut dengan suatu
larutan lain yang tak dapat larut. Kecepatan larutan masing-masing komponen dari suatu fasa
ke fasa lain bergantung pada apa yang disebut sebagai koefisien perpindahan massa serta
gradient konsentrasi kesetimbangannya. Perpindahan akan berhenti bila keseimbangan telah
tercapai
Secara teoritis proses difusi dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu:
1. Mekanisme difusi molekular (molecular diffussion): Proses ini sering terjadi pada fluida
yang tidak mengalir. Banyak hal yang ada di sekitar kita melibatkan mekanisme difusi
jenis ini, diantaranya adalah gula pasir yang dimasukkan ke dalam air akan melarut dan
berdifusi ke dalam larutan air, begitu juga dengan kasus pakaian basah yang dijemur akan
menjadi kering secara perlahan akibat adanya difusi dari air ke udara.

Teknik Kimia 1
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

2. Mekanisme perpindahan massa konveksi (mass transfer convection) adalah mekanisme


perpindahan yang melibatkan adanya konveksi paksaan untuk meningkatkan laju
perpindahan. Contoh : zat pewarna yang diteteskan ke dalam segelas air akan berdifusi
secara perlahan-lahan melalui mekanisme difusi molekular, apabila secara mekanik
larutan tersebut diaduk maka akan terjadi mekanisme perpindahan massa konveksi.

Harga koefisien perpindahan massa bergantung kepada komponen fasa yang ditinjau,
kecepatan aliran kedua fasa, waktu kontak antar kedua fasa, serta keadaan system itu sendiri.
Karakteristik perpindahan massa pada keadaan laminar akan berbeda dengan perpindahan
massa pada keadaan turbulen.
Meskipun dalam percobaan Wetted Wall Column ini tidak ditujukan untuk pemisahan
komponen, tetapi cukup dapat digunakan untuk menerangkan mekanisme perpindahan massa
serta untuk memahami karakteristik perpindahan massa secara umum.

Hukum Fick Pertama dan Kedua

Bila ditinjau komponen A bergerak di dalam suatu larutan, maka laju pindah massa A
dalam arah z per-satuan luas (flux A0) disefinisikan sebagai berikut:
C A C A
J A = − D AB = −CD AB
z z (1)
Persamaan diatas biasa disebut sebagai Hukum ’Fick pertama’. Hukum Fick Pertama
didasarkan adanya pemahaman mengenai gradien konsentrasi antara dua titik akibat terjadinya
difusi molekular (molecular diffusion), yang dapat didefinisikan sebagai proses perpindahan
atau gerakan molekul-molekul secara individual yang terjadi secara acak. DAB disebut sebagai
difusifitas zat A melalui zat B. Jika komponen A dan komponen B bergerak, maka perpindahan
massa harus didefinisikan terhadap suatu posisi yang tertentu, berkas aliran komponen A
disebut NA dan berkas B berharga negatif dan disebut NB. Sehingga berkas aliran total menjadi:
N = N A + NB (2)
Persamaan ini menunjukkan gerakan berkas molar komponen A yang merupakan jumlah
cA
resultan berkas molar total (molar total flux) yang memiliki fraksi A sebesar xA = dan
c
pergerakan komponen A yang dihasilkan dari difusi J A. Persamaan2 dapat ditulis ulang sebagai
berikut :
cA dx
NA = ( N A + N B ) − cD AB A (3)
c dz

Teknik Kimia 2
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Persamaan diatas disebut sebagai hukum ’Fick kedua’. Pada persamaan Hukum Fick
kedua mekanisme perpindahan massa konveksi mulai diperhitungkan karena fluida mengalami
pergerakan sehingga mempengaruhi proses difusi. Untuk gas ideal berlaku :
P c   PA 
c= , PA = x A .P, dan Ac  =  ,
R.T  c   P
maka persamaan 3 dapat diturunkan sebagai berikut :
PA D dPA
NA = ( N A + N B ) − AB (4)
P R.T dz
Pada suatu perpindahan massa WWC, laju perpindahan massa pada lokasi tertentu dapat
dihitung dengan mengintegrasikan persamaan di atas dengan menganggap N A=0 (tidak ada
perpindahan massa udara ke air).

Perpindahan Massa pada Dinding Kolom yang Terbasahi

Proses difusi dalam percobaan ini berlangsung pada daerah antar muka (interface)
antara aliran udara dan aliran air. Aliran air yang menyusuri dinding kolom diusahakan
membentuk lapisan tipis atau film yang kemudian akan kontak dengan aliran udara yang
mengalir di tengah kolom.

Gambar 1 Diagram Perpindahan Massa WWC

Perpindahan massa sangat dipengaruhi dengan waktu kontak antara aliran air dan udara,
selain itu banyak dipengaruhi oleh faktor lain seperti keadaan aliran air yang laminer atau
turbulen. Pada percobaan ini divariasikan pula aliran udara dengan merubah laju alirnya dan
variasi laju air dari laminer, transisi, dan turbulen. Hasil perpindahan massa yang terjadi diukur
melalui humiditas (kelembaban) udara yang telah melakukan kontak dengan air.

Teknik Kimia 3
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Neraca Massa WWC


Laju perpindahan massa pada lokasi tertentu dapat dihitung dengan mengintegrasikan
dan mengatur ulang persamaan 4 dengan menganggap N A = 0 karena diasumsikan tidak ada
perpindahan massa dari udara ke air.

D AB PT
NA = − (PAi − PA1 ) (5)
RT z.PBM
z2 PAi
D dPA
N A  dz = − AB  (6)
RT  P 
z1 PA!
1 − A 
 P 

D AB .P
NA = ( PAi − PA1 ) = k G ( PAi − PA1 ) (7)
RT ( z1 − z i ) PBM
PBM − PBL PAL − PAi
dengan PBM = = (8)
P  ln  P − PAL 
ln  BL   (P − PAi )
 PBi 
Persamaan 5 dapat ditulis ulang dengan berdasarkan satuan konstanta perpindahan massa,
seperti NA = ky (yAi-yA1) = kG (PAi-PA1) = kc (cAi – cA1). Dengan ky, kG, kc adalah koefisien
perpindahan massa lokal dengan satuan yang sesuai.
Perpindahan massa terjadi sepanjang kolom seperti terlihat pada gambar2 dibawah, maka
berkas molar NA dapat dituliskan sebagai berikut:
NA = ky,av (yAi-yA1)M = kG,av (PAi-PA1)M (9)
ky,av dankG,av adalah koefisien perpindahan massa rata-rata
Dengan :
( y AI − y AO ) − ( y AI − y AL )
( y Ai − y A1 ) M = = beda konsentrasi logaritmik (10)
 ( y Ai − y AO ) 
ln
 ( y AI − y AL )

Teknik Kimia 4
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Air YAL

x + dx
L + dL G + dG
y + dy

dz

L G
x y

Udara YA0
Gambar 2. Mekanisme perpindahan massa pada kolom

Neraca massa berdasarkan Gambar diatas adalah :


d (Lx) = d(Gy)
d L = G dy + y dG
dL – y dG = G dy
apbila kondisi tunak maka dL= dG, sehingga :
dL (1-y) = G dy
G.dy
dL = = N A .d A = k G .d A ( PAi − PAG ) = k G .P ( y Ai − y )d A
1− y

G.dy
k G P (1 − y )( y i − y )
=  dA

G
diasumsikan , dan yi konstan, maka :
k G .P

k G. P 1 dy 1  y i − y A0  1 − y AL 
(1 − y i )  (1 − y )( y i − y ) (1 − y i )  y i − y AL
= = ln    (11)
G  1 − y AO 

Teknik Kimia 5
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Bilangan Sherwood, Reynold, dan Schmidt


Konstanta perpindahan massa dipengaruhi oleh banyak factor, seperti: jenis fluida,
kecepatan fluida, dan geometri. Untuk itu seringkali dalam percobaan factor-factor ini
dihubungkan dengan menggunakan bilangan tidak berdimensi (dimensionless number) sebagai
berikut:
Sh = K. Rea.Scb (12)
Dengan
k G .PBM .RT .d
Sh = (13)
P.D AB
 .v.d .
Re = (14)


Sc = (15)
 .D AB
Sherwood number merupakan bilangan tak berdimensi yang menggambarkan besarnya
kemampuan terjadinya perpindahan massa melalui mekanisme difusi. Besar kecilnya bilangan
Sherwood menunjukkan fenomena perpindahan massa yang terjadi (dalam hal ini antara air
dan udara).
Terkadang bilangan Sherwood merupakan gabungan dari bilangan tak berdimensi
lainnya melalui suatu konstanta tertentu sebagai penghubung yaitu gabungan dari bilangan
Reynold dan bilangan Schmidt. Korelasinya dapat dilihat pada persamaan 12
Bilangan Sherwood merupakan bilangan yang paling berperan dalam penentuan
karakteristik fluida yang diteliti. Apakah suatu fluida alir bersifat turbulen, transisi atau laminer
dapat diketahui dari bilangan Reynold. Sedangkan bilangan Schmidt merupakan bilangan yang
menghubungkan karakteristik fluida yang mengalir dengan kemampuan berdifusinya. Selain
bilangan Sherwood, korelasi lain yang menggambarkan terjadinya transfer massa dapat
digambarkan dalam bilangan Grashoft, Peclet maupun bilanagan Stanton.
Dalam percobaaan ini bilangan yang dijadikan korelasi transfer massa dalam Wetted
Wall Column adalah bilangan Sherwood. Bilangan Sherwood sendiri merupakan kombinasi
dari bilangan Schmidt dan Reynold dengan kostanta tertentu.Dalam hal ini ternyata laju alir
udara dan air yang rendah memperbesar harga bilangan Sherwood. Ini menandakan bahwa
bilangan Sherwood merefleksikan fenomena transfer massa yang terjadi, untuk laju alir yang
rendah menghasilkan transfer massa yang besar dan direfleksikan oleh bilangan Sherwood
yang besar.

Teknik Kimia 6
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Bilangan Reynold yang terjadi dalam percobaan sangat bervariasi.Mekanisme transfer


massa yang terjadi karena bilangan reynold hanya mengidentifikasikan karakteristik aliran
fluida yang terjadi. Untuk aliran fluida yang cenderung bergolak dan bergelombang dan
diidentifikasikan oleh bilangan reynold diatas 10000 disebut fenomena aliran turbulen Dan
untuk Re lebih kecil dari 2100 dikatakan fenomena aliran laminer.Untuk nilai reynold antara
2100-10000, aliran dikatan bersifat transisi.
Bilangan Schmidt dalam percobaan sangat bergantung pada mekanisme kontak dan
transfer massa yang terjadi juga pada karakteristik aliran fluida. Sehingga untuk laju alir udara
dan laju alir yang rendah bilangan Schmidt cenderung semakin besar. Begitu pula sebaliknya.
Konstanta penghubung dalam bilangan Sherwood (k,a, dan b dilakukan dengan
menentukan bilangan Sherwood, Reynold, dan Schmidt secara terpisah untuk selanjutnya dapat
ditentukan konstantanya dengan persamaan least square).

Kelembaban Udara Absolut (H)


Secara alamiah air akan selalu berada dalam kesetimbangan antara fasa cair dan gasnya.
Hal ini akan memudahkan dalam menemukan air sebagai uap air dalam udara kering atau
disebut juga sebagai kelembaban udara absolut, H. Hubungan antara kelembaban udara dengan
suhu disajikan pada grafik psycrometric chart.

Menghitung Humidity Absolut


Akibat adanya transfer massa antara air dan udara melalui mekanisme difusisetelah
dikontakkan berlawanan arah menyebabkan aliran udara mengandung molekul air yang hanya
bisa diukur dalam besaran humidity. Humidity sebagai kandungan air dalam udara dipandang
sebagai besaran pengganti konsentrasi dalam fenomena difusi. Adapun absolut humidity adalah
rasio massa uap dan massa gas, dan dalam Wetted Wall Column adalah sebagai rasio massa
uap air dengan massa udara kering.
Penentuan fraksi mol air dalam udara kering dilakukan dengan membagi humidity
dengan berat molekul air dan udaranya.
( H i / M A)
Y A1 =
(H i / M A + 1 / M B )
(16)
Dimana A = air, B = udara, dan Hi = kelembaban

Teknik Kimia 7
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Dapat terlihat bahwa humidity realtif dari udara kering hádala nol. Ini terjadi karena
pada udara kering tidak mengandung udara kering sehingga humidity relatifnya hádala nol
persen.
Humidity absolut udara keluar lebih besar karena dengan dikontakkannya udara dengan
air sebelum udara keluar, otomatis, kandungan air dalam udara setelah pengontakkan akan
lebih besar. Adapun humidity interface memiliki kecenderungan lebih kecil dari udara keluar,
hal ini karena humidity interface sangat dipengaruhi temperatur udara bula dalam permukaan
kontak, sedangkan temperatur bula udara merupakan temperatur rata-rata dari udara masuk dan
udara keluar.
Laju alir udara dan air yang berbeda seharusnya mempengaruhi kelembaban absolut
udara, namun dalam percobaan ini ternyata harga kelembaabn udara relatif sama untuk setiap
laju alir, hal ini dikarenakan temperatur udara masuk dan keluar pada laja alir yang relatif sama.
Laju alir yang rendah memungkinkan terjadinya kontak yang besar sehingga tentunya
transfer massa antara air ke udara menjadi besar yang ditunjukkan oleh besarnya humidity
absolut. Namur meski demikian peran laju alir tetap berpengaruh. Sehingga humidity absolut
akan bernilai optimum pada saat laja alir udara dan air minimum.

Menghitung Koefisien Perpindahan Massa


Koefisien perpindahan massa menggambarkan terjadinya kontak anntara air dan udara
secara counter current flow diikuti oleh adanya transfer massa antara air dan udara yang
diidentifikasi oleh harga koefisien perpindahan massa. Koefisien perpindahan massa (k) dapat
diidentifikasi tergantung dari faktor yang mempengaruhi perpindahan massa itu sendiri. Bila
perpindahan massa dipandang sebagai akibat pengaruh tekanan (Δp), maka koefisen
perpindahan massa disimbolkan dengan kG. Bila dipandang sebagai akibat pengaruh
konsentrasi dari fluida yang dikontakkan maka koefisien perpindahan massanya disimbolkan
dengan kc (untuk gas) dan kL (untuk liquid). Bila transfer massa dipengaruhi oleh fraksi mol
konstituen yang berkontakkan maka disimbolkan dengan ky (gas) atau kL (liquid).
Dalam percobaan ini koefisien perpindahan massa disimbolkan dengan k G karena
transfer massa diakibatkan oleh beda tekanan (Δp) antara air dan udara. Seharusnya semakin
kecil laju alir air akan memperbesar kontak harga kG. Hal ini terjadi karena pada laju alir yang
kecil akan memperbesar kontak antara air dan udara yang mempermudah transfer massa antara
keduanya sehingga koefisien transfer massanya pun besar.
Secara eksperimental penentuan dan pengukuran harga koefisien transfer massa dapat
dilakukan dengan metode :

Teknik Kimia 8
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

a. Transfer massa eksternal, seperti difusi partikel keluar pipa atau silinder.
b. Pengukuran laju dissolution solid pada berbagai laju alir liquid untuk mengukur koefisien
transfer massa liquid dalam aliran turbulen.
c. Wetted Wall Column.
d. Eksperimen yang dibuat dalam peralatan mass transfer aktual, seperti packed column.

Menentukan NA Percobaan dan NA Hitungan


Fluks molar dari A (NA) dapat ditentukan baik dari percobaan maupun dari
perhitungan. Fluks molar A (NA) tersebut menunjukkan berkas aliran dengan fungsi posisi yang
menunjukkan terjadinya fenomena pergerakan aliran A untuk selanjutnya berdifusi ko
konstituen B. Fluks molar yang positif dan negatif menunjukkan berkas aliran dengan posisi
yang saling berlawanan (counter current).

Definisi Kata-Kata Kunci


1. Kelembaban udara absolut (H), ialah: jumlah massa uap air yang terkandung di dalam
1 kg udara kering
2. Kelembaban udara relatif(HR): prosentase kejenuhan campuran udara-uap air
berdasarkan tekanan parsial
3. Wet bulb temperature (TW) atau suhu bola basah: suhu ketika jumlah air dikontakkan
dengan aliran udara pada kondisi abiatik dan tunak tetapi tidak berada dalam
kesetimbangan
4. Koefisien perpindahan massa (kG): fluks molar uap air yang berpindah dari air ke
udara untuk setiap 1 Pa udara.

III. PROSEDUR
I. ALAT DAN BAHAN

Teknik Kimia 9
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

• Alat

Gambar 3. Skema peralatan unit WWC

Alat yang digunakan seperti figure diatas namun bedanya pada alat di lab ialah tidak
ada alat heater dan pengontrolnya. Adapun alat-alat lain yang digunakan ialah sbb :
- Kompresor : berfungsi untuk mengalirkan udara ke dalam sistem
- Termometer: berfungsi untuk mencatat temperatur udara masukan, temperature udara
keluaran baik dry maupun wet.
- Relative Humidity Display : berfungsi sebagai pencatat nilai humidity
- Kolom udara: berfungsi sebagai tempat terjadinya proses kontak antara air dan
udara
- Sumber air: berasal dari lab POT yang dialirkan ke alat melalui selang kecil

Teknik Kimia 10
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Gambar 4. Skema peralatan unit WWC pada laboratorium DTK

• Material
- Air
- Udara

II. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Hidupkan kompresor untuk mengisi persediaan udara pasokan.


2. Alirkan udara ke dalam kolom lalu mengatur kecepatan aliran yang sesuai
dengan menggunakan katup jarum. Mencatat temperatur, tekanan udara dalam
kolom.
3. Alirkan air ke dalam kolom sesuai dengan kecepatan yang diinginkan (laminer,
transisi, atau turbulen) dan menjaganya supaya seluruh kolom dapat terbasahi
secara merata.
4. Biarkan keadaan ini berlangsung sampai keadaan steady tercapai. Kemudian
mencatat temperatur udara masuk, udara keluar, air masuk, air keluar, tekanan
operasi dan kelembaban relatif udara keluar.
5. Ulangi percobaan dengan mengubah laju alir sebanyak dua kali yaitu untuk
aliran transisi dan turbulen, masing-masing dengan perubahan laju alir udara
sebanyak enam kali. Lalu mencatat semua data yang diperlukan seperti pada
poin empat.

Teknik Kimia 11
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

III. LAPORAN

- Hitung Bilangan Reynold untuk membuktikan jenis aliran air, apakah turbulen,
transisi, atau laminer.
- Hitung koefisien perpindahan massa
- Hitung Bilangan Sherwood, Reynold, Schmidt
- Hitung konstanta K, a, dan b dalam hubungannya dengan Bilangan Sherwood,
Reynold, Schmidt

IV. PERTANYAAN

- Hitung Bilangan Reynold untuk membuktikan jenis aliran air, apakah turbulen,
transisi, atau laminer.
- Hitung koefisien perpindahan massa
- Hitung Bilangan Sherwood, Reynold, Schmidt
- Hitung konstanta K, a, dan b dalam hubungannya dengan Bilangan Sherwood,
Reynold, Schmidt

Teknik Kimia 12
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Teknik Kimia 13
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

MODUL PENGATURAN LAJU ALIR

I. TUJUAN

Untuk mengetahui dan memahami proses pengontrolan laju alir dari suatu sistem
sederhana dengan melihat berbagai harga yang dikontrol, masukan, dan juga pengaturan
konstanta-konstanta PID.

II. TEORI

Di dalam suatu sistem apa saja, termasuk sistem tubuh manusia dan makhluk hidup
lainnya, diperlukan adanya sebuah pengontrol. Dengan adanya pengontrol, suatu sistem
bisa berjalan dengan baik dan semestinya.Aktivitas industri, sama seperti sistem-sistem
lainnya, juga membutuhkan pengontrol. Variabel-variabel yang dikontrol pada industri
diantaranya adalah tekanan, temperatur, laju alir, komposisi produk, ketinggian cairan,
dan sebagainya.Laju Alir merupakan salah satu variabel yang paling penting untuk
dikontrol.
Sistem kontrol otomatis terdiri dari suatu sistem yang akan dikontrol dan alat
kontrol untuk mengontrol sistem tersebut. Dalam hal ini kestabilan suatu sistem adalah
faktor yang sangat penting pada sistem kontrol pada saat melaksanakan tugasnya.
Pengontrolan proses menangani sistem yang akan dikontrol agar mempunyai
kemampuan untuk menjadi stabil dengan otomatis, sehingga hasil pengontrolannya akan
selalu berada pada kondisi stabil. Dengan demikian kondisi stabil perlu dihasilkan
terlebih dahulu, baru kemudian dapat dilakukan berbagai percobaan sesuai dengan
kondisi yang diinginkan.
Secara umum, terdapat tujuh tujuan utama dari kontrol proses, yakni: (1) keamanan
dan keselamatan kerja (safety); (2) perlindungan lingkungan (environmentalprotection);
(3) perlindungan alat (equipment protection); (4) operasi yang mulus dan laju produksi
yang tinggi (smooth operation and production rate); (5) kualitas produk (product
quality); (6) keuntungan (profit); (7) monitoring dan diagnosis.
Biasanya, pada sebuah industri sudah terdapat peralatan kontrol sehingga tinggal
karakteristik dinamis dan statis dari suatu proses perlu untuk dibuat agar pengontrolan
laju alir dapat dilakukan. Karena karakteristik respon dinamis dari perubahan laju alir
memiliki hubungan terhadap waktu dan faktor-faktor lainnya, maka pengaturan laju alir

Teknik Kimia 14
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

tidak bisa dilakukan secara sederhana (ON-OFF Control), melainkan harus dengan
algoritma tertentu, misalnya PID (Proportional, Integral, Derivative).
Berikut ini adalah beberapa persamaan yang digunakan dalam perhitungan
percobaan:
1. Menentukan Gain/Penguatan pada karakteristik static
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛
𝐾 = 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑡𝑢𝑝 (1)

2. Menghitung persentasi Gain (K) pada karakteristik step respons


𝛼
𝐾=𝛽 (2)

Dimana:
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙)
𝛼= (3)
𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 (𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙)
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑖𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
𝛽 = 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 (𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙) (4)

3. Menentukan konstanta waktu (T) dan “dead time” (L)

Diasumsikan bahwa sistem kontrol adalah orde satu dengan suatu dead time
atau time lag. Konstanta waktu dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan dari mulai
keluaran terlihat sampai mencapai 63.2% dari keluaran. Time lag adalah waktu yang
diperlukan dari masukkan sampai keluarnya keluaran pada rekorder.
s
T= (5)
v
Dengan L’ = jarak pada grafik antara titik awal dan mulainya respon
s = jarak keluaran terlihat sampai mencapai 63.2% lebar keluaran
v = kecepatan kertas = 0.1666 mm/s
L= dead time
T= waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 63.2% dari awal respon

Teknik Kimia 15
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

4. Menentukan fungsi transfer


Pada sistem yang digunakan pada praktikum ini diasumsikan proses berjalan
dengan orde satu dengan adanya dead time. Jika dibuatkan fungsi matematikanya
menjadi ,
K − Ls
G( s) = e
1 + Ts (6)
terhadap masukan dengan hasil keluarannya.
5. Metode step respons
Menentukan harga pengaturan optimum didasarkan atas data yang diperoleh dari
percobaan dengan step respons. Misalkan kurva transien yang diperoleh adalah sebagai
berikut:

L = dead time
T = respons keluaran setelah mencapai 63,2% dari keluaran
R = respons speed (= A/T (% menit))
A = variabel yang dikontrol, yang ditimbulkan oleh step respons, dinyatakan dalam %
∆p = lebar variasi dari masukan (variabel yang dimanipulasikan), dinyatakan dalam %
A &∆p dinyatakan sebagai α dan β.
Jadi : A = α × 100%
B = β × 100%
Konstanta PID dapat diperoleh dengan memakai R L dan ∆p, sebagaimana tabel dibawah
ini :
PB Ti Td
P action 100×RL/∆p - -
PI action 111×RL/∆p 3,3 L -
PID action 83×RL/∆p 2L 0,5 L

III. PROSEDUR

Teknik Kimia 16
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

A. ALAT DAN BAHAN

• Alat
1. Flow Meter
2. Orifice Flow Transmitter
3. Recorder
4. Controller
5. Control Valve
6. Pompa Air
7. Tangki Penyedia Air (Reservoir)
• Bahan

Teknik Kimia 17
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

1. Air

Teknik Kimia 18
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Teknik Kimia 19
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

B. PROSEDUR PERCOBAAN

b.1. Persiapan Percobaan


1. Perhatikan dengan seksama model plant “Flow Rate”.
2. Isilah reservoir air sampai sekitar 80% ketinggian.
3. Jalankan kompresor udara dengan meng”on” kan sumber listrik.
4. Set tekanan udara untuk instrumen sehingga pengukurannya sampai 1,4 kg/cm2g.
5. Buka penuh katup penutup (stop valve) 3 dan 5 serta katup jarum (needle valve) 2.
Tutup semua katup yang lain.
6. Set kontroler pada posisi manual dan membuka penuh katup pengatur (control
valve).
7. Jalankan pompa dengan memindahkan ke posisi ”on” pada panel.
8. Hilangkan udara yang masuk ke transmitter dengan mengatur katup keseimbangan
A dan A’. Dengan cacatan udara akan terbawa berupa gelombung, jika belum
hilang maka akan ditutup katup penutup 3 sedikit demi sedikit dan setelah udara
tidak terlihat lagi, kembalikan kedudukan katup seperti semula.
9. Atur katup jarum dan katup pengatur sehingga pencacat (recorder) menunjukkan
500 l/jam. Dengan catatan jika penunjukkan recorder tidak sama dengan flow meter
maka diatur orifice transmitter sehingga kedua penunjukkan ini sama.
10. Pengoperasian controller sebagai berikut :
a. Set petunjuk ke mode ”M” sebelum meng”on” kan sember listrik untuk
instrumentasi.
b. Operasi Manual (M).
- Set penunjuk ke mode ”M” – lampu M akan menyala
- Set harga SV dengan menekan knop SV atau dengan menggunakan ”data entry
unit”.
- Tekan knop MV sehingga nilai PV akan sama dengan nilai SV (nilai MV tidak
dapat diset pada ”data entry unit”).
- Untuk memperoleh nilai MV yang tepat, tekan knop yang terdapat didepan
panel, maka nilai SV dapat dipakai untuk membaca nilai MV (nilai MV dapat
dibaca pula pada ”data entry unit”).
c. Operasi Otomatis (A).
- Jika set petunjuk pada posisi A, lampu A akan menyala.

Teknik Kimia 20
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

- Set SV sebagaimana yang dilakukan pada operasi manual.


- Set nilai PID controler dengan menggunakan ”data entry unit” sehingga
karakteristik proses ini dapatdiketahui.
- Jika nilai PID tidak diketahui maka set P dan I pada nilai maksimumnya dan
D pada nol, atau biarkan sebagaimana adanya sebelum di set ke automatik.
- Set penunjuk kontroler ke posisi A.
- Nilai-nilai optimum PID dapat ditentukan dengan metode Ziegler-Nichols.

b.2. Percobaan Karakteristik Sistem yang Dikontrol


• Tujuan Percobaan
Mengamati/mencatat perubahan harga yang dikontrol (dalam hal ini laju alir
air) terhadap perubahan variabel pada pengontrol (controller).
• Prosedur Percobaan
Catat harga-harga konstanta PID sebelum melakukan percobaan.
1. Percobaan Karakteristik Statik.
a. Lakukan persiapan sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
b. Set controller ke posisi otomatis.
c. Set controller pada 250, 300, 350, dan 400 L/jam. Catat keluaran (output)
kontrol pada pengontrol setelah stabil - dalam %.
Tabel pengamatannya sebagai berikut:
Laju alir
250 300 350 400
(L/jam)
Keluaran (%)

2. Percobaan Karakteristik ”Step Response” dengan Menggunakan


”Manipulated Variable” – MV sebagai Masukan. (Catatan : tidak ada
”time lag” yang terjadi).
a. Lakukan persiapan sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
b. Tekan knop katup pengatur – MV untuk memperoleh bukaan katup yang
tiba-tiba.
c. Catat perubahan laju aliran yang terjadi pada saat itu (dengan recorder/dari
entry data unit) sampai keadaan stabil.

Teknik Kimia 21
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

3. Percobaan Karakteristik Step Reponse dengan Gangguan sebagai


Masukan.
a. Lakukan persiapan sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
b. Putar katup jarum untuk memperoleh laju alir yang berbeda.
c. Catat perubahan laju aliran pada recorder/data entry unit sampai keadaan
stabil.
d. Percobaan ini tidak meliputi ”time lag” dari peralatan akhir kontrol tersebut.
• Laporan
1. Gambarkan diagram laju alir dengan bukaan katup!
2. Tentukan Gain/penguatan dari sistem kontrol (K)!

b.3. Percobaan Karakteristik Sistem Pengontrol


• Tujuan Percobaan
Mengamati/mencatat perubahan harga yang dikontrol (dalam hal ini laju alir
air) dengan menggunakan pengesetan sebagai input sehingga didapatkan
suatu “step response” atau “frequency response”.
• Prosedur Percobaan
1. Percobaan step response dengan pengesetan sebagai masukan.
a. Lakukan persiapan sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
b. Set controller ke posisi otomatis – A.
c. Set controller pada 300 L/jam.
d. Setelah gambar stabil, ubah ”setting controller” secara tiba-tiba.
(Menaikkan ke 450 dan setelah stabil menurunkan lagi ke 300 L/jam).
e. Catat laju aliran yang dihasilkan melalui recorder.
f. Bahas mengenai: Atenuasi, Overshoot, dan Setting Time.
g. Sebelum mengubah setting sebagaimana disebut dalam ’d’, diubah terlebih
dahulu harga PID controller dan lakukan prosedur yang sama seperti di atas.
2. Percobaan step response dengan gangguan sebagai masukan.
a. Lakukan persiapan sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
b. Set controller ke posisi otomatis – A.
c. Set controller pada 300 L/jam.
d. Ubah katup jarum sedemikian sehingga membentuk suatu gangguan,
sedang katup penutup dan katup pengatur tetap.

Teknik Kimia 22
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

e. Catat perubahan laju alirannya sampai keadaan stabil.


f. Sebelum mengubah katup jarum, ubahlah harga PID dengan berbagai cara
dan lakukan percobaan di atas kembali.
• Laporan
1. Hitung persentasi Gain (K)!
2. Tentukan berapa konstanta waktu (T) dan “dead time” (L)!
3. Tentukan fungsi transfer dari sistem kontrol ini!

b.4. Percobaan Metode Pengaturan Optimum Ziegler-Nichols


• Tujuan Percobaan
Melakukan pengaturan konstanta-konstanta PID dari controller sehingga
pengontrolannya optimum.Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah-ubah
konstanta PID dan mengamati response yang dihasillkan.
• Prosedur Percobaan
Metode ini digunakan untukmenentukan harga pengaturan optimum didasarkan
pada cycling data sistem.
1. Set ”Integral Time” ke harga maksimum (Ti)
2. Set “Derivative Time” ke harga minimum (Td)
3. Secara perlahan-lahan kurangi “Proportional Band” sampai mulai terjadi
cycling yang ditunjukkan pada recorder. Harga ini dibagikan terhadap
angka 100 maka hasilnya disebut sebagai sensitifitas optimum (Ku)
4. Hitung juga periode cycling (Pu) dengan menggunakan stop watch
5. Konstanta PID dapat dihitung dengan menggunakan tabel di bawah ini :
Kp Ti Td
P action 0,5 Ku - -
PI action 0,45 Ku 0,83 Pu -
PID action 0,6 Ku 0,5 Pu 0,125 Pu
Catat nilai-nilai P, Ti, dan Td yang dihasilkan pada percobaan ini

C. LAPORAN

Hitung harga-harga konstanta PID dengan menggunakan metode step respons!

Teknik Kimia 23
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

DAFTAR PUSTAKA

Koppel, Lowell B et all. 1965. Process Systems Analysis and Control. Mc Graw Hill
Book Co. Ltd. New York.
Ogata, Katsuhiko. 1985. Automatic Control Technique. Penerbit Erlangga.
Patranis D. 1981.Principles of Process Control. Tata Mc Graw Hill Publishing Co Ltd.
New Delhi.
Unknown. 1987. Practical Exercise Manual For Model Plant For Measurement.
Ogawa Seiki Co Ltd. Tokyo.

Teknik Kimia 24
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

MODUL PENGATURAN TEKANAN

I. TUJUAN

• Mengamati berbagai respons yang terjadi (perubahan tekanan ataupun valve) jika suatu
sistem pengaturan tekanan mendapatkan berbagai macam masukan.
• Mengamati karakteristik dari masing-masing perangkat pengontrol itu sendiri
(karakteristik valve, controller, optimasi konstanta-konstanta pengontrol, dan lain-lain).

II. TEORI

Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian terhadap satu


atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga atau
dalam suatu rangkuman harga (range) tertentu. Di dalam dunia industri, dituntut suatu
proses kerja yang aman dan berefisiensi tinggi untuk menghasilkan produk dengan
kualitas dan kuantitas yang baik serta dengan waktu yang telah ditentukan. Otomatisasi
sangat membantu dalam hal kelancaran operasional, keamanan (investasi, lingkungan),
ekonomi (biaya produksi), mutu produk, dll
Secara umum, terdapat tujuh tujuan utama dari kontrol proses, yakni: (1) keamanan
dan keselamatan kerja (safety); (2) perlindungan lingkungan (environmentalprotection);
(3) perlindungan alat (equipment protection); (4) operasi yang mulus dan laju produksi
yang tinggi (smooth operation and production rate); (5) kualitas produk (product
quality); (6) keuntungan (profit); (7) monitoring dan diagnosis.
Ada 3 parameter yang harus diperhatikan sebagai tinjauan pada suatu sistem
kontrol proses yaitu :
• Cara kerja sistem kontrol
• Keterbatasan pengetahuan operator dalam pengontrolan proses
• Peran instrumentasi dalam membantu operator pada pengontrolan proses
Empat langkah yang harus dikerjakan operator yaitu mengukur,
membandingkan, menghitung, dan mengkoreksi.Pada waktu operator mengamati
ketinggian level, yang dikerjakan sebenarnya adalah mengukur process variable
(besaran parameter proses yang dikendalikan). Contohnya proses pengontrolan
temperatur line fuel gas secara manual, proses variabelnya adalah suhu. Lalu operator
membandingkan apakah hasil pengukuran tersebut sesuai dengan apa yang diinginkan.

Teknik Kimia 25
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Besar proses variabel yang diinginkan tadi disebut desired set point. Perbedaan antara
process variabel dan desired set point disebut error.
Dalam sistem kontrol suhu di atas dapat dirumuskan secara matematis:
Error = Set Point – Process Variabel
Process variabel bisa lebih besar atau bisa juga lebih kecil daripada desired set point.
Oleh karena itu error bisa diartikan negatif dan juga bisa positif.
Biasanya, pada sebuah industri sudah terdapat peralatan kontrol sehingga
tinggal karakteristik dinamis dan statis dari suatu proses perlu untuk dibuat agar
pengontrolan laju alir dapat dilakukan. Karena karakteristik respon dinamis dari
perubahan laju alir memiliki hubungan terhadap waktu dan faktor-faktor lainnya, maka
pengaturan laju alir tidak bisa dilakukan secara sederhana (ON-OFF Control),
melainkan harus dengan algoritma tertentu, misalnya PID (Proportional, Integral,
Derivative).
Berikut ini adalah beberapa persamaan yang digunakan dalam perhitungan
percobaan:
6. Menentukan Gain/Penguatan pada karakteristik static
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛
𝐾 = 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑡𝑢𝑝 (1)

7. Menghitung persentasi Gain (K) pada karakteristik step respons


𝛼
𝐾=𝛽 (2)

Dimana:
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙)
𝛼 = 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 (𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙) (3)
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑖𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛)
𝛽= (4)
𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 (𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙)

8. Menentukan konstanta waktu (T) dan “dead time” (L)

Teknik Kimia 26
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Diasumsikan bahwa sistem kontrol adalah orde satu dengan suatu dead time
atau time lag. Konstanta waktu dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan dari mulai
keluaran terlihat sampai mencapai 63.2% dari keluaran. Time lag adalah waktu yang
diperlukan dari masukkan sampai keluarnya keluaran pada rekorder.
s
T= (5)
v
Dengan L’ = jarak pada grafik antara titik awal dan mulainya respon
s = jarak keluaran terlihat sampai mencapai 63.2% lebar keluaran
v = kecepatan kertas = 0.1666 mm/s
L= dead time
T= waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 63.2% dari awal respon
9. Menentukan fungsi transfer
Pada sistem yang digunakan pada praktikum ini diasumsikan proses berjalan
dengan orde satu dengan adanya dead time. Jika dibuatkan fungsi matematikanya
menjadi ,
K − Ls
G( s) = e
1 + Ts (6)
terhadap masukan dengan hasil keluarannya.
10. Metode step respons
Menentukan harga pengaturan optimum didasarkan atas data yang diperoleh
dari percobaan dengan step respons. Misalkan kurva transien yang diperoleh adalah
sebagai berikut:

L = dead time
T = respons keluaran setelah mencapai 63,2% dari keluaran
R = respons speed (= A/T (% menit))
A = variabel yang dikontrol, yang ditimbulkan oleh step respons, dinyatakan dalam
%
∆p = lebar variasi dari masukan (variabel yang dimanipulasikan), dinyatakan dalam
%
A &∆p dinyatakan sebagai α dan β.
Jadi : A = α × 100%
B = β × 100%

Teknik Kimia 27
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Konstanta PID dapat diperoleh dengan memakai RL dan ∆p, sebagaimana tabel
dibawah ini :
PB Ti Td
P action 100×RL/∆p - -
PI action 111×RL/∆p 3,3 L -
PID action 83×RL/∆p 2L 0,5 L

III.PROSEDUR
A. ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Recorder
2. Controller
3. Control Valve
4. Compressor

B. PROSEDUR PERCOBAAN

b.1 Persiapan Percobaan

• Sisa air (jika ada) dibuang dari tangki ukur (bejana tekan) dengan jalan membuka
valve no 3.
• Tutuplah valve 1 dan 3, serta buka stop valve 2.
• Flow meter dibuka dengan membuka katup jarum (needle valve) sedikit.
• “On” kan power supply untuk instrumen.
• Udara dialirkan dengan menghidupkan kompressor.
• Atur supply tekanan udara untuk instrumen 1.4 kg/cm2g.
• Set controller pada posisi manual dan buka valve pengontrol tekanan sekitar 50%.
• Tekanan sekunder untuk memasok tangki ukur diatur sehingga tekanannya0.7
kg/cm2.
• Flow meter diatur dengan menggunakan katup jarum hingga recorder mencatat
tekanan 0.3 kg/cm2.

b.2 Sistem Terkontrol

Teknik Kimia 28
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Tujuan Percobaan:
Mengamati/mencatat perubahan harga yang dikontrol terhadap perubahan variabel
pada pengontrol (controller)
Prosedur:
b.2.1Karakteristik Statik

• Lakukan persiapan
• Set controller ke posisi automatis –A (dalam hal ini controller harus diset pada harga
optimum PID tidak diketahui, controller harus diset pada posisi manual).
• Berturut-turut set controller pada tekanan 0.2 ; 0.3 dan 0.4 kg/cm2. Masing-masing
baca harga output controlnya ( dalam hal ini adalah bukaan valve pengatur tekanan
, dalam %) hingga mencapai harga yang stabil. Jika controller diset pada manual,
pengontrolan tekanan tangki dilakukan secara manual.
• Mengubah laju alir dengan menggunakan katup jarum, ulangi percobaan di atas.
• Catat hasilnya sebagai berikut :
Tekanan tangki : 0.2 : 0.3 : 0.4
Output control (%) : : :
Laporan
1. Cari nilai K!
2. Buat grafik hubungan antara PV, MV dengan SV

b.2.2 Karakteristik Step Respons dengan Variabel yang Dimanipulasi sebagai Masukan

• Lakukan persiapan
• Set controller pada posisi manual, set tekanan tangki 0.3 kg/cm2 secara manual dan
setelah stabil baca harga output control dari controller atau dari “entry data unit”
• Ubah output control secara tiba-tiba dengan menekan tombol MV (untuk control
manual) yang berada pada controller.
• Catat perubahan yang terjadi hingga mencapai kesetimbangan lagi. Baca harga
output control dari controller.

Laporan:
1. Cari nilai K!
2. Cari persamaan FOPDT!

Teknik Kimia 29
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

b.3 Karakteristik Sistem Pengontrolan

Tujuan Percobaan:
Mengamati/mencatat perubahan harga yang dikontrol dengan menggunakan
pengesetan sebagai input sehingga didapatkan suatu “step response” atau “frequency
response”.
Prosedur:
b.3.1Karakteristik step respons yang Diset sebagai Masukan

• Lakukan persiapan
• Set controller ke automatis (controller harus diset pada harga optimum)
• Set controller pada harga 0.3 kg/cm2
• Setelah stabil, ubah pengesetan controller pada harga 0.4 kg/cm2.
• Catat hasil perubahan tekanan yang terjadi hingga mencapai kesetimbangan
• Bahas hasilnya : atenuasi, overshoot, dan setting time
• Sebelum mengubah pengesetan secara tiba-tiba sebagaimana disebutkan di (d), ubah
harga PID controller dengan berbagai variasi, dan ikuti prosedur yang sama
sebagaimana di atas.

Laporan:
1. Buat grafik hubungan antara laju alir dengan PV
b.3.2Metoda Pengaturan Optimum Ziegler Nichols

Metode ini digunakan untuk menentukan harga pengaturan optimum didasarkan pada data
cycling dari sistem. Caranya:
• Set “Integral Time” ke harga maksimum (Ti)
• Set “Derivative Time” ke harga minimum (Td)
• Secara perlahan-lahan kurangi “Proportional Band” sampai mulai terjadi cycling yang
ditunjukkan pada recorder. Harga ini dibagikan terhadap angka 100 maka hasilnya
disebut sebagai sensitifitas optimum (Ku)
• Hitung juga periode cycling dengan menggunakan stopwatch
• Hitung konstanta PID dengan menggunakan tabel di bawah ini:

Kp TI TD
P action 0.5 Ku - -

Teknik Kimia 30
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

PI action 0.45 Ku 0.83 Tu -


PID action 0.6 Ku 0.5 Tu 0.125 Tu

Laporan:
Catat nilai-nilai P, Ti, dan Td yang dihasilkan pada percobaan ini

DAFTAR PUSTAKA

Koppel, Lowell B et all. 1965. Process Systems Analysis and Control. Mc Graw Hill
Book Co. Ltd. New York.
Ogata, Katsuhiko. 1985. Automatic Control Technique. Penerbit Erlangga.
Patranis D. 1981.Principles of Process Control. Tata Mc Graw Hill Publishing Co Ltd.
New Delhi.
Unknown. 1987. Practical Exercise Manual For Model Plant For Measurement.
Ogawa Seiki Co Ltd. Tokyo.

Teknik Kimia 31
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

MODUL ABSORBSI

I. TUJUAN

Mempelajari peristiwa absorbsi besertafenomena yang terkait didalamnya dengan


menggunakan peralatan utama kolom absorbsi.

II. TEORI

II.1 Percobaan 1
Perubahan tekanan dalam kolom kering bisa dianggap sebagai fungsi dari laju alir udara
yang memenuhi persamaan garis linear dengan memplot data-data yang didapat
kedalam grafik log-log.

II.2 Percobaan 2
Perubahan tekanan bisa dianggap sebagai fungsi dari laju alir udara untuk laju alir air
yang berbeda sepanjang kolom absorbsi.

II.3 Percobaan 3
a) Kandungan CO2 dalam gas sampel
𝑉
𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐶𝑂2 = (𝑉2) (1)
1 𝑖

Gas diasumsikan bersifat ideal sehingga:


𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑚𝑜𝑙 = 𝑌𝑖 (2)
Sampel yang masuk ke dalam kolom absorbsi (inlet) memiliki nilai fraksi CO2sama
dengan yang diindikasikan oleh flowmeter-flowmeter inlet.
𝑉 𝐹3
( 2) = 𝑌𝑖 = (3)
𝑉1 𝑖 𝐹2 +𝐹3

b) menghitung jumlah CO2 yang terabsorbsi dalam kolom


Berdasarkan analisis dengan menggunakan peralatan Hempl, diperoleh:
V 
fraksi volum CO2 dalam aliran gas masuk kolom (inlet) = Yi =  2  (4)
 V1  i

Teknik Kimia 32
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

V 
fraksi volum CO2 dalam aliran gas keluar koom (outlet) = Yo =  2  (5)
 V1  o
Maka:
𝑉
𝑌0 = (𝑉2) (6)
1 𝑜

Neraca massa pada kolom absorbsi adalah sebagai berikut:

𝐶𝑂2 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑠𝑖 = 𝐶𝑂2 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 − 𝐶𝑂2 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (7)

Jika jumlah CO2 yang terabsorbsi dalam liter/detik dinyatakan sebagai Fa , maka:

Fi Yi − Fo Yo = Fa (8)

(𝐹2 + 𝐹3 )𝑌𝑖 − [𝐹2 + (𝐹3 − 𝐹𝑎 )]𝑌𝑜 = 𝐹𝑎 (9)


Jumlah CO2 yang terabsorbsi adalah:
(𝑌1 −𝑌0 )((𝐹2 + 𝐹3 )) (𝑌1 −𝑌0 )
𝐹𝑎 = = 𝑥𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑠𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 (10)
1−𝑌𝑜 1−𝑌𝑜

Note: liter/detik bisa dikonversi menjadi gmol/detik dengan cara berikut:


𝐹
𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑚𝑚𝐻𝑔 273
𝐺𝑎 = 22.42 × × 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝐾)(11)
760 𝑚𝑚𝐻𝑔

II.4 Percobaan 4
a) Jumlah CO2 bebas dalam sampel air dihitung dengan menggunakan persamaanCO2
bebas (mol/liter) = Cdi = (VB dari S5 × 0,027 M) / volume sampel, solubilitas dari
CO2 dalam air adalah fungsi dari temperatur. Keakuratan dari metode titrimetrik ini
berkisar 10%.
b) Jumlah CO2 yang diserap pada jangka waktu tertentu ( misal 30 menit)
[𝐶𝑑(𝑡=40)−𝐶𝑑𝑖(𝑡=10)]𝑥𝑉𝑡
𝑙𝑎𝑗𝑢𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑔𝑚𝑜𝑙/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 (12)
30 𝑥 60

c) Jumlah CO2 yang diserap pada waktu tertentu


Laju inlet (mol/detik) dari CO2 = Cdi × F1 gmol/detik (13)
Laju outlet (mol/detik) dari CO2 = Cd0 × F1 gmol/detik (14)
[𝐶𝑑𝑖−𝐶𝑑0]𝑔𝑚𝑜𝑙
𝑙𝑎𝑗𝑢𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 𝐹1 (15)
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

II.5 Percobaan 5

Teknik Kimia 33
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Absorbsi CO2 dari campuran dengan udara pada NaOH memiliki karakteristik reaksi
sebagai berikut.
CO2 + 2NaOH → Na2CO3 + H2O
Pada kondisi yang dipilih untuk melangsungkan percobaan, jumlah CO 2 yang terpisah
dari aliran udara dapat diestimasi menggunakan jumlah NaOH dan Na2CO3 pada
sampel cair, karena hampir tidak ada CO2 bebas yang tersisa tidak bereaksi pada
cairan.Dalam menggunakan analisis titrasi, asam pertama kali digunakan untuk
menetralkan NaOH dan pada waktu yang sama mengubah semua natrium karbonat
menjadi bikarbonat. Konsentrasi total karbonat dapat diketahui sehingga jumlah CO 2
terabsorb dapat dihitung. Untuk sampel inlet (valve S5) dan outlet (valve S4),
perhitungan konsentrasi NaOH dan Na2CO3 sebagai berikut.
3 𝑇
𝐶𝑁𝑎𝑂𝐻 = (50𝑚𝑙 ) × 0,2𝑀 (16)
𝑇2 −𝑇1
𝐶𝑁𝑎2𝐶𝑂3 = × 0,2𝑀 × 0,5 (17)
50

Perhitungan jumlah NaOH pada larutan sampel sebagai berikut.


𝐹1
𝐺𝑁𝑎𝑂𝐻 = × [(𝐶𝑁𝑎𝑂𝐻 )𝑖 − (𝐶𝑁𝑎𝑂𝐻 )𝑜 ](18)
2

Perhitungan jumlah Na2CO3 yang terbentuk adalah sebagai berikut.


𝐹1
𝐺𝑁𝑎2𝐶𝑂3 = × [(𝐶𝑁𝑎2𝐶𝑂3 ) − (𝐶𝑁𝑎2𝐶𝑂3 ) ](19)
2 𝑜 𝑖

Perhitungan di atas dilakukan untuk setiap nilai t (waktu).

II.6 Percobaan 6

Gambar 1. Skema perpindahan gas-liquid pada kolom absorbsi

Pada kondisi tunak, perpindahan gas dari aliran gas akan sama dengan gas yang
berpindah ke larutan.
• L1 dan L0 merupakan laju volumetrik larutan yang masuk dan keluar dari kolom
• Gi dan Go merupakan laju alir molal gas yang masuk dan keluar dari kolom

Teknik Kimia 34
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

• Yi dan Yo merupakan fraksi mol CO2 yang masuk dan keluar dari kolom
Jumlah CO2 yang hilang dari aliran gas (dengan asumsi bahwa udara tidak terlarut sama
sekali pada larutan) adalah sebagai berikut.
= Gi – Go (g.mol/s) (20)
Dari percobaan 4, jumlah CO2 yang hilang dari aliran gas sama dengan jumlah ion
karbonat yang terbentuk
= Lo.CNo – Li.CNi (g.mol/s) (21)
Pada percobaan ini, aliran larutan masuk sama dengan larutan keluar (Lo = Li), tetapi
aliran gas tidak sama karena pemisahan CO2 dan pressure drop yang terjadi di
sepanjang kolom.Go dapat dihitung dari neraca molar sebagai berikut.
Go (1 – Yo) = Gi (1 – Yi) (22)
Gi dapat dihitung dari fakta bahwa 1 gram mol sama dengan 22,42 L pada temperatur
273 K dan tekanan 760 mmHg.
𝐹2 +𝐹3 760+𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑𝑟𝑜𝑝 273
𝐺𝑖 = × × 𝑐𝑜𝑙𝑢𝑚𝑛𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 (𝐾) (23)
22.42 760

Sedangkan nilai Yi dan Yo diestimasi seperti yang dilakukan pada percobaan 3.

III. PROSEDUR
A. ALAT DAN BAHAN

• Alat
1. Kolom Absorpsi
2. Tangki air
3. Tangki CO2
4. Labu Erlenmeyer
5. Pipet tetes
6. Titrator
7. Labu ukur 1 liter sebagai wadah larutan HCl dan NaOH.
8. Stopwatch
9. Gelas ukur

Teknik Kimia 35
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Gambar 2. Gas Absorption Column

• Bahan
1. Larutan HCl 0.2 M yang dibuat sendiri dengan menggunakan prinsip
pengenceran.
2. Larutan BaCl 5% wt
3. Larutan NaOH 0.027 M
4. Phenolptalein (pp)
5. MO (Metil Orange)
6. Air (H2O).
7. Gas CO2

B. PROSEDUR PERCOBAAN

b.1. Percobaan 1. Hidrodinamika Packed Column (Pressure drop kolom kering)


• Tujuan Percobaan

Teknik Kimia 36
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Mengetahui hubungan antara P pada kolom kering dan laju alir udara
• Prosedur Percobaan
1. Mengeringkan kolom dengan cara melewatkan udara pada kelajuan maksimum
hingga kolom benar-benar kering.
2. Menghubungkan bagian atas dan bawah kolom dengan manometer pada titik S 1
dan S3.
3. Membaca manometer terhadap P pada variasi laju udara.

Gambar 3. Equipment Set-up Percobaan 1

b.2. Percobaan 2.Hidrodinamika Packed Column (Pressure Drop Udara dan


Aliran Air)
• Tujuan Percobaan
Menguji hubungan antara P sebagai fungsi dari laju alir udara untuk variasi
laju alir air.
• Prosedur Percobaan
1. Mengisi tangki (bak) air hingga ¾ penuh (30 liter).
2. Menyalakan pompa air dan set C1 untuk memberikan aliran air sebesar 3
liter/menit.
3. Setelah 30 detik, tutup C1 dan mematikan pompa dan biarkan air turun selama
5 menit.
4. Mengukur P udara pada kolom basah sebagai fungsi dari laju alir udara.
5. Mengukur P udara pada kolom sebagai fungsi dari laju alir udara pada variasi
laju alir air.

Teknik Kimia 37
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Gambar 4. Equipment Set-up Percobaan 2

b.3. Percobaan 3.Absorpsi CO2 dengan air (Menggunakan Analisis Gas)


• Tujuan Percobaan
Menentukan dan mempelajari pola absorpsi CO 2 dengan air menggunakan alat
analisis gas yang tersedia.
• Prosedur Percobaan
1. Isi tangki reservoir di dasar kolom hingga 3/4 penuh.
2. Nyalakan pompa cairan dan atur aliran melalui kolom dengan menggunakan
valve C1 hingga terbaca 6 L/min pada flowmeter F1 dengan kontrol gas valve C2
dan C3 tertutup.
3. Nyalakan kompressor dan atur valve C2 untuk memperoleh aliran udara sebesar
30 liter/menit pada flowmeter F2.
4. Buka pressure regulating valve pada silinder CO2 dan atur valve C3 hingga
terbaca di flowmeter F3 sebesar 1 ½ dari aliran yang terbaca pada F2.
5. Setelah 15 menit sistem telah berjalan secara tunak, ambil sampel gas secara
simultan dari S1 dan S2.
6. Analisa sampel sesuai dengan gambar 6.

Teknik Kimia 38
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Gambar 5. Equipment Set-up Percobaan 3

Gambar 6.Prosedur Analisis Gas Percobaan 3

b.4. Percobaan 4. Absorpsi CO2 dengan air (Menggunakan Analisis Larutan)


• Tujuan Percobaan
Menentukan dan mempelajari pola absorpsi CO 2 dengan air menggunakan alat
analisis larutan yang tersedia.
• Prosedur Percobaan
1. Isi tangki reservoir di dasar kolom hingga 3/4 penuh.
2. Nyalakan pompa cairan dan atur aliran melalui kolom dengan menggunakan
valve C1 hingga terbaca 6 L/min pada flowmeter F1 dengan kontrol gas valve C2
dan C3 tertutup.
3. Nyalakan kompressor dan atur valve C2 untuk memperoleh aliran udara sebesar
10% skala penuh pada flowmeter F2.
4. Buka pressure regulating valve pada silinder CO2 dan atur valve C3 hingga
terbaca di flowmeter F3 sebesar 1 ½ dari aliran yang terbaca pada F2.
5. Setelah 15 menit sistem telah berjalan secara tunak, ambil sampel dalam 10
menit interval secara simultan dari S4 dan S5. Ambil 150 ml sampel pada waktu
tertentu yang diketahui. Analisis sampel sesuai prosedur selanjutnya.
6. Ambil 100 ml sampel cair masing-masing dari sistem (S4 dan S5).

Teknik Kimia 39
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

7. Tambahkan 5-10 tetes indikator phenolphthalein pada sampel. Jika sampel


berubah menjadi pink maka tidak terdapat CO2 bebas. Jika sampel tetap tak
berwarna maka titrasi dengan larutan standar alkali. Aduk perlahan hingga
warna pink tetap ada selama 30 detik. Perubahan warna ini adalah titik akhir
titrasi.

Gambar 7. Equipment Set-up Percobaan 4

b.5. Percobaan 5. Absorpsi CO2 pada NaOH (Menggunakan Analisis Larutan).


• Tujuan Percobaan
Menghitung laju absorbsi CO2 pada larutan NaOH dari analisis larutan cair yang
mengalir melalui kolom absorbsi.
• Prosedur Percobaan
1. Isi tangki reservoir di dasar kolom dengan larutan 1 M larutan NaOH standar
hingga sepertiga penuh. Gunakan sarung tangan dan kacamata pengaman ketika
melakukan persiapan ini.
2. Nyalakan pompa cairan dan atur aliran larutan NaOH melalui kolom dengan
menggunakan valve C1 hingga terbaca 3 L/min pada flowmeter F1.
3. Nyalakan kompressor dan atur valve C2 untuk memperoleh aliran udara sebesar
30 L/min yang terbaca pada flowmeter F2.
4. Buka pressure regulating valve pada silinder CO2 dan atur valve C3 untuk
memperoleh aliran sebesar 3 L/min yang terbaca pada flowmeter F3.
5. Setelah 15 menit sistem telah berjalan secara tunak, ambil 100 ml sampel larutan
setiap interval waktu 10 menit secara simultan dari S 4 dan S5.
6. Analisa sampel sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dengan prosedur
selanjutnya.

Teknik Kimia 40
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

7. Ambil 100 ml sampel cair dari sistem (S4 dan S5), kemudian bagi dua sampel,
masing-masing 50 ml pada gelas beaker yang berbeda.
8. Gelas beaker 1: Tambahkan setetes indikator phenolphthalein pada sampel dan
titrasi hingga warna pink menghilang dengan menggunakan larutan HCl
standar. Catat volume HCl yang digunakan sebagai T1. Tambahkan setetes
indikator methyl orange dan lanjutkan titrasi hingga end point tercapai. Catat
volume total HCl yang ditambahkan sebagai T2.
9. Gelas beaker 2: Tambahkan BaCl2 10% lebih banyak dari jumlah (T2-T1) ke
dalam sampel dan kocok hingga terdistribusi merata. Larutan ini akan
mengendapkan semua karbonat menjadi barium karbonat. Kemudian
tambahkan dua tetes indikator phenolphthalein dan titrasi dengan menggunakan
larutan HCl hingga tercapai end point. Catat volume HCl yang digunakan
sebagai T3.

Gambar 8. Equipment Set-up Percobaan 5

b.6. Percobaan 6.Absorbsi CO2 dalam larutan NaOH pada packed bed
menggunakan analisis mass balance
• Tujuan Percobaan
Membuktikan bahwa jumlah CO2 yang hilang dari udara sama dengan jumlah
CO2 yang diabsorbsi oleh aliran larutan NaOH.
• Prosedur Percobaan
Prosedur yang samaharus diikutisepertiuntuk percobaan5, kecuali
bahwasampelgasdiinlet dan outlet, seperti yang dijelaskan dalamPercobaan3,
harusdiambiljuga.Seiringkomposisicairansecara

Teknik Kimia 41
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

perlahanberubahkarenapenyerapanCO2progresifyang terjadi, kondisi


tunakhanyadapat didekatidengan mengambilsampel sedekat mungkin satu sama
laindalam waktubersamaan. Dengan demikian, setelah5menitcairan dangas
bersirkulasilajuyang telah ditetapkan, ambil,

1.Sampeloutlet gas, untuk mendapatkanYo


2.Sampel cairandarititik S4segerasetelah prosedur1)
3.Sampel cairandari tangkireservoirdiS5pada saat yang sama
4. Inletgassampel, yang haruskonstan dankarena itu dapatdiambilterakhir.

DAFTAR PUSTAKA

Perry, R. H. 1973. Chemical Engineer’s Handbook, 5th Edition. McGraw Hill


Kogakusha, Ltd. Tokyo.
Anonim. 1995. Petunjuk Praktikum: proses & Operasi Teknik II. Departemen Gas &
Petrokimia Fakultas Teknik: Depok.

Teknik Kimia 42
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

MODUL DIFUSI GAS DAN CAIR

I. TUJUAN
Untuk dapat menggunakan persamaan dasar perpindahan massa untuk diaplikasikan
pada pengukuran koefisien difusi.

II. TEORI

Difusi merupakan peristiwa perpindahan massa yang berpindah dari suatu


keadaan yang memiliki konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Perpindahan massa
yang terjadi dapat berlangsung dalam fasa gas maupun dalam fasa cair. Peristiwa difusi
akan terus berlangsung hingga tercapainya kondisi kesetimbangan antara dua keadaan
dimana sebelumnya terdapat perbedaan besarnya konsentrasi suatu komponen pada
masing-masing keadaan. Oleh karena itu proses difusi akan dapat berlangsung secara
kontinyu apabila dipertahankan perbedaan (gradien) konsentrasinya antara kedua
keadaan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengalirkan fluida yang merupakan
tempat akan berdifusinya suatu molekul.

II.1. Koefisien Difusi Gas


Salah satu metode penentuan koefisien difusi gas adalah dengan menguapkan
cairan murni dalam tabung kapiler yang diisi dengan cairan A murni. Di atas bibir
tabung dialirkan gas B secara horizontal.

Gambar 1. Difusi gas dengan menguapkan cairan ke udara


Laju transfer massa penguapan adalah :
D AB .PT (PA1 − PA 2 )
NA = (1)
R.T .z PMB

Teknik Kimia 43
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Akibat penguapan yang terjadi, maka jumlah cairan A dalam tabung akan
berkurang. Laju pengurangan cairan A dalam tabung adalah sama dengan fluks
NA dikalikan luas area penampang tabung.
A dz
N A .A = A (2)
BM A dt
Dengan menggabungkan persamaan (12) dan (13) menghasilkan :
A M D AB .PT
= (PA1 − PA2 ) (3)
BM A dt R.T .L.PMB
Mengintegrasikan :
A z
D AB .PT t
(PA1 − PA2 ) dt
BM A z0
z dz = (4)
R.T .PBM 0

diperoleh waktu penurunan level cairan, tF, sebesar :

tF =
( )
 A z 2 − z 0 2 R.T .PBM
(5)
2.BM A .D AB .PT (PA1 − PA2 )

2.BM A .D AB .PT
z 2 − z0 =
2
(PA1 − PA2 ) (6)
R.T .PBM
Karena gas B terus menerus mengalir, maka konsentrasi gas A di bibir tabung
selalu sama dengan nol atau PA2 = 0.
Dengan memplot z2 – z02 vs t akan memberikan persamaan garis dengan slope
S.
2.BM A .D AB .PT
S= (PA1 ) (7)
 A .R.T .PBM
atau
 A .R.T .PBM .S
D AB = (8)
2.BM A .PT .PA1

dimana : A = densitas cairan A


(PB1 − PB 2 )
PBM =
 PB1 
 ln 
 PB 2 
PA1 = tekanan uap cairan A
DAB = koefisien difusi A dalam B
BMA = berat molekul A
PT = tekanan total

Teknik Kimia 44
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

T = temperatur absolut

II.2 Koefisien Difusi Cairan


Pada penentuan koefisien difusi cairan digunakan sel difusi. Sel difusi tersebut
terdiri atas N pipa kapiler yang panjangnya 5 mm dan diameternya 1 mm.
Untuk satu pipa kapiler proses difusi dapat digambarkan pada alat :

Gambar 2. Percobaan difusi cairan

Transfer nilai difusi :


dc A c A1 − c A2
JA = − D = (9)
dL L
Jumlah mol yang telah berdifusi selama selang waktu dt melalui N pipa kapiler
adalah:
− D. .d 2  c A1 − c A2 
VtangkiX.dcA =    dt.N (10)
4  L 

dc A −  .d 2  c A1 − c A2 
Vtangki =
4  N (11)
dt L 
Jika k = CM.CA, dan dianggap CA2<<CA1 maka:
4.Vtan gki L dk
D= (12)
 .d 2 .C M .C A dt
Keterangan :
Vtangki = volume tangki
L = panjang pipa kapiler
N = jumlah pipa kapiler
D = diameter pipa kapiler
CA = konsentrasi/molaritas A
CM = perubahan konduktifitas per mol

Teknik Kimia 45
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

K = konduktifitas dan tangki

III. PROSEDUR
A. ALAT DAN BAHAN

• Alat
1. Pipa kapiler berbentuk T
2. Waterbath dengan heater
3. Termometer
4. Thermostat
5. Pompa
6. Alat ukur
7. Sel difusi
8. Konduktometer
9. Pengaduk

• Bahan
1. Aseton
2. Larutan KCl

Teknik Kimia 46
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Gambar 3. Alat Difusi Cair-Cair

Teknik Kimia 47
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Gambar 4.Alat Difusi Gas-cair

B. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Mengisi kapiler n 35 mm dengan cairan aseton murni, sebelum diisi


tabung kapiler dicuci terlebih dahulu dengan cairan sabun encer.
2. Merendam tabung kapiler dalam wadah waterbath, dan memasang
termometernya pada waterbath.
3. Mengatur jarak mikroskop dengan tangki (20-30mm). Mengatur lensa
agar fokus pada tabung kapiler agar miniskus terlihat (miniskus akan
terbalik).
4. Mengatur sliding vernier scale pada skala tertentu.
5. Menyalakan pompa udara, kemudian mencatat level cairan.
6. Menyalakan temperatur kontroler dan mengatur pada temperatur yang
diminta oleh asisten, kemudian menunggu hingga temperatur dalam
keadaan steady state.
7. Mencatat waktu (t) dan level cairan setiap interval waktu 3 menit selama
1jam.

Teknik Kimia 48
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

• Laporan
1. Dari data yang diperoleh buatlah grafik L2 − Lo2 Vs t
2. Hitunglah harga DAB untuk beberapa temperature.

b.2. Koefisien Difusi Cairan


• Tujuan Percobaan
Untuk mengukur dan menghitung koefisien difusi cairan pada bebagai
konsentrasi larutan.

• Prosedur Percobaan
1. Mengisi sel difusi dengan KCl 1 M.
2. Membersihkan cairan yang berlebih pada luar sel difusi.
3. Menutup permukaan sel difusi dengan kertas saringan.
4. Menempatkan sel difusi ke dalam tangki, kemudian mengatur
kedudukan sel horizontal dan n 5mm di bawah garis tangki.
5. Mengisi tangki dengan aquades, mula-mula pembacaan adalah sekitar
10 μS (apabila tidak, berarti airnya kurang baik).
6. Memasang konduktometer.
7. Menyalakan pengaduk agar konsentrasi merata.
8. Mencatat konduktifitas setiap interval 3 menit dalam waktu 60 menit.
9. Mengulangi langkah 1-7 untuk konsentrasi KCl 2M.

• Laporan
1. Dari data yang diperoleh buatlah grafik K vs t
2. Hitunglah harga D.

C. LAPORAN

c.1. Koefisien Difusi Gas


1. Bahas hasil yang telah diperoleh dan bandingkan dengan data literature
serta membandingkan dengan koefisien yang diperoleh secara prediksi
dengan relasi yang diberikan oleh Fuller ( Baca : Gean Koplis 2 nd hal 286
atau Treybal 3 hal 31).

Teknik Kimia 49
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

2. Turunkan persamaan (1) dan jelaskan asumsi apa yang diambil dalam
penurunan rumus tersebut.

c.2. Koefisien Difusi Cairan


1. Bahas hasilnya dan membandingkan dengan literature (Baca: Gean Koplis
2 hal. 389-392).
2. (Harga CM sebaiknya dicari dengan jalan plot k Vs C untuk beberapa C
rendah yaitu 0.001 M sampai 0.002 M). Harga C adalah sekitar 0.41
mhr/mol).

DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christie J. 1993. Transport Processes andUnit Operations (3rd Edition). New
York.

Teknik Kimia 50
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

MODUL EVAPORATOR CLIMBING FILM

I. TUJUAN
• Dapat menghitung neraca energi evaporator untuk sirkulasi alami dan paksa
• Membandingkan keekonomisan untuk sirkulasi alamiah dan paksa
• Mengetahui pengaruh laju evaporasi dengan variasi perbedaan suhu sistem dengan
steam.
• Mengetahui pengaruh laju evaporasi dengan variasi tekanan sistem

II. TEORI

2.1 Definisi Evaporasi

Evaporasi merupakan salah satu proses perpindahan panas yang cukup penting dan banyak
terjadi di industri. Dalam proses evaporasi, uap dari larutan yang mendidih dipindahkan dan akan
menyisakan larutan yang lebih pekat. Pada banyak kasus, unit operasi evaporasi lebih ditujukan kepada
proses penghilangan air dari larutan encer. Contoh umum proses evaporasi adalah larutan gula, sodium
klorida, sodium hidroksida, gliserol, susu, dan lain-lain.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Evaporasi

Sifat fisis dan kimia dari larutan yang akan dikonsentrasikan dan uap yang akan dipindahkan,
sangat berpengaruh pada jenis evaporator yang digunakan, dan pada tekanan dan temperatur proses.
Beberapa faktor yang mempengaruhi metode proses yang digunakan, antara lain:
2.2.1 Konsentrasi cairan

Pada umumnya, larutan yang diumpankan pada evaporator adalah larutan encer, sehingga
memiliki viskositas yang rendah. Selain itu juga memiliki koefisien transfer panas yang relatif
tinggi. Dari evaporasi akan menghasilkan larutan yang sangat pekat dan cukup viskos, yang
menyebabkan penurunan koefisien transfer panas dengan signifikan. Sirkulasi yang cukup sangat
diperlukan untuk mencegah penurunan koefisien transfer panas menjadi sangat rendah.

2.2.2 Kelarutan

Larutan dipanaskan dan konsentrasi zat terlarut pun akan meningkat, sehingga batas
kelarutan bahan dalam larutan akan mungkin terlampaui dan akan terbentuk kristal. Hal ini
menunjukkan batas konsentrasi maksimum dalam larutan yang dapat diperoleh dengan proses
evaporasi. Kelarutan merupakan fungsi temperatur dan pada banyak kasus, kelarutan garam dalam
air akan meningkat seiring dengan kenaikan temperatur.
2.2.3 Sensitivitas temperatur bahan

Teknik Kimia 51
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Pada banyak produk, seperti makanan, sangat sensitif terhadap temperatur dan terdegradasi
pada temperatur yang sangat tinggi atau setelah melalui pemanasan yang cukup lama. Jumlah yang
terdegradasi merupakan fungsi temperatur dan waktu.

2.2.4 Pembusaan (foaming atau frothing)

Pada beberapa material yang terbuat dari larutan kaustik, larutan makanan seperti susu
skim, dan sejumlah larutan asam lemak, akan membentuk busa atau buih selama proses pendidihan.
Busa ini bersama uap akan keluar dari evaporator.
2.2.5 Tekanan dan temperatur

Titik didih larutan sangat berhubungan dengan tekanan sistem. Jika tekanan operasi
evaporator lebih tinggi, maka titik didihnya juga akan lebih tinggi. Untuk menjaga agar temperatur
tetap rendah pada material yang sangat sensitif, maka perlu dioperasikan pada tekanan di bawah 1
atm atau pada kondisi vakum.

2.2.6 Konstruksi material

Sejumlah larutan akan menimbulkan material pada yang terdeposit pada permukaan
pemanas yang disebut sebagai kerak. Kerak terbentuk dari dekomposisi produk atau penurunan
kelarutan. Oleh karena itu, evaporator harus dibersihkan secara berkala dan material penyusunnya
juga penting untuk diperhatikan untuk meminimalisasi terjadinya korosi.

2.3 Proses yang terjadi di evaporator

2.3.1 Proses kristalisasi evaporator

Kristalisasi adalah proses pengendapan yang sangat lambat sehingga molekul-molekul


dapat tersusun dalam kisi-kisi kristal. Sekali inti kristal terbentuk pertumbuhan kristal selanjutnya
akan lebih mudah dan lebih cepat. Evaporasi tidak sama dengan kristalisasi. Perbedaannya yaitu
bila dalam evaporasi lebih menekankan dalam pemekatan atau pengkonsentrasian larutan
sedangkan pada kristalisasi lebih menekankan pada pembuatan zat padat atau kisi-kisi kristal. Ada
2 jenis proses kristalisasi, yakni:

Proses Batch

Awal mula, cairan dipanaskan oleh steam coil atau jaket. Tahap akhir pelarut teruapkan
sampai tercapai nilai konsentrasi yang dinginkan, dan pendinginan dipengaruhi oleh pemindahan
panas kesekeliling dan permukaan di permukaan bebas. Larutan mendingin perlahan-lahan
dan berbentuk kristal-kristal yang besar yang berada di coil. Daya larut hampir tidak tergantung

Teknik Kimia 52
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

pada temperatur, bentuk kristal pada permukaan cairan dan kristal berada disana karena adanya
gaya tegangan permukaan sampai kristal-kristal kelebihan berat lalu jatuh kedasar permukaan.
Contoh salting evaporator.

Proses Kontinu

Proses kontinu dibagi menjadi dua tipe, yaitu linear dan stired.

- Tipe linear adalah larutan mengalir sepanjang pipa dengan sangat sedikit pencampuran
secara longitudinal. Contoh pada Swenson-Walker crystalizer, Wulff-Bock crystalizer.
- Tipe stirred adalah keadaan yang seragam. Contoh Oslo crystalizer.
2.3.2 Evaporasi dan Pengeringan

Evaporasi biasanya digunakan untuk memisahkan campuran cairan menjadi produk cair
(concentrate or thick liquor) dan uap air dari produknya, walaupun dalam kasus-kasus tertentu
seperti water treating dan desalinisasi, uap dihasilkan sebagai produk yang di inginkan bukan thuck
liquor.

Pengeringan (drying) adalah suatu metoda untuk mengeluarkan atau menghilangkan


sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air menggunakan energi panas yang dimana
tujuan pengeringan adalah untuk pengawetan. Prinsip dasar pengeringan adalah terjadinya
penguapan air dari bahan ke udara. Terjadi perbedaan tekanan uap antara air di bahan dan uap air
di udara. Pada umumnya tekanan uap air di bahan lebih besar dari di udara, hal ini menyebabkan
ada perpindahan massa air dari bahan ke udara.

Evaporasi hampirsama dengan pengeringan dalam hal penghilangan zat yang mudah
menguap, bedanya dalam hal produknya yaitu cairan yang dihasilkan. Evaporasi tidak sama dengan
dengan pengeringan. Dalam evaporasi, sisa penguapan adalah zat cair dan kadang-kadang zat cair
yang sangat viskos sedangkan dalam pengeringan sisa penguapan adalah dalam bentuk zat padat.

Proses Drying Evaporator

Pengeringan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

1. Drum dryer
Jika larutan mengalir menuju pemanas drum yang berputar perlahan-lahan,
sehingga terjadi penguapan dan padatan dapat diperoleh dalam bentuk kering. Padatan
biasanya berhubungan dengan logam panas antara 6 – 15 s, juga koefisien perpindahan
panas antara 1-2 kW/m2.K. Pada pengeringan, temperatur material harus dijaga serendah
mungkin dengan menggunakan pengering vakum.

2. Spray dryer

Teknik Kimia 53
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Air dapat diuapkan dari larutan atau suspensi padatan dengan menyemprotkan
campuran kedalam vessel yang dilewati gas panas.

2.4 Jenis-jenis Evaporator

Dalam proses evaporasi, kalor ditambahkan ke larutan untuk menguapkan pelarut yang pada
umumnya adalah air. Kalor yang ada berupa uap kondensasi seperti steam pada satu sisi permukaan
logam dengan cairan pengevaporasi di sisi lainnya. Jenis peralatan yang digunakan terutama tergantung
pada susunan permukaan transfer panas. Berikut ini beberapa jenis umum evaporator:
2.4.1 Open kettle atau pan
Jenis ini memiliki bentuk yang paling sederhana, terdiri dari panci terbuka dimana cairan
dididihkan. Kalor disediakan oleh steam kondensasi dalam jaket atau coil yang dibenamkan dalam
cairan. Evaporator jenis ini cukup murah dan mudah dioperasikan, namun tidak ekonomis.
2.4.2 Evaporator pipa horizontal sirkulasi alami
Pipa pemanas horizontal mirip dengan kumpulan pipa pada heat exchanger. Steam
memasuki pipa, tempat akan terkondensasi. Selanjutnya uap kondensat meninggalkan pipa. Cairan
yang mendidih akan menyelimuti pipa. Uap meninggalkan permukaan cairan, melewati sejumlah
deentraining device seperti baffle untuk mencegah terangkatnya tetes-tetes cairan dan keluar lewat
bagian atas. Evaporator jenis ini relatif murah dan digunakan untuk cairan non-viscous yang
memiliki koefisien transfer panas yang tinggi dan cairan yang tidak menimbulkan kerak. Karena
sirkulasi cairan yang buruk, maka alat ini tidak sesuai untuk cairan viskos. Pada beberapa kasus,
evaporator ini dioperasikan secara kontinu, dimana umpan masuk dengan laju konstan dan
konsentrat meninggalkan evaporator juga dengan laju yang konstan.

Gambar 1. Evaporator pipa horizontal Gambar 2. Evaporator tipe vertikal

Teknik Kimia 54
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

2.4.3 Evaporator tipe vertikal sirkulasi alami


Pada evaporator jenis ini, lebih diutamakan menggunakan pipa vertikal. Cairan berada di
dalam pipa dan steam berada di luar pipa. Karena terjadi proses pendidihan dan penurunan densitas,
maka cairan menaiki pipa dengan sirkulasi alami dan mengalir ke bawah melewati ruang terbuka
(downcomer). Sirkulasi alami akan menaikkan koefisien transfer panas. Alat ini tidak digunakan
pada cairan viskos. Nama lain dari alat ini adalah evaporator pipa-pendek (short-tube evaporator).
2.4.4 Evaporator tipe vertikal pipa panjang.
Karena koefisien transfer panas steam sangat tinggi dibandingkan dengan cairan yang
berevaporasi, maka diharapkan cairan memiliki kecepatan yang tinggi. Pada evaporator jenis ini,
cairan berada dalam pipa. Panjang pipa sekitar 3 sampai 10 meter dan pembentukan gelembung uap
dalam pipa menyebabkan pemompaan yang memberikan kecepatan cairan. Secara umum, cairan
mengalir hanya satu kali melewati pipa dan tidak diresirkulasi. Waktu kontaknya menjadi cukup
sebentar. Pada beberapa kasus, dimana rasio umpan terhadap laju evaporasi rendah, maka dilakukan
resirkulasi alami produk melewati evaporator dengan menambahkan pipa penghubung besar antara
keluaran konsentrat dan masukan umpan. Jenis ini biasa diaplikasikan pada produksi susu
kondensasi.

Gambar 3. Evaporator tipe vertikal pipa panjang


2.4.5 Evaporator tipe falling-film
Jenis ini merupakan variasi dari evaporator tipe pipa panjang, dimana cairan diumpankan
ke atas pipa dan mengalir ke bawah melalui dinding membentuk lapisan film. Pemisahan uap-cairan
terjadi di bagian bawah. Jenis ini digunakan untuk memekatkan material yang sensitif kalor, seperti
jus buah, dikarenakan waktu kontak yang tidak lama (5 sampai 10 detik) dan koefisien transfer
panasnya tinggi.

2.4.6 Evaporator film aduk (agitated film)

Teknik Kimia 55
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Evaporator ini merupakan modifikasi daripada evaporator film jatuh (falling film) yang
mempunyai tabung tunggal bermantel, dimana di dalam tabung itu terdapat sebuah pengaduk.
Umpan masuk dari puncak bagian bermantel dan disebarkan menjadi film tipis yang sangat turbulen
dengan bantuan daun-daun vertikal agitator (pengaduk) itu. Konsentrat keluar dari bawah bagian
bermantel, uap naik dan zone penguapan masuk ke dalam bagian tak bermantel yang diameternya
agak lebih besar dari tabung evaporasi. Di dalam separator, zat cair yang terbawa-ikut lalu
dilemparkan ke arah luar oleh daun-daun agitator. Keunggulan utama dari evaporator flim-aduk
ialah kemampuannya menghasilkan laju perpindahan kalor yang tinggi pada zat cair viskos. Produk
evaporasi bisa mencapai viskositas sampai setinggi 1.000 P pada suhu evaporasi. Koefisien
menyeluruh turun dengan cepat bila viskositas naik, tetapi dalam rancangan ini, penurunan itu
cukup lambat.

Gambar 4. Evaporator film-aduk

Evaporator film-aduk sangat efektif dengan produk viskos yang peka-panas, seperti gelatin,
lateks karet, antibiotika, dan sari buah. Kelemahannya ialah biayanya yang tinggi, adanya bagian-
bagian dalam yang bergerak, yang mungkin memerlukan perawatan dan pemeliharaan dan
kapasitas setiap unitnya kecil, jauh di bawah kapasitas evaporator bertabung banyak.

2.5 Metode Pengoperasian Evaporator

2.5.1 Single effect evaporator

Pada single-effect evaporator, umpan masuk pada Tf dan steam jenuh pada suhu TS masuk
ke bagian heat exchanger. Steam yang terkondensasi keluar sebagai kondensat (tetesan). Karena
larutan dalam evaporator dianggap tercampur sempurna, maka produk konsentrat dan larutan dalam
evaporator memiliki komposisi yang sama dan temperatur T1 yang merupakan titik didih larutan.

Teknik Kimia 56
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Suhu uap juga sama dengan T1 karena berada pada kesetimbangan dengan larutan yang mendidih.
Tekanan adalah P1 yang merupakan tekanan uap larutan pada T1.

Jika larutan yang dievaporasikan dianggap encer seperti air, maka 1 kg steam akan
mengevaporasikan sekitar 1 kg uap. Ini akan terjadi jika umpan yang masuk memiliki temperatur
Tf mendekati titik didih. Konsep dari koefisien transfer panas keseluruhan digunakan dalam
perhitungan laju transfer panas pada evaporator. Persamaan umumnya dapat ditulis sebagai berikut:

q = U A T = U A (Ts – T1)

dimana q adalah laju adalah laju transfer panas dalam W (btu/hr), U adalah koefisien transfer panas
keseluruhan dalam W/m2.K (btu/hr.ft2.K), A adalah luas transfer panas dalam m2 (ft2), Ts adalah
suhu steam dalam K, dan T1 adalah titik didih cairan dalam K.

Evaporator efek tunggal biasa digunakan pada saat dibutuhkan kapasitas operasi yang
relatif kecil dan harga steam yang relatif murah jika dibandingkan dengan biaya evaporator. Pada
kapasitas operasi yang lebih besar, penggunaan lebih dari satu efek akan mengurang biaya steam.

2.5.2 Multiple-effect evaporator

Lihat gambar 5. Gambar itu menunjukkan tiga buah evaporator sirkulasi alamiah tabung
panjang yang saling dihubungkan untuk mendapatkan sistem efek tiga. Uap dari satu efek berfungsi
sebagai medium pemanas bagi efek berikutnya. Efek pertama berfungsi sebagai tempat
pengumpanan uap mentah di mana tekanan ruang uap cairannya maksimum. Sedangkan tekanan
ruang uap cairan minimum terdapat pada efek terakhir. Tekanan di setiap efek lebih rendah dari
tekanan efek tempat menerima uap dan lebih tinggi dari tekanan efek tempat memberikan uap.
Setiap efek beroperasi sebagai evaporator efek tunggal dan masing-masing mempunyai beda suhu
melintas permukaan pemanasan yang berkaitan dengan penurunan tekanan di dalam efek itu.

Pada gambar 5 terlihat umpan encer masuk pada efek pertama dan dipekatkan
sedikit.Cairan lalu mengalir ke efek kedua untuk dipekatkan lagi, dan mengalir lagi ke efek ketiga
untuk pemekatan akhir.Kemudian cairan pekat ini dipompa keluar dari efek ketiga.Pada keadaan
stedi, laju aliran dan laju penguapan diatur sehingga tidak ada penumpukan atau pengurangan
pelarut maupun zat terlarut.

Teknik Kimia 57
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Gambar 5. Evaporator efek tiga : (I, II, III, efek petama, kedua, ketiga; F1, F2, F3, katup kendali umpan atau
cairan; S1, katup uap; ps, p1, p2, p3, tekanan; Ts, T1, T2, T3, suhu.

Konsentrasi cairan pekat hanya dapat diubah dengan mengubah laju aliran umpan.Jika
cairan pekat terlalu encer, maka laju umpan efek pertama dikurangi. Jika cairan pekat terlalu tinggi
konsentrasinya, maka laju umpan ditambah. Konsentrasi cairan pekat yang keluar akan mencapai
keadaan stedi pada tingkat yang diinginkan. Permukaan pemanasan pada efek pertama akan
mengalirkan kalor yang jumlahnya berdasarkan persamaan:
q1 = A1 U1T1

Jika dianggap bahwa semua kalor muncul sebagai kalor laten di dalam uap yang keluar dari
efek pertama, maka pada keadaan stedi seluruh kalor yang digunakan untuk membuat uap pada efek
pertama harus diserahkan lagi ketika uap ini dikondensasi pada efek kedua. Kalor yang ditransmisi
pada efek kedua, diberikan pada persamaan:
q2 = A2 U2T2

Terlihat bahwa q1 dan q2 hampir sama, sehingga:


A1 U1T1 = A2 U2T2
Penalaran selanjutnya menjadi:

A1 U1T1 = A2 U2T2 = A3 U3T3


Persamaan di atas merupakan persamaan pendekatan yang masih perlu ditambahkan suku-
suku lain yang nilainya relatif kecil. Luas permukaan pemanasan di setiap efek dalam evaporator
efek berganda adalah sama agar mendapatkan ekonomi dalam konstruksi. Persamaan tersebut
diperoleh karena q1 = q2 = q3 = q.

U1T1 = U2T2 = U3T3 = q/A

Jadi, penurunan suhu dalam masing-masing efek berganda adalah berbanding terbalik dengan
koefisien perpindahan kalornya.
Cara Pengumpanan

Teknik Kimia 58
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Ada 4 jenis metode pengumpanan yang umumnya digunakan :


- Metode umpan maju (forward feed)
Dengan cara memompakan zat cair encer ke dalam efek pertama dan dialirkan terus
ke efek-efek berikutnya hingga mencapai efek terakhir. Konsentrasi zat cair meningkat dari
efek pertama sampai efek terakhir. Diperlukan sebuah pompa untuk mengumpankan zat
cair ke efek pertama. Pada perpindahan antara efek berlangsung tanpa pompa dan hanya
diperlukan sebuah katup kendali di dalam pipa penghubung antar efek (gambar 6a).
- Metode umpan mundur (backward feed)
Dengan cara memompakan zat cair ke efek yang terakhir, kemudian dialirkan
secara berurutan hingga ke efek pertama. Diperlukan sebuah pompa di antara setiap
pasangan efek yang bersebelahan di samping pompa cairan pekat, karena aliran
berlangsung dari tekanan rendah ke tekanan tinggi. Metode ini akan menghasilkan
kapasitas yang lebih besar bila cairan pekat itu viskos, tapi akan menghasilkan ekonomi
yang lebih rendah dari umpan maju jika cairan umpannya dingin (gambar 6b).

Gambar 6. Pola aliran zat cair dalam evaporator efek berganda : (a) umpan maju; (b) umpan
mundur; (c) umpan campuran; (d) umpan paralel
- Metode umpan campuran (mixed feed)
Zat cair encer masuk ke efek antara, mengalir ke ujung deret, lalu dipompakan
kembali ke efek pertama untuk pemekatan akhir. Dengan metode ini, sebagian dari pompa
yang digunakan pada umpan mundur tidak digunakan lagi. Pelaksanaan operasi akhir masih
dapat dilakukan pada suhu tertinggi (gambar 6c).

- Metode umpan paralel (paralel feed)

Teknik Kimia 59
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Biasa digunakan dalam evaporator kristalisasi, dimana dihasilkan lumpur kristal


dan cairan induk. Umpan dimasukkan secara paralel langsung ke setiap efek. Tidak terdapat
perpindahan zat cair dari efek yang satu ke efek yang lain (gambar 6d).
Kapasitas dan Ekonomi Evaporator Efek Berganda

Penurunan kapasitas merupakan akibat dari penggunaan evaporator efek berganda.


Kapasitas total evaporator efek berganda tidak lebih besar dari evaporator efek tunggal yang
luas permukaanya sama dengan salah satu efek itu dan beroperasi pada kondisi akhir yang sama.
Jika kenaikan titik didih diabaikan, T menyeluruh efektif sama dengan jumlah T pada
masing-masing efek. Banyaknya air yang diuapkan per satuan luas permukaan pada evaporator
efek berganda dengan N efek adalah kira-kira (1/N) kali pada efek tunggal. Jika beban
pemanasan dan kalor pengenceran diabaikan, kapasitas evaporator berbanding langsung
dengan laju perpindahan kalor. Kalor yang berpindah di dalam tiga efek :
q1 = A1 U1T1q2 = A2 U2T2q3 = A3 U3T3

Kapasitas total sebanding dengan laju total perpindahan kalor qT :

qT = q1 + q2 + q3 = A1 U1T1 + A2 U2T2 + A3 U3T3

Anggap luas permukaan setiap efek adalah A ft2, dan koefisien menyeluruh U sama
pada tiap efek, maka persamaan di atas menjadi :

qT= UA (T1 + T2 + T3) = U A T

dimana T adalah penurunan suhu total antara uap pemanas dalam efek pertama dengan uap
cairan dalam efek terakhir.

Misal ada evaporator efek tunggal yang luas permukaannya A beroperasi pada
penurunan suhu total yang sama. Jika koefisien menyeluruhnya sama dengan koefisien
menyeluruh di setiap efek dalam evaporator efek tiga itu, maka laju perpindahan kalor dalam
efek tunggal itu :

qT = U A T

Persamaan ini sama dengan persamaan pada evaporator berganda. Kapasitas efek berganda
tidak akan lebih besar daripada efek tunggal jika nilai koefisien menyeluruhnya dan luas
permukaan tiap-tiap efek sama dengan yang dimiliki oleh efek tunggal, sebanyak apapun
jumlah efeknya. Kenaikan titik didih akan cenderung membuat kapasitas evaporator efek
berganda lebih kecil dari efek tunggal yang sebanding. Koefisien rata-rata untuk evaporator
efek tiga akan lebih besar dari koefisien pada efek tunggal.

Teknik Kimia 60
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

III. PROSEDUR
A. ALAT DAN BAHAN
Climbing film evaporator

Gambar 7. Peralatan Percobaan Climbing Film Evaporator

B. PROSEDUR PERCOBAAN

Persiapan

• Mengosongkan tangki kondensat (L2 dan L3) dan memastikan bahwa sumber listrik, steam,
dan air pendingin telah tersedia.
• Valve terbuka : V1, V4, V6, V8, C1, C4
• Valve tertutup : V2, V3, V5, V7, C5, C6, C7, C9

Start Up

• Menyalakan feed pump (5) dan S2 serta C8 dibuka penuh.


• Menyalakan feed pre-heater (S3)
• Ketika cairan telah terlihat di aliran F2, menyesuaikan C8 untuk mendapatkan laju feed yang
diinginkan pada F2.
• Membuka dan menyesuaikan C2 untuk mengatur aliran di F1, dimana F1 = 40xF2.
• C10 dapat digunakan untuk mengatur besar tekanan sistem yang diinginkan pada P2.
• Menyalakan recirculation pump (S4) saat aliran terlihat pada level vessel (10).
• Mengatur termostat pada feed pre-feater (S3) sehingga temperatur T6 dan T7 sedekat mungkin.
• Menyalakan vacum pump (S5) untuk kondisi vakum lalu menyesuaikan C1 untuk mengatur
tekanan sistem yang diinginkan pada P1. untuk kondisi tekanan sistem pada tekanan atmosfer,
C1 dibiarkan terbuka penuh.

Sirkulasi alamiah

Teknik Kimia 61
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Mengikuti prosedur persiapan dan start-up seperti di atas. Lalu membuka C5 sehingga
mendapatkan hasil yang diinginkan pada F3.

Sirkulasi paksa

Mengikuti prosedur pendahuluan dan start-up seperti di atas. Membuka V7 dan menyesuaikan
C4 dan C5 sehingga menghasilkan laju resirkulasi yang diinginkan pada F3.

Prosedur pengesetan variabel

• Mengatur P1 = 0 mmHg; F2 = 10 L/hr; F1 = 40 x F2; F3 = 5 L/hr


• Mencatat nilai:
- L1; L2 dan L3
- T3; T5; T7; dan T8
- P2
- Jumlah steam yang terkondensasi
• Mengulangi prosedur di atas untuk sirkulasi alamiah dan sirkulasi paksa, untuk P1=0, 100, dan
200 mmHg. Data diambil setiap 2 menit.

Percobaan yang Diujikan

• Pengaruh Laju Evaporasi dengan Variasi Tekanan Sistem


- Mengatur P1 = 0 mmHg; F2 = 15 lt/hr; F1 = 40 x F2
- Mencatat L2, T7, P2 setiap 2 menit, termasuk t = 0 menit
- Mengulangi prosedur di atas untuk P1 = 100 mmHg dan P1 = 200 mmHg
• Pengaruh Laju Evaporasi dengan Variasi Perbedaan Suhu Sistem dengan Steam.
- Mengatur P1 = 0 mmHg; F2 = 15 lt/hr; F1 = 40 x F2; F3 = 5 lt/hr
- Mencatat L2, T7, P2 setiap 2 menit, termasuk t = 0 menit
- Mengulangi prosedur di atas untuk P1 = 100 mmHg dan P1 = 200 mmHg
• Membandingkan Keekonomisan untuk Sirkulasi Alamiah dan Paksa
- Mengatur P1 = 0 mmHg; F2 = 15 lt/hr; F1 = 40 x F2
- Mencatat L2, T7, P2, F3 setiap 2 menit, termasuk t = 0 menit
- Mengulangi prosedur di atas untuk P1 = 100 mmHg dan P1 = 200 mmHg
• Menghitung Neraca Energi Evaporator untuk Sirkulasi Alami dan Paksa
- Mengatur P1 = 0 mmHg; F2 = 15 lt/hr; F1 = 40xF2; F3 = 5 lt/hr
- Mencatat P2, L1, L2, L3, T3, T5, T8, setiap 2 menit, termasuk t = 0 menit
Mengulangi prosedur di atas untuk P1 = 100 mmHg dan P1 = 200 mmHg

Teknik Kimia 62
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

MODUL TUBULAR FLOW

I. TUJUAN

- Menganalisa reaktan dan produk untuk reaksi spesifikasi dengan titrasi


- Menentukan konversi dari faktor X pada kondisi tubular yang telah ditentukan
- Menentukan variasi dari konversi berkenaan dengan pengaruhnya terhadap waktu
tinggal
- Menentukan orde reaksi dan laju reaksi dan laju konstn menggunakan reaktor tubular
- Mengetahui pengaruh suhu terhadap reaksi dan konstanta laju reaksi

II. TEORI
ANALISA REAKTAN DAN PRODUK DENGAN TITRASI PADA REAKSI
SAPONIFIKASI

Reaksi yang dipilih untuk percobaan adalah reaksi yang aman untuk dilakukan, mudah untuk
dipantau dalam hal menganalisis produk dan mudah untuk didokumentasikan.Reaksi ini adalah
saponifikasi dari etilasetat dengan natrium hidoksida. Yang dimaksud dengan reaksi
saponifikasi adalah reaksi antara ethyl asetat dan NaOH menurut reaksi sebagai berikut :

Ethyl Asestat + Natrium Hidroksida → Natrium Asetat + Etanol

C2H5O2CCH3→ CH3CO2Na + H3C-CH2-OH

Secara teoritis :

-rOH = -dCOH/dt = -dCEt-O-Ac/dt = k*COH*CEt-O-Ac

kOH = 0.111 L/mol-sec pada suhu 25oC

Reaksi ini merupakan reaksi orde dua bimolekular dan irreversible

Jika berlangsung dalam PFR, maka :

Rumus Kunci PFR :

COH = Cet-O-Av

Hubungan Persamaan :

Teknik Kimia 63
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

1 𝑋𝑂𝐻 𝑉
. = 𝑘𝜏 𝜏= (𝑆𝑝𝑎𝑐𝑒 𝑇𝑖𝑚𝑒)
𝐶𝑂𝐻 1 − 𝑋𝑂𝐻 𝑉𝑜

PENENTUAN KONVERSI PADA PFR


Dalam suatu reaksi stoikiometri, dimana :
aA +bB → cC + dD

jika digunakan A sebagai basis dalam perhitungan, maka berdasarkan perbandingan koefisien
masing-masing senyawa akan diperoleh dalam bentuk :

𝑏 𝑐 𝑑
𝐴+ 𝐵 → 𝐶+ 𝐷
𝑎 𝑎 𝑎

Yang menyatakan perbandingan mol yang terjadi ketika 1 mol A dijadikan basis dalam reaksi
ini.

Untuk mengetahui sejauh mana suatu reaksi berlangsung ketika sejumlah A direaksikan,
digunakan istilah konversi. Konversi dari A (XA) menyatakan banyaknya mol senyawa A yang
bereaksi ketika sejumlah A direaksikan dalam sebuah system. Hal ini dapat dituliskan :

𝑚𝑜𝑙 𝐴 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖


XA = 𝑚𝑜𝑙 𝐴 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑘𝑒 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚

HUBUNGAN ANTARA KONVERSI DAN RTD PADA PFR


Yang dimaksud dengan residence adalah waktu tinggal atom dalam reaktor. Pada PFR
idealnya waktu tinggal atom yang berbeda adalah sama. Setelah percobaan, RTP ditentukan
melalui percobaan dengan cara menginjeksikan bahan inert yang biasa disebut tracer ke dalam
reaktor pada saat t=0, kemudian menentukan nilai konsentrasi, C, pada aliran effluent sebagai
fungsi terhadap waktu.

Metode Penentuan RTD :

1. Pulse Input
∆𝑁
= 𝐸(𝑡)∆𝑡
𝑁0
2. Percobaan step tracer

Teknik Kimia 64
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

𝑑 𝐶(𝑡)
𝐸(𝑡) = [ ]𝑠𝑡𝑒𝑝
𝑑𝑡 𝐶0

ORDE REAKSI DAN KONSTANTA LAJU REAKSI


1. Laju Reaksi
▪ Laju reaksi kimia adalah jumlah mol reaktan persatuan volume yang bereaksi dalam
satuan tertentu
▪ Bila sebuah kurva penurunan konsentrasi reaktan sebagai fungsi waktu, maka akan
diperoleh grafik seperti gambar di bawah ini (dimana suhu diangap konstan)

▪ Persamaan umum laju reaksi adalah :

−𝑑𝑐
= 𝑘1 𝑐
𝑑𝑡

Dimana dc/dt adalah different rate expression, sedangkan k1 adalah konstanta laju
reaksi atau dituliskan :

Laju = k[A][B]

2. Konstanta laju reaksi


▪ Independen terhadap konsentrasi zat, dependen terhadap temperatur reaksi
▪ Pada reaksi fasa gas k juga bergantung pada tekanan, sedangkan pada reaksi fasa
cair k bergantung pada kekuatan ionik dan jenis pelarut.
▪ Penentuan konstanta laju reaksi dapat dengan menggunakan metode laju reaksi
awal.
▪ Persamaan Arhenius :
𝐸
k(T) = 𝐴𝑒 −𝑅𝑇
3. Orde Reaksi
Penentuan orde reaksi secara percobaan :
▪ Metode Integrasi

Teknik Kimia 65
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Pada metode ini penentuan orde dilakukan dengan mencocokkan persamaan laju
reaksi dengan data hasil percobaan.
Kekurangan: adanya reaksi samping dan reaksi kebalikan yang dapat
mempengaruhi hasil percobaan.

▪ Metode Laju Reaksi Awal


Pada metode ini penentuan orde dilakukan dengan mengukur laju reaksi awal
dengan konsentrasi awal reaktan yang berbeda-beda.
▪ Metode waktu paruh
Secara umum, untuk reaksi yang berordo n, waktu paruh reaksi sebanding dengan
1/Con-1, dimana Co adalah konsentrasi awal reaktan, lalu data hasil percobaan
dimasukkan ke dalam persamaan tersebut dan kemudian dibuat kurva yang
berbentuk garis lurus dengan cara yang sama seperti pada metode integrasi.
Kekurangan : adanya reaksi samping akan mempengaruhi ketepatan metode ini.

Kurva untuk metode laju reaksi awal :

Tabel 12.1 Persamaan laju reaksi dan konstanta laju reaksi untuk reaksi-reaksi dengan ord e
yang umum ditemui.

Teknik Kimia 66
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Orde reaksi Persamaan laju Satuan konstanta laju reaksi


reaksi CGS SI
Orde nol 𝑑𝑐 mol liter-1 det-1 mol m-3det-1
− = 𝑘0
𝑑𝑡
Orde pertama 𝑑𝑐 det-1 det-1
− = 𝑘1 𝑐
𝑑𝑡
Orde kedua 𝑑𝑐 mol-1 literdet-1 mol-1 m3det-1
− = 𝑘2 𝑐 2
𝑑𝑡
Orde ketiga 𝑑𝑐 mol-2 liter2 det-1 mol-2 m4det-1
− = 𝑘3 𝑐 3
𝑑𝑡
Orde pecahan 𝑑𝑐 (mol liter -1 ) 0.4 det-1 (mol liter -3 ) 0.4 det-1
− = 𝑘3 𝑐 0.4
𝑑𝑡

PENGARUH SUHU TERHADAP REAKSI DAN KONSTANTA LAJU REAKSI

Reaksi Endotermis adalah reaksi yang menyerap panas.Perubahan temperatur berpengaruh


terhadap reaksi, konstanta laju reaksi yang dihasilkan.

III. PROSEDUR
A. ALAT DAN BAHAN
Percobaan 1 :
Peralatan :

- Labu Erlenmeyer 1 Liter dengan penutup


- Buret
- Pipet
- Tabung Ukur

Bahan :

- Phenolphtalein
- Larutan Ethyl Asetat (EtOAc)
- Larutan NaOH
- Larutan HCl
- Air

Percobaan 2
Alat :

Teknik Kimia 67
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

- Tubular Flow Reaktor


- Stopwatch
- Beaker Glass
- Tabung Ukur
- Labu Erlenmeyer
- Pipet
Bahan :
- Phenolphtalein
- Larutan Ethyl Asetat (EtOAc)
- NaOH
- Larutan HCl
- Air
Percobaan 3
Alat :

- Tubular Flow Reacktor


- Stopwatch
- Beaker Glass
- Tabung Ukur
- Labu Erlenmeyer
- Pipet

Bahan :

- Soda Kaustik
- Phenolphtalein
- Larutan Ethyl Asetat (EtOAc)
- Larutan NaOH
- Larutan HCl
- Air

Percobaan 4
Alat :

- Tubular Flow Reactor


- Stopwatch

Teknik Kimia 68
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

- Beaker Glass
- Tabung Ukur
- Labu Erlenmeyer
- Pipet

Bahan :

- Soda Kaustik
- Phenolphtalin
- Larutan Ethyl Alcohol
- Larutan NaOH
- Larutan HCl
- Air

Percobaan 5
Alat :

- Tubular Flow Reactor


- Stopwatch
- Beaker Glass
- Tabung Ukur
- Labu Erlenmeyer
- Pipet

Bahan :

- Soda Kaustik
- Phenolphtalein
- Larutan Ethyl Alcohol
- Larutan NaOH
- Larutan HCl
- Air

B. PROSEDUR PERCOBAAN
Percobaan 1: Analisa Reaktan dan Produk dengan Titrasi pada Reaksi
Saponifikasi
1. Membuat larutan untuk campuran reaktan, yaitu :

Teknik Kimia 69
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

• 250 ml 0.1 M NaOH standar


• 259 ml 0.1 M EtOAc

Catatan : Kuantitas dari EtOAc yang dibutuhkan adalah :

0.1 𝑀 1
250 x mol.wt x x
1000 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠

0.1 𝑀 1
=250 x 88 x x = 2.5 ml BM EtOAc
1000 0.89

2. Mencampur campuran reaktan dalam labu Erlenmeyer berukuran 1 liter dan ditutup
dengan tutup pengaman (stopper), kemudian biarkan selama 1jam.
3. Mengambil sampel sebanyak 10 ml dari campuran tersebut dan tempatkan dalam labu
terpisah untuk dititrasi.
4. Larutkan sampel dengan 10ml larutan 0.1M HCl
5. Titrasi sampel tersebut dengan 0.1M NaOH hingga titik akhir dicapai. Catat volume
yang terpakai untuk mentitrasi.

Percobaan 2 : Penentuan Konversi pada PFR


1. Menyiapkan Reaktan
a. Soda Kaustik (NaOH)
Taruh 10 liter 0.1M larutan soda kaustik dalam Tanki A, agar cukup untuk
beberapa kali percobaan. Jumlah soda kaustik yang dibutuhkan adalah :
(Berat Molekul x Molaritas x Volume ) = (40 x 0.1 x 10)
= 40 gram dalam 10 liter air
Kenakan kacamata pengaman dan sarung tangan dalam pembuatan larutan
ini.Standarisasi dengan mentitrasi larutan tersebut dengan 0.1 HCl seperti
percobaan1.
b. Ethyl Acetate (EtOAc)
Larutan ini sangat mudah menguap dan mudah terbakar, jauhkan dari cahaya
secara langsung.
Untuk larutan 0.1M, jumlah EtOAc yang dibutuhkan adalah :
𝑚𝑜𝑙 𝑤𝑡 1 88 1
x 10 liter x 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = 10x 10 x 0.89= 99 ml
10

Untuk 10 liter larutan air terdistilasi atau air ter-deionisasi dalam Tanki B.
2. Setel unit pengatur suhu hingga mencapai 30oC dan alat pengaduk bekerja.

Teknik Kimia 70
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

3. Nyalakan kedua pompa. Sesuaikan laju alir hingga 0.1 liter/menit untuk tiap umpan
dan periksa produk keluar ke tempat pembuangan yang seharusnya.
4. Setelah 20-30 menit saat reaktor telah mencapai stabil, catat :
• Laju alir larutan NaOH dan EtOAc
• Temperatur keluaran T, dalam 0C
5. Ambil 10ml larutan keluaran reaktor dan NaOH dari suatu inlet, analisa konsentrasi
soda kaustik-nya dengan titrasi menggunakan HCl. Catat volume HCl yang
terpakai.

Percobaan 3 : Hubungan antara Konversi dan RTD pada PFR


1. Buat larutan umpan seperti pada percobaan 2.
2. Setel reaktor seperti pada percobaan 2, pilih 300C sebagai suhu reaktan.
3. Dari kuantitas EtOAc yang telah dibuat, hitung konsentrasi EtOAc pada umpan reaktor
(CBT). Lakukan hal yang samam untuk larutan NaOH menggunakan analisa prosedur 1
untuk mendapatkan CAT.
4. Tentukan laju FA dan FB , awalnya dalam kisaran rendah pada flowmeter (liter/menit),
sehingga FA CAT = FB CBT
5. Nyalakan pompa, sesuaikan laju alir, biarkan beberapa lama hingga tercapai stabil
(untuk volume 2 buah reaktor, kira-kira 1 liter), sebelum mengambil sampel dari aliran
outlet.
6. Ulangi percobaan untuk nilai FA dan FB yang berbeda.

Percobaan 4 : Orde Reaksi dan Konstanta Laju Reaksi


1. Buat larutan umpan seperti percobaan 2.
2. Setel reaktor seperti pada percobaan 2, pilih 30oC sebagai suhu reaktan.
3. Dari kuantitas EaOAc yang telah dibuat, hitung konsentrasi EaOAc pada umpan
reaktor (CBT). Lakukan hal yang sama untuk larutan NaOH menggunakan analisa
prosedur percobaan 1 untuk mendapatkan C AT.
4. Tentukakn laju FA dan FB, awalnya dalam kisaran rendah pada flowmeter (liter/menit)
sehingga FA CAT=FB CBT
5. Nyalakan pompa, sesuaikan laju alir, biarkan beberapa lama hingga tercapai keadaan
stabil (untuk volume 2 buah reaktor, kira-kira 1 liter), sebelum mengambil sampel
dari aliran outlet.
Ulangi percobaan untuk nilai FA dan FB yang berbeda-beda

Teknik Kimia 71
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Percobaan 5 : Pengaruh Suhu Terhadap Reaksi dan Konstanta Laju Reaksi

1. Buat larutan umpan seperti pada percobaan 2


2. Setel reaktor seperti pada percobaan nomor 2
3. Dari kuantitas EtOAc yang telah dibuat, hitung konsentrasi EtOAc pada umpan
reaktor (CBT). Lakukan hal yang sama untuk larutan NaOH menggunakan analisa
prosedur 1 untuk mendapatkan CAT.
4. Tentukakn laju FA dan FB, awalnya dalam kisaran rendah pada flowmeter (liter/menit)
sehingga FA CAT=FB CBT
5. Nyalakan pompa, sesuaikan laju alir, biarkan beberapa lama hingga tercapai keadaan
stabil (untuk volume 2 buah reaktor, kira-kira 1 liter), sebelum mengambil sampel
dari aliran outlet.
6. Pilih 25oC, 35oC, 45oC, 55oC, pada pengatur suhu untuk tiap percobaan.
7. Pilih laju alir yang tetap untuk semua percobaan, misalnya FA=0.1 liter/menit dan
FB=FA-CAT/CAB

C. LAPORAN

D. PERTANYAAN

DAFTAR PUSTAKA

Teknik Kimia 72
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

MODUL pH CONTROL

I. TUJUAN

- Mengamati karakteristik sistem saat dikontrol secara manual maupun otomatis


- Menentukan parameter proportional band (P), integral time (τI), dan derivative
time (τI) dalam respon sistem pH control dengan metode tuning Ziegler-Nichols,
Lopez, dan Wahid-Rudi-Victor
- Membandingkan performa setiap metode tuning dalam pengontrolan pH

II. TEORI

Tingkat Keasaman (pH)


pH adalah besaran untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan
negatif logaritmakonsentrasi ion H+dan secara matematika diungkapkan dengan
persamaan:
pH= −log[H+]
pOH= −log[OH−]
Nilai pH bervariasi antara 1 sampai 14. Pada saat temperatur 25°C hubungan nilai
pH dan sifat dari zat adalah:
pH < 7 asam
pH = 7 netral
pH > 7 basa

Sistem Pengendalian
Secara umum system pengendalian digolongkan menjadi dua yaitu pengendalian
loop terbuka dan pengendalian loop tertutup. Sistem pengendalian loop terbuka
pengendaliannya bersifat tidak tergantung pada keluaran namun pada loop tertutup
keluaran digunakan sebagai feedback untuk memperbaiki input sehingga sistem yang
lebih stabil dapat tercapai.

Teknik Kimia 73
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

(a)

(b)
Gambar 2.1Sistem pengendalian pH, (a) Loop Terbuka dan (b) Loop Tertutup

Pendekatan First-Order-Plus-Dead-Time (FOPDT)


FOPDT merupakan metode pemodelan proses dinamik yang digunakan untuk menentukan
konstanta gain (Kp), dead time (θ), dan konstanta waktu (τ) pada sistem yang dianggap
memiliki orse satu sehingga didapatkan permodelan proses untuk suatu sistem dinamik
sebagai berikut.
𝐾𝑝 𝑒 −𝜃𝑠
𝐺(𝑠) = 𝜏𝑠+1

Nilai gain (Kp), dead time (θ), dan konstanta waktu (τ), dapat ditentukan
Metode penentuan FOPDT dengan model empirik terbagi lagi menjadi dua
metode, yang dijelaskan sebagai berikut.
Metode I
Metode I dilakukan sebagai berikut dan diilustrasikan pada Gambar 2.2.
1. Menghitung KP dengan persamaan:

𝐾𝑃 = 𝛿

dimana ∆ adalah besar perubahan respon dan δ adalah besar perubahan input.
2. Menghitung τ dengan persamaan:

𝜏=𝑠

dimana s adalah slope maksimum yang dicari dari garis singgung Process Reaction
Curve (PRC) yang paling tegak.
3. Menentukan dead time(θ) dari kurva.

Teknik Kimia 74
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Metode II
Metode II dilakukan sebagai berikut dan diilustrasikan pada Gambar 2.3.
1. Menghitung KP
2. Menghitung τ dengan persamaan:
𝜏 = 1,5(𝑡63% − 𝑡28% )
dimana t63% adalahwaktu yang diperlukan untuk mencapai 63% respon maksimum
dan t28% adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai 28% respon maksimum.
3. Menentukan dead time(θ) dengan persamaan:
𝜃 = 𝑡28% − 𝜏

Gambar 2.2 Penentuan Konstanta gain (Kp), Dead time (θ), dan Konstanta waktu (τ)
dengan Metode I FOPDT

Gambar 2.3 Penentuan Konstanta gain (Kp), Dead time (θ), dan Konstanta waktu (τ)
dengan Metode II FOPDT
Pendekatan Orde Tinggi

Teknik Kimia 75
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Pada pendekatan orde tinggi (selain orde satu), dibutuhkan patameter-parameter lain,
seperti rise time, time to first peak, settling time, overshoot, decay ratio, dan periode osilasi.
Nilai-nilai ini ditunjukkan secara grafis pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Besaran-besaran pada Pendekatan Orde Tinggi

PID Controller

PID Controller merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan. Selain itu
sistem ini mudah digabungkan dengan metoda pengaturan yang lain seperti Fuzzy dan
Robust, sehingga akan menjadi suatu sistem pengatur yang semakin baik.

PID Controller memiliki transfer function sebagai sebagai berikut :

K D s 2 + K P s +K I
H ( s) =
s 3 + K D s 2 + K P s +K I

PID Controller sebenarnya terdiri dari 3 jenis cara pengaturan yang saling
dikombinasikan, yaitu P (Proportional) Controller, D (Derivative) Controller, dan I (Integral)
Controller. Masing-masing memiliki parameter tertentu yang harus diset untuk dapat

Teknik Kimia 76
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

beroperasi dengan baik, yang disebut sebagai konstanta. Setiap jenis, memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1Respon PID Controller Terhadap Perubahan Konstanta


Closed-Loop Response Rise Time Overshoot Settling Time SS Error
Kp Decrease Increase Small change Decrease
Ki Decrease Increase Increase Eliminate
Kd Small change Decrease Decrease Small change

Parameter-parameter tersebut, tidak bersifat independen, sehingga pada saat salah satu
nilai konstantanya diubah, maka mungkin sistem tidak akan bereaksi seperti yang diinginkan.
Tabel di atas hanya dipergunakan sebagai pedoman jika akan melakukan perubahan konstanta.
Untuk merancang suatu PID Controller, biasanya dipergunakan metoda trial & error. Sehingga
perancang harus mencoba kombinasi pengatur beserta konstantanya untuk mendapatkan hasil
terbaik yang paling sederhana.

• Proportional Controller

Dari Tabel 2.1 diketahui bahwa P Controller dapat mengurangi rise time,
menambah overshoot, dan mengurangi steady state error. Closed-loop transfer function
sistem di atas dengan menggunakan P Controller adalah sebagai berikut :
KP
H ( s) =
s + 10 s + (20 + K P )
2

Gambar 2.5Respon Sistem Tertutup Menggunakan P Controller

Teknik Kimia 77
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

• Proportional-Derivative Controller

Closed-Loop transfer function sistem di atas dengan PD Controller adalah :


KDs + KP
H (s) =
s + (10 + K D ) s + (20 + K P )
2

Respon sistem tergambar seperti di bawah ini.

Gambar 2.6Respon Sistem Tertutup Menggunakan PD Controller

Berdasarkan gambar di atas, penggunaan PD Controller dapat mengurangi overshoot


dan settling time, tetapi tidak memberikan dampat apa pun terhadap steady state error.

• Proportional-Integral Controller

Closed-Loop transfer function sistem di atas dengan PI Controller adalah :


KPs + KI
H (s) =
s + 10 s + (20 + K P ) s + K I
3 2

Integral Controller memiliki karakteristik menguraangi rise time, menambah


overshoot dan setling time, serta menghilangkan steady state error (karakteristik ini
tidak dimiliki oleh jenis yang lain).
P dan I Controller memiliki karakteristik yang sama dalam hal rise time dan
overshoot. Oleh karena itu, nilai Kp harus dikurangi untuk menghindari overshoot yang
berlebihan. Nilai Ki diambil lebih besar dari Kp, karena diinginkan untuk meniadakan
steady state error. Jika Kp > Ki, maka steady state errornya tidak dapat dihilangkan.

Teknik Kimia 78
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Gambar 2.7Respon Sistem Tertutup Menggunakan PI Controller

Dari gambar di atas terlihat bahwa rise time sistem menurun, dengan overshoot yang
kecil, serta steady state errornya dapat dihilangkan.

• Proportional-Integral-Derivative Controller

Bagian akhir dari simulasi ini adalah PID Controller, yang memiliki transfer function
untuk sistem di atas adalah :
KDs2 + KPs + KI
s 3 + (10 + K D ) s 2 + (20 + K P )s + K I

Respon sistem tergambar di bawah ini

Gambar 2.8 Respon Sistem Tertutup Menggunakan PID Controller

Dari gambar di atas terlihat bahwa kriteria sistem yang diinginkan sudah
terpenuhi, yaitu tidak memiliki overshoot, rise time yang cepat, dan tidak memiliki
steady state error.

Metode Tuning PID

Teknik Kimia 79
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

1. Metode Ziegler-Nichols (PRC)


Persamaan-persamaan yang digunakan untuk menetukan nilai Kc, TI, TD adalah:
Controller Type Kc TI TD
Proportional P 1 𝜃 −1 - -
( )
𝐾 𝜏
Proportional- PI 0.9 𝜃 −1 3.33 𝜃 -
Integral ( )
𝐾 𝜏
Proportional- PID 1.2 𝜃 −1 2.0𝜃 1
( ) 𝜃
Integral- 𝐾 𝜏 2
Derivative

2. Metode Lopez (Disturbance)


Persamaan yang digunakan adalah:
• Proportional (P) Controller: 𝐺𝑐 (𝑠) = 𝐾𝑐
𝑎 𝜃 𝑏 IAE
𝐾𝑐 = ( ) ;
𝐾 𝜏 a = 0.902
b = -0.985
1
• Proportional-Integral (PI) Controller: 𝐺𝑐 (𝑠) = 𝐾𝑐 (1 + 𝜏 𝑠)
𝑖
IAE
𝑎1 𝜃 𝑏1
𝐾𝑐 = ( ) ; a1 = 0.984
𝐾 𝜏
𝜏 b1 = -0.986
𝜏𝑖 = ;
𝑎2 + 𝑏2 (𝜃⁄𝜏) a2 = 0.608
b2 = -0.707
• Proportional-Integral-Derivative (PID) Controller:
1
𝐺𝑐 (𝑠) = 𝐾𝑐 (1 + + 𝜏𝐷 𝑠) IAE
𝜏𝑖 𝑠

𝑎1 𝜃 𝑏1 a1 = 1.435
𝐾𝑐 = ( ) ;
𝐾 𝜏 b1 = -0.921
𝜏 a2 = 0.878
𝜏𝑖 = ;
𝑎2 + 𝑏2 (𝜃⁄𝜏)
b2 = -0.749
𝜃 𝑏3
𝜏𝐷 = 𝑎 3 𝜏 ( ) ; a3 = 0.482
𝜏
b3 = 1.137
3. Metode WRV (Wahid-Rudi-Victor)
Persamaan yang digunakan adalah:
• Proportional (P) Controller
0.0672𝜏 + 1.774
𝐾𝑐 =
𝐾

Teknik Kimia 80
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

• Proportional-Integral (PI) Controller


0.0433𝜏 + 0.8353
𝐾𝑐 =
𝐾
𝜏𝑖 = 1.027𝜏 + 10.777
• Proportional-Integral-Derivative (PID) Controller
0.0679𝜏 + 0.9968
𝐾𝑐 =
𝐾
𝜏𝑖 = 1.1200𝜏 + 1.8665
𝜏𝐷 = 0.6409𝜃 + 2.4525

III.PROSEDUR
A. ALAT DAN BAHAN

Instrumentasi:
1. Sensor
pHE51 : Elemen sensor pH, dibenamkan dalam wadah pengukur W53.
CE51 : Elemen sensor konduktivitas, dibenamkan dalam tangki T54.
DOE51 : Elemen sensor oksigen terlarut, dibenamkan dalam tangki T54.
ORPE51 : Elemen sensor potensial oksidasi-reduksi (atau redoks),
dibenam kan dalam wadah pengukur W53.
2. Indikator-Transmitter
pHIT51 : Transmitter menunjukkan pH, keluaran 4-20 mA, terpasang di
panel
CIT51 : Transmitter menunjukkan konduktivitas, keluaran 4-20 mA,
terpasang di panel
DOIT51 : Transmitter menunjukkan oksigen terlarut, keluaran 4-20 mA,
terpasang di panel
ORPIT51 : Transmitter menunjukkan ORP, keluaran 4-20 mA, terpasang
dipanel.

3. Kontrol
Satu unit panel controller pHIC51/CIC51 disusun dengan sebuah PID dan
dua buah ON/OFF controller, pHIC51 (PID), PHIC511 (ON/OFF) dan
CIC51 (ON/OFF), sebagai berikut:
Pengontrol pH – Keasaman/Kebasahan

Teknik Kimia 81
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

a. pHIC: Pengontrol pH, PID


Dengan keluaran 4-20 mA untuk mengatur laju alir pompa pengukur
P51.
b. pHIC511: Pengontrol pH, ON/OFF
Membuka control valve pHCV51 untuk pengeluaran ketika pH pada
wadah pengukur W53 berada pada rentang pH yang diijinkan 6,0-8,5
(atau berapa saja setpoint).
CIC51: Pengontrol konduktivitas – kandungan ion atau total padatan
terlarut, kelebihan asam/basa. Pengontrol konduktivitas bekerja dengan
ON/OFF. Besar nilai setpointkonduktivitas diatur pada CIC51.
4. Pencatat
pHCR51: Terdapat tiga buah pen sebagai pencatat
a. Kedua pH dan konduktivitas, variabel proses kunci dicatat.
b. ORP atau oksigen terlarut dapat dipilih untuk pencatatan.
5. Elemen Pengontrol Akhir
P51 : Pompa pengukur/dosis. Diatur melalui keluaran 4-20 mA dari
controller pHIC51 untuk PID pengontrol pH.
pHSV51 : Valve electric solenoid, Normally Closed (NC)
Mengatur OPEN/CLOSE dengan controller ON/OFF pHIC51.
Mengontrol kebutuhan udara untuk mengoperasikan katup
pengendali pHCV51.
pHCV51 : Kontrol valve pneumatic, OPEN/CLOSE melalui udara dari
pHSV51. Cocok digunakan untuk bahan kimia. Air-to-open
(ATO).
CSV51 : Valve electric seleniod, Normally Open (NO)
Mengatur OPEN/CLOSE dengan ON/OFF controller
konduktivitas CIC51.
Mengontrol kebutuhan udara untuk mengoperasikan
katub pengendali CSV51.
CCV51 : Kontrol valve pneumatic, OPEN/CLOSE malalui udara dari
CSV51. Cocok digunakan untuk bahan kimia, Air-to-open (ATO).
CSV52 : Valve electric solenoid, Normally Closed (NC)
Mengatur OPEN/CLOSE dengan controller konduktivitas CIC51

Teknik Kimia 82
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Terbuka buat kebutuhan udara untuk pompa beroperasi dengan


udara P54A.
P54A :Pompa beroperasi dengan udara. Beroperasi ketika udara masuk
dari CSV52
6. Lain-Lain
AR :Pengatur udara, diatur sesuai dengan tekanan yang ditunjukan
Fail-Safe
Ketika terjadi kegagalan pada sistem udara, pHCV51 dan CCV51 tertutup
dan semua proses pembuangan akan berhenti (pHCV51 dan CCV51 bekerja
dengan air-to-open [ATO] ) sehingga pompa P54A berhenti.

B. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Memastikan nilai pH hampir steadymendekati nilaisetpoint-nya (pH 7), dengan


controllerdijalankan dalam mode Manual (M).
b. Mengatur controller pHIC51 ke mode Manual (M) dan mengamati jika pH hampir
steady, berada dalam pH 6,5 – 7,5. Untuk menstabilkan pH dekat setpoint-nya dapat
dilakukan dengan cara mengatur secara manual nilai keluaran manipulated variable,
MV, dalam hal ini kerja pompa pada tangki alkali sehingga nilai pH yang terbaca
oleh sensor mendekati setpoint-nya.
c. Mencatat nilai MV pHIC51 dan menandai pada recorder saat pH sudah dalam
keadaan steady state mendekati setpoint-nya, kemudian nilai MV pHIC51 dicatat
dan ditandai pada gambar recorder.
d. Memberikan perubahan step input pada MV, awalnya MV bernilai 30.0 kemudian
diberikan step input sehingga MV berubah menjadi 36.0. Nilai MV yang baru dan
step change dalam MV dicatat pada gambar recorder.
e. Mengamati respon pH yang terjadi pada recorder (Red pen) dan memberi tanda pada
bagian dimana respon mulai menunjukkan kenaikan pH sesaat setelah melaluidead
time (DT) dimana pH tidak berubah dengan penambahan larutan basa.
f. Setelah respon pH menunjukkan keadaan steady kembali untuk sementara waktu
kedua pompa asam /basa P51/P52 dihentikan dan aktivitas recorder juga dihentikan.
g. Hasil gambar recorder dianalisa mengenai respon test open loop nya. Dari respon
gambar open loop, dapat ditentukan nilai dari dead time (DT), nilai open loop steady-

Teknik Kimia 83
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

state gain (Kp), dan Time Constant (TC) serta nilai PID-nya dengan menggunakan
metode 1 (PRC) dan metode 2 (PRC).
h. Mencari nilai PB, TI, dan TD dari metode-metode tuning yang akan dibandingkan
kemudian menset nilai PB, TI, dan TD yang telah didapat dari masing-masing
metode ke dalam kontroler dan mengamati respon yang terjadi

C. LAPORAN

1. Menentukan fungsi FOPDT dari sistem (dapat dengan menggunakan metode


I maupun metode II, atau keduanya. Lihat di bagian teori)
2. Menentukan nilai Kc, Ti, dan Td dengan metode tuning Ziegler-Nichols,
Lopez, dan Wahid-Rudi-Victor (langkah-langkah dapat dilihat pada bagian
teori)
3. Pembahasan hasil percobaan dengan setiap metode tuning

DAFTAR PUSTAKA
Marlin, Thomas E. 2000.Process Control: Designing Processes and Control Systems for
Dynamic Performance 2nd Edition. New York: McGraw-Hill Companies.
Smith, Carlos A dan Corripio, Armando B. 1985.Principles and Practice of Automatic
Process Control.John Wiley & Sons.
D. E Seborg, T. F. Edgar, D. A. Mellichamp. 1989. Process Dynamics and Control. John
Wiley & Sons.
Ogata, Katsuhiko. 1985. Teknik Kontrol Automatik (Sistem Pengaturan), Jilid 1. Bandung:
Erlangga.

Teknik Kimia 84
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

MODUL TRAY DRIER

I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat menentukan kondisi variabel-variabel proses operasi pengeringan
yang diperlukan untuk melakukan operasi pengeringan optimum.
Mahasiswa mampu menggunakan Psychrometric Chart.
Mahasiswa mampu memprediksi laju pengeringan suatu padatan basah dalam suatu
persamaan empiris.
Untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel, variasi temperatur, dan variasi laju alir
udara terhadap laju pengeringan.
.
II. Teori
Konsep perpindahan massa dapat diterapkan dalam pengeringan (drying). Dalam
percobaan ini pengeringan akan dilakukan untuk mengeringkan suatu umpan solid/butiran
padat berupa pasir dengan berbagai ukuran menggunakan unit operasi yang dinamakan tray
dryer. Tray dryer adalah alat pengering yang dirancang untuk pengeringan bahan yang
membutuhkan wadah/pan. Pada alat ini terdapat tray-tray yang digunakan sebagai tempat
umpan yang dikeringkan. Proses pengeringan dilakukan pada tray kedua dari atas.
Pengeringan dilakukan dengan mengalirkan udara yang dipanaskan dengan heater dan
kemudian mengalir ke arah tray-tray umpan. Udara panas inilah yang akan menguapkan air
yang terkandung dalam umpan hingga kering.
Pengeringan (drying) adalah salah satu proses penting dalam industri. Contoh industri
yang mengaplikasikan proses ini, yaitu industri semen, farmasi, dan susu. Pada proses ini
terjadi perpindahan massa (mass transfer) dan perpindahan kalor (heat transfer) antara
udara pengering dengan bahan padat yang akan dikeringkan. Perbedaan pengeringan dan
evaporasi adalah pada pengeringan, pemisahan air (yang relatif sedikit) dari bahan padatan,
sedangkan pada evaporasi (penguapan), pemisahan air (yang relatif lebih banyak) dari suatu
larutan.
Persamaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Menghitung kandungan air:
Wi − Wst
Xi =
Ws (1)
dengan

Teknik Kimia 85
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

Xi = kandungan air dalam pasir (gram air/gr padatan kering)


Wst = berat pasir kering dengan tray (g)
Wi = berat pasir dalam tray selama pengamatan (g)
Ws = padatan kering (g)

2. Menghitung laju pengeringan air:

W 1 Wi − Wi −1 1
Ri = =
t As t i − t i −1 As
(2)
dengan,
R i = laju pengeringan (g H2O / menit.cm2)

As = luas permukaan pengeringan (cm2)

t = waktu pengamatan (menit)


As = 20,3 cm x 30 cm =609 cm2

3. Menghitung laju penguapan

m = vi A(H )
(3)
dengan,
m = laju penguapan (g/s)
vi
= kecepatan rata-rata udara pengering (cm/s)
 = densitas udara (g/cm3)
A = luas permukaan (cm2)
H = selisih kelembaban downstream – upstream

4. Menghitung nilai densitas udara:


Densitas udara dicari dengan menggunakan persamaan gas ideal:
PV = nRT
m m
P = RT
 M (4)

Teknik Kimia 86
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

III. Prosedur
a. Alat dan Bahan
1. Alat
• Timbangan

• Tray Drier

• Anemometer

2. Bahan
• Air
• Pasir

Teknik Kimia 87
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

b. Percobaan
b.1 Kurva Pengeringan
• Tujuan Percobaan
Menentukan kurva pengeringan berdasarkan laju pengeringan.
• Prosedur Percobaan
1. Mengisi keempat tray dengan pasir basah (bahan non porous granular solid)
dengan tebal kira-kira 10 mm. Timbang dulu berat pasir kering sebelum
dijenuhkan dengan air dalam gelas kimia, juga drain dulu air bebasnya, dan
catat berat bahan basahnya.
2. Mengatur pengontrol kecepatan udara pengering pada posisi di tengah dan
pemanas pada posisi maksimum.
3. Mencatat berat pasir setiap interval waktu, selama operasi pengeringan.
4. Membuat tabel sebagai berikut
Berat bahan kering (Wo) :
Waktu (menit) :
Berat bahan bersih :
Kandungan air :
Laju pengeringan :
5. Membuat kurva
a. Kandungan air vs waktu
b. Kandungan air vs Laju pengeringan
• Laporan
1. Tentukan jumlah kandungan air yang hilang, laju pengeringan, serta laju
penguapan dengan menggunakan persamaa (1), (2), dan (3)!
2. Buatlah grafik waktu vs Xi, laju penguapan vx kandungan air, serta laju
pengeringan vs kandungan air!

b.2 Pengaruh Ukuran Partikel


• Tujuan Percobaan
Mengamati pengaruh ukuran partikel terhadap laju pengeringan
• Prosedur Percobaan
1. Mengayak/menyaring pasir unutk memperoleh 3 ukuran partikel yang
berbeda, 300, 600, 800  , sesuai dengan screen analisis.

Teknik Kimia 88
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

2. Melakukan tahap-tahap percobaan seperti pada prosedur III.1 untuk tiap


ukuran partikel tebal pasir, serta jumlah air yang disempotkan dibuat sama.
3. Membuat tabel dan kurva hasil percobaan.

• Laporan
1. Lakukan langkah-langkah perhitungan yang sama dengan b1 untuk setiap
ukuran partikel dan bandingkan!

b.3. Pengaruh Kecepatan Udara Pengering


• Tujuan
Mengamati pengaruh perbedaan kecepatan udara pengering terhadap laju
pengeringan
• Prosedur Percobaan
1. Melakukan tahap percobaan seperti prosedur III.1
2. Mematikan pemanas.
3. Melakukan satu run operasi pengeringan sampai selesai pada kecepatan udara
maksimum (sekitar 1,5 m/det dan menggunakan anemometer).
4. Melakukan beberapa run operasi pengeringan pada kecepatan udara pengering
yang lain. Berat bahan yang digunakan sama.
5. Mencatat data dan membuat kurvanya.

• Laporan
1. Lakukan langkah-langkah perhitungan yang sama dengan b1!
2. Buatlah grafik perbandingan kandungan air, perbandingan laju pengeringan,
dan laju penguapan untuk setiap laju alir!

b.4 Pengaruh Temperatur


• Tujuan
Mengamati pegaruh perubahan suhu terhadap laju pengeringan
• Prosedur Percobaan
1. Melakukan tahap percobaan seperti prosedur III.1
2. Melakukan beberapa run pengeringan dengan kecepatan udara dan berat bahan
yang sama, tetapi temperatur udara berbeda. Temperatur udara diatur dengan

Teknik Kimia 89
Praktikum UOP II UNIT OPERASI PROSES II (ENCH600020)

pengontrol pemanas. Mengukur temperatur dry dan wet di upstream (sebelum


tray) dengan menggunakan aspirating psychrometer.
3. Membuat tabel dan kurva data yang diperoleh.

• Laporan
1. Lakukan langkah-langkah perhitungan yang sama dengan b1!
2. Buatlah grafik perbandingan kandungan air, perbandingan laju pengeringan,
dan laju penguapan untuk setiap temperatur!

Daftar Pustaka
Anonim. “BAB VIII. PENGERINGAN BAHAN PANGAN”.
http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik Pengolahan Pangan/bab8.php.
(diunduh 10 April 2011).
Hasibuan, Rosdanelli. 2004. Mekanisme Pengeringan. USU Digital Library.

Teknik Kimia 90

Anda mungkin juga menyukai