KELOMPOK C1.3:
LABORATORIUM BIOFARMASETIKA
UNIVERSITAS JEMBER
2021
A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat memahami pengaruh pH terhadap absorpsi obat melalui
saluran pencernaan secara in vitro.
B. TEORI DASAR
Absorbsi obat merupakan suatu proses pergerakan obat dari tempat pemberian
ke dalam sirkulasi darah di dalam tubuh. Absorbsi obat dari saluran pencernaan ke
dalam darah umumnya terjadi setelah obat tersebut larut dalam cairan di sekeliling
membrane tempat terjadinya absorbsi. Semakin larut obat didalam lipida maka akan
semakin baik absorbsinya. Faktor utama yang mempengaruhi absorbsi obat yaitu
karakteristik sifat fisika kimia molekul, property dan komponen cairan gastrointestinal
serta sifat membrane absorbsi (Banker, 2002). Selain itu, luas permukaan dinding
usus, kecepatan pengosongan lambung, pergerakan saluran cerna, dan aliran darah ke
tempat absorbsi juga mempengaruhi absorbsi obat. Agar suatu obat dapat mencapai
tujuan organ yang dinginkan, obat tersebut harus melewati berbagai membran yang
memiliki struktur lipoprotein.
Sebagian besar obat merupakan asam atau basa organik lemah. Absorpsi obat
dipengaruhi oleh derajat ionisasinya pada waktu zat tersebut berhadapan dengan
membran. Membran sel lebih permeabel terhadap bentuk obat yag tidak terionkan
daripada bentuk terionkan, karena obat bentuk tak terion lebih larut lemak
dibandingkan dengan bentuk terion. Derajat ionisasi tergantung pada pH larutan dan
pKa obat seperti terlihat pada persamaan Henderson-Hasselbalch sebagai berikut :
Untuk suatu asam :
fraksi obat yang terionkan
pH= pKa+log
fraksi obat yang tak terionkan
Untuk suatu basa :
fraksi obat yang terionkan
pH= pKa−log
fraksi obat yang tak terionkan
Dengan menyusun kembali persamaan untuk asam :
fraksi obat yang terionkan
log = pKa− pH
fraksi obat yang tak terionkan
Maka secara teoritis dapat ditentukan jumlah relatif dari suatu obat dalam bentuk tidak
terionkan pada berbagai kondisi pH.
1. Penyusun Membran Sel
Membran sel adalah fitur universal yang dimiliki semua jenis sel berupa
lapisan antarmuka yang disebut membrane plasma, yang memisahkan sel dengan
lingkungan luar sel, guna melindungi inti dan system kelangsungan hidup sel yang
ada di sitoplasma. Umumnya membran mempunyai ketebalan 7,5 nm – 10,0 nm.
Senyawa utama penyusun membran adalah protein dan lipid. Protein biasanya
mencakup setengah sampai dua pertiga dari total berat kering membrane. Jenis dan
proporsi molekul protein dan lipid yang terkandung pada membran beragam,
tergantung pada jenis membran dan kondisi fisiologis dari sel yang bersangkutan.
Perbedaan ini dapat dilihat diantara membran plasma, tonoplast, retikulum
endoplasma, diktiosom, kloroplast, nukleus, mitokondria, dan benda mikro
(peroksisom dan glioksisom). Komposisi membran berbeda-beda tergantung pada
spesies dan lingkungan tempat tumbuhnya.
D. PROSEDUR
Petunjuk Umum
Dilakukan percobaan absorpsi obat (asam salisilat) per oral secara in vitro
menggunakan alat Tabung Crane and Wilson yang telah dimodifikasi yang di
dalamnya terpasang usus tikus yang sudah dibalik.
Percobaan dilakukan dalam 2 (dua) kondisi pH cairan mukosal yang berbeda yaitu
menggunakan cairan lambung buatan (CLB) yang mempunyai pH 1,2 dan cairan
usus buatan (CUB) yang mempunyai pH 6,8.
Petunjuk Khusus
Pembuatan cairan mukosal dan cairan serosal
1) Cairan mukosal dibuat untuk menggambarkan cairan saluran cerna.
Dibuatlah 2 (dua) macam cairan mukosal yaitu CLB dan CUB tanpa enzim
sebanyak 1 Liter.
CLB dilarutkan 2,0 g natrium klorida P dan 3,2 gpepsin P dalam 7,0 ml asam
kiorida P dan air hingga 1000 ml. pH dilarutan lebih kurang 1,2 disesuaikan
dengan pH lambung
CUB dilarutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa P dalam 250 ml air, dicampur dan
ditambahkan 77 ml natrium hidroksida 0,2 N dan 500 ml air. Tambahkan 10,0 g
pankreatin F, dicampur dan diatur pH hingga 6,8±0,1 dengan penambahan natrium
hidroksida 0,2 N atau asam kiorida 0,2 N. Diencerkan dengan air hingga 1000 ml.
Dalam percobaan ini cairan serosal direpresentasikan oleh larutan NaCl 0,9% (b/v)
yang isotonis dengan cairan darah.
Dibuatlah larutan NaCl 0,9% (b/v) sebanyak 100 mL atau langsung menggunakan
cairan infus.
Dibedah perut tikus di sepanjang linea mediana dan keluarkan usus tikus
Dibuang usus tikus sepanjang 15 cm di bawah pylorus dan gunakan usus tikus
sepanjang 20 cm di bawahnya untuk percobaan.
Ujung anal dari potongan usus tersebut diikat dengan benang, kemudian dengan
menggunakan batang gelas yang berdiameter 2 mm, balikkan usus tikus sehingga
bagian dalam (mukosa) menjadi di luar dan bagian luar menjadi di dalam
Direndam usus tikus yang telah di balik dalam larutan NaCl fisiologis (0,9%) sebelum
digunakan
Diisi waterbath dengan air kran dan atur alat pada suhu 37⁰C
Digunakan 2 (tabung) Crane and Wilson, atur jarak pipa pendek dan panjang sebesar
15 cm.
Dipasang dua usus tikus yang sudah dibalik pada kanula bagian tengah dari masing –
masing dua tabung
Diikat masing-masing kedua ujung usus tikus dengan hati-hati jangan sampai usus
putus atau bocor
Dimasukkan cairan serosal ke dalam kanula tengah dan pastikan cairan serosal masuk
ke dalam usus dan pastikan usus tidak bocor dan catat volume cairan serosal yang bisa
masuk
Setelah dipastikan cairan serosal masuk dan usus tidak bocor, letakkan kanula pada
tabung Crane and Wilson yang sebelumnya telah diisi cairan mukosal yaitu CUB dan
CLB yang mengandung asam salisilat sebanyak 100 mL dan telah terpasang di
waterbath bersuhu 37⁰C.
Dialiri kanula pinggir dengan oksigen melalui selang silicon atur kecepatan
gelembung agar sama antara tabung 1 dan 2. (100 gelembung permenit)
Diambil sampel dari kanula tengah (cairan serosal) sebanyak 1,5 mL pada menit ke 5,
10, 20, dan 30.
Setiap pengambilan sampel, diganti cairan serosal dengan jumlah volume yang sama
(1,5 mL)
Bagian yang jernih diukur absoran sampel pada panjang gelombang maksimum
Dicatat hasil percobaan mengikuti format tabel Hasil percobaan absorpsi asam salisilat
per oral secara in vitro
Dibuat grafik hubungan Qb/cm2 (luas area usus) (sumbu Y) terhadap waktu (sumbu
X) untuk kedua kondisi percobaan dalam satu grafik sehingga didapat dua garis.
(Hitung jari2 usus dan panjang usus sebagai data untuk menghitung luas area usus)
Dibuat persamaan regresi linier antara Qb/cm2 (sebagai Y) dan waktu (sebagai X)
untuk dua kondisi percobaan sehingga didapat dua persamaan Y = BX + A
Dicatat hasil perhitungan mengikuti format tabel rekap hasil perhitungan parameter
absorpsi dari percobaan
Aulton, M. E. 2002. Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design Second Edition 530,
ELBS Fonded by British Government. 499-530.
Banker, G.S., Siepmann, J. and Rhodes, C. eds. 2002. Modern pharmaceutics. CRC Press.
listyaningrum, S.K., Nilasari, H., Effendi, E.H. 2012. Penggunaan Asam Salisilat dalam
Dermatologi. J Indon Med Assoc;62: 277-84.
Lee, K.W., Kim, Y.J., and Lee, C.Y. 2003. Cocoa Has more Phenolik Phytochemical and A
higher Antioxidant Capacity than Teas and Red Wine,J.Agric. Food Chem., 51( 52 ),729
– 7295.
Nila, A., & Halim, M. 2013. Dasar-dasar Farmakologi 2. Kementrian Pendidikan Dan
Kebudayaan, 9–15.
Randjelovic, P., Veljkovic, S., Stojilkovic, N., Sokolovic, D., Ilic, I., Lacetic, D., Randjelovic,
D. 2015. The Beneficial Biological Properties of Salicyclic Acid. Acta Facultatis
Medicae Naissensis, 32(4), 259-265.
Salsabillah, A. N. 2020. Transpor Pasif Melintasi Membran tanpa Mengeluarkan Energi.
Universitas Negeri Jakarta, June.
Wibawa, A. A. P. P. 2016. B i o m e m b r a n.