Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA


“ Larutan Sirup Paracetamol”

Hari, Tanggal :
Senin, 28 September 2020

Dosen Jaga :

Eka Deddy Irawan, S.Si., M.Sc., Apt.

Oleh :
Kelompok C1-2
1. Rizva Aulia Purnamasari 182210101047
2. Naurah Fiehaya 182210101049
3. Ida Bagus Gde Agung Manuaba 182210101050
4. Ami Reza Novitasari 182210101056
5. Fajar Saifullah 182210101057
6. Rezalia Asia Putri 182210101058
7. Annisa Putri Pranata 182210101059
8. Mohammad Labib Ghiffary 182210101060

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA


BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2020

ii
Daftar Isi

Jurnal Praktikum ................................................................................................... 1

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
a. Latar Belakang ..................................................................................... 1
b. Tujuan Praktikum ................................................................................ 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 2
a. Dasar Teori .......................................................................................... 2
b. Evaluasi Produk Referen ...................................................................... 3
c. Studi Praformulasi Bahan Aktif ........................................................... 5
d. Alasan Pemilihan Bahan Aktif ............................................................. 8
1. Dosis dan Perhitungannya .............................................................. 9
e. Studi Praformulasi Bahan Tambahan ................................................... 15
III. METODE .................................................................................................. 21
a. Alat dan Bahan .................................................................................... 21
b. Susunan Formula dan Komposisi Bahan yang Direncanakan................ 22
c. Rancangan Spesifikasi Sediaan ............................................................ 22
d. Cara Pembuatan ................................................................................... 23
e. Prosedur Evaluasi Sediaan ................................................................... 24
f. Rancangan Kemasan ............................................................................ 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
V. KESIMPULAN .........................................................................................
VI. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
VII. LAMPIRAN .............................................................................................

ii
Jurnal Praktikum

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Parasetamol merupakan derifat asetanilida yang digunakan sebagai analgetik-


antipiretik. Parasetamol banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat ketika
mengalami demam, panas, dan nyeri. Parasetamol dianggap sebagai zat anti nyeri yang
paling aman. Namun, sebagian besar masyarakat terutama anak-anak kesulitan
mengkonsumsinya dalam bentuk tablet dan kapsul. Umumnya obat dalam bentuk cair
lebih disukai daripada bentuk padat karena mudahnya menelan cairan dan kemudahan
dalam pemberian dosis (Weeks, 2015).

Untuk itu diperlukan pembuatan parasetamol dalam bentuk sirup. Sirup merupakan
larutan oral yang mengandung kadar gula/sukrosa tinggi. Penggunaan istilah sirup juga
digunakan untuk bentuk sediaan cair lain yang dibuat dengan pengental dan pemanis,
termasuk suspensi oral. Dalam proses pembuatan sirup parasetamol diperlukan prinsip
dasar perencanaan serta teknik produksi yang tepat supaya tidak terjadi kesalahan pada
dosis, bahan yang digunakan, dan langkah-langkah yang dilakukan.

Sirup parasetamol sering digunakan sebagai antipiretik untuk anak-anak, bahkan


sebagian orang menyediakannya sebagai stok dirumah untuk menjaga jika anak mereka
demam. Penggunaan sirup parasetamol hanya mengobati gejala, sehingga tidak diminum
hingga habis. Hal ini menyebabkan obat masih tersisa banyak dan konsumen cenderung
untuk menyimpan sisa dari obat tersebut. Oleh karena itu evaluasi stabilitas sangat
diperlukan pada sirup parasetamol. Selain itu evaluasi aspek keamanan, efektivitas, dan
aseptibilitas juga harus dilakukan agar sirup parasetamol yang diproduksi dapat diterima
dan dikonsumsi oleh masyarakat tanpa menimbulkan efek samping yang berbahaya.

b. Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat memahami dan melakukan prinsip dasar perencanaan, teknik


memproduksi, serta evaluasi sirup parasetamol dengan mempertimbangkan aspek
keamanan, efektivitas, aseptibilitas, dan stabilitas produk.

[1]
II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Dasar Teori

Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi III, larutan adalah sediaan cair yang
mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air
suling. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang
tertera pada injections. Wadah harus dapat dikosongkan dengan cepat.

Menurut Farmakope IV, larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk
pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat
untuk pemberian oral, mengandung 1 atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air. Larutan oral dapat
diformulasikan untuk diberikan langsung secara oral kepada pasien atau dalam bentuk
lebih pekat yang harus diencerkan lebih dulu sebelum diberikan. Penting untuk diketahui
bahwa pengenceran larutan oral dengan air yang mengandung kosolven seperti etanol,
dapat menyebabkan pengendapan bahan terlarut. Larutan oral yang mengandung
sukrosa/gula lain kadar tinggi, dinyatakan sebagai sirup.

Sirup adalah sediaan cair berupa lartutan yag mengandung sakarosa. Pada sirup
dengan kadar gula yang rendah dapat terjadi fermentasi, kadar gula yang tinggi
mempunyai tekanan osmotik yang cukup tinggi ssehingga pertumbuhan bakteri dan fungi
dapat terhambat (Farmakope Indonesia III). Selain zat-zat aktif obat, sirup mengandung
zat-zat tambahan seperti gula, pengawet antimikroba, pengaroma dan pewarna. Sirup
dapat pula mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu pelarut, pengental dan
stabilizer. Untuk mencegah terjadinya proses oksidasi yang cepat pada obat bentuk sirup
ditambahkan zat antioksidan (Yohana, Anis, dkk, 2009). Kadar sakarosa (C12H22O11)
tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.

Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara


kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di sistem syaraf pusat (SSP).
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal

[2]
sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu,
melalui resep dokter atau yang dijual bebas (Lusiana Darsono, 2002).

Cara kerja dari Paracetamol (asetaminofen) adalah parasetamol mempunyai daya


kerja analgetik dan anti piretik. Parasetamol mempunyai efek samping yang paling ringan
dan aman untuk anak-anak. Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan
kadar serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam.
Metabolisme dihati, sekitar 3% diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan
80-90%. Efek analgetik parasetamol dan fenasetin serupa dengan salsilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.

Kelarutan suatu senyawa dipengaruhi oleh sifat fisika dan kimia zat terlarut dan
pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah
yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Dalam bidang farmasi
kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui dan membantu dalam memilih medium
pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-
kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis dan lebih jauh
lagi dapat bertindak sebagai standard atau uji kelarutan.

b. Evaluasi Produk Referen


1. Pamol

 Pabrik : Interbat
 Bentuk Sediaan : Sirup
 Komposisi : Tiap satu sendok takar (5 ml) sirup mengandung
parasetamol 120 mg
 Volume : 60 ml
 Dosis : < 1 tahun : ½ sendok takar (2,5 ml) 3-4 kali sehari
1-3 tahun : ½-1 sendok takar (2,5-5 ml) 3-4 kali sehari

3-6 tahun : 1 sendok takar (5 ml) 3-4 kali sehari

6-12 tahun : 1-2 sendok takar (5-10 ml) 3-4 kali sehari

>12 tahun : 3-4 sendok takar (15-20 ml) 3-4 kali sehari

[3]
2. Sanmol

 Pabrik : PT. Sanbe Farma


 Bentuk Sediaan : Sirup
 Komposisi : Setiap satu sendok takar (5 ml) mengandung paracetamol
120 mg.
 Volume : 60 ml
 Dosis : 0-1 tahun : ½ sendok takar (2,5 ml) 3-4 kali sehari
1-2 tahun : 1 sendok takar (5 ml) 3-4 kali sehari

2-6 tahun : 1-2 sendok takar (5-10 ml) 3-4 kali sehari

6-9 tahun : 2-3 sendok takar (10-15 ml) 3-4 kali sehari

9-12 tahun : 3-4 sendok takar (15-20 ml) 3-4 kali sehari atau
sesuai petunjuk dokter.

3. Fasidol

 Pabrik : PT. IFARS


 Bentuk Sediaan : Sirup
 Komposisi : tiap satu sendok takar (5 ml) sirup mengandung
parasetamol 120 mg.
 Volume : 60 ml
 Dosis : 0-1 tahun : ½ sendok takar (2,5 ml) 3-4 kali sehari
1-2 tahun : 1 sendok takar (5 ml) 3-4 kali sehari

2-6 tahun : 1-2 sendok takar (5-10 ml) 3-4 kali sehari

6-9 tahun : 2-3 sendok takar (10-15 ml) 3-4 kali sehari

9-12 tahun : 3-4 sendok takar (15-20 ml) 3-4 kali sehari atau
sesuai petunjuk dokter.

4. Paracetamol

 Pabrik : Gratia Husada Farmas


 Bentuk Sediaan : Sirup
[4]
 Komposisi : Parasetamol 120mg/5ml
 Volume : 60 ml
 Dosis : Dewasa : sehari 4-6x 4 sdt
8-12 tahun : 3-4x 2-4 sdt

1-6 tahun : sehari 3-4x 1-2 sdt

<1 tahun : 3-4x 1/2-1 sdt

5. Paracetamol

 Pabrik : Sampharindo
 Bentuk Sediaan : Sirup
 Komposisi : Parasetamol 120mg, alkohol 2% tiap 5ml
 Volume : 60 ml
 Dosis : 6-12 tahun : 4-6x 2-5 sdt
1-5 tahun : sehari 4-6x 12 sdt

<1 tahun : 3-4x 1/2 – 1 sdt

c. Studi Praformulasi Bahan Aktif


1. Paracetamol / Asetaminofen

Atau

4 '-Hidroksiasetanilida [103-90-2]

C8H9NO2

 Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit (FI V,
Halaman 998)
 Titik Lebur : 168 0 – 172 0 (FI V, Halaman 998)

[5]
 pH : 3,8 – 6,1 (FI V, Halaman 999)
 Berat Molekul : 151,16 g/mol (FI V, Halaman 998)
 Berat Jenis : 1,21 – 1,23
 Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida I
N, mudah larut dalam etanol. (FI V, Halaman 998)
 Indikasi : Untuk meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala,
sakit gigi dan menurunkan demam ( ISO Vol.51, Halaman 39 )
 Kontraindikasi : Tidak boleh diberikan pada penderita dengan gangguan
fungsi hati dan penderita yang hipersensitif terhadap parasetamol. (ISO Vol. 51,
Halaman 39)
 Efek Samping : Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat
menyebabkan kerusakan hati, reaksi hipersensitivitas (ISO Vol.51, Halaman 39)
 Interaksi Obat :
Kombinasi codeine dengan parasetamol pada dosis penuh menghasilkan
peningkatan analgesia yang signifikan dibandingkan dengan pemakaian
parasetamol saja dan merupakan salah satu pilihan yang paling efektif untuk
nyeri akut, tetapi kejadian efek samping meningkat dengan penggunaan
berulang kali. (Martindale Vol 1, Halaman 2)
Cholestyramine (ion exchange resin) menghambat absorpsi parasetamol jika
diberikan 1 jam setelah pemberian parasetamol (Martindale Vol 1, Halaman
110)
Probenesid dapat menurunkan laju klirens parasetamol. (Martindale Vol 1,
Halaman 110)
Laju absorpsi parasetamol meningkat dengan adanya obat-obatan yang
mempercepat laju pengosongan lampung seperti metodopramide. (Martindale
Vol 1, Halaman 110).
Parasetamol adalah turunan utama para-aminophenol. Asettanilida dan feniasetin
umumnya telah digantikan oleh analgesik yang lebih aman. Propacetamol adalah hidrolis
untuk parasetamol dalam plasma. Parasetamol memiliki sifat analgesik dan antipiretik dan
aktivitas anti-inflamasi yang lemah. Mekanisme tindakan analgesik dapat menghambat
sintesis prostaglandin baik secara terpusat dan periferal. Parasetamol digunakan untuk
[6]
menghilangkan ringan nyeri hingga sedang dan kondisi demam ringan. Menurut
Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2004, larutan oral parasetamol mengandung
parasetamol tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera
pada etiket dengan pH yang berada pada rentang 3,8 – 6,1. Larutan oral paracetamol
disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. dalam suhu ruang, serta
terhindar dari kelembapan dan panas. (FI V, Halaman 999).
Alasan dipilihnya parasetamol sebagai bahan aktif adalah karena parasetamol
merupakan first line therapy yang direkomendasikan sebagai analgesik dan antipiretik
pada anak untuk mengobati nyeri ringan hingga sedang serta demam. Selain itu,
parasetamol memiliki efek samping yang relative lebih kecil dibandingkan obat-obatan
NSAID lainnya diantaranya parasetamol tidak memiliki efek samping hematologi atau
gastrointestinal. Parasetamol dapat diindikasikan pada anak-anak disemua umur. Sediaan
bentuk sirup dipilih karena karena bentuk sediaan lain seperti kapsul atau tablet, kurang
cocok untuk pasien anak anak ; dan pada sirup dapat memperbaiki rasa dan bau yang tidak
sedap serta dapat dikombinasikan dengan penambahan flavor tertentu, sehingga cocok dan
disukai oleh anak-anak.

 Tabel 1. Hasil Studi Pustaka Bahan Aktif

Karakteristik Karakteristik
No. Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Sifat Lain
Fisik Kimia
1. Paracetamol Antipiretik Penggunaan Serbuk pH antara Stabilitas
dan jangka lama hablur, 4,0 – 6,9 ; maksimum
analgesik. dan dosis besar putih, tidak rumus pada ph 5-
Untuk dapat berbau, rasa Molekul 7
4 '- meringankan menyebabkan sedikit pahit C8H9NO2
Hidroksiasetanilida rasa sakit kerusakan hati, ; titik lebur
[103-90-2] pada reaksi 168 0 – 172 0
C8H9NO2 keadaan hipersensitivitas ; Berat
sakit kepala, Molekul
sakit gigi 151,16

[7]
dan g/mol ;
menurunkan Berat Jenis
demam 1,21 – 1,23 ;
Larut dalam
air mendidih
dan dalam
natrium
hidroksida I
N, mudah
larut dalam
etanol.

d. Alasan Pemilihan Bahan Aktif

Alasan digunakan parasetamol sebagai bahan aktif karena parasetamol sebagai first
line therapy yang direkomendasikan sebagai analgesic dan antipiretik bagi anak-anak.
Parasetamol memiliki efek samping yang relative kecil dibandingkan obat dengan
golongan NSAID lainnya dan juga pada golongan analgesic, parasetamol memiliki efek
samping yang lebih sedikit. Selain itu, parasetamol sangat stabil dalam aquadest dan
relative stabil terhadap oksidasi. Parasetamol mudah diabsorbsi lebih cepat dalam
saluran cerna. Parasetamol dapat diindikasikan untuk anak semua umur. Selain itu juga
banyak uji klinis yang telah membuktikan bahwa parasetamol terbukti aman dan efektif
sebagai analgesic dan antipiretik untuk anak-anak.

Dipilih dalam bentuk sirup, karena anak-anak lebih menyukainya dan dapat
memperbaiki rasa dan bau yang kurang enak dengan cara menambahkan flavor tertentu
yang banyak disukai oleh anak-anak.

 Perhitungan dosis
Dosis parasetamol pada anak-anak adalah 10-15 mg/ kg BB diberikan selama ± 6 jam
sekali. Setiap 5 ml sirup mengandung 120 mg paracetamol.

[8]
Usia Berat Badan
Dosis 1 x (mg) Takaran (5 ml)
(tahun) (kg)
3 11,6 116 – 174 1-2 sdt
4 13,3 133 – 199,5 2 sdt
5 14,9 149 – 223,5 2 sdt
6 16,2 162 – 243 2 sdt
7 18,9 189 – 283,5 2-3 sdt
8 20,2 202 – 303 2-3 sdt
9 22,0 220 – 330 2-3 sdt
10 22,6 226 – 339 2-3 sdt
11 24.4 244 – 366 3 sdt
12 26,2 262 – 393 4 sdt

 Perhitungan ADI (Acceptable Daily Intake) :


1. Propilen Glikol
ADI : 25 mg/kgBB
Massa penggunaan : 14,4 ml
 Vx𝜌
 14,4 ml x 1,038 g/ml
 14947 mg/60ml
 Anak umur : 3 – 6 tahun, BB = 11,6 – 16,2 kg
ADI : 25 mg/kgBB x (11,6 - 16,2) kg
: 290 mg – 405 mg
2x pakai = 2 sendok takar = 10 ml
14947 𝑚𝑔 𝑥
= 10 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙

= 2491,167 mg
 Anak umur : 7 – 11 tahun, BB = 18,9 – 24,4 kg
ADI : 25 mg/kgBB x (18,9 – 24,4) kg
: 472,5 mg – 610 mg

[9]
3x pakai = 3 sendok takar = 15 ml
14947 𝑚𝑔 𝑥
=
60 𝑚𝑙 15 𝑚𝑙

= 3736,75 mg
 Anak umur : 12 tahun, BB = 26,2 kg
ADI : 25 mg/kgBB x 26,2 kg
: 655 mg
4x pakai = 4 sendok takar = 20 ml
14947 𝑚𝑔 𝑥
= 20 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙

= 4982,33 mg
2. Nipagin
ADI : 10 mg/kgBB
Massa penggunaan: 30 mg
 Anak umur : 3 – 6 tahun, BB = 11,6 – 16,2 kg
ADI : 10 mg/kgBB x (11,6 – 16,2) kg
: 116 mg – 162 mg
2x pakai = 2 sendok takar = 10 ml
30 𝑚𝑔 𝑥
= 10 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙

= 5 mg
 Anak umur : 7 – 11 tahun, BB = 18,9 – 24,4 kg
ADI : 10 mg/kgBB x (18,9 – 24,4) kg
: 189 mg – 244 mg
3x pakai = 3 sendok takar = 15 ml
30 𝑚𝑔 𝑥
= 15 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙

= 7,5 mg
 Anak umur : 12 tahun, BB = 26,2 kg
ADI : 10 mg/kgBB x 26,2 kg
: 262 mg
4x pakai = 4 sendok takar = 20 ml
30 𝑚𝑔 𝑥
= = 10 mg
60 𝑚𝑙 20 𝑚𝑙

[10]
3. Nipasol
ADI : 10 mg/kgBB
Massa penggunaan: 9 mg
 Anak umur : 3 – 6 tahun, BB = 11,6 – 16,2 kg
ADI : 10 mg/kgBB x (11.6 – 16,2) kg
: 116 mg – 162 mg
2x pakai = 2 sendok takar = 10 ml
9 𝑚𝑔 𝑥
= 10 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙

= 1,5 mg
 Anak umur : 7 – 11 tahun, BB = 18,9 – 24,4 kg
ADI : 10 mg/kgBB x (18,9 – 24,4) kg
: 189 mg – 244 mg
3x pakai = 3 sendok takar = 15 ml
9 𝑚𝑔 𝑥
= 15 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙

= 2,25 mg
 Anak umur : 12 tahun, BB = 26,2 kg
ADI : 262 mg
4x pakai = 4 sendok takar = 20 ml
9 𝑚𝑔 𝑥
= 20 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙

= 3 mg
4. PEG 400
ADI : 10 mg/kgBB
Massa penggunaan: 9 ml
 Vx𝜌
 9 ml x 1,125 g/ml
 10125 mg/60 ml
 Anak umur : 3 – 6 tahun, BB = 11,6 – 16,2 kg
ADI : 10 mg/kgBB x (11,6 – 16,2) kg
: 116 mg – 162 mg
2x pakai = 2 sendok takar = 10 ml
10125 𝑚𝑔 𝑥
= = 1687,5 mg
60 𝑚𝑙 10 𝑚𝑙

[11]
 Anak umur : 7 – 11 tahun, BB = 18,9 – 24,4 kg
ADI : 10 mg/kgBB x (18,9 – 24,4) kg
: 189 mg – 244 mg
3x pakai = 3 sendok takar = 15 ml
10125 𝑚𝑔 𝑥
= 15 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙

= 2531,25 mg
 Anak umur : 12 tahun, BB = 26,2 kg
ADI : 10 mg/kgBB x 26,2 kg
: 262 mg
4x pakai = 4 sendok takar = 20 ml
10125 𝑚𝑔 𝑥
= 20 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙

= 3375 mg

5. Sakarin
ADI : 2,5 mg/kgBB
Massa penggunaan: 8 mg
 Anak umur : 3 – 6 tahun, BB = 11,6 – 16,2 kg
ADI : 2,5 mg/kgBB x (11,6 – 16,2) kg
: 29 mg – 40,5 mg
2x pakai = 2 sendok takar = 10 ml
8 𝑚𝑔 𝑥
= 10 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙

= 1,33 mg
 Anak umur : 7 – 11 tahun, BB = 18,9 – 24,4 kg
ADI : 2,5 mg/kgBB x (18,9 – 24,4) kg
: 47,25 mg – 61 mg
3x pakai = 3 sendok takar = 15 ml
8 𝑚𝑔 𝑥
= 15 𝑚𝑙
60 𝑚𝑙

= 2 mg
 Anak umur : 12 tahun, BB = 26,2 kg
ADI : 2,5 mg/kgBB x 26,2 kg : 65,5 mg
[12]
4x pakai = 4 sendok takar = 20 ml
8 𝑚𝑔 𝑥
=
60 𝑚𝑙 20 𝑚𝑙

= 2,67 mg

 Perhitungan dapar sitrat

Asam sitrat monohidrat, pH = 2,2


pKa 1 = 3,128 (25°C)
pKa 2 = 4,761 (25°C)
pKa 3 = 6,396 (25°C)
pH sediaan sirup parasetamol yang diinginkan yaitu pH 6 maka dipilih pKa 3 = 6,396 karena
mendekati pH sediaan.

pH = -log [H3O+]
6 = -log [H3O+]
[H3O+] = 10-6
pKa = -log Ka
6,396 = -log Ka
Ka = 4,018 x 10-7
𝐾𝑎 [H3 O+ ]
β = 2,303 x C x 2
[𝐾𝑎+ [H3O+ ]]

4,018×10−7 × 10−6
0,02 = 2,303 x C x (4,018×10−7 × 10−6 )2
2
0,02(1,4018 ×10−6 )
C = 2,303 ×4,018 ×10−13

3,93 ×10−14
C = 9,253 ×10−13

C = 0,04247
[𝐺𝑎𝑟𝑎𝑚]
pH = pKa + log [𝐴𝑠𝑎𝑚]

[𝐺𝑎𝑟𝑎𝑚]
6 = 6,396 + log [𝐴𝑠𝑎𝑚]

[13]
[𝐺𝑎𝑟𝑎𝑚]
log = -0,396
[𝐴𝑠𝑎𝑚]

[𝐺𝑎𝑟𝑎𝑚]
= 0,4018
[𝐴𝑠𝑎𝑚]

[𝐺𝑎𝑟𝑎𝑚]= 0,4018 [𝐴𝑠𝑎𝑚]


C = [𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚] + [𝑎𝑠𝑎𝑚]
0,04247 = 0,4018 [𝑎𝑠𝑎𝑚] + [𝑎𝑠𝑎𝑚]
0,04247 = 0,4018 [𝑎𝑠𝑎𝑚]
[𝑎𝑠𝑎𝑚] = 0,0303 M
[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚] = 0,4018 x 0,0303 = 0,0122 M
n garam = M x V
n garam = 0,0122 M x 5 ml
n garam = 0,061 mmol
n asam sitrat =MxV
n asam sitrat = 0,0303 M x 5 ml
n asam sitrat = 0,1515 mmol
H3sitrat + naOH  NaH2sitrat + H2O

M 0,1515 0,1515 - -

R 0,1515 0,1515 0,1515 -

S - - 0,1515 -

NaH2sitrat + NaOH  NaH2sitrat + H2O

M 0,1515 0,1515 - -

R 0,1515 0,1515 0,1515 -

S - - 0,1515 -

[14]
Na2Hsitrat + NaOH  Na3sitrat + H2O

M 0,2125 0,061 - -

R 0,061 0,061 0,061 -

S 0,1515 - 0,061 -

m asam sitrat = 0,1515 x 10-3 mol x 210,14 g/mol

= 0,0318 gram

M NaOH = (0,1515 + 0,061) x 10-3 mol x 40 g/mol

= 0,2125 x 10-3 x 40

= 0,0085 gram

e. Studi Praformulasi Bahan Tambahan


1. Aquadestilata

 Fungsi : Pelarut
 Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa
 Titik didih : 100°C
 pH : 7 (netral)
 Berat molekul : 18,02 gram/mol
 Berat jenis : 1 gram/cm
 Alasan pemilihan aquadestilata sebagai pelarut karena aquadestilata merupakan
pelarut universal yang dapat digunakan untuk melarutkan hampir segala macam
bahan dan tidak bersifat toksik dan cenderung compatible dengan pelarut yang
lain.

[15]
1. Nipagin (Metil paraben)

 Fungsi : Pengawet
 Pemerian : Serbuk Kristal tidak berwarna/ putih, tidak berbau.
 Titik leleh : 125-128°C
 pH : 4-8
 Berat molekul : 152,149 gram/mol
 ADI : 10 mg/kgBB
 Kelarutan : Larut 1:2 bagian etanol, larut 1:3 bagian etanol 95%, larut
1:6 bagian etanol 50%, larut 1:10 bagian eter, larut 1:60 bagian gliserin, larut
1:400 bagian air pada suhu 80°C, larut 1:5 bagian propilenglikol, praktis tidak
larut dalam mineral oil.
 Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba dari nipagin akan menurun apabila
berinteraksi dengan surfaktan non-ionik seperti polyasorbate 80, sorbitol, dan
bahan lain seperti bentonite, talc, tragacanth, sodium alginate, dan minyak
essensial.
 Alasan pemilihan nipagin sebagai pengawet karena sejauh ini belum ada bukti
bahwa nipagin dapat menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, serta
bersifat non-mutagenik, non-teratogenik, dan non-karsinogenik.

2. Nipasol (Propil paraben)

 Fungsi : Pengawet

[16]
 Pemerian : Serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan tidak
berasa
 Titik didih : 29,5°C
 pH : 4-8
 Berat molekul : 180,20 gram/mol
 ADI : 10 mg/kgBB
 Kelarutan : Larut dalam aseton dan eter, larut 1:1,1 bagian etanol 95%,
larut 1:5,6 bagian etanol 50%, larut 1:250 bagian gliserin, larut 1:3,9 bagian
propilenglikol, larut 1:110 bagian propilenglikol 50%, larut 1:4350 bagian air pada
suhu 15°C, larut 1:255 bagian air pada suhu 80°C, larut 1:2500 bagian air.
 Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba akan menurun dengan adanya
surfaktan non-ionik seperti polyasorbate 80. Nipasol dapat mengalami hidrolisis
dengan adanya basa lemah atau asam kuat.
 Alasan pemilihan nipasol sebagai pengawet karena untuk meningkatkan
keefektifan pengawet bersama dengan nipagin. Nipasol juga efektif bekerja pada
rentang pH yang cukup luas yaitu pada pH 4-8 dan stabil pada larutan air pada pH
3-6 hingga 4 tahun tanpa mengalami dekomposisi (< 10%) pada suhu ruang.

3. Propilenglikol

 Fungsi : Kosolven (konsentrasi 10-25%)


 Pemerian : Cariran bening, kental, tidak berwarna, memiliki rasa yang
khas, tidak berbau dan higroskopis.
 Titik didih : 188°C
 Titik leleh : -59°C
 Berat molekul : 76,09 gram/mol

[17]
 ADI : 25 mg/kgBB
 Viskositas : 58,1 cP pada suhu 20°C
 Tegangan muka : 40,1 mN/m pada suhu 25°C
 Kelarutan : Dapat bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%,
gliserin dan air, larut dalam 6 bagian eter, tidak dapat tercampur dengan fixed oil
tetapi dapat terlarut dalam minyak essensial.
 Inkompatibilitas : Tidak compatible dengan reagen pengoksidasi seperti
kalium permanganate.
 Stabilitas dan penyimpanan : Propilenglikol bersifat higroskopis sehingga harus
disimpan di wadah yang tertutup rapat dan kering. Pada kondisi dingin
propilenglikol stabil pada wadah tertutup tetapi pada suhu panas pada wadah
terbuka. Propilenglikol cenderung teroksidasi menjadi propionaldehid, asam laktat,
asam piruvat, dan asam laktat.
 Alasan pemilihan propilenglikol sebagai kosolven karena propilenglikol dapat
melarutkan paracetamol dan secara kimia apabila dicampur dengan gliserin dan air
akan stabil.

4. Polietilen glikol (PEG) 400

 Fungsi : Kosolven dan plasticizer


 Pemerian : Cairan kental jernih, praktis tidak berwarna, bau khas
lemah, sedikit higroskopis.
 Titik beku : 4-8°C
 Berat molekul : 380-420 gram/mol
 ADI : 10 mg/kgBB
 Viskositas : 6,8cs – 8,0cs

[18]
 Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol 95%P, dalam glikol lain. PEG
cair larut dalam aseton, alcohol, benzene, gliserin. Sementara PEG padat larut dalam
aseton, diklorometana, etanol 95%
 Inkompatibilitas : Aktivitas antibakteri antibiotic tertentu berkurang dalam
basa PEG, terutama dari penicillin dan bacitracin. Efektivitas paraben dapat
terganggu karena mengikat PEG.
 Stabilitas dan penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk
atau kering. Kondisi suhu ruangan dijaga agar tidak mendukung pertumbuhan
mikroba sehingga tidak tengik.
 Alasan pemilihan PEG 400 karena PEG 400 merupakan bahan yang stabil, praktis
dan bersifat hidrofilik.

5. Sakarin

 Fungsi : Pemanis
 Pemerian : Kristal berwarna putih, tidak berbau, memiliki rasa manis
yang intensif.
 Titik lebur : 228,8 – 229,7°C
 Berat molekul : 183,1845 gram/mol
 Densitas : 0,828 gram/cm3
 ADI : 2,5 mg/kgBB
 Kelarutan : Larut dalam 1:12 bagian aseton, larut dalam 1:31 bagian
etanol 95%, larut dalam 1:50 bagian gliserin, larut dalam 1:290 bagian air, larut
dalam 1:25 bagian air pada suhu 100°C, sedikit larut kloroform, dan sedikit larut
eter.

[19]
 Stabilitas dan penyimpanan : Terjadi dekomposisi pada suhu 125°C dan dalam pH
rendah atau pH 2. Disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk atau kering.
 Alasan pemilihan sakarin sebagai pemanis karena sakarin stabil pada pH normal,
memiliki kelarutan dalam air yang baik, dan sering digunakan sebagai pemanis
dalam sediaan farmasi.

6. Tartrazin

 Fungsi : Pewarna
 Pemerian : Tepung berwarna kuning jingga
 Berat molekul : 534,4 gram/mol
 Kelarutan : Mudah larut dalam air, gliserol, dan glikol, sedikit larut
dalam alcohol 95%
 Alasan pemilihan tartrazin sebagai pewarna karena tartrazin merupakan pewarna
makanan yang cukup aman serta untuk mendukurng warna dari rasa jeruk pada
sediaan yang akan dibuat.

7. Orange flavour
 Fungsi : Perasa
 Pemerian : Berwana kuning jingga, berbau seperti buah jeruk
 Kelarutan : Larut dalam air
 Alasan pemilihan orange flavour karena dapat menjadi daya tarik konsumen untuk
menutupi rasa dan bau dari parasetamol yang cukup kuat.

[20]
8. Asam sitrat

 Fungsi : Buffer, agen pengkhelat, peningkat rasa


 Pemerian : Serbuk efflorescent, Kristal putih, tidak berwarna, rasa
asam.
 Titik leleh : 100°C
 pH : 2,2 dalam larutan berair 1% w/w
 pKa 1 : 3,128 pada suhu 25°C
 pKa 2 : 4,761 pada suhu 25°C
 pKa 3 : 6,396 pada suhu 25°C
 Kelarutan : Larut 1:1,5 bagian dalam etanol 95%, larut 1< dari 1 bagian
air, sedikit larut eter.
 Stabilitas dan penyimpanan : Asam sitrat harus disimpan pada wadah yang kedap
udara dan kering karena asam sitrat bersifat deliquesence pada udara yang lembab.

III. METODE
a. Alat dan Bahan
 ALAT
a) Gelas ukur h) Pipet ukur
b) Timbangan analitik i) Botol sirup
c) Kertas perkamen j) Spatula
d) Batang pengaduk k) pH meter
e) Erlenmeyer l) viscometer
f) Beaker glass m) spektrofotometer uv-vis
g) Pipet tetes

[21]
 BAHAN
a) parasetamol f) sakarin
b) nipagin g) tartrazin
c) nipasol h) orange flavour
d) PEG 400 i) asam sitrat
e) propilen glikol j) aquadest

b. Susunan Formula dan Komposisi Bahan yang Direncanakan

No. Bahan Kegunaan Jumlah Bahan


Volume 600 Volume 60
ml ml
1 Parasetamol Bahan Aktif 14,4 g 1,44 g
2 Sakarin Pemanis 80 mg 8 mg
3 Tartrazin Pewarna q.s q.s
4 Orange flavour Perasa q.s q.s
5 Asam sitrat Pengkhelat 4,2965 g 0,42965 g
6 PEG 400 Pelarut 90 ml 9 ml
7 Propilenglikol Pelarut 144 ml 14,4 ml
8 Nipasol Pengawet 90 mg 9 mg
9 Nipagin Pengawet 300 mg 30 mg
10 Aquadestilata Pelarut ad 600 ml ad 60 ml

c. Rancangan Spesifikasi Sediaan


- Bentuk Sediaan : Sirup
- Kadar Bahan Aktif : 120 mg/ 5mL
- Warna : Kuning Tartrazine
- Bau : Jeruk
- Volume : 60 mL

[22]
d. Cara Pembuatan

Ditimbang PEG 400 sebesar 9 ml dan propilenglikol sebesar 14.4 ml

Ditimbang parasetamol sebesar 1.44 gram, kemudian digerus. Setelah halus, ditambahkan ke
dalam campuran solven sedikit demi sedikit dan diaduk ad homogen

Ditimbang sakarin 8 mg kemudian dilarutkan dengan aquadest secukupnya kemudian diaduk ad


homogen

Ditimbang nipagi sebesar 9 mg dan nipasol sebesar 30 mg. kemudian dilarutkan ke dalam
propilenglikol. Setelah homogen, dicampurkan ke dalam mortar yang berisi campuran bahan aktif

Ditambahkan tatrazin secukupnya hingga warna yang diinginkan terbentuk

Ditambahkan orange flavor secukupnya hingga terasa seperti buah jeruk dan rasa pahitnya hilang

Melakukan pengecekan pH larutan sirup, kemudian menyesuaikan pH sampai pH 6 dengan


menambahkan buffer asam sitrat

Melakukan pengecekan pH larutan sirup, kemudian menyesuaikan pH sampai pH 6 dengan


menambahkan buffer asam sitrat

[23]
Perhitungan pengambilan bahan (skala besar)

Parasetamol 120 mg/5 ml

120 𝑚𝑔 𝑥
= 60 𝑚𝑙
5 𝑚𝑙

120 𝑚𝑔 .60 𝑚𝑙
𝑥= 𝑥 = 1.44 𝑔𝑟𝑎𝑚
5 𝑚𝑙

1. Parasetamol 2. Sakarin
60 𝑚𝑙 600 𝑚𝑙 60 𝑚𝑙 600 𝑚𝑙
= 𝑥= =  𝑥 = 80 𝑚𝑔
1.44 𝑔 𝑥 8 𝑚𝑔 𝑥

14,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
3. Tartrazin 4. Orange flavour
q.s q.s
5. Asam sitrat 6. PEG 400
60 𝑚𝑙 600 𝑚𝑙 60 𝑚𝑙 600 𝑚𝑙
= 𝑥= =  𝑥 = 90 𝑚𝑙
0.42965 𝑔 𝑥 9 𝑚𝑙 𝑥

4.2965 𝑔
7. Propilenglikol 8. Nipasol
60 𝑚𝑙 600 𝑚𝑙 60𝑚𝑙 600𝑚𝑙
=  𝑥 = 144 𝑚𝑙 =  𝑥 = 90𝑚𝑙
14.4𝑚𝑙 𝑥 9𝑚𝑙 𝑥

9. Nipagin 10. Aquadest


60𝑚𝑙 600𝑚𝑙 q.s
=  𝑥 = 300𝑚𝑙
30𝑚𝑔 𝑥

e. Prosedur Evaluasi Sediaan


 Uji Organoleptis

Dilakukan pengujian terhadap rasa, bau, dan warna yang disesuaikan dengan
standard obat untuk anak-anak.
Bentuk : sirup
Warna : orange
Rasa : jeruk

[24]
 Uji Penetapan kadar sirup parasetamol
Alat : Spektrofotometer uv-vis

 Preparasi standart
Dibuat standart parasetamol dalam NaOH 0,1 M dengan konsentrasi
4ppm, 5ppm, 8ppm, 10ppm, 12ppm

 Preparasi sampel
1. Dipipet sampel sehingga mengandung parasetamol 20-30 mg
(replikasi 3x), dimasukkan dalam labu ukur 100 ml.
2. (1) ditambahkan NaOH 0,1M ad tanda batas, Lalu dikocok ad
homogen
3. Diambil (2) 4ml dimasukkan labu ukur 100ml, ditambahkan 0,1M ad
tanda batas.
4. Dilihat spektra dari standart dan sampel parasetamol (print all data)
5. Diperiksa konsentrasi sampel dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 257nm.
6. Dihitung kadar parasetamol dalam sirup.

 Uji pH
Alat : pH meter

1. Diambil beberapa ml sediaan larutan yang sudah jadi dalam beaker glass.
2. Dimasukkan elektroda pH meter yang telah dikalibrasi dengan dapar
standart.
3. Diamati pH nya, dicatat, dibandingkan dengan pH seharusnya.

 Uji viskositas
Alat : viscometer

1. Sampel dimasukkan kedalam cup, jika kental menggunakan cup kecil,


jika encer menggunakan cup besar.
2. Dipegang viskometer disatu tangan, digunakan level ukuran dan meteran
pada unit untuk memastikan unit kira-kira telah horizontal.
3. Diletakkan rotor pada pusat cup.

[25]
4. Dipindahkan apitan jarum meter hingga melawan arah.
5. Dinyalakan power switch pada posisi on.
6. Ketika rotor mulai berputar, jarum indikator viskositas secara berkala
bergerak ke kanan dan seimbangkan pada posisi yang menghubungkan
viskositas dengan sampel cairan.
7. Dibaca nilai viskositas dari skala untuk rotor yang sedang digunakan,
dicatat nilainya.
8. Ketika pengukuran berjalan sempurna, diatur power switch pada posisi
off.
9. Setelah jarum dikembalikan pada posisi awal, diamankan dengan
memindahkan apitan jarum meter sesuai dengan petunjuk arah.

 Uji berat jenis


Alat : piknometer
1. Piknometer yang bersih dan kering ditimbang.
2. Piknometer diisi dengan air sampai penuh lalu rendam dengan air es suhu
2°C di bawah suhu percobaan.
3. Piknometer ditutup, pipa kapiler dibiarkan terbuka dan suhu naik sampai
suhu percobaan. Lalu piknometer ditutup. Biarkan suhu air dalam
piknometer mencapai suhu kamar, air yang menempel diusap lalu
ditimbang dengan seksama.
4. Dilihat dalam table kerapatan air pada suhu percobaan untuk menghitung
volume air = piknometer
5. Cara perhitungan
Bobot piknometer + air = a + b gram
Bobot piknometer kosong = a gram
Bobot air = b gram
Volume piknometer = volume air = b gram
ρ air gram/mL
Penentuan bobot jenis sediaan
Bobot pikno + sirup pct = c +d gram
Bobot pikno kosong = c gram
Bobot sirup pct = d gram
Kerapatan sirup = b gram = x gram/mL
V pikno (mL)

[26]
f. Rancangan Kemasan
a) Rancangan Kemasan Primer

[27]
b) Rancangan Kemasan Sekunder

[28]
DAFTAR PUSTAKA

 Allen L.V. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient, Sixth Edition. London:


Pharmaceutial Press and American Pharmacist Association.
 Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Depkes RI
 Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI
 IAI. 2012. Informasi Spesialit Obat Indonesia Edisi 46. Jakarta: PT ISFI Penerbitan
 Ikatan Apoteker Indonesia. 2017. Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) Volume 51.
Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
 Sweetman, S. C. (Ed.). 2009. Martindale: the complete drug reference (Vol. 1) Thirty Sixth
Edition. London: Pharmaceutical press.
 Weeks, D. P. C. C. L. E. Y. N. to K. in 20. 2015. Stabilitas kimia dan usia simpan
parasetamol pada berbagai suhu penyimpanan. Dk. 53(9):1689–1699.

[29]

Anda mungkin juga menyukai