Hari, Tanggal :
Senin, 28 September 2020
Dosen Jaga :
Oleh :
Kelompok C1-2
1. Rizva Aulia Purnamasari 182210101047
2. Naurah Fiehaya 182210101049
3. Ida Bagus Gde Agung Manuaba 182210101050
4. Ami Reza Novitasari 182210101056
5. Fajar Saifullah 182210101057
6. Rezalia Asia Putri 182210101058
7. Annisa Putri Pranata 182210101059
8. Mohammad Labib Ghiffary 182210101060
ii
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
a. Latar Belakang ..................................................................................... 1
b. Tujuan Praktikum ................................................................................ 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 2
a. Dasar Teori .......................................................................................... 2
b. Evaluasi Produk Referen ...................................................................... 3
c. Studi Praformulasi Bahan Aktif ........................................................... 5
d. Alasan Pemilihan Bahan Aktif ............................................................. 8
1. Dosis dan Perhitungannya .............................................................. 9
e. Studi Praformulasi Bahan Tambahan ................................................... 15
III. METODE .................................................................................................. 21
a. Alat dan Bahan .................................................................................... 21
b. Susunan Formula dan Komposisi Bahan yang Direncanakan................ 22
c. Rancangan Spesifikasi Sediaan ............................................................ 22
d. Cara Pembuatan ................................................................................... 23
e. Prosedur Evaluasi Sediaan ................................................................... 24
f. Rancangan Kemasan ............................................................................ 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
V. KESIMPULAN .........................................................................................
VI. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
VII. LAMPIRAN .............................................................................................
ii
Jurnal Praktikum
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Untuk itu diperlukan pembuatan parasetamol dalam bentuk sirup. Sirup merupakan
larutan oral yang mengandung kadar gula/sukrosa tinggi. Penggunaan istilah sirup juga
digunakan untuk bentuk sediaan cair lain yang dibuat dengan pengental dan pemanis,
termasuk suspensi oral. Dalam proses pembuatan sirup parasetamol diperlukan prinsip
dasar perencanaan serta teknik produksi yang tepat supaya tidak terjadi kesalahan pada
dosis, bahan yang digunakan, dan langkah-langkah yang dilakukan.
b. Tujuan Praktikum
[1]
II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Dasar Teori
Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi III, larutan adalah sediaan cair yang
mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air
suling. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang
tertera pada injections. Wadah harus dapat dikosongkan dengan cepat.
Menurut Farmakope IV, larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk
pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat
untuk pemberian oral, mengandung 1 atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air. Larutan oral dapat
diformulasikan untuk diberikan langsung secara oral kepada pasien atau dalam bentuk
lebih pekat yang harus diencerkan lebih dulu sebelum diberikan. Penting untuk diketahui
bahwa pengenceran larutan oral dengan air yang mengandung kosolven seperti etanol,
dapat menyebabkan pengendapan bahan terlarut. Larutan oral yang mengandung
sukrosa/gula lain kadar tinggi, dinyatakan sebagai sirup.
Sirup adalah sediaan cair berupa lartutan yag mengandung sakarosa. Pada sirup
dengan kadar gula yang rendah dapat terjadi fermentasi, kadar gula yang tinggi
mempunyai tekanan osmotik yang cukup tinggi ssehingga pertumbuhan bakteri dan fungi
dapat terhambat (Farmakope Indonesia III). Selain zat-zat aktif obat, sirup mengandung
zat-zat tambahan seperti gula, pengawet antimikroba, pengaroma dan pewarna. Sirup
dapat pula mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu pelarut, pengental dan
stabilizer. Untuk mencegah terjadinya proses oksidasi yang cepat pada obat bentuk sirup
ditambahkan zat antioksidan (Yohana, Anis, dkk, 2009). Kadar sakarosa (C12H22O11)
tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
[2]
sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu,
melalui resep dokter atau yang dijual bebas (Lusiana Darsono, 2002).
Kelarutan suatu senyawa dipengaruhi oleh sifat fisika dan kimia zat terlarut dan
pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah
yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Dalam bidang farmasi
kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui dan membantu dalam memilih medium
pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-
kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis dan lebih jauh
lagi dapat bertindak sebagai standard atau uji kelarutan.
Pabrik : Interbat
Bentuk Sediaan : Sirup
Komposisi : Tiap satu sendok takar (5 ml) sirup mengandung
parasetamol 120 mg
Volume : 60 ml
Dosis : < 1 tahun : ½ sendok takar (2,5 ml) 3-4 kali sehari
1-3 tahun : ½-1 sendok takar (2,5-5 ml) 3-4 kali sehari
6-12 tahun : 1-2 sendok takar (5-10 ml) 3-4 kali sehari
>12 tahun : 3-4 sendok takar (15-20 ml) 3-4 kali sehari
[3]
2. Sanmol
2-6 tahun : 1-2 sendok takar (5-10 ml) 3-4 kali sehari
6-9 tahun : 2-3 sendok takar (10-15 ml) 3-4 kali sehari
9-12 tahun : 3-4 sendok takar (15-20 ml) 3-4 kali sehari atau
sesuai petunjuk dokter.
3. Fasidol
2-6 tahun : 1-2 sendok takar (5-10 ml) 3-4 kali sehari
6-9 tahun : 2-3 sendok takar (10-15 ml) 3-4 kali sehari
9-12 tahun : 3-4 sendok takar (15-20 ml) 3-4 kali sehari atau
sesuai petunjuk dokter.
4. Paracetamol
5. Paracetamol
Pabrik : Sampharindo
Bentuk Sediaan : Sirup
Komposisi : Parasetamol 120mg, alkohol 2% tiap 5ml
Volume : 60 ml
Dosis : 6-12 tahun : 4-6x 2-5 sdt
1-5 tahun : sehari 4-6x 12 sdt
Atau
4 '-Hidroksiasetanilida [103-90-2]
C8H9NO2
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit (FI V,
Halaman 998)
Titik Lebur : 168 0 – 172 0 (FI V, Halaman 998)
[5]
pH : 3,8 – 6,1 (FI V, Halaman 999)
Berat Molekul : 151,16 g/mol (FI V, Halaman 998)
Berat Jenis : 1,21 – 1,23
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida I
N, mudah larut dalam etanol. (FI V, Halaman 998)
Indikasi : Untuk meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala,
sakit gigi dan menurunkan demam ( ISO Vol.51, Halaman 39 )
Kontraindikasi : Tidak boleh diberikan pada penderita dengan gangguan
fungsi hati dan penderita yang hipersensitif terhadap parasetamol. (ISO Vol. 51,
Halaman 39)
Efek Samping : Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat
menyebabkan kerusakan hati, reaksi hipersensitivitas (ISO Vol.51, Halaman 39)
Interaksi Obat :
Kombinasi codeine dengan parasetamol pada dosis penuh menghasilkan
peningkatan analgesia yang signifikan dibandingkan dengan pemakaian
parasetamol saja dan merupakan salah satu pilihan yang paling efektif untuk
nyeri akut, tetapi kejadian efek samping meningkat dengan penggunaan
berulang kali. (Martindale Vol 1, Halaman 2)
Cholestyramine (ion exchange resin) menghambat absorpsi parasetamol jika
diberikan 1 jam setelah pemberian parasetamol (Martindale Vol 1, Halaman
110)
Probenesid dapat menurunkan laju klirens parasetamol. (Martindale Vol 1,
Halaman 110)
Laju absorpsi parasetamol meningkat dengan adanya obat-obatan yang
mempercepat laju pengosongan lampung seperti metodopramide. (Martindale
Vol 1, Halaman 110).
Parasetamol adalah turunan utama para-aminophenol. Asettanilida dan feniasetin
umumnya telah digantikan oleh analgesik yang lebih aman. Propacetamol adalah hidrolis
untuk parasetamol dalam plasma. Parasetamol memiliki sifat analgesik dan antipiretik dan
aktivitas anti-inflamasi yang lemah. Mekanisme tindakan analgesik dapat menghambat
sintesis prostaglandin baik secara terpusat dan periferal. Parasetamol digunakan untuk
[6]
menghilangkan ringan nyeri hingga sedang dan kondisi demam ringan. Menurut
Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2004, larutan oral parasetamol mengandung
parasetamol tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera
pada etiket dengan pH yang berada pada rentang 3,8 – 6,1. Larutan oral paracetamol
disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. dalam suhu ruang, serta
terhindar dari kelembapan dan panas. (FI V, Halaman 999).
Alasan dipilihnya parasetamol sebagai bahan aktif adalah karena parasetamol
merupakan first line therapy yang direkomendasikan sebagai analgesik dan antipiretik
pada anak untuk mengobati nyeri ringan hingga sedang serta demam. Selain itu,
parasetamol memiliki efek samping yang relative lebih kecil dibandingkan obat-obatan
NSAID lainnya diantaranya parasetamol tidak memiliki efek samping hematologi atau
gastrointestinal. Parasetamol dapat diindikasikan pada anak-anak disemua umur. Sediaan
bentuk sirup dipilih karena karena bentuk sediaan lain seperti kapsul atau tablet, kurang
cocok untuk pasien anak anak ; dan pada sirup dapat memperbaiki rasa dan bau yang tidak
sedap serta dapat dikombinasikan dengan penambahan flavor tertentu, sehingga cocok dan
disukai oleh anak-anak.
Karakteristik Karakteristik
No. Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Sifat Lain
Fisik Kimia
1. Paracetamol Antipiretik Penggunaan Serbuk pH antara Stabilitas
dan jangka lama hablur, 4,0 – 6,9 ; maksimum
analgesik. dan dosis besar putih, tidak rumus pada ph 5-
Untuk dapat berbau, rasa Molekul 7
4 '- meringankan menyebabkan sedikit pahit C8H9NO2
Hidroksiasetanilida rasa sakit kerusakan hati, ; titik lebur
[103-90-2] pada reaksi 168 0 – 172 0
C8H9NO2 keadaan hipersensitivitas ; Berat
sakit kepala, Molekul
sakit gigi 151,16
[7]
dan g/mol ;
menurunkan Berat Jenis
demam 1,21 – 1,23 ;
Larut dalam
air mendidih
dan dalam
natrium
hidroksida I
N, mudah
larut dalam
etanol.
Alasan digunakan parasetamol sebagai bahan aktif karena parasetamol sebagai first
line therapy yang direkomendasikan sebagai analgesic dan antipiretik bagi anak-anak.
Parasetamol memiliki efek samping yang relative kecil dibandingkan obat dengan
golongan NSAID lainnya dan juga pada golongan analgesic, parasetamol memiliki efek
samping yang lebih sedikit. Selain itu, parasetamol sangat stabil dalam aquadest dan
relative stabil terhadap oksidasi. Parasetamol mudah diabsorbsi lebih cepat dalam
saluran cerna. Parasetamol dapat diindikasikan untuk anak semua umur. Selain itu juga
banyak uji klinis yang telah membuktikan bahwa parasetamol terbukti aman dan efektif
sebagai analgesic dan antipiretik untuk anak-anak.
Dipilih dalam bentuk sirup, karena anak-anak lebih menyukainya dan dapat
memperbaiki rasa dan bau yang kurang enak dengan cara menambahkan flavor tertentu
yang banyak disukai oleh anak-anak.
Perhitungan dosis
Dosis parasetamol pada anak-anak adalah 10-15 mg/ kg BB diberikan selama ± 6 jam
sekali. Setiap 5 ml sirup mengandung 120 mg paracetamol.
[8]
Usia Berat Badan
Dosis 1 x (mg) Takaran (5 ml)
(tahun) (kg)
3 11,6 116 – 174 1-2 sdt
4 13,3 133 – 199,5 2 sdt
5 14,9 149 – 223,5 2 sdt
6 16,2 162 – 243 2 sdt
7 18,9 189 – 283,5 2-3 sdt
8 20,2 202 – 303 2-3 sdt
9 22,0 220 – 330 2-3 sdt
10 22,6 226 – 339 2-3 sdt
11 24.4 244 – 366 3 sdt
12 26,2 262 – 393 4 sdt
= 2491,167 mg
Anak umur : 7 – 11 tahun, BB = 18,9 – 24,4 kg
ADI : 25 mg/kgBB x (18,9 – 24,4) kg
: 472,5 mg – 610 mg
[9]
3x pakai = 3 sendok takar = 15 ml
14947 𝑚𝑔 𝑥
=
60 𝑚𝑙 15 𝑚𝑙
= 3736,75 mg
Anak umur : 12 tahun, BB = 26,2 kg
ADI : 25 mg/kgBB x 26,2 kg
: 655 mg
4x pakai = 4 sendok takar = 20 ml
14947 𝑚𝑔 𝑥
= 20 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙
= 4982,33 mg
2. Nipagin
ADI : 10 mg/kgBB
Massa penggunaan: 30 mg
Anak umur : 3 – 6 tahun, BB = 11,6 – 16,2 kg
ADI : 10 mg/kgBB x (11,6 – 16,2) kg
: 116 mg – 162 mg
2x pakai = 2 sendok takar = 10 ml
30 𝑚𝑔 𝑥
= 10 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙
= 5 mg
Anak umur : 7 – 11 tahun, BB = 18,9 – 24,4 kg
ADI : 10 mg/kgBB x (18,9 – 24,4) kg
: 189 mg – 244 mg
3x pakai = 3 sendok takar = 15 ml
30 𝑚𝑔 𝑥
= 15 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙
= 7,5 mg
Anak umur : 12 tahun, BB = 26,2 kg
ADI : 10 mg/kgBB x 26,2 kg
: 262 mg
4x pakai = 4 sendok takar = 20 ml
30 𝑚𝑔 𝑥
= = 10 mg
60 𝑚𝑙 20 𝑚𝑙
[10]
3. Nipasol
ADI : 10 mg/kgBB
Massa penggunaan: 9 mg
Anak umur : 3 – 6 tahun, BB = 11,6 – 16,2 kg
ADI : 10 mg/kgBB x (11.6 – 16,2) kg
: 116 mg – 162 mg
2x pakai = 2 sendok takar = 10 ml
9 𝑚𝑔 𝑥
= 10 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙
= 1,5 mg
Anak umur : 7 – 11 tahun, BB = 18,9 – 24,4 kg
ADI : 10 mg/kgBB x (18,9 – 24,4) kg
: 189 mg – 244 mg
3x pakai = 3 sendok takar = 15 ml
9 𝑚𝑔 𝑥
= 15 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙
= 2,25 mg
Anak umur : 12 tahun, BB = 26,2 kg
ADI : 262 mg
4x pakai = 4 sendok takar = 20 ml
9 𝑚𝑔 𝑥
= 20 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙
= 3 mg
4. PEG 400
ADI : 10 mg/kgBB
Massa penggunaan: 9 ml
Vx𝜌
9 ml x 1,125 g/ml
10125 mg/60 ml
Anak umur : 3 – 6 tahun, BB = 11,6 – 16,2 kg
ADI : 10 mg/kgBB x (11,6 – 16,2) kg
: 116 mg – 162 mg
2x pakai = 2 sendok takar = 10 ml
10125 𝑚𝑔 𝑥
= = 1687,5 mg
60 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙
[11]
Anak umur : 7 – 11 tahun, BB = 18,9 – 24,4 kg
ADI : 10 mg/kgBB x (18,9 – 24,4) kg
: 189 mg – 244 mg
3x pakai = 3 sendok takar = 15 ml
10125 𝑚𝑔 𝑥
= 15 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙
= 2531,25 mg
Anak umur : 12 tahun, BB = 26,2 kg
ADI : 10 mg/kgBB x 26,2 kg
: 262 mg
4x pakai = 4 sendok takar = 20 ml
10125 𝑚𝑔 𝑥
= 20 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙
= 3375 mg
5. Sakarin
ADI : 2,5 mg/kgBB
Massa penggunaan: 8 mg
Anak umur : 3 – 6 tahun, BB = 11,6 – 16,2 kg
ADI : 2,5 mg/kgBB x (11,6 – 16,2) kg
: 29 mg – 40,5 mg
2x pakai = 2 sendok takar = 10 ml
8 𝑚𝑔 𝑥
= 10 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙
= 1,33 mg
Anak umur : 7 – 11 tahun, BB = 18,9 – 24,4 kg
ADI : 2,5 mg/kgBB x (18,9 – 24,4) kg
: 47,25 mg – 61 mg
3x pakai = 3 sendok takar = 15 ml
8 𝑚𝑔 𝑥
= 15 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙
= 2 mg
Anak umur : 12 tahun, BB = 26,2 kg
ADI : 2,5 mg/kgBB x 26,2 kg : 65,5 mg
[12]
4x pakai = 4 sendok takar = 20 ml
8 𝑚𝑔 𝑥
=
60 𝑚𝑙 20 𝑚𝑙
= 2,67 mg
pH = -log [H3O+]
6 = -log [H3O+]
[H3O+] = 10-6
pKa = -log Ka
6,396 = -log Ka
Ka = 4,018 x 10-7
𝐾𝑎 [H3 O+ ]
β = 2,303 x C x 2
[𝐾𝑎+ [H3O+ ]]
4,018×10−7 × 10−6
0,02 = 2,303 x C x (4,018×10−7 × 10−6 )2
2
0,02(1,4018 ×10−6 )
C = 2,303 ×4,018 ×10−13
3,93 ×10−14
C = 9,253 ×10−13
C = 0,04247
[𝐺𝑎𝑟𝑎𝑚]
pH = pKa + log [𝐴𝑠𝑎𝑚]
[𝐺𝑎𝑟𝑎𝑚]
6 = 6,396 + log [𝐴𝑠𝑎𝑚]
[13]
[𝐺𝑎𝑟𝑎𝑚]
log = -0,396
[𝐴𝑠𝑎𝑚]
[𝐺𝑎𝑟𝑎𝑚]
= 0,4018
[𝐴𝑠𝑎𝑚]
M 0,1515 0,1515 - -
S - - 0,1515 -
M 0,1515 0,1515 - -
S - - 0,1515 -
[14]
Na2Hsitrat + NaOH Na3sitrat + H2O
M 0,2125 0,061 - -
S 0,1515 - 0,061 -
= 0,0318 gram
= 0,2125 x 10-3 x 40
= 0,0085 gram
Fungsi : Pelarut
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa
Titik didih : 100°C
pH : 7 (netral)
Berat molekul : 18,02 gram/mol
Berat jenis : 1 gram/cm
Alasan pemilihan aquadestilata sebagai pelarut karena aquadestilata merupakan
pelarut universal yang dapat digunakan untuk melarutkan hampir segala macam
bahan dan tidak bersifat toksik dan cenderung compatible dengan pelarut yang
lain.
[15]
1. Nipagin (Metil paraben)
Fungsi : Pengawet
Pemerian : Serbuk Kristal tidak berwarna/ putih, tidak berbau.
Titik leleh : 125-128°C
pH : 4-8
Berat molekul : 152,149 gram/mol
ADI : 10 mg/kgBB
Kelarutan : Larut 1:2 bagian etanol, larut 1:3 bagian etanol 95%, larut
1:6 bagian etanol 50%, larut 1:10 bagian eter, larut 1:60 bagian gliserin, larut
1:400 bagian air pada suhu 80°C, larut 1:5 bagian propilenglikol, praktis tidak
larut dalam mineral oil.
Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba dari nipagin akan menurun apabila
berinteraksi dengan surfaktan non-ionik seperti polyasorbate 80, sorbitol, dan
bahan lain seperti bentonite, talc, tragacanth, sodium alginate, dan minyak
essensial.
Alasan pemilihan nipagin sebagai pengawet karena sejauh ini belum ada bukti
bahwa nipagin dapat menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, serta
bersifat non-mutagenik, non-teratogenik, dan non-karsinogenik.
Fungsi : Pengawet
[16]
Pemerian : Serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan tidak
berasa
Titik didih : 29,5°C
pH : 4-8
Berat molekul : 180,20 gram/mol
ADI : 10 mg/kgBB
Kelarutan : Larut dalam aseton dan eter, larut 1:1,1 bagian etanol 95%,
larut 1:5,6 bagian etanol 50%, larut 1:250 bagian gliserin, larut 1:3,9 bagian
propilenglikol, larut 1:110 bagian propilenglikol 50%, larut 1:4350 bagian air pada
suhu 15°C, larut 1:255 bagian air pada suhu 80°C, larut 1:2500 bagian air.
Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba akan menurun dengan adanya
surfaktan non-ionik seperti polyasorbate 80. Nipasol dapat mengalami hidrolisis
dengan adanya basa lemah atau asam kuat.
Alasan pemilihan nipasol sebagai pengawet karena untuk meningkatkan
keefektifan pengawet bersama dengan nipagin. Nipasol juga efektif bekerja pada
rentang pH yang cukup luas yaitu pada pH 4-8 dan stabil pada larutan air pada pH
3-6 hingga 4 tahun tanpa mengalami dekomposisi (< 10%) pada suhu ruang.
3. Propilenglikol
[17]
ADI : 25 mg/kgBB
Viskositas : 58,1 cP pada suhu 20°C
Tegangan muka : 40,1 mN/m pada suhu 25°C
Kelarutan : Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%,
gliserin dan air, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat tercampur dengan fixed oil
tetapi dapat terlarut dalam minyak essensial.
Inkompatibilitas : Tidak compatible dengan reagen pengoksidasi seperti
kalium permanganate.
Stabilitas dan penyimpanan : Propilenglikol bersifat higroskopis sehingga harus
disimpan di wadah yang tertutup rapat dan kering. Pada kondisi dingin
propilenglikol stabil pada wadah tertutup tetapi pada suhu panas pada wadah
terbuka. Propilenglikol cenderung teroksidasi menjadi propionaldehid, asam laktat,
asam piruvat, dan asam laktat.
Alasan pemilihan propilenglikol sebagai kosolven karena propilenglikol dapat
melarutkan paracetamol dan secara kimia apabila dicampur dengan gliserin dan air
akan stabil.
[18]
Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol 95%P, dalam glikol lain. PEG
cair larut dalam aseton, alcohol, benzene, gliserin. Sementara PEG padat larut dalam
aseton, diklorometana, etanol 95%
Inkompatibilitas : Aktivitas antibakteri antibiotic tertentu berkurang dalam
basa PEG, terutama dari penicillin dan bacitracin. Efektivitas paraben dapat
terganggu karena mengikat PEG.
Stabilitas dan penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk
atau kering. Kondisi suhu ruangan dijaga agar tidak mendukung pertumbuhan
mikroba sehingga tidak tengik.
Alasan pemilihan PEG 400 karena PEG 400 merupakan bahan yang stabil, praktis
dan bersifat hidrofilik.
5. Sakarin
Fungsi : Pemanis
Pemerian : Kristal berwarna putih, tidak berbau, memiliki rasa manis
yang intensif.
Titik lebur : 228,8 – 229,7°C
Berat molekul : 183,1845 gram/mol
Densitas : 0,828 gram/cm3
ADI : 2,5 mg/kgBB
Kelarutan : Larut dalam 1:12 bagian aseton, larut dalam 1:31 bagian
etanol 95%, larut dalam 1:50 bagian gliserin, larut dalam 1:290 bagian air, larut
dalam 1:25 bagian air pada suhu 100°C, sedikit larut kloroform, dan sedikit larut
eter.
[19]
Stabilitas dan penyimpanan : Terjadi dekomposisi pada suhu 125°C dan dalam pH
rendah atau pH 2. Disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk atau kering.
Alasan pemilihan sakarin sebagai pemanis karena sakarin stabil pada pH normal,
memiliki kelarutan dalam air yang baik, dan sering digunakan sebagai pemanis
dalam sediaan farmasi.
6. Tartrazin
Fungsi : Pewarna
Pemerian : Tepung berwarna kuning jingga
Berat molekul : 534,4 gram/mol
Kelarutan : Mudah larut dalam air, gliserol, dan glikol, sedikit larut
dalam alcohol 95%
Alasan pemilihan tartrazin sebagai pewarna karena tartrazin merupakan pewarna
makanan yang cukup aman serta untuk mendukurng warna dari rasa jeruk pada
sediaan yang akan dibuat.
7. Orange flavour
Fungsi : Perasa
Pemerian : Berwana kuning jingga, berbau seperti buah jeruk
Kelarutan : Larut dalam air
Alasan pemilihan orange flavour karena dapat menjadi daya tarik konsumen untuk
menutupi rasa dan bau dari parasetamol yang cukup kuat.
[20]
8. Asam sitrat
III. METODE
a. Alat dan Bahan
ALAT
a) Gelas ukur h) Pipet ukur
b) Timbangan analitik i) Botol sirup
c) Kertas perkamen j) Spatula
d) Batang pengaduk k) pH meter
e) Erlenmeyer l) viscometer
f) Beaker glass m) spektrofotometer uv-vis
g) Pipet tetes
[21]
BAHAN
a) parasetamol f) sakarin
b) nipagin g) tartrazin
c) nipasol h) orange flavour
d) PEG 400 i) asam sitrat
e) propilen glikol j) aquadest
[22]
d. Cara Pembuatan
Ditimbang parasetamol sebesar 1.44 gram, kemudian digerus. Setelah halus, ditambahkan ke
dalam campuran solven sedikit demi sedikit dan diaduk ad homogen
Ditimbang nipagi sebesar 9 mg dan nipasol sebesar 30 mg. kemudian dilarutkan ke dalam
propilenglikol. Setelah homogen, dicampurkan ke dalam mortar yang berisi campuran bahan aktif
Ditambahkan orange flavor secukupnya hingga terasa seperti buah jeruk dan rasa pahitnya hilang
[23]
Perhitungan pengambilan bahan (skala besar)
120 𝑚𝑔 𝑥
= 60 𝑚𝑙
5 𝑚𝑙
120 𝑚𝑔 .60 𝑚𝑙
𝑥= 𝑥 = 1.44 𝑔𝑟𝑎𝑚
5 𝑚𝑙
1. Parasetamol 2. Sakarin
60 𝑚𝑙 600 𝑚𝑙 60 𝑚𝑙 600 𝑚𝑙
= 𝑥= = 𝑥 = 80 𝑚𝑔
1.44 𝑔 𝑥 8 𝑚𝑔 𝑥
14,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
3. Tartrazin 4. Orange flavour
q.s q.s
5. Asam sitrat 6. PEG 400
60 𝑚𝑙 600 𝑚𝑙 60 𝑚𝑙 600 𝑚𝑙
= 𝑥= = 𝑥 = 90 𝑚𝑙
0.42965 𝑔 𝑥 9 𝑚𝑙 𝑥
4.2965 𝑔
7. Propilenglikol 8. Nipasol
60 𝑚𝑙 600 𝑚𝑙 60𝑚𝑙 600𝑚𝑙
= 𝑥 = 144 𝑚𝑙 = 𝑥 = 90𝑚𝑙
14.4𝑚𝑙 𝑥 9𝑚𝑙 𝑥
Dilakukan pengujian terhadap rasa, bau, dan warna yang disesuaikan dengan
standard obat untuk anak-anak.
Bentuk : sirup
Warna : orange
Rasa : jeruk
[24]
Uji Penetapan kadar sirup parasetamol
Alat : Spektrofotometer uv-vis
Preparasi standart
Dibuat standart parasetamol dalam NaOH 0,1 M dengan konsentrasi
4ppm, 5ppm, 8ppm, 10ppm, 12ppm
Preparasi sampel
1. Dipipet sampel sehingga mengandung parasetamol 20-30 mg
(replikasi 3x), dimasukkan dalam labu ukur 100 ml.
2. (1) ditambahkan NaOH 0,1M ad tanda batas, Lalu dikocok ad
homogen
3. Diambil (2) 4ml dimasukkan labu ukur 100ml, ditambahkan 0,1M ad
tanda batas.
4. Dilihat spektra dari standart dan sampel parasetamol (print all data)
5. Diperiksa konsentrasi sampel dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 257nm.
6. Dihitung kadar parasetamol dalam sirup.
Uji pH
Alat : pH meter
1. Diambil beberapa ml sediaan larutan yang sudah jadi dalam beaker glass.
2. Dimasukkan elektroda pH meter yang telah dikalibrasi dengan dapar
standart.
3. Diamati pH nya, dicatat, dibandingkan dengan pH seharusnya.
Uji viskositas
Alat : viscometer
[25]
4. Dipindahkan apitan jarum meter hingga melawan arah.
5. Dinyalakan power switch pada posisi on.
6. Ketika rotor mulai berputar, jarum indikator viskositas secara berkala
bergerak ke kanan dan seimbangkan pada posisi yang menghubungkan
viskositas dengan sampel cairan.
7. Dibaca nilai viskositas dari skala untuk rotor yang sedang digunakan,
dicatat nilainya.
8. Ketika pengukuran berjalan sempurna, diatur power switch pada posisi
off.
9. Setelah jarum dikembalikan pada posisi awal, diamankan dengan
memindahkan apitan jarum meter sesuai dengan petunjuk arah.
[26]
f. Rancangan Kemasan
a) Rancangan Kemasan Primer
[27]
b) Rancangan Kemasan Sekunder
[28]
DAFTAR PUSTAKA
[29]