NIM : 2048201104
MATA KULIAH : SISTEM PENGHANTARAN OBAT
Sebelum obat yang diberikan dapat mencapai tempat kerja obat pada konsentrasi
efektif, obat harus melewati sejumlah penghalang. Penghalang penghalang ini utamanya
adalah rangkaian membran biologis seperti yang dijumpai pada epitelium gastrointestinal,
paru paru, darah dan otak. Setelah pemberian obat, molekul obat harus melintasi epitel
intestinal melalui atau antar sel epitel untuk mencapai sirkulasi sistemik. Permeabilitas
suatu obat pada site absorpsi kedalam sirkulasi sistemik berkaitan dengan stuktur
molekuler obat dan sifat fisik dan biokimia membran sel. Oleh karena itu, membran
biologis bertindak sebagai sawar untuk pelepasan obat.
DIFUSI PASIF
Hampir seluruh obat menembus membran biologis dengan cara difusi. Jika obat
mempunyai berat molekul rendah dan lipofilik, lipid membran sel bukan merupakan sawar
untuk difusi dan absorpsi obat.
Difusi pasif merupakan proses dimana molekul berdifusi spontan dari suatu
daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Jika pada satu sisi
konsentrasi obat tinggi maka jumlah molekul uang bergeraj kedepan akakn lebih tinggi
dibandingkan dengan jumlah molekul obat yang kembali, dan hasilnya akan terjadi
perpindahan molekul ke sisi lain. Molekul memiliki energi kinetika alama dan secara
konstan bertumbukan satu dengan yang lain dalam ruang. Jadi tenaga pendong untuk difusi
pasif adalah konsentrasi obat yang lebih tinggi pada sisi mukosa dibanding didalam darah.
Menurut hukum Fick, faktor yang mempengaruhi laju difusi pasif obat adalah :
1. Derajat kelarutan
Derajat kelarutan obat dalam lemak akan mempengaruhi laju absorpsi obat. Semakin tinggi
derajat kelarutan obat dalam lemak, maka akan mempercepat laju difusi obat.
2. Koefisin partisi (K)
Partisi oabt dalam lemak-air dari suatu obat melintasi membran hipoteteik dalam mukosa.
Obat obat yang larut dalam lemak memiliki harga K yang lebih besar.
3. Luas membran (A)
Obat dapat diabsorpsi dari sebagian besar daerah saluran cerna, tetapi pada daerah
duodenum dari usus halus menunjukkan absopsi yang paling cepat karena adanya villi dan
mikrovilli yang menyebabkan besarnya luas permukaan. Villi dan mikrovilli ini semakin
berkurang pada bagian saluran cerna lainnya.
4. Tebal membran (h)
Didalam otak, kapiler dilapisi padat oleh sel sel glial, sehingga obat berdifusi lambat
kedalam obat, seolah olah terdapat membran lipid yang tebal (blood brain barrier).
dQ DAK
= (Cgi-Cp)
dt h
dQ/dt = DAK/ h (Cgi-Cp)
dQ
= laju difusi
dt
D = koefisien partisi, sejumlah molekul obat yang terdifusi lewat suatu membran dengan
luas tertentu setiap satuan waktu.
Cgi-Cp = perbedaan antara konsentrasi obat didalam saluran cerna dan didalam plasma
Hampir seluruh obat dewasa ini adalah asam atau basa organik lemah.
Pemahaman tentang masing masing karakteristik ionisasi atau disosiasi obat merupakan hal
yang penting dalam absorpsi obat karena absorpsi ditentukan secara dominan oleh tingkat
ionisasi obat saat obat berada pada membran penghalangnya. Membran sel bersifat lebih
permeabel terhadap bentuk tak terionisasi, terutama karena kelarutan obat tak terioniasi
dalam lemak yang lebih besar dan sifat membran sel yang bermuatan tinggi yang
menghasilkan pengikatan atau penolakan bentuk terionkan sehingga menurunkan penetrasi
sel.
Tingkat ionisasi suatu elektrilit lemah akan bergantung pada pKa obat dan pH
media dimana obat terlarut. Untuk obat obat elektrolit atau obat obat terion, total kosentrasi
obat pada masing masing sisi membran tidak sama pada kesetimpangan pada jika pH
medium disisi membran yang bersangkutan berbeda.
Menurut hipoteis pH-partisi, jika suatu sisi membran sel berbeda dengan pH sisi lain, maka
:
1. obat asam lemah atau basa lemah akan terionisasi pada tingkat yang berbeda pada
masing masing membran.
2. konsentrasi total obat (obat yang terioniasi dan tak terioniasasi) pada setiap membrna
tidak sama
3. Kompartemen dimana obat lebih banyak terioniasasi akan mengandung konsentrasi total
obat yang lebih besar.
Sebagai contoh, asam salisilat (asam lemah) lebih cepat akan lebih cepat diabsorpsi dari
lambung (pH 1,2), sedangkan basa lemah (kinidin) diabsorpsi sangat sedikit dilambung.
Faktor lain yang mempengaruhi konsentrasi obat pada setiap sisi membran yaitu
afinitas oabt terhadap jaringan, yang akan mencegah obat terikat dengan protein jaringan.
Obat yang terikat protein jaringan tidak dapat bergerak bebas melintasi membran sel.