Anda di halaman 1dari 58

bLaporan Praktikum Fisiologi 1

Disusun Oleh Kelompok I : Ketua Sekretaris Anggota : Adhya Aji Pratama : Mutia Oktavia : Fithriyah Fuad Hariyanto M. Hazmi Anzhari Nida Najibah Hanum Nurraisya Mutiyani Rima Pahlasari Sidqa Hanief Ummi Habibah

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 2011

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Membran adalah struktur plastis atau lentur yang sangat kental. Membran plasma membentuk kompartemen tertutup yang mengelilingi protoplasma sel untuk memisahkan satu sel dengan sel lain sehingga terbentuk individualitas sel. Membran plasma memiliki permeabilitas selektif dan bekerja sebagai penghalang (sawar) sehingga perbedaan komposisi antara bagian dalam dan luar sel dapat dipertahankan. Perubahan di dalam struktur membran dapat memengaruhi semua proses didalam sel. Defisiensi atau perubahan spesifik pada komponen membrane tertentu menyebabkan berbagai penyakit. Sehingga fungsi normal sel bergantung pada kenormalan membran. Maka dari itu, dengan melakukan percobaan mengenai difusi dan osmosis ini, diharapkan pembaca mengetahui tentang pentingnya menjaga kenormalan membran. 1.2 Tujuan Untuk mengetahui mekanisme difusi dan osmosis.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dialisis (Difusi Sederhana) Sifat sel yang paling penting: kemampuan meregulasi transport melintasi perbatasan selular, suatu fungsi yang essensial (wajib ada demi keberadaan sel). Kita akan melihat lagi kecocokan bentuk dengan fungsi: model mosaic fluid membantu menjelaskan bagaimana membrane meregulasi lau-lintas molecular pada sel. Lalu lintas molekul kecil dan ion secara terus menerus melintasi membrane plasma dalam dua arah. Ambil contoh pertukaran kimiawi antara sel otot dan cairan ekstraselular di sekelilingnya. Gula, asam amino, dan berbagai nutrient lain memasuki sel, sementara zat-zat buangan metabolic meninggalkan sel. Sel mengambil oksigen untuk digunakan dalam respirasi selular dan membuang karbon dioksida.

Selain itu, sel meregulasi konsentrasi ion-ion organiknya, misalnya Na+, K+, Ca+, dan Cl-, dengan cara mengulak-alikkan ion-ion tersebut melintasi membrane plasma. Walaupun lalu-lintas melalui membrane berlangsung ekstensif, membrane sel bersifat permeable selektif, dan zat-zat tidak melintasi penghalang itu secara bebas. Sel mampu mengambil berbagai macam molekul kecil dan ion sambil menolak berbagai zat lain. Terlebih lagi, zat-zat bergerak melintasi membrane dengan kecepatan yang berbeda-beda. Mmebran plasma terdiri dari bentuk fosfolipid bilayer dengan struktur 2 kepala dan ekor yan gsaling membelakangi. Pada bagian dalam (ekor) bersifat hidrofobik. Dan molekul-molekul yang biasanya dapat melewatinya adalah yang bersifat nonpolar (misalnya hidrokarbon, karbondioksida, dan oksigen)akan tetapi, inti hidrofobik membrane menghalangi ion dan molekul polar, yang bersifat hidrofilik, untuk melintasi langsung melalui membrane. Molekur polar, seperti glukosa dan gula lainnya hanya bisa lewat dengan lambat melalui lapisan ganda lipid, dan bahkan air, molekul polar yang amat kecil tidak bisa menyebrang terlalu cepat. Protein yang tertanam dalam membrane memainkan peran kunci dalam meregulasi transport. Membrane sel sebenarnya permeable terhaap ion-ion spesifik dan beraneka macam molekul polar. Zat-zat hidrofilik ini dapat menghindari kontak dengan lapisan ganda lipid dengan cara menyebrang melalui protein transport yang membentang pada kedua sisi membrane. Dengan demikian, permeabilitas selektif membrane bergantung pada penghalangan selektif oleh lapisan ganda lipid dan pada protein transport spesifik yang tertanam dalam membrane. Menurut dua mode lalu lintas, yaitu: transport pasif dan aktif.

Transport pasif adalah difusi zat melintasi membrane tanpa mengeluarkan energy dari yang konsentrasi tinggi ke tempat yang konsentrasinya rendah. Percobaan difusi ini menunjukkan bahwa adanya proses difusi sederhana melintasi membrane (transport pasif) dari konsentrasi tinggi ke tempat rendah yang ditunjukkan dengan tingginya konsentrasi pada gelas besar kiri (NaCl/urea/albumin/glukosa = 9Mm) dan gelas besar kanan yang diatur tidak memiliki konsentrasi. Dari penjelasan tersebut: larutan dari gelas besar kiri akan berdifusi ke tempat gelas besar kanan. Dalam percobaan difusi sederhana ini, membrane yang bersifat selektif permeable di tunjukkan dengan sebuah membran yang diletakkan di antara kedua gelas besar. Membrane tersebut terdiri dari 4 tipe, yaitu berukuran 20, 50, 100, dan 200 MWCO. 4 larutan yang diletakkan bergantian di gelas besar kiri pada setiap tipe ukuran membrane tersebut. Percobaan difusi sederhana memiliki mekanisme yang sama dengan ginjal dalam proses filtrasi.pada saat darah mengalir melalui glomerolus, terjadi filtasi plasma bebas protein menembus kapiler glomerolus ke dalam kapsula bowman dan merupakan langkah pertama dalam pembentukan urine. Setiap hari rata-rata terbentuk 180 liter(sekitar 47, 5 galon) filtrate glomerolus. Volume plasma di filtrasi oleh ginjal sekitar 65 kali setiap harinya. Apabial setiap yang di filtrasi dikeluarkan sebagai urine volume plasma total akan habis keluar melalui urine hanya dalam waktu setengah jam. Namun hal ini tidak terjadi karena tubulus-tubulus ginjal dan kapiler peritubulus berhubungan erat di seluruh panjangnya sehingga dapat terjadi perpindahan bahan-bahan antara cairan di dalam tubulus dan darah dalah kapiler peritubulus.

2.2 Difusi Terfasilitasi Beberapa zat terlarut berdifusi mengikuti gradient elektrokimia di kedua sisi membrane lebih cepat daripada yang diperhitungkan dari ukuran, muatan, atau koefisien pastisinya. Difusi terfasilitasi ini memperlihatkan sifat-sifat yang berbeda dengan difusi sederhana. Laju difusi terfasilitasi, suatu sistem unipor, dapat mengalami kejenuhan; yi, jumlah tempat pengikatan yang terlibat dalam difusi zat terlarut spesifik tampak terbatas. Banyak sistem difusi terfasilitasi bersifat stereospesifik, tetapi seperti difusi sederhana, tidak memerlukan energy. Difusi terfasilitasi dapat dijelaskan dengan mekanisme pingpong (Gambar 40-16). Dalam model ini, protein pembawa berada dalam dua konformasi/bentuk utama. Pada keadaan pong, protein ini terpajan dengan konsentrasi zat terlarut yang tinggi, dan molekul zat terlarut berikatan dengan bagian spesifik di protein pembawa. Transpor terjadi jika perubahan konformasi menyebabkan protein pembawa terpajan oleh konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah (keadaan ping). Proses ini bersifat reversible total, dan aliran netto yang menembus membrane bergantung pada gradient konsentrasi. Laju zat terlarut

memasuki sel melalui difusi terfasilitasi ditentukan oleh faktor-faktor berikut: (1) Gradien konsentrasi di kedua sisi membrane. (2) Jumlah pembawa yang tersedia (ini adalah tahap control utama). (3) Kecepatan interaksi antara zat terlarut dan pembawa. (4) Kecepatan perubahan konformasi protein pembawa baik dalam keadaan terisi maupun kosong. Hormon mengatur difusi terfasilitasi dengan mengubah jumlah pengatur yang tersedia. Insulin meningkatkan transport glukosa di lemak dan otot dengan merekrut transporter dari cadangan intrasel. Insulin juga meningkatkan transport asam amino di hati dan jaringan lain. Salah satu kerja terpadu hormon glukokortikoid adalah meningkatkan transport asam amino ke dalam hati, tempat asam amino kemudian berfungsi sebagai substrat untuk glukoneogenesis. Hormone pertumbuhan meningkatkan transport asam amino di semua sel, dan estrogen melakukannya di uterus.

2.3 Tekanan Osmotik Tekanan osmotik suatu larutan adalah tekanan potensial yang dinyatakan dalam istilah gaya atau tekanan yang dibutuhkan untuk menghentikan osmosis air selanjutnya. 1) Tekanan osmotik adalah tekanan yang terbentuk dalam larutan akibat osmosis saring yang berlangsung dalam larutan tersebut. Semakin besar konsentrasi zat terlarut, semakin besar tekanan osmotiknya. Dengan demikian, tekanan osmotik adalah suatu ukuran daya tarik larutan terhadap molekul air. 2) Tekanan osmotik pada suatu larutan bergantung pada jumlah partikel zat terlarut pervolume unit larutan. Dengan demikian, konsentrasi molar (jumlah molekul atau ion dalam larutan) dan bukan persentase konsentrasi dalam larutan, menentukan tekanan osmotik potensi larutan. a) Untuk zat non-elektrolit yang tidak larut dalam air(seperti glukosa), jumlah partikel zat terlarut dalam larutan adalah kmonsentrasi molar larutan tersebut. b) Untuk zat elektrolit yang memang larut dalam air (seperti natrium klorida), jumlah partikel dalam larutan ditentukan berdasarkan konsentrasi molar dan jumlah ion yang terbentuk dari setiap molekul. 3) Osmolalitas cairan adalah kadar partikel zat terlarut dalam cairan. 4) Dua jenis larutan dengan konsentrasi partikel zat terlarut yang sama, bersifat isosmotik terhadap satu sama lain. a) Larutan hiperosmotik memiliki konsentrasi partikel zat terlarut dan tekanan osmotik yang lebih besar dibandingkan larutan yang encer(cair) (hiper= diatas). b) Larutan hipoosmotik adalah larutan yang lebih encer, hanya mengandung sedikit konsentrasi partikel zat terlarut, dan tekanan osmotik yang lebih rendah jika dibandingkan larutan yang kental(hipo=di bawah)

5) Tosnisitas dipakai untuk menjelaskan pengaruh larutan bentuk atau tonus sel menurut hokum osmosis a) Larutan disebut isotonic terhadap cairan sitoplasma sel jika larutan memiliki konsentrasi yang sama dengan konsentrasi partikel yang tidak dapat berdifusi. Air tidak akan berosmosis ke dalam atau keluar sel. Itulah yang biasanya menjadi masalah antara cairan ekstraseluler dan cairan intraseluler. b) Larutan (atau cairan ekstraseluler) disebut hipotonik terhadap sel jika larutan lebih encer di bandingkan isi selular. Gerakan air ke dalam sel dapat menyebabkan sel membengkak sampai dapat pecah. c) Larutan disebut hipertonik terhadap sel jika larutan tersebut lebih kental dibandingkan isi sel. Pergerakan air keluar sel menyebabkan sel berkerut atau krenasi.

2.4 Filtrasi Membran plasma merupakan selaput sel disebelah luar sitoplasma. Membran sel berguna sebagai pembatas antara organel-organel di bagian dalam sel dan cairan yang membasahi semua sel. S. Singer dan E. Nicolson mengemukakan teori tentang membran sel yang dikenal dengan teori membrane mozaik cair. Teori ini menyatakan bahwa membran sel tersusun oleh lapisan protein. Sifat membrane plasma : Selaput sel yang diferensial permeable Membran plasma dapat dilewati zat-zat glukosa, asam amino, asam lemak, gliserol, dan berbagai ion. Semi permeable Hanya dapat dilalui molekul tertentu (air) dan sebagai zat yang terlarut kalium ferosianat. Permeable Dapat dilalui oleh air dan seluruh zat yang terlarut karena dinding sel yang tergabung atau berlignin. Impermeable Merupakan selaput sel yang tidak dapat ditembus atau tidak dapat dilalui oleh semua molekul. Selektif permeable Zat yang diperlukan dapat masuk, yang merugikan dikeluarkan. Dalam transportasi, keleluasaan gerakan molekul atau ion melalui selaput membran merupakan hal yang penting. Ada beberapa manfaat keleluasaan gerak itu bagi sel, yaitu : Menjaga kestabilan PH cocok. Menjaga konsentrasi zat dalam sel untuk kegiatan enzim. Memperoleh pasokan zat makanan, bahan energi, dan bahan mentah lain. Membuang sisa metabolisme yang bersifat racun. Memasok ion-ion yang penting untuk kegiatan saraf dan otot.

1.

2. 3.

4.

5.

1. 2. 3. 4. 5.

Setiap sel dalam tubuh manusia dikelilingi oleh selaput tipis, membran plasma. Membran ini memisahkan isi sel dari larutan air garam encer disebut cairan interstisial atau cairan jaringan, yang menggenangi setiap sel dalam tubuh. Sel memiliki bagian-bagian penting lainnya, sebagian berfungsi sebagai pusat aksi enzimatik dalam konversi energi. Dalam inti adalah jaringan kromatin, yang pada pembelahan sel terbagi menjadi beberapa spesifik kromosom membawa gen keturunan. Isi sel dipisahkan dari cairan jaringan oleh membran plasma. Membran ini akan memungkinkan beberapa zat masuk ke dalam sel atau keluar dari sel. Ada limbah, gas, makanan, molekul air dan zat-zat lain bergerak masuk dan keluar tanpa henti. Ada proses yang memungkinkan gerakan ini yang diklasifikasikan dalam dua pos umum, transport pasif dan transport aktif. Filtrasi adalah gerakan air dan zat terlarut melalui membrane karena kekuatan mendorong lebih besar pada satu sisi. Ketika dua cairan memiliki tekanan hidrostatik yang tidak sama mereka dipisahkan oleh membrane. Air dan zat terlarut atau partikel diffusible menyaring larutan yang memiliki tekanan hidrostatik yang lebih rendah. Proses filtrasi adalah proses yang bertanggung jawab untuk pembentukan urine di ginjal. Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat suatu gaya yang mendorong sebagian plasma dalam glomerulus menembus lubang-lubang membrane glomerulus. Dalam perpindahan cairan dari plasma menembus membrane glomerulus menuju kapsul Bowman tidak terdapat mekanisme transportasi aktif atau pemakaian energy lokal. Filtrasi glomerulus disebabkan oleh adanya gaya-gaya fisik pasif yang serupa dengan gaya-gaya yang terdapat dinkapiler bagian tubuh lainnya. Karena glomerulus merupakan suatu kapiler, prinsipprinsip dinamika cairan yang mendasari ultrafiltrasi melintasi kapiler lain juga berlaku, kecuali dua perbedaan penting : 1. Kapiler glomerulus jauh lebih permeable dibandingkan dengan kapiler di tempat lain, sehingga untuk tekanan filtrasi yang sama lebih banyak cairan yang difiltrasi 2. Keseimbangan gaya-gaya di kedua sisi membrane glomerulus adalah sedemikian rupa, sehingga filtrasi berlangsung di keseluruhan panjang kapiler. Sebaliknya, keseimbangan gaya-gaya di kapiler lain bergeser, sehingga filtrasi berlangsung di bagian awal pembuluh tetapi menjelang akhir terjadi reabsorbsi. Terdapat tiga gaya fisik yang terlibat dalam filtrasi glomerulus : tekanan darah kapiler glomerulus, tekanan osmotic koloid plasma, tekanan hidrostatik kapsul Bowman. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomerulus. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah gaya pendorong utama yang berperan untuk menginduksi filtrasi glomerulus. Tekanan ini akhirnya tergantung pada kontraksi jantung (sumber energy yang menghasilkan filtrasi glomerulus) dan resistensi arteriol aferen dan eferen terhadap aliran darah. Tekanan darah glomerulus, yang diperkirakan bernilai rata-rata 55 mmHg, lebih tinggi daripada tekanan darah kapiler ditempat lain, karena garis tengah arteriol aferen lebih besar daripada garis tengah arteriol eferen. Karena darah lebih mudah masuk ke kapiler glomerulus melalui arteri

aferen yang lebih lebar dan lebih sulit keluar melalui arteriol eferen yang lebih sempit, tekanan darah kapiler glomerulus meningkat akibat terbendungnya darah di kapiler glomerulus. Selain itu, karena tingginya resistensi arteriol eferen, tekanan darah tidak mengalami kecenderungan menurun di sepanjang kapiler glomerulus untuk masuk ke kapsul Bowman di keseluruhan panjang kapiler glomerulus dan merupakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi glomerulus. Sementara tekanan darah kapiler glomerulus mendorong filtrasi, kedua gaya lain yang bekerja melintasi membrane glomerulus (tekanan osmotic koloid plasma dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman) melawan filtrasi. Tekanan osmotic koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi protein-protein plasma yang tidak seimbang di kedua sisi membrane glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi, protein-protein plasma terdapat di glomerulus tetapi tidak ditemukan di kapsul Bowman. Laju filtrasi sebenarnya, yaitu laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate, GFR), bergantung tidak saja pada tekanan filtrasi netto( perbedaan antara gaya yang mendorong filtrasi dengan gaya yang melawan filtrasi), tetapi juga pada seberapa permeabelnya membrane glomerulus. Sifat-sifat membrane glomerulus ini secara kolektif disebut sebagai koefisien filtarsi (Kf). Dengan demikian : GFR= Kf * tekanan filtrasi netto Dalam keadaan normal, sekitar 20% plasma yang masuk ke glomerulus difiltrasi denagn tekanan filtrasi netto 10 mmHg, menghasilkan secara kolektif melalui semua glomerulus 180 liter filtrate glomerulus setiap hari untuk GFR rata-rata 125 ml/menit pada pria dan 160 liter filtrate per hari untuk GFR rata-rata 115 ml/menit pada wanita. 2.5 Transpot Aktif Proses transport aktif berbeda dengan difusi, yaitu bahwa molekul diangkut menjauhi keseimbangan termodinamik; oleh karena itu, dibutuhkan energi. Energi ini dapat berasal dari hidrolisis ATP, dari perpindahan electron, atau dari cahaya. Pemeliharaan gradient elektrokimiawi dalam sistem biologis sedemikian pentingnya sehingga pemeliharaan ini menghabiskan sekitar 30% dari pengeluaran energy total sebuah sel. Secara umum, sel mempertahankan konsentrasi Na+ intrasel yang rendah dan + konsentrasi K intrasel yang tinggi (Tabel 40-1), dengan potensial listrik netto negative di bagian dalam sel. Pompa yang mempertahankan gradien ini adalah

suatu ATPase yang diaktifkan oleh Na+ dan K+ (Na+-K+ ATPase; lihat gambar 40-17), ATPase adalah suatu protein membrane integral dan memerlukan fosfolipid agar dapat beraktivitas. ATPase memiliki pusat-pusat katalisis bagi ATP dan Na+ di sisi sitoplasmik membrane, tetapi tempat pengikatan K+ terletak di sisi ekstrasel membrane. Ouabain dan digitalis menghambat ATPase ini dengan cara berikatan dengan domain ATPase ekstrasel. Inhibisi ATPase oleh ouabain dapat dilawan oleh K+ ektrasel.

2.6 Difusi Melalui Membran Hidup Air dapat menembus membrane plasma dengan mudah. Gaya yang mendorong difusi air menembus membrane sama seperti gaya untuk molekul lain, yaitu gradient konsentrasi. Biasanya istilah konsentrasi mengacu pada kepadatan zat terlarut (solute) dalam suatu volume air tertentu. Bagaimanapun juga, perlu diketahui bahwa penambahan zat terlarut kedalam air murni pada dasarnya menurunkan konsentrasi air. Secara umum, satu molekul zat terlarut akan menggantikan satu molekul air. Apabila larutan-larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang berbeda (dan dengan demikian konsentrasi air juga berbeda) dipisahkan oleh sebuah membran yang memungkinkan lewatnya air, seperti membrane plasma, air akan berdifusi menuruni gradient konsentrasinya dari daerah dengan konsentrasi air tinggi (konsentrasi zat terlarut rendah) ke daerah dengan konsentrasi rendah (konsentrasi zat terlarut tinggi). Difusi netto air ini dikenal sebagai osmosis. Karena larutan hampir selalu dinyatakan dalam konsentrasi zat terlarut, air bergerak melalui osmosis ke daerah dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi. Secara mudah dapat dikatakan bahwa zat terlarut menarik air, tetapi pada kenyataannya, osmosis adalah tidak lebih dari difusi air sesuai dengan penurunan gradien konsentrasinya. Dalam pembahasan mengenai osmosis sejauh ini, kita masih mengabaikan gerakan zat terlarut. Marilah kita bandingkan hasil-hasil osmosis pada dua kasus dengan zat terlarut (1) dapat dan (2) tidak dapat menembus membran: 1. Jika membran permeabel terhadap zat terlarut serta air, zat terlarut mampu bergerak sesuai penurunan gradien konsentrasinya dalam arah yang berlawanan dengan gerakan netto air. Pergerakan ini berlanjut sampai baik zat terlarut maupun air akhirnya tersebar merata di kedua sisi membran. Walaupun terjadi perbedaan volume sementara pada kedua kompartmen karena perbedaan kecepatan difusi air dan zat terlarut menembus membran, volume akhir kedua kompartmen saat kesetimbangan tercapai adalah sama seperti semula. Molekul air dan zat terlarut hanya bertukar tempat diantara kedua kompartmen sampai distribusi keduanya merata. Yaitu, jumlah molekul air telah berpindah dari sisi satu ke sisi dua sama dengan jumlah molekul zat terlarut yang pindah dari sisi dua ke sisi satu. Jika semua gradien konsentrasi lenyap osmosis akan berhenti.

2. Jika membrane tidak permeabel terhadap zat terlarut, zat terlarut tidak dapat menembus membran menuruni gradien konsentrasinya. Pada permulaan, gradien konsentrasi serupa dengan contoh sebelumnya. Kenyataannya, walaupun terjadi difusi netto air dari sisi satu ke sisi dua, zat terlarut tidak dapat berpindah. Karena hanya air yang berpindah, volume sisi dua meningkat sementara volume sisi satu menurun dengan setara. Berkurangnya air dari sisi satu meningkatkan konsnetrasi zat terlarut di sisi satu, sementara penambahan air ke sisi dua menurunkan konsentrasi zat terlarut di sisi tersebut. Akhirnya, konsentrasi air dan zat terlarut dikedua sisi membran menjadi setara, dan difusi netto air terhenti. Tidak seperti pada keadaan zat terlarut juga dapat berpindah, difusi air saja menyebabkan perubahan volume air di kedua kompartmen. Volume sisi yang semula mengandung konsentrasi zat terlarut lebih tinggi bertambah karena sisi tersebut memperoleh tambahan air.

Apa yang akan terjadi jika terdapat zat terlarut yang tidak dapat menembus membran di sisi dua, tetapi terdapat air murni di sisi satu? Osmosis terjadi dari sisi satu ke sisi dua, tetapi konsentrasi di antara kedua kompartmen tidak akan pernah sama. Seberapapun besarnya pengenceran di sisi dua yang terjadi karena air berdifusi ke dalamnya, sisi tersebut tidak akan pernah menjadi air murni, demikian juga sisi satu tidak akan pernah mendapat zat terlarut. Karena kesetimbangan tidak mungkin tercapai, apakah difusi netto air (osmosis) akan terus berlangsung sampai semua air meninggalkan sisi satu? Tidak. Sewaktu

kompartmen dua mengalami penambahan volume, tercipta perbedaan tekanan cairan (hidrostatik) antara kedua kompartmen tersebut, dan tekanan ini melawan osmosis. Besarnya tekanan yang diperlukan untuk menghentikan osmosis setara dengan tekanan osmotic larutan di sisi dua. Tekanan osmotik dapat berkaitan secara langsung dengan konsentrasi zat terlarut yang tidak dapat menembus membran. Semakin besar konsentrasi zat terlarut yang tidak dapat menembus membran semakin rendah konsentrasi air semakin besar dorongan bagi air untuk berpindah melalui proses osmosis dari air murni ke larutan semakin besar tekanan osmotik larutan. Dengan demikian, larutan yang memiliki konsentrasi zat terlarut tinggi menggunakan tekanan osmotik yang lebih besar daripada larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah. Setiap detik volume air di dalam sebuah sel melintasi membran plasma sekitar 100 kali. Walaupun air dengan cepat masuk dan keluar sel, dalam keadaan normal sel tidak mengalami pertambahan (pembengkakan) atau pengurangan (penyusutan) volume. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi zat-zat terlarut dalam CES pada keadaan normal diatur secara cermat (terutama oleh ginjal) untuk menjaga agar aktivitas osmotik nya setara dengan yang terdapat di dalam sel-sel. Sebagai contoh, plasma tempat terbenamnya sel-sel darah merah memiliki aktivitas osmotik yang sama dengan cairan di dalam sel-selnya, sehingga sel-sel tersebut dapat mempertahankan volume yang konstan. Jika sel darah merah di taruh pada suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah (dan dengan demikian konsentrasi airnya lebih tinggi), air akan masuk ke dalam sel melalui proses osmosis, sehingga sel membengkak, mungkin sampai pada tahap pecahnya sel atau lisis.

BAB 3 ALAT dan BAHAN

3.1 Dialisis Alat: Membran Bahan:

NaCl 9.00mM Urea Albumin Glukosa 1) Untuk memulai simulasi, pilih Exercise 5B : cell transport mechanisms and permeability dari menu dan klik GO. kemudian klik simpel difusi. Layarnya akan munculk setelah beberapa menit 2) Klik dan bawa mouse computer ke membran 20 MWCO, bawa membran tersebut diantara gelas besar dan lepaskan membrane tersebut sehingga masuk pada tempatnya 3) Sekarang tingkatkan konsentrasi NaCl dengan cara klik tombol (+) yang terletak dibawah gelas besar sampai terbaca 9Mm. klik Dispense untuk mengisi gelas besar sebelah kiri dengan cairan 9.00 Mm NaCl. 4) Kemudian klik tombol deionized water pada gelas besar sebelah kanan kemudian klik dispense untuk mengisi gelas yang kanan dengan deionized water. 5) Atur waktu sampai 60 menit, kemudian klik tombol start. Ketika tombol start di klik, rintangan diantara gelas besar, mengizinkan cairan dalam gelas besar memiliki akses untuk dialysis membrane yang memisahkan mereka. 6) Lihatlah konsentrasi pada sisi jendela gelas besar untuk akitivitas lainnya dan buatlah angka nol pada konsentrasi NaCl di gelas besar kanan yang akan berusaha menembus membrane dialysis. Simpan hasilnya pada Chart 1. Simpan baik apabila tidak terjadi difusi atau apabila terjadi simpan average diffusion rate di chart 1. Klik tombol record data untuk menjaga agar tersimpan dalam memori computer 7) Klik membran 20 MWCO (dalam holder membrane) dan kembalikan secara otomatis ked lama cabinet membran dan klik Flush untuk persiapan selanjutnya. 8) Bawa membrane selanjutnya (50 MWCO) diantara kedua gelas besar dan ulangi langkah 2 sampai 6. Lanjutkan sampai semua membrane telah di tes. (ingatlah ketik flush setiap melakukan percobaan) 9) Sekarang ulangi eksperimen yang sama dalam 3 waktu untuk urea, albumin, dan glukosa. Di langkah kedua Anda mengurutkan dari NaCl, urea, albumin, and glukosa. 10) Klik tools Print Data dan pilih Adobe PDF sebagai printer untuk menyimpan data dalam PDF format (sertakan data pada laporan praktikum anda).

3.2 Difusi Terfasilitasi Alat: Membran Bahan: Cara kerja: 1) Klik menu Experiment dan pilih Facilitated Difusion 2) Atur The Glucose Carriers di kolom The Membrane Builder menjadi 500 3) Sekarang klik Build Membrane untuk memasukkan 500 protein glucose carriers pada membran 4) Klik membran lalu tahan mouse untuk meletakkan membran pada membrane holder 5) Atur konsentrasi glukosa menjadi 2.00mM 6) Untuk mengisi gelas kiri dengan larutan glukosa, klik Dispense 7) Klik Deionized Water dibawah gelas kanan, lalu klik Dispense. Gelas kanan akan terisi 8) Atur timer menjadi 60 menit, lalu klik Start. Perhatikan kolom konsentrasi disebelah gelas. Setelah lewat 60 enit, klik Record Data untuk menunjukkan informasi percobaan. Catat hasilnya pada tabel 2. 9) Ulangi cara 5 8 menggunakan membran 300, 700, dan 900. 10) Ulangi langkah 2 9 dengan konsentrasi glukosa 8.00mM. Catat pada tabel 2. Glukosa 2.00 mM Glukosa 8.00 mM Glucose Carrier Proteins

3.3 Tekanan Osmotik Alat: Membran Bahan: Cara Kerja: 1) 2) 3) 4) Klik menu experiment dan pilih osmosis klik membrane 20 MWCO dan NaCl sebanyak 8.00 mM disebelah kiri klik Dispense dan klik deionized water Lalu dilakukan di tabung sebelah kanan, dengan klik juga dispense dan deioneze water 5) Atur waktu sampai 60 menit dan kemudian klik start NaCl 8.00mM Albumin 9.00mM Glukosa 10.00mM

6) Ulangi ke membrane berikutnya yaitu 50 MWCO, 100 MWCO, dan 200 MWCO untuk setiap larutan dengan larutan NaCl konsentrasinya: 8.00 mM, Albumin 9.00 mM, dan larutan glukosa 10.00 Mm.

3.4 Filtrasi Alat: Membran Bahan: Cara kerja: 1) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. 2) Menggunakan 20 MWCO membran dan diletakkan di atas beaker glass. 3) Masukkan kadar NaCl, urea, glukosa, dan powdered charcoal masing-masing 5 mg/ml ke dalam beaker glass 4) Atur tekanan yang diberikan kepada membran tersebut sebesar 50 mmHg. 5) Atur waktu filtrasi selama 60 menit 6) Zat atau larutan yang masih dapat tersaring akan menetes dan terkumpul pada beaker glass yang berada di bawah penyaring (MWCO membran). 7) Amati filtration rate yang dihasilkan, lalu analisis apakah terdapat residu pada membran. 8) Ulangi langkah 3 sampai 7 dengan menggunakan 50, 100, dan 200 MWCO membran secara berurutan. 9) Amati dan catat hasil yang di dapat dalam tabel. 5 mg/ml NaCl 5 mg/ml urea 5 mg/ml glukosa 5 mg/ml powdered charcoal

3.5 Transpot Aktif Alat : Membran Bahan: Glucose Carrier Proteins Sodium-potassium (Na+-K-) NaCl 9.00 mM

Cara kerja :

KCl 6.00 mM ATP 1.00 mM

1) Klik menu Experiment lalu memilih Active Transport. 2) Pada percobaan pertana, di kolom membrane builder, atur banyak glukosa menjadi 500 dan banyak pompa sodium-posatium menjadi 500 juga. 3) Kemudian, klik build membrane untuk membuat membrane percobaan dengan komposisi sesuai diatas. 4) Atur komposisi NaCl pada beaker kiri menjadi 9.00 mM, kemudian klik dispense. 5) Klik konsentrasi KCl pada beaker kanan menjadi 6.00 mM, kemudian klik dispense. 6) Atur ATP dispenser menjadi 1, kemudian klik dispense ATP. 7) Atur waktu menjadi 60 menit, lalu klik start. 8) Klik record data pada setiap percobaan yang telah selesai.

3.6 Difusi Melalui Membran Hidup Alat dan Bahan: 2 butir telur 2 beaker glass berukuran 400 ml Tissue Neraca digital Larutan sukrosa 30% Air Labeling pada beaker glass Cara Kerja: 1) Sediakan 2 butir telur dan 2 beaker glass berukuran 400 ml. Beri nama pada masingmasing beaker glass, glass 1 dan 2. 2) Tuangkan air murni pada beaker glass 1 dan larutan sukrosa 30% pada beaker glass 2 3) Pecahkan sebagain cangkang telur,tanpa merobek membran plasmanya. 4) Timbang 2 telur tersebut, dan jamgan lupa setarakan alat timbangan terlebih dahulu sebelum menimbang. 5) Timbang telur 1 dan catatlah pengukuran berat awal telur, lalu masukkan pada beaker glass 1 6) Ulangi pada telur 2 dan masukkan pada beaker glass 2. 7) Setelah 20 menit, ambil telur 1 pada beaker glass 1, keringkan dengan tissue dan timbang. 8) Catat pengukuran berat telur, lalu masukkan kembali ke dalam beaker glass 1 9) Ulangi pada telur 2 dan masukkan pada beaker glass 2

10) Lakukan prosedur pada angka ke 7 setelah menit ke 40 dan menit ke 60 11) Hitunglah perubahan berat telur pada masing-masing waktu, tuliskan dalam kolom. 12) Hitunglah perubahan persen massa dan masukkan ke dalam kolom.

BAB IV HASIL

4.1 Dialisis CHART 1 Solute NaCl Urea Albumin Glucose Dialysis Results (Average diffusion rate in mM/min) Membrane (MWCO) 20 50 No diffusion 10 min No diffusion No diffusion No diffusion No diffusion No diffusion No diffusion

100 10 min 16 min No diffusion No diffusion

200 10 min 16 min No diffusion 37 min

4.2 Difusi Terfasilitasi Hasil Difusi Terfasilitasi No. Of Glucose carrier proteins 300 500 0.0008 0.0023

Glucose Concentration (mM) 2.00 0.0005 8.00 0.0022 4.3 Tekanan Osmotik

700 0.0010 0.0031

900 0.0012 0.0038

Berdasarkan percobaan 1 sampai 4 diatas dapat diketahui bahwa hanya pada percobaan 1 yang menghasilkan tekanan osmotik (272 mmHg), sedangkan pada percobaan 2

sampai 4 memiliki tekanan osmotik yang sama. Pada percobaan 1 yang menggunakan membran 20 MWCO dengan konsentrasi NaCl 8 mM terlihat dapat berosmosis dengan air dan menghasilkan tekanan osmotik. Pada percobaan 5 dan 6 terdapat perbedaan kandungan dan konsentrasi pada beaker kiri. Percobaan 5 mengandung albumin dengan konsentrasi 9 mM, sedangkan pada percobaan 6 mengandung glukosa dengan konsentrasi 10 mM. Terjadi perbedaan pada tekanan osmotik, dimana pada percobaan 5 tekanan osmotik mencapai 153 mmHg, namun berbeda pada percobaan 6 tekanan osmotik mencapai 170 mmHg. Perbedaan yang terdapat dalam percobaan tersebut membuktikan bahwa perbedaan konsentrasi dapat mempengaruhi tekanan osmotik.

Berdasarkan percobaan 7 diatas terdapat persamaan konsentrasi albumin yaitu 9 mM. Persamaan konsentrasi tersebut menyebabkan tekanan osmotik tidak ada dikarenakan tidak

terjadinya osmosis. Namun, apabila konsentrasi albumin pada percobaan 8 dilipat gandakan 2 kali konsentrasi semula pada beaker kiri dengan membran 100 MWCO dan deionized water pada beaker kiri, terjadi peningkatan tekanan osmotik yang sama dengan konsentrasinya yang dilipat gandakan. Dapat disimpulkan bahwa tekanan osmotik berbanding lurus terhadap konsentrasi larutan. Pada percobaan 9 dengan menggunakan membran 200 MWCO berisi albumin pada beaker kiri 18 mM dan glukosa 10 mM pada beaker kanan tidak menyebabkan adanya tekanan osmotik. Tidak adanya tekanan tersebut dikarenakan glukosa yang memiliki zat terlarut pada saat menggunakan membran 200 MWCO mengalami difusi, sedangkan apabila dibandingkan dengan deionized water yang tidak dapat berdifusi akan menghasilkan tekanan osmotik. Pada percobaan 10 dengan menggunakan membran 100 MWCO berisi albumin dengan konsentrasi 18 mM pada beaker kiri dan glukosa dengan konsentrasi 10 mM terdapat tekanan osmotik sebesar 136 mmHg. Percobaan ini dapat dilihat bahwa albumin memiliki konsentrasi yang lebih banyak dibandingkan dengan glukosa, sehingga glukosa tidak berdifusi tetapi mengalami osmosis.

4.4 Filtrasi

CHART Filtration Result 4 Membrane ( MWCO ) Solute 20 Filtration rate 1 NaCl In Filtrate 0,00 Membrane + residue Urea In Filtrate 0,00 Membrane + residue Glucose In Filtrate 0,00 Membrane + residue Powdered In Filtrate 0,00 charcoal Membrane + residue

50 2,5 4,81 + 0,00 + 0,00 + 0,00 +

100 5 4,81 + 4,74 + 0,00 + 0,00 +

200 10 4,81 + 4,74 + 4,39 + 0,00 +

4.5 Transport Aktif

Variabel NaCl (left Beaker) KCl ( Right Beaker) NaCl (right beaker) Glukosa Glucose carriers pompa sodiumpotassium ATP Active transport result

Percobaan 1 2 9.00 mM 9.00 mM 6.00 mM 0.00 mM 0.00 mM 500

3 9.00 mM 6.00 mM 0.00 mM 0.00 mM 500

4 9.00 mM 6.00 mM 0.00 mM 0.00 mM 500

5 9.00 mM 6.00 mM 9.00 mM 0.00 mM 500

6 9.00 mM 6.00 mM 10.00 mM 0.00 mM 500

7 9.00 mM 6.00 mM 0.00 mM 0.00 mM 500

8 9.00 mM

Solute Condition

6.00 mM

6.00 mM

0.00 mM 0.00 mM 500

0.00 mM

500

various membrane

500 1.00 mM 3 min.

500 0.00 mM No Transport

500 3.00 mM 60 min.

400 3.00 mM not reached

400 3.00 mM not reached

500 1.00 mM 3 min.

600 1.00 mM 2 min.

600 1.00 mM

2 min.

4.6 Difusi Melalui Membran Hidup Perubahan Berat masing-masing telur Jenis Telur Telur 1 Telur 2 Waktu Awal 67 66

20 menit 68 66

40 menit 69 67

60 menit Pecah 67

Perubahan Bentuk masing-masing telur Jenis telur Telur 1 Telur 2 Waktu Awal Tetap Tetap

20 menit Tetap Tetap

40 menit Tetap Tetap

60 menit Pecah Tetap

Hasil pencatatan Data dari Eksperimen Difusi melalui Membran

Waktu Berat awal 20 menit 40 menit 60 menit

Telur 1 67 68 69 -

Perubahan % Berat perubahan

Telur 2 66 66 67 67

Perubahan % Berat perubahan

1 1 -

1,49 1,47 -

0 1 0

1,51 -

Dapat dilihat bahwa pada telur yang dimasukkan dalam beaker glass 1 yang berisikan air mengalami perubahan berat yang semakin bertambah. Sedangkan pada beaker glass 2 yang berisikan larutan sukrosa 30 % terdapat penambahan berat tetapi masih lebih kecil daripada telur pada beaker gelas 1.

BAB V DISKUSI 5.1 Dialisis Sifat sel yang paling penting: kemampuan meregulasi transport melintasi perbatasan selular, suatu fungsi yang essensial (wajib ada demi keberadaan sel). Kita akan melihat lagi kecocokan bentuk dengan fungsi: model mosaic fluid membantu menjelaskan bagaimana membrane meregulasi lau-lintas molecular pada sel. Lalu lintas molekul kecil dan ion secara terus menerus melintasi membrane plasma dalam dua arah. Ambil contoh pertukaran kimiawi antara sel otot dan cairan ekstraselular di sekelilingnya. Gula, asam amino, dan berbagai nutrient lain memasuki sel, sementara zat-zat buangan metabolic meninggalkan sel. Sel mengambil oksigen untuk digunakan dalam respirasi selular dan membuang karbon dioksida. Selain itu, sel meregulasi konsentrasi ion-ion organiknya, misalnya Na+, K+, Ca+, dan Cl-, dengan cara mengulak-alikkan ion-ion tersebut melintasi membrane plasma. Walaupun lalu-lintas melalui membrane berlangsung ekstensif, membrane sel bersifat permeable selektif, dan zat-zat tidak melintasi penghalang itu secara bebas. Sel mampu mengambil berbagai macam molekul kecil dan ion sambil menolak berbagai zat lain. Terlebih lagi, zat-zat bergerak melintasi membrane dengan kecepatan yang berbeda-beda. Mmebran plasma terdiri dari bentuk fosfolipid bilayer dengan struktur 2 kepala dan ekor yan gsaling membelakangi. Pada bagian dalam (ekor) bersifat hidrofobik. Dan molekul-molekul yang biasanya dapat melewatinya adalah yang bersifat nonpolar (misalnya hidrokarbon, karbondioksida, dan oksigen)akan tetapi, inti hidrofobik membrane menghalangi ion dan molekul polar, yang bersifat hidrofilik, untuk melintasi langsung melalui membrane. Molekur polar, seperti glukosa dan gula lainnya hanya bisa lewat dengan lambat melalui lapisan ganda lipid, dan bahkan air, molekul polar yang amat kecil tidak bisa menyebrang terlalu cepat. Protein yang tertanam dalam membrane memainkan peran kunci dalam meregulasi transport. Membrane sel sebenarnya permeable terhaap ion-ion spesifik dan beraneka macam molekul polar. Zat-zat hidrofilik ini dapat menghindari kontak dengan lapisan ganda lipid dengan cara menyebrang melalui protein transport yang membentang pada kedua sisi membrane. Dengan demikian, permeabilitas selektif membrane bergantung pada penghalangan selektif oleh lapisan ganda lipid dan pada protein transport spesifik yang tertanam dalam membrane. Menurut dua mode lalu lintas, yaitu: transport pasif dan aktif. Transport pasif adalah difusi zat melintasi membrane tanpa mengeluarkan energy dari yang konsentrasi tinggi ke tempat yang konsentrasinya rendah. Percobaan difusi ini menunjukkan bahwa adanya proses difusi sederhana melintasi membrane (transport pasif) dari konsentrasi tinggi ke tempat rendah yang ditunjukkan dengan tingginya konsentrasi pada gelas besar kiri (NaCl/urea/albumin/glukosa = 9Mm) dan gelas besar kanan yang diatur tidak memiliki

konsentrasi. Dari penjelasan tersebut: larutan dari gelas besar kiri akan berdifusi ke tempat gelas besar kanan. Dalam percobaan difusi sederhana ini, membrane yang bersifat selektif permeable di tunjukkan dengan sebuah membran yang diletakkan di antara kedua gelas besar. Membrane tersebut terdiri dari 4 tipe, yaitu berukuran 20, 50, 100, dan 200 MWCO. 4 larutan yang diletakkan bergantian di gelas besar kiri pada setiap tipe ukuran membrane tersebut. Percobaan ini bekerja seperti membran sel pada organisme multiseluler. Dari paragraph sebelumnya, telah dijelaskan bahwa apabila molekul-molekul nonpolar melewati lapisan ganda lipid membran dan melintas dengan mudah, tanpa bantuan protein membran. Larutan NaCl adalah larutan yang paling mudah berdifusi: pada membran 50 MWCO. Hal tersebut terjadi karena larutan NaCl merupakan larutan nonpolar yang mudah melintasi membran tanpa bantuan protein ganda. Kemudian larutan yang kedua, yaitu urea dengan konsentrasi 9 mM. urea merupakan molekul-molekul polar yang tidak dapat melewati lapisan ganda lipid yang merupakan salah satu aspek dari sistem penjagaan yang bersifat permeable selektif. Tetapi, apabila di ujicobakan pada membran dengan ukuran 100 MWCO, larutan urea dapat berdifusi. Hal tersebut dapat terjadi karena walaupun molekul polar sulit untuk melewati lapisan ganda lipid yang bersifat hidrofobik, terdapat cara lain untuk dapat melewatinya, yaitu dengan cara menyebrang melalui protein transport.sedangkan albumin juga termasuk molekul polar yang sulit berdifusi, tetapi dari hasil percobaan kali ini, larutan albumin tidak dapat berdifusi sama sekali pada ke empat ukuran membran tersebut karena ukuran molekulnya yang besar. Selain itu, protein protein transport bersifat spesifik bagi zat yang di translokasikan(dipindahkan), hanya memungkinkan zat tertentu menyebrangi membran. Larutan yang terakhir, yaitu glukosa dapat melewati membran yang berukuran 200 MWCO disebabkan karena sifatnya yang polar (larut dalam air) sehingga membutuhkan bantuan protein transport. Percobaan difusi sederhana memiliki mekanisme yang sama dengan ginjal dalam proses filtrasi.pada saat darah mengalir melalui glomerolus, terjadi filtasi plasma bebas protein menembus kapiler glomerolus ke dalam kapsula bowman dan merupakan langkah pertama dalam pembentukan urine. Setiap hari rata-rata terbentuk 180 liter(sekitar 47, 5 galon) filtrate glomerolus. Volume plasma di filtrasi oleh ginjal sekitar 65 kali setiap harinya. Apabial setiap yang di filtrasi dikeluarkan sebagai urine volume plasma total akan habis keluar melalui urine hanya dalam waktu setengah jam. Namun hal ini tidak terjadi karena tubulus-tubulus ginjal dan kapiler peritubulus berhubungan erat di seluruh panjangnya sehingga dapat terjadi perpindahan bahan-bahan antara cairan di dalam tubulus dan darah dalah kapiler peritubulus.

5.2 Difusi Terfasilitasi 1) Apa yang terjadi pada rata-rata difusi terfasilitasi ketika angka protein carriers ditingkatkan? Jelaskan! Angka rata-rata difusi terfasilitasi semakin besar, ini menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya keseimbangan antara gelas kiri dan gelas kanan semakin kecil. Pada difusi terfasilitasi, dibutuhkan protein yang mampu membawa glukosa melewati membran. Dengan meningkatnya protein yang mampu membawa glukosa melewati membran, maka glukosa akan semakin cepat berdifusi. 2) Menurut Anda apa yang terjadi ketika dimasukkan glukosa dengan konsentrasi yang sama pada kedua gelas? Tidak akan terjadi difusi pada kedua gelas. Karena pada dasarnya, bila kedua gelas memiliki konsentrasi yang sama, maka sudah terjadi keadaan seimbang. 3) Apakah NaCl berpengaruh pada difusi gllukosa? Jelaskan! NaCl tidak berpengaruh pada difusi glukosa. Setelah dicoba pada berbagai keadaan pun NaCl tidak berpengaruh pada difusi glukosa. Hal ini dikarenakan, NaCl merupakan mikromolekul yang dapat melakukan difusi sederhana dan tidak memerlukan protein pembawa untuk membantu berdifusi. Kesimpulan: Pada difusi terfasilitasi membutuhkan protein pembawa untuk membantu difusi makromolekul contoh glukosa untuk berdifusi.

5.3 Tekanan Osmotik Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara percobaan ke-1 yang menggunakan membran 20 MWCO dengan percobaan ke-4 yang menggunakan membran 200 MWCO. Perbedaan terlihat dengan ada atau tidaknya tekanan osmotik dalam percobaan diatas. Pada percobaan ke-1 ditemukan tekanan osmotik sebesar 272 mmHg. Hal itu terjadi karena sesuai dengan prinsip tekanan osmotik yang menjelaskan bahwa terdapat perpindahan molekul air melalui membran semipermeabel. Air yang bergerak dari beaker kanan mengandung larutan dengan konsentrasi air yang lebih tinggi ke beaker kiri yang mengandung larutan NaCl 8 mM dimana konsentrasi air lebih rendah. Akibat perpindahan molekul air ke beaker kiri yang berlawanan dengan ion-ion NaCl, sehingga tercipta tekanan osmotik. Selain itu, adapun hubungan antara konsentrasi larutan dengan tekanan osmotik yaitu apabila konsentrasi zat terlarut semakin tinggi maka akan semakin tinggi tekanan osmotiknya (terlihat pada percobaan 8). Hal itu

terjadi karena semakin tinggi konsentrasi zat terlarut pada larutan hipertonis menyebabkan daya tarik larutan terhadap molekul air semakin tinggi.

5.4 Filtrasi 1. Bagaimana membrane MWCO mempengaruhi filtration rate ( kecepatan filtrasi)?

Semakin rapat membrane tersebut, semakin lambat kemampuan membrane memfiltrasi suatu zat atau molekul. Dapat dilihat dalam table hasil, bahwa membran dengan kerapatan 20 MWCO lebih lambat dibandingkan dengan 50,100, ataupun 200 MWCO. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kerapatn suatu membran berbanding terbalik dengan filtration rate. 2. Cairan yang manakah yang tidak dapat difiltrasi dengan semua membran?

Powdered charcoal. Dikarenakan berat molekulnya yang besar sehingga membutuhkan kerapatan membran diatas 200 MWCO. Berat molekulnya adalah 3. Apa yang akan terjadi jika anda menaikkan tekanan?

Filtrasi yang terjadi semakin cepat. Hal ini dapat dilihat ketika kami menaikkan tekanan menjadi 100 mmHg dan menggunakan membran 50 MWCO pada larutan dengan konsentrasi tetap, yaitu masing-masing 5 mg/ml. Terjadi kenaikan filtration rate menjadi 2x lipat dari 2,5 menjadi 5. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tekanan mempengaruhi kecepatan filtration rate. 4. Jelaskan bagaimana anda menaikkan filtration rate pada membrane sesungguhnya!

Dengan menaikkan tekanan pada membrane. Sesuai landasan teori kami, peristiwa filtrasi terjadi di glomerulus. Peristitwa tersebut dipengaruhi oleh tiga tekanan penting, yaitu satu tekanan pendorong dan dua tekanan penghambat. Tekanan pendorong adalah tekanan darah kapiler glomerulus. Sedangkan tekanan penghambat adalah tekanan osmotic koloid plasma dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman. Jadi, jika ingin menaikkan filtration rate, maka harus dinaikkan pula tekanan pendorong pada membran glomerulus, yaitu tekanan darah kapiler glomerulus dan menurunkan tekanan osmotic koloid dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman. 5. Dengan membandingkan hasil filtrasi, kita dapat memprediksi bahwa berat molekul glukosa lebih besar dibandingkan dengan NaCl dan Urea tetapi lebih kecil dibandingkan Powdered charcoal. Hal ini terlihat bahwa glukosa membutuhkan mebran

dengan kerapatan 50 MWCO sedangkan NaCl dan Urea membutuhkan membran yang lebih rapat, yaitu 20 dan 100 MWCO. Begitu juga sebaliknya, powdered charcoal membutuhkan membran yang lebih rapat jika dibandingkan dengan glukosa, yaitu lebih dari 200 MWCO. Kesimpulan: Filtrasi merupakan kekuatan gerakan air dan molekul yang dapat berdifusi melewati membran plasma akibat tekanan mekanik atau tekanan cairan yang tinggi. Pada tubuh manusia, proses ini terjadi di dalam ginjal, lebih tepatnya glomerulus yaitu pada proses pembentukan urine. Filtrasi mempunyai laju filtrasi yang dipengaruhi oleh permeabilitas membran filtrasi tersebut serta tekanan yang diderita membran tersebut. Semakin rapat membran tersebut, maka semakin cepat laju filtrasinya. Semakin tinggi tekanan pada membran tersebut, semakin cepat pula laju filtrasinya. Selain dari factor internal membran tersebut, filtrasi dipengaruhi juga oleh factor eksternal yaitu larutan yang terfiltrasi. Semakin besar berat molekul tersebut, semakin lambat laju filtrasinya. Dan juga, zat-zat yang dapat terfiltrasi tergantung pada kerapatan membran tersebut. Semakin rapat membran itu, berat molekul yang dapat melaluinya semakin kecil.

5.5 Transport Aktif Pada percobaan pertama menunjukan bahwa transport aktif tidak berlangsung maksimal jika ATP yang ada sedikit atau kurang. Pada percobaan kedua menunjukan bahwa transport aktif tidak berlangsung sama sekali dikarenakan tidak ada ATP yang membantu proses transport aktif tersebut. Seharusnya transport aktif membutuhkan ATP sebagai energy, karena transport aktif merupakan pemompaan zat terlarut melawan gradient konsentrasinya. Pada percobaan ketiga menunjukan bahwa transport aktif berlangsung maksimal karena ATP yang digunakan besar sehingga proses transport aktif berlangsung normal. Sedangkan percobaan keempat menunjukan bahwa semakin kecil pompa sodiumpotassium juga berpengaruh pada transport aktif menjadi tidak tercapai. Begitu juga pada percobaan kelima dan keenam dikemukakan bahwa konsentrasi NaCl di beaker kanan yang ditambah tidak berpengaruh pada transport aktif karena transport yang terjadi adalah NaCl yang di beaker kiri berpindah ke beaker kanan sedangkan yang berpindah dari beaker kanan ke beaker kiri adalah KCl. Pada percobaan ketujuh menunjukkan bahwa yang lebih berpengaruh terhadap transport aktif adalah ATP sehingga walaupun pompa sodium-potassiumnya lebih besar dan ATP nya kecil maka hasil yang didapatkan transport tetap tidak maksimal. Dan pada

percobaan terakhir didapatkan hasil bahwa transport Na+ dan K+ tidak berpengaruh walau ada glukosa.

5.6 Difusi Melalui Membran Hidup Hasil yang kami dapatkan sudah sesusai dengan dasar teori yang kami gunakan. Pada percobaan kami ini mendapatkan hasil yang menyatakan bahwa telur yang direndam pada air murni lebih berat daripada yang direndam pada larutan sukrosa 30% dengan catatan menggunakan rentan waktu yang sama. Hal ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi yang terjadi antara cairan yang ada di dalam telur dengan cairan yang yang berada di luarnya. Pada air murni, perbedaan konsentrasi ini lebih besar dibandingkan perbedaan konsentrasi yang terjadi pada beaker 2 (cairan di dalam telur dengan larutan sukrosa 30%). Sehingga menyebabkan tekanan osmotic yang terjadi pada beaker 1 (berisi telur dan air murni) lebih besar daripada tekanan osmotic yang tejadi pada beaker 2 (berisi telur dan larutan sukrosa 30%). Dan tekanan inilah ternyata yang mendorong air dari luar telur masuk ke dalam cairan yang berada di dalam telur. Kesimpulan : Semakin besar perbedaan konsentrasi, semakin besar juga tekanan osmotic yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Murray, Robert K., Granner, Daryl K., Rodwell, Viktor W.. Biokimia Harper. Edisi 27. Jakarta: EGC; 2009. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Ed.2 . Jakarta : EGC, 2001. Sloane, Ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula, Jakarta : EGC, 2003.

Lampiran 1. Dialisis LARUTAN Nacl 9 Mm dengan membran2 0 MWCO

Larutan urea 9 Mm dengan membrane 20 MWCO

LARUTAN ALBUMIN 9Mm dengan membrane 20MWCO

LARUTAN GLUKOSA 9Mm DENGAN MEMBRAN 20 mwco

LARUTAN Nacl 9.00mM dengan membrane 50 MWCO

Larutan Urea 9 Mm dengan membrane 50 MWCO

LARUTAN ALBUMIN 9 Mm DENGAN MEMBRAN 50 MWCO

LARUTAN GLUKOSA 9 Mm DENGAN MEMBRAN 50 mwco

LARUTAN GLUKOSA 9.00 dengan membran 100 MWCO

LARUTAN UREA 9Mm DENGAN MEMBRAN 100 mwco

LARUTAN ALBUMIN 9Mm DENGAN MEMBRAN 100 mwco

LARUTAN GLUKOSA 9Mm DENGAN MEMBRAN 100 mwco

LARUTAN NAcL 9 Mm DENGAN MEMBRAN 200 mwco

LARUTAN Urea 9 Mm DENGAN MEMBRAN 200 mwco

LARUTAN Urea 9 Mm DENGAN MEMBRAN 200 mwco

LARUTAN Urea 9 Mm DENGAN MEMBRAN 200 mwco

2. Difusi Terfasilitasi Konsentrasi glukosa 2.00mM, pembawa glukosa 500

Konsentrasi glukosa 2.00mM, pembawa glukosa 300

Konsentrasi glukosa 2.00mM, pembawa glukosa 700

Konsentrasi glukosa 8.00mM, pembawa glukosa 300

Konsentrasi glukosa 2.00mM, pembawa glukosa 900

Konsentrasi glukosa 8.00mM, pembawa glukosa 900

Konsentrasi glukosa 8.00mM, pembawa glukosa 700

Konsentrasi glukosa 8.00mM, pembawa glukosa 900

3. Tekanan Osmosis

4. Filtrasi FILTRASI DENGAN MEMBRAN 20 MWCO

FILTRASI DENGAN MEMBRAN 50 MWCO

FILTRASI DENGAN MEMBRAN 100 MWCO

FILTRASI DENGAN MEMBRAN 200 MWCO

FILTRASI DENGAN MEMBRAN 50 MWCO DAN TEKANAN DINAIKKAN MENJADI 100 mmHg

FILTRASI DENGAN MEMBRAN 50 MWCO DAN KONSENTRASI DINAIKKAN MASING-MASING MENJADI 10mg/ml DAN TEKANAN TETAP 50 mmHg

5. Transport Aktif

6. Difusi Melalui Membran Hidup

Anda mungkin juga menyukai