Anda di halaman 1dari 9

MEMBRAN SEL

Membran sel atau membran plasma adalah bagian terluar dari sel. Membran sel
disebut juga plasmalema. Membran sel memiliki ketebalan berkisar 70 A-100 A (1A=10
m). Membran sel terdiri atas dua lapis lipid sehingga struktur membran disebut juga lipid
bilayer (Campbell, 1998: 144).
Selain itu, membran sel juga mengandung molekul protein. Membran sel memiliki
protein ekstrinsik (protein perifer) dan protein intrinsik (protein integral). Protein integral
mencapai jumlah sekitar 70%. Protein integral yang berikatan dengan karbohidrat
membentuk glikoprotein. Protein perifer berikatan dengan fosfolipid
membentuk lipoprotein.
Membran sel memiliki sifat semipermeabel dan selektif permeabel. Semipermeabel
artinya mudah dilewati oleh molekul air. sementara itu, selektif permeabel memiliki arti
bahwa membran hanya dapat dilewati oleh ion dan molekul polar tertentu.
Sebagai komponen membran sel, molekul fosfolipid terdiri atas molekul fosfat dan
molekul lemak. molekul fosfat bersifat hidrofilik (dapat mengikat air), sedangkan molekul
lemak bersifat hidrofobik(tidak mengikat air).

Membran sel memiliki fungsi dalam pergerakan ion atau molekul dari dalam ataupun
dari luar sel. Menurut Campbell (1998: 147), bagian tengah membran yang bersifat
hidrofobik merintangi pengangkutan ion dan molekul polar yang keduanya bersifat
hidrofilik. Molekul hidrofobik, seperti senyawa hidrokarbon dan oksigen, dapat larut
dalam membran dan melaluinya dengan mudah. Molekul yang sangat kecil, bersifat
polar, tetapi tidak bermuatan dapat menembus membran dengan cepat.
Sebagai contoh, air dan karbon dioksida memiliki ukuran yang cukup kecil untuk
menembus diantara lapisan lipid pada membran. Lipid bilayer sangat tidak permeabel
(impermeabel) terhadap molekul polar berukuran besar, dan tidak bermuatan seperti
glukosa dan jenis gula lainnya.
Selai itu, membran sel juga impermeabel terhadap semua jenis ion, termasuk ion
ukuran kecil, seperti H dan Na. Struktur lipid bilayer merupakan penyebab adanya sifat
selektif permeabel pada membran. Protein integral pada membran berperan penting
dalam mengatur transportasi ion dan molekul.

Gerakan molekul atau ion yang terjadi pada membran sel dan organel-organel lainnya
adalah difusi ,osmosis, endositosis, eksositosis, dan transpor aktif.
Difusi dan osmosis disebut gerakan pasif karena tidak membutuhkan energi. Transpor
aktif, seperti endositosis, dan eksositosis, disebut gerakan gerakan aktif karena
gerakan ini membutuhkan energi.

Mekanisme transport melalui membran

1. Transport aktif
Perpindahan zat melawan gradien kosentrasi dengan
menggunakan energi (ATP/ Adenosina trifosfat) melalui pemompaan ion Na + & K +.
Transport aktif terjadi melalui :
1. Endositosis
Pemasukan zat dengan cara membentuk pelekukan pada membran plasma dengan
bantuan energi.
Contoh= peristiwa fagositosis
Fagositosis merupakan proses masuknya molekul padat ke dalam sel, sedangkan
bahan cair masuk ke dalam sel secara pinositosis. Sebagai contoh peristiwa
fagositosis adalah proses memakan bakteri atau benda mikroskopis lainnya
oleh Amoeba, kemudian proses memakan kuman oleh sel-sel darah putih


2. Eksositosis
Peristiwa pengeluaran zat dengan cara membentuk pelekukan pada membran plasma
dengan bantuan energi.
Contoh= pengeluaran enzim, hormon

Beberapa mekanisme sel dalam memperoleh bahan-bahan yang dibutuhkan, antara lain difusi
, osmosis , transpor aktif , endositosis, dan eksositosis.
1.Difusi
Difusi merupakan proses perpindahan suatu zat yang terjadi secara spontan ketika ada
perbedaan tekanan difusi, dari tekanan yang tinggi ke arah tekanan yang lebih rendah. Tekanan
difusi berkorelasi positif dengan konsentrasi zat tersebut. Artinya, semakin tinggi
konsentrasinya, semakin tinggi pula tekanan difusi zat tersebut.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, di antaranya suhu dan zat yang
berdifusi. Dengan naiknya suhu, energi kinetik yang dimiliki molekul suatu zat menjadi lebih
tinggi sehingga pergerakan molekul zat menjadi lebih cepat.
Zat yang memiliki berat molekul kecil akan lebih cepat berdifusi dibandingkan zat dengan berat
molekul besar. Oleh karena itu, zat yang paling mudah berdifusi adalah gas. Cairan relatif lebih
lambat berdifusi dibandingkan dengan gas.
Tidak seluruh molekul dapat berdifusi masuk ke dalam sel. Membran sel terdiri atas molekul-
molekul fosfolipid dengan pori-pori ultramikroskopik yang dapat melewatkan molekul-molekul
berukuran kecil dan ion. Molekul-molekul yang dapat melewati membran sel di antaranya
adalah oksigen, karbon dioksida, air, dan beberapa mineral yang larut dalam air.
Molekul berukuran sedang, seperti molekul gula dan protein, tidak dapat berdifusi melewati
membran sel. Membran sel juga mampu menyediakan kemudahan biokimiawi untuk
memindahkan ion-ion mineral, gula, asam-asam amino, elektron, serta metabolit lain melewati
membran. Substansi-substansi dalam larutan ini melewati membran dengan cara difusi dan
transpor aktif serta proses osmosis tidak spesifik. Pertukaran oksigen dan CO2 pada proses
respirasi hewan merupakan salah satu contoh difusi.
Pada prinsipnya, difusi membran sel bersifat pasif. Membran sel tidak mengeluarkan energi
untuk memindahkan molekul ke luar maupun ke dalam sel.
Gambar: Sebuah osmometer. Osmometer sederhana dapat mengukur tekanan osmotik.
Osmosis akan bergerak dari air murni ke larutan hingga tekanan osmotiknya seimbang.

2.Osmosis
Secara luas, proses osmosis diartikan sebagai proses perpindahan pelarut melewati sebuah
membran semipermeabel. Secara sederhana, osmosis dapat diartikan sebagai proses difusi air
sebagai pelarut, melewati sebuah membran semipermeabel. Masuknya air ini dapat
menyebabkan tekanan air yang disebut tekanan osmotik . Pada sel tanaman disebut tekanan
turgor .
Terdapat tiga sifat larutan yang dapat menentukan pergerakan air pada osmosis,
yaitu hipertonik, hipotonik, dan isotonik . Suatu larutan dikatakan hipertonik jika
memiliki konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dibandingkan larutan pembandingnya. Dalam hal
ini, larutan pembanding akan bersifat hipotonik karena memiliki konsentrasi zat terlarut lebih
kecil. Larutan isotonik, memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama dengan larutan
pembanding.
Pergerakan molekul air melalui membran semipermeabel selalu dari larutan hipotonis menuju
ke larutan hipertonis sehingga perbandingan konsentrasi zat terlarut kedua larutan seimbang
(isotonik). Misalnya, sebuah sel diletakkan di dalam air murni. Konsentrasi zat terlarut di
dalam sel lebih besar (hipertonik) karena adanya garam mineral, asam-asam organik, dan
berbagai zat lain yang dikandung sel. Dengan demikian, air akan terus mengalir ke dalam sel
sehingga konsentrasi larutan di dalam sel dan di luar sel sama. Namun, membran sel memiliki
kemampuan yang terbatas untuk mengembang sehingga sel tersebut tidak pecah. Pada sel darah
merah, peristiwa ini disebut hemolisis.
Pada sel tumbuhan, peristiwa ini dapat teratasi karena sel tumbuhan memiliki dinding sel yang
menahan sel mengembang lebih lanjut. Pada sel tumbuhan keadaan ini disebut turgid.
Keadaan sel turgid membuat tanaman kokoh dan tidak layu. Di alam, air jarang ditemukan
dalam keadaan murni, air selalu mengandung garam-garam dan mineral-mineral tertentu.
Dengan demikian, air aktif keluar atau masuk sel. Hal tersebut berkaitan dengan konsentrasi
zat terlarut pada sitoplasma. Pada saat air di dalam sitoplasma maksimum, sel akan mengurangi
kandungan mineral garam dan zat-zat yang terdapat di dalam sitoplasma. Hal ini membuat
konsentrasi zat terlarut di luar sel sama besar dibandingkan konsentrasi air di dalam sel.
Jika sel dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, air akan terus-menerus keluar dari sel. Sel
akan mengerut, mengalami dehidrasi, dan bahkan dapat
mati. Pada sel tumbuhan, hal ini menyebabkan sitoplasma mengerut dan terlepas dari dinding
sel. Peristiwa ini disebut plasmolisis. Dengan demikian, pada saat tertentu, sel perlu
meningkatkan kembali kandungan zat-zat dalam sitoplasma untuk menaikkan tekanan osmotik
di dalam sel. Cara sel mempertahankan tekanan osmotiknya ini
disebut osmoregulasi(Campbell, et al , 2006 : 83).
Demikian seterusnya, sel selalu aktif dan hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan
kondisi setimbang antara sel dan lingkungannya. Proses metabolisme membutuhkan air
dan mineral atau garam dan berbagai zat yang terkandung dalam sitoplasma. Akibatnya,
tekanan osmotik dan konsentrasi molekul-molekul lain berubah sehingga terjadi aliran difusi
dan osmosis yang terus-menerus dari sel ke luar atau dari luar ke dalam sel.

3. Transpor Aktif
Perbedaan utama antara transpor aktif, osmosis, dan difusi adalah energi yang dikeluarkan sel.
Pada osmosis dan difusi, sel tidak mengeluarkan energi apapun untuk memindahkan zat
melewati membran sel karena zat berpindah sesuai dengan gradien konsentrasi. Dengan kata
lain, difusi dan osmosis terjadi secara spontan.
Transpor aktif merupakan mekanisme pemindahan molekul atau zat tertentu melalui membran
sel, berlawanan arah dengan gradien konsentrasi. Oleh karena itu, harus ada energi tambahan
dari sel yang digunakan untuk membantu perpindahan tersebut.
Energi tambahan yang digunakan dalam proses transpor aktif berasal dari ATP yang dihasilkan
oleh mitokondria melalui proses respirasi. Selain itu, pada membran sel terdapat lapisan
protein. Salah satu jenis protein yang terdapat di membran sel tersebut adalah protein transpor.
Protein transpor mengenali zat tertentu yang masuk atau keluar sel.
Zat yang dipindahkan dengan cara transpor aktif pada umumnya adalah zat yang memiliki
ukuran molekul cukup besar sehingga tidak mampu melewati membran sel. Sel mengimbangi
tekanan osmosis lingkungannya dengan cara menyerap atau mengeluarkan molekul-molekul
tertentu. Dengan demikian, terjadi aliran air masuk atau keluar sel. Kemampuan mengimbangi
tekanan osmosis dengan transpor aktif menjadi sangat penting untuk bertahan hidup.
Pompa natrium kalium merupakan contoh transpor aktif yang banyak ditemukan pada
membran sel. Perpindahan molekul ini menggunakan energi ATP untuk mengeluarkan natrium
(Na+) keluar sel dan bersama dengan itu memasukkan kalium (K+) ke dalam sel. Perhatikan
gambar berikut.
Ion Na+ dan K+ dengan transpor aktif dapat melewati membran sel. (1) Ion Na+ terikat pada
suatu tempat di protein membran. (2) Ion Na+ tersusun dengan formasi tertentu untuk
dilepaskan ke luar sel. (3) Ion K+ dari luar diikat.(4) Hal ini m erangsang memb ran sel untuk
kembali ke bentuk semula. (5) Ion K+ dilepaskan protein membran dan masuk ke dalam sel.
4. Endositosis
Endositosis merupakan mekanisme pemindahan benda dari luar ke dalam sel. Istilah
endositosis berasal dari bahasa Yunani, endo artinya ke dalam dan cytos artinya sel. Membran
sel membentuk pelipatan ke dalam (invaginasi) dan memakan benda yang akan dipindahkan
ke dalam sel.
Di dalam sel, benda tersebut dilapisi oleh sebagian membran sel yang terlepas membentuk
selubung. Proses makan pada Amoeba adalah contoh mudah untuk menggambarkan proses
endositosis. Endositosis membran sel pada Amoeba , akan membentuk vakuola.
Terdapat tiga bentuk endositosis, yaitu fagositosis, pinositosis, danendositosis
dengan bantuan reseptor. Proses makan pada Amoeba merupakan contoh fagositosis. Pada
proses fagositosis, benda yang dimasukkan ke dalam sel berupa zat atau molekul padat. Adapun
pada pinositosis berupa zat cair.
Berbeda dengan fagositosis dan pinositosis, pada endositosis dengan bantuan reseptor hanya
menerima molekul yang sangat spesifik. Di dalam lekukan membran plasma terdapat reseptor
protein yang akan berikatan dengan protein molekul yang akan diterima sel.

5. Eksositosis
Proses Amoeba mengeluarkan sisa-sisa makanan melalui vakuolanya adalah satu contoh
eksositosis. Istilah eksositosis berasal dari bahasa Yunani, exo artinya keluar dan cytos artinya
sel. Vakuola atau selubung membran melingkupi sisa zat makanan yang sudah dicerna.
Kemudian, bergabung kembali denganmembran sel dan sisa zat makanan untuk di buang keluar
sel.
Jadi, eksositosis adalah proses mengeluarkan benda dari dalam sel ke luar sel. Membran yang
menyelubungi sel tersebut akan bersatu atau berfusi dengan membran sel. Cara ini adalah salah
satu mekanisme yang digunakan sel-sel kelenjar untuk menyekresikan hasil metabolisme.
Misalnya, sel-sel kelenjar di pankreas yang mengeluarkan enzim ke saluran pankreas yang
bermuara di usus halus. Sel-sel tersebut mengeluarkan enzim dari dalam sel menggunakan
mekanisme eksositosis.
Proses pengeluaran sekret dapat dilakukan dengan cara eksositosis.
Pada umumnya, eksosistosis dan endositosis digunakan untuk memindahkan benda-benda
yang berukuran besar. Kedua proses tersebut, saling menyeimbangkan luas permukaan plasma
membran sehingga volume sel tidak harus menjadi lebih kecil dari semula.
Difusi ini adalah perembesan zat dari ruang yang berkonsentrasi tingggi ke ruang yang
berkonsentrasi lebih rendah. Perembesan ini mungkin tanpa lewat sekat, mungkin pula
lewat sekat. Perembesan tanpa lewat sekat berlangsung baik dalam protoplasma
sendiri, seperti dari ujung retikulum endoplasma ke ujung lain. Perembesan lewat sekat,
berlangsung baik antara intra dan ekstra-sel, antara sitoplasma dan nukleoplsama.,
ataupun antara sitoplasma dan organel. Perembesan itu lewat unit membran. Difusi
berlangsung menurutgradient (kemiringan) konsentrasi. Yakni dari ruang yang
konsentrasi zat A tinggi ke ruang zat yang konsentrasi zat A itu rendah (Yatim, 1990).
Difusi merupakan suatu proses lewatnya bahan-bahan tertentu lewat suatu membran
sebagai akibat konsentrasi yang berbeda. Apabila membranplasma ini bersifat
permeabel maka hanya bahan-bahan tertentu saja yang dapat melewatinya dengan
cara difusi. Difusi melewati membran plasma ini padaumunya bersifat khas karena
membutuhkan enzim tertentu sehingga membran sel bersifat enzyme
controlled permeable. Mekanisme dapat dilihat pada pemasukan gerakan molekul ion
cenderung mengisi seluruh ruangan yang tersedia (Juwono, 2000).
Cara difusi umum terdapat pada sel dan tanpa butuh energi. Proses difusi dapat terjadi
bagi oksigen, CO2, air, elektrolit dan bahan organis molekul sederhana. Difusi lewat
sekat jauh lebih pelan dan sulit dari pada tanpa lewat sekat. Karena molekul zat itu
harus melewati molekul-molekul membran yang bersusun rapat. Air mudah berdifusi
lewat pori yang banyak tersebar pada membran sel (Yatim, 1990).
Pada umumnya , air dan bahan yang larut didalamnya, masuk dan keluar sel bukan
sebagai aliran massa, melainkan satu per suatu molekul setiap kali. Pergerakan neto
dari satu tempat ke tempat lain, akibat aktivitas kinetik acak atau gerak dari molekul ion,
disebut difusi. Karena difusi zat cair yang menempuh jarak makroskopis itu berlangsung
lambat, dan aliran massa gas dan zat cair sangatlah lazim, maka difusi bukanlah suatu
kejadian yang mudah terlihat. Walaupun demikian, sebenarnya difusi mudah diamati
(Frank, 1995).

3. MEKANISME DIFUSI
a. Transport Pasif
Difusi melalui membran dapat berlangsung melalui tiga mekanisme, yaitu difusi
sederhana (simple difusion), difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein
transmembran (simple difusion by chanel formed), dan difusi difasilitasi (fasiliated
difusion). Difusi sederhana melalui membrane berlangsung karena molekul -molekul
yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid)
sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran sel
permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D, E, dan K
serta bahan-bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu, memmbran sel juga
sangat permeabel terhadap molekul anorganik seperti O,CO
2
, HO, dan H
2
O. Beberapa
molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion tertentu, dapat menembus
membran melalui saluran atau chanel. Saluran ini terbentuk dari protein transmembran,
semacam pori dengan diameter tertentu yang memungkinkan molekul dengan diameter
lebih kecil dari diameter pori tersebut dapat melaluinya. Sementara itu, molekul
molekul berukuran besar seperti asam amino, glukosa, dan beberapa garam garam
mineral , tidak dapat menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan
protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus membrane. Proses
masuknya molekul besar yang melibatkan transforter dinamakan difusi difasilitasi
(Fadilla, 2012).
b. Transpor aktif
Pada sel-sel akar tumbuhan terdapat penumpukan mineral. Artinya, konsentrasi mineral
di dalam sel lebih tinggi daripada di luar sel, atau potensial air di luar sel lebih tinggi
dibandingkan dengan potensial air di dalam sel. Oleh karena itu, osmosis dari luar sel
ke dalam sel tetap berlangsung untuk mencegah plasmolisis. Akan tetapi, keadaan ini
menghambat pengambilan mineral dari luar ke dalam sel melalui difusi, terutama
karena membran sel memiliki permeabilitas yang sangat rendah. Untuk mengatasi hal
tersebut, diperlukan transpor aktif yang melibatkan energi dari ATP agar ion-ion dapat
masuk ke dalam sel. ATP adalah molekul pembawa energi di dalam sel (Kimball, 1999).








ENDOSITOSIS
Dalam rangka untuk berfungsi dengan baik dan tetap sehat, sel-sel harus menyerap
nutrisi tertentu dan zat lainnya. Banyak molekul yang diperlukan untuk kesehatan sel,
termasuk protein dan nutrisi lainnya, terlalu besar untuk melewati membran sel,
sehingga sel tergantung pada proses yang disebut endositosis untuk menyerap zat ini.
Endositosis memungkinkan sel untuk mengelilingi molekul vital dengan membran
selnya, sehingga menyerap mereka ke dalam tubuh sel.

Selama endositosis, sebagian dari membran sel mengelilingi substansi yang akan
diserap, membentuk kantung ke bagian dalam sel. Membran ini kemudian menutup
jalan keluar sekitar substansi, menciptakan vesikel yang
disebut endosome atau phagosome yang kemudian bermigrasi ke dalam sitoplasma
sel. Endosome memberikan isinya dengan struktur lain dalam sel yang
disebut lisosom. Endosomes dan lisosom menyatu bersama-sama, memungkinkan
proses pencernaan terjadi dalam lisosom. Sebuah proses serupa, yang
disebut eksositosis, terjadi secara terbalik untuk mengeluarkan zat dari dalam sel.
Tergantung pada jenis zat yang diserap, endositosis dapat disebut dengan istilah yang
berbeda.Fagositosis melibatkan penyerapan sel bahan padat, dan pinositosis, sel
menyerap cairan.Macropinocytosis menyerap cairan, tetapi juga sering membawa
bahan padat pada saat yang sama. Banyak virus mengeksploitasi macropinocytosis
untuk masuk sel. Virus merangsang sel untuk menyerap cairan ekstraselular, kemudian
melakukan perjalanan ke dalam sel bersama dengan cairan.
Endositosis dimediasi Clathrin (Clathrin-mediated endocytosis ) menggunakan
reseptor khusus untuk menarik dan menyerap bahan tertentu seperti lipoprotein dan
antibodi. Dalam clathrin-mediated endositosis, sel membentuk lubang, atau caveolae,
pada membran eksterior. Lubang ini dilapisi dengan reseptor. Ketika lubang menjadi
penuh dengan lipoprotein atau molekul lain yang dimaksudkan untuk melekat pada
reseptor yang ada, daerah diadu membentuk vesikel dan diserap ke dalam sel.
Kebanyakan sel memiliki caveolae pada permukaan membran mereka, tetapi beberapa,
terutama neuron, atau sel saraf, tidak punya.
Endositosis juga berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap bakteri dengan
menyerap bakteri ke dalam sel, kemudian menghancurkan mereka dalam liposom.
Bakteri seperti bakteri salmonella membuat hubungan arus pendek, proses ini dengan
memproduksi protein yang membuat mustahil bagi phagosome menyatu dengan
liposom. Tuberkulosis menyebar melalui sel dengan cara yang sama. Dalam kondisi
normal, phagosome dilapisi dengan triptofan-aspartat yang mengandung protein, yang
dihapus ketika menyatu phagosome dan lisosom. Pada bakteri tuberkulosis mencegah
protein mantel dari yang dihapus sehingga phagosome tidak bisa berfusi dengan
lisosom.

Anda mungkin juga menyukai